11. Kota Sebelah dan Keputusan [END]
Disclaimer by Type-Moon
Story by reeshizen
Warning
AU, OOC, reader insert, xreader, many typos, etc
CHAP INI ALAY, HATI-HATI BACANYA
R16+
.
.
"Tidak mengambil keuntungan komersial apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanya untuk kesenangan belaka."
.
.
DLDR
.
.
Happy reading!
.
.
"Jadi... apa motifmu membawaku ke kota sebelah?" [Name] menengok ke kedua sisi bergantian, mendapati berbagai gedung yang hadir pula tertinggal di pandangannya dari motor. Ketika mendapati plakat petunjuk di jalan serta arah keluar dari kota Fuyuki, dengan valid [name] memastikan bahwa yang sedang dipijakinya dengan Gil adalah kota sebelah.
"Nanti juga tahu," sahut Gil singkat, menyembunyikan maksud sebenarnya.
[Name] mencerocos kesal. "Buat apa sih, bawa-bawa aku ke kota sebelah? Ini kan, kota kejadian Perang Cawan Suci sepuluh tahun lalu."
"Memang iya."
"Tidak mau kasih ta—lho, lho, kenapa ke sini—eh?" [Name] bungkam ketika motor Gil berbelok mendekati sebuah lapangan kosong.
Gil mendelik pada kaca spion, mendapati [name] diam seribu bahasa. "Tahu, kan? Penyihir sepertimu jelas-jelas tahu."
[Name] nyaris menahan napas. "Salah satu tempat kejadian Perang Cawan Suci dulu. Auranya kuat sekali, terlalu kental. Aku jadi merinding...." Sorot matanya tak bisa lepas dari tanah yang pernah ditempati sebuah bangunan itu. Gilgamesh memberhentikan motornya di tengah lapangan, [name] turun duluan lalu disusul olehnya. Matanya lalu mendongak, mendapati langit malam padat akan taburan bintang yang membuatnya terperangah. "Wow, ini bagus sekali... bintang di sini terlihat jelas. Kau memang sengaja memilih tempat ini karena bintangnya?" [Name] meminta penjelasan dari Gilgamesh.
"Aku memilih bukan berdasarkan bintang," jawab Gil.
"Terus berdasarkan apa?"
"Berdasarkan tempat."
[Name] bertampang keki lalu menyikut perut pria pirang itu, dikira sedang bercanda. "Yang benar!"
Gil sempat mengaduh sakit, tetapi ditepisnya segera agar tidak terlihat lemah di hadapan gadis yang lebih pendek darinya itu. "Memang benar, aku memilih berdasarkan tempat."
[Name] jadi merasa tertarik. "Alasannya?"
"Karena tempatku dulu melamar Saber."
"Tujuannya?"
"Melakukan hal yang sama pada gadis yang kubawa."
[Name] tak berkutik, mencernanya lamat-lamat. "Ngawur kau!" balasnya sambil mencuatkan tawa, menganggap ucapan Gil sebagai sebuah lelucon. Gil tak langsung merespons, ekor matanya memerhatikan [name] yang masih menganggapnya lucu. "Jangan berkelakar, Gil! Ini bukan drama komedi." [Name] tertawa lepas, setitik air mata keluar dari ekor matanya saking lucunya.
Gil mendengkus, kesal karena [name] tidak percaya padanya. "Buat apa Raja Pahlawan ini bercanda? Raja Pahlawan ini sedang berbaik hati sekarang," tegasnya dengan suara berat yang khas.
Gelak tawa [name] mereda, digantikan kebingungan—atau pura-pura bingung padahal dia sudah mencernanya dengan benar. "B-bukan bercanda?"
"Bukan."
"S-serius?"
"Iya."
"Benaran?"
"Iya kuadrat."
"Bohong, ya?"
"Buat apa bohong, tidak ada kerjaan saja."
[Name] mendadak diam, napasnya tercekat, gestur tubuhnya serta-merta kikuk. "Jemput aku tadi ternyata buat," ada jeda panjang di napas [name], "... dilamar...?"
Gilgamesh mengangguk, masih memfokuskan pandang pada [name] yang mulai bersemu. "Meski kau tidak cocok jadi ratuku, sih, tapi aku tidak main-main." Masih saja ada gengsi di kalimatnya. "Lagi pula kau suka denganku itu kentara sekali, memangnya aku tidak tahu tingkahmu akhir-akhir ini?" tanyanya retorik.
[Name] masih membisu. Bibirnya rapat, tapi gemetar. Wajahnya melengos, masih dengan rona merah di pipi. Ia mulai paham betul akan alurnya. Diam-diam sebenarnya ia senang, tetapi bingung mengekspresikannya. "Ketahuan ya..., tapi," ia mengulum bibirnya kuat-kuat," aku tak suka disamakan dengan... Saber." Seketika ia ciut setelah mengatakan itu.
Gilgamesh terhenyak. "Huh? Saber? Yang benar saja? Jelas-jelas kau dan dia berbeda, dari fisik pun kelihatan."
"Bukan itu maksudku!" sentak [name] tak sabaran, Gil masih belum mengerti juga. "Aku tidak suka karena kau melamarku di tempat kau melamar Saber dulu...."
Gilgamesh paham sekarang, untung ia pintar jadi otaknya tak perlu lama memproses. "Oh."
"Cuman 'oh'?" hardik [name] tidak percaya karena yang ia katakan bukanlah sesuatu yang mesti direspons tidak baik.
"Memangnya harus apalagi? Ya..., lain kali akan kuulangi lagi dengan tempat yang berbeda," ungkap Gil sedikit malu-malu, seperti bukan Gil yang biasanya.
[Name] tersenyum, tapi senyumnya meluntur seiring pikirannya aktif. Kalimat Gilgamesh tadi membuatnya skeptis. "Sebenarnya kau terlambat, Gil."
"Terlambat?" Alis Gil menaut keruh. Perasaannya jadi tidak enak. Ia berpikir yang macam-macam. Mungkinkah sudah ada yang mendahuluinya?
[Name] menarik napas. Benaknya jadi mengingat sebuah surat dari Menara Jam tempo hari. "Beberapa hari lagi—seminggu secepatnya—aku tidak akan ada di Jepang, aku akan pergi ke Inggris. Asosiasi memintaku ke sana karena ada hal terdesak," akunya dengan napas tertahan, diliriknya Gil lamat-lamat menunggu reaksinya.
Dalam hati Gil tenang sejenak karena yang diucapkan [name] tidak sesuai yang ia pikirkan, lagi pula jika memang ada yang mendahuluinya, ia bisa rebut [name], kan? Yang penting sebelum cincin di jari manis tersemat, seperti kata Diarmuid. "Kenapa memangnya? Aku juga bisa ke sana dengan mudah. Uangku juga banyak, membeli pesawat pun aku bisa kalau perlu."
[Name] sekonyong-konyong menyendu. "Aku tak yakin. Kau kan, masih ada tanggungan Perang Cawan Suci. Terlebih kau masih seorang servant, aku yakin Cawan Suci tak akan membebaskan servant tersisa dengan mudah."
Gilgamesh menyeringai, [name] salah telah mengkhawatirkan itu. Gilgamesh tak selemah yang [name] pikirkan. "Ya sudah kalau begitu, aku akan membawakanmu Cawan Suci begitu kau pulang," cetusnya tiba-tiba.
"Maksudmu?" [Name] mengerutkan alis, bingung.
"Kupersembahkan Cawan Suci nanti sebagai pengganti cincin di jari manis."
"Hah?" [Name] terkesiap, ia berpikir bahwa Gil bercanda, tapi sepertinya tidak. "Jangan melantur—"
"Lihat saja nanti," potong Gil cepat penuh kepercayaan diri.
[Name] terpaku, sarafnya nyaris geming bereaksi. "Tapi, di perang nanti aku tak akan mendukungmu, lho. Aku lebih mendukung Rin."
Gilgamesh menarik poni yang menutupi dahinya, ada kelegaan di sana karena [name] tidak membantah banyak. "Terserah. Yang penting Cawan Suci akan ada di tanganku."
"Gilgamesh...."
"Sudah kuperjelas, kan? Sudah paham? Catat ya, aku serius," pungkasnya sambil menatap lekat mata [name]. Mata merahnya seolah menghipnotis sehingga [name] tak dapat mengelak lagi.
[Name] diam-diam menyetujui dan menunggu seperti yang Gil bilang tadi. Meski ia akan pergi lama ke Inggris, halangan hubungan jarak jauh baginya bukan masalah. Jika memang niat dan serius, pasti akan berjalan lancar. Ya... kendati Gilgamesh mesti dipertanyakan karena yang dibicarakan ini adalah ia.
Mungkin ini akhirnya. Meski [Name] berharap sesuatu yang indah, hati kecilnya terlihat sangsi. Ia berfirasat aneh.
Sekonyong-konyong, Gilgamesh terkikik geli lalu nadanya berubah menjadi tawa besar, membuat [name] mendadak heran. "Sebenarnya itu hanya bercanda! Lamaran itu tidak sungguh-sungguh."
[Name] terhenyak. "Banyak bacot, Kampret!" sentaknya kasar sambil menoyor Gil dengan kekuatan gorilanya. Gil menghindar dengan mudah tentunya, tapi itu tidak menghentikan [name] sama sekali.
Namun, [name] tahu yang dipikirkan Gil sesungguhnya.
OWARI
[A/N]
GIMANA? GIMANA? KURANG PUAS YAK?
Karena ini fanfic humor, endingnya juga gitu wkwk. Soalnya emg dari awal pengin humor, tp jadi melenceng rada fluff gitu :(. Maap yak, aku gapandai bikin humor karena humorku receh. Tadinya endingnya mau kubuat mendadak angst dengan tidak elitenya wkwk. Mau liat? Nih:
Dan itu terbukti, Gilgamesh mati konyol di perang selanjutnya. Gilgamesh mesti membayar mahal akan kecurangannya di Perang Cawan Suci sebelumnya, sedangkan [name] merana dan memutuskan menghilangkan Gil dari pikirannya; hidup dengan yang lain.
Kan ngakak yak, trs kalo jadi kek gitu ini namanya bukan ff humor, ya udah aku ganti aja krn seketika terinspirasi sm Hanamiya Makoto ahaha.
Jadi, fanfik ini sudah tamat gaes.
Jujur, aku enggak mau namatin wkwk, tp krn plotnya udah makin gajelas kutamatin ae. Fanfik ini banyak bolongnya, plot hole bertebaran kek virus, aku kalo baca ulang malu banget :((, pengin ngubur diri gitu rasanya.
Parah deh, soalnya fanfik ini kubuat spontanitas, jadinya ada yg gak konsisten di beberapa bagian. Aku kalo buat fanfik biasanya nulis outline-nya dulu sampe alur yang berdetail-detail dengan tulisan ceker ayam. Fanfik ini rencananya pengin aku revisi, tp gatau kapan mau revisinya wkwk, mesti nunggu mood dulu.
Tapi ya, kalau ada yang kangen Gil bisa melipir ke buku kumpulan oneshot gilrea-ku, kok. Tapi, aku update kalau mood wkwk. Oneshot lebih ena, lebih cepat selesai.
Untuk sekarang aku belum kepikiran buat fanfik Gil yang perbab lagi. Kepikiran satu ide sih, sebenernya, humor lagi gitu cuman mendadak lenyap pas lagi nunggu mi ayam datang barusan wkwk. Ditambah, aku lagi selingkuh sama fandom sebelah, idenya seketika bejibun beberapa hari yg lalu, ada sekitar empat pair yang masuk ke otak dan aku mesti memilih satu atau dua hmm😂😂
Kujuga rencananya abis nulis itu pengin berhenti fanfiksi untuk sementara waktu, pengin fokus sama karya sendiri, pengin ngelihat naskah orisinil sendiri gitu. Setelah itu selesai baru aku balik lagi wkwk. Mohon doanya ya gaes siapa tau berhasil nerbitin novel sendiri gitu, kan mayan bisa lihat uang hasil jerih payah sendiri🙏
Published
30 Juni 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro