Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Ramen dan Samyang

Disclaimer by Type-Moon
Story by reeshizen

Warning
AU, OOC, reader insert, xreader, many typos, etc

.
.

"Tidak mengambil keuntungan komersial apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanya untuk kesenangan belaka."

.
.

DLDR

.
.

Happy reading!

.
.

Entah berapa kali [name] menghela napas. Mungkin sudah tak terhitung. Ia jadi gundah sendiri, mengapa mau menerima ajakan Gilgamesh? Kesambet apa ia? Sepertinya kini [name] yang mesti dirukiah menggunakan air suci. Entah air suci apa, yang pasti air suci di kuil Ryuudou tak akan mempan sekali pun dipakaikan oleh Pendeta Kirei. Separah itukah [name]?

Sudah berpenampilan nyaris seperti gembel, kini ia tampak bego. Mau jadi gila? [Name] rela saja asalkan Gil mau menurunkannya. Namun kalau dipikir-pikir, lebih baik Gil saja yang jadi gila. Sayang, [name] masih muda jua masa depan yang gemilang, sedangkan Gil? Dia hanya pahlawan yang kini berwujud roh, tidak lebih jua tidak kurang. Memangnya orang—roh—seperti Gil masih dibutuhkan di zaman sekarang? Yang ada ia sudah terdepak.

Heran [name], kenapa ayahnya Rin mau membangkitkan servant macam ini, sih? Sudah sombong, tamak pula, juga menyebalkan. Akhirnya Tokiomi terkena getahnya sendiri, tiada tanpa dibantu Gil. Untung saja Gil tidak abadi, jika ia abadi, dunia sudah sakaratul maut jika dipimpin olehnya. Diam-diam, [name] berterima kasih pada ular yang yang pernah dibunuh Gil itu karena telah memakan ramuan keabadiannya.

"Aku mau ke swalayan," ucap [name] tiba-tiba. Gil tidak memberi respons yang memuaskan. [Name] lalu mengguncang-guncangkan bahu Gil.

Motor Gil jadi sedikit oleng. Gil mencak-mencak sendiri. "Apa? Swalayan? Buat apa? Ganggu saja," balasnya dengan nada yang tak ramah.

Kerut-kerut halus hadir di dahi [name]. "Aku lapar, tahu! Berhenti dulu, tidak? Atau aku jatuhkan motor ini bersama isinya?" ancamnya tak mau kalah. Perut [name] memang minta diisi sejak tadi, bunyinya buat [name] tidak tahan.

"Malas. Tahan sedikit tidak bisa?"

"Tidak," jawab [name] singkat, padat, dan jelas.

"Merepotkan saja," cibir Gil sambil mendecih. Dari kaca spion, [name] dapati Gil bergumam tidak jelas. Kepala tanpa helmnya pun mengganggu. Terlebih, pada rambut yang terkibas-kibas, sesekali mengenai hidung [name] yang mancung itu.

Sebelum sempat [name] protes karena balasan Gil tak kunjung memuaskan, Gil memelankan kecepatannya dan menepikan motornya ke swalayan mini terdekat. Sejenak, [name] terperangah karena jarang-jarang Gil mau mengalah, terlebih lagi padanya.

Setelah motor terpakir dan [name] turun, Gil berucap tanpa turun dari motor, "Jangan lama." Tangannya menarik poninya ke belakang sekadar membetulkan dengan hasil yang tak berubah. Meskipun terlihat berlagak keren, [name] keki sendiri melihatnya.

"Tumben?" tanya [name] sangsi juga tak percaya. Langka sekali seorang Gilgamesh mendengarkan orang lain. "Lagi tidak kurang obat?"

Gil mendengus sambil melirik mata gadis itu. "Sebelum aku berubah pikiran, jadi atau tidak?" Gil tak kalah ketus, [name] mengernyih dibuatnya.

"Tidak masuk?" Baru melangkah tiga langkah [Name] berbalik, mendapati Gil malah duduk santai di motor kesayangannya.

"Malas. Tempatnya tidak level," tukas Gil sambil mendelik, "cepat sana, aku tidak mau menunggu seperti sopir pribadimu."

[Name] mendelik sebal seraya mencerca sinis, "Nyatanya kau yang tiba-tiba menjemputku." Jelas dia tak salah, kan? Yang tiba-tiba datang ke rumah Rin lalu membawanya pergi itu siapa?

Tanpa menunggu reaksi Gil, [name] sudah bergegas ke swalayan. Begitu pintu bergeser otomatis, ia langsung disambut sopan oleh kasir. [Name] sangsi benar-benar sopan atau tidak karena kasir wanita tersebut tampak cengar-cengir menggodanya. Jangan bilang ia menyaksikan [name] dengan Gil? Ya..., melihat jendela dan pintu kaca tembus pandang yang memanjang penuh, pasti banyak yang bisa melihatnya dari dalam.

Malas memerhatikan kasir yang masih cengar-cengir padanya, [name] segera menuju deretan ramen instan yang terletak paling belakang. Dengan begitu juga, si kasir tak akan bisa memerhatikannya lebih lama. Sepertinya [name] mesti bersiap ketika akan membayar.

Sesampainya di rak, [name] mengambil segelas ramen instan. Ia meniti ke gelas lainnya dan memikirkan lamat-lamat. Belum lagi ditambah segelas samyang yang membuatnya tergoda tuk langsung memborong. [Name] menggigiti bibirnya sendiri, bingung tuk memilih.

Niatnya, ia hanya ingin membeli segelas ramen instan untuk mengganjal perut. Namun, begitu melihat varian rasa ramen lainnya serta ada samyang yang saat ini mencolok di mata, ia gundah gulana. Jika tadi ia gundah karena Gil, sekarang ia gundah karena makanan.

Di rumah Rin tadi ia hanya makan sedikit; itu pun hanya bubur yang hambar juga tidak enak sama sekali. [Name] sempat mengira kemampuan masak Rin menurun, tapi sepertinya bukan Rin yang memasaknya. Berkat itu pula, perutnya bergetar mendamba akibat tidak diberikan makanan dengan benar.

Sekarang [name] sudah sehat, makan makanan instan seperti ini tidak akan memengaruhinya. Mungkin jika ia hanya memakan beberapa gelas, staminanya akan bertambah. Meski Gil tadi bilang agar ia tidak lama-lama, tampaknya [name] tak peduli.

Ia lantas menuju kasir setelah memilih dua rasa varian ramen instan, samyang instan, dan sebotol teh. Penjaga kasir masihlah wanita muda itu yang tak memudarkan cengirannya. Sambil melakukan tugas itu, sang kasir menceletuk menggoda, "Sama pacarnya ya?"

[Name] tak langsung menggubris, ia mendengkus tidak terima. "Bukan, sopir saya, kok," jawabnya asal. Memang benar toh? Kan, Gil yang menjemputnya tadi.

Lawannya tampak salah tingkah, buru-buru ia samarkan dengan mengecek harga di layar komputer sambil terkekeh. "O-oh, begitu, ya? Harganya jadi—"

"Ini," [name] menyerahkan beberapa keping uang logam Yen. "Aku yakin ini lebih, ambil saja sisanya."

Begitu [name] berbalik menuju salah satu meja yang tak jauh, pintu swalayan terbuka otomatis dengan bunyi khasnya, sedangkan sang kasir berseru lantang, "Oneesan, uangnya kurang!"

[Name] tercengang, berbarengan dengan langkah yang terpaku bagai patung. Sedetik kemudian ia dapat mendengar gelak tawa keras dari Gilgamesh yang mencemoohnya. [Name] berbalik kaku dengan wajah merah padam, menuju kasir dengan kikuk lalu bertanya nominal yang tersisa. Begitu kasir sudah menyebutkan nominalnya, [name] mengambil uang lebih dan memberinya tanpa menunggu kembalian. Ia lalu berjalan tergesa-gesa menuju air panas tanpa tahu Gilgamesh sudah mengekorinya.

"Dengan sok meninggalkan kasir padahal membayar kurang? Konyol banget!" cibir Gil puas seolah tak ada hal yang lebih memalukan dari ini. [Name] menggerutu sebal sambil melengos. "Ceroboh, coba kurekam tadi cocok jadi tontonan publik! Ahahaha!"

[Name] mendesis murka. "Kalau ke sini cuman buat menertawakanku, mending aku pulang," ancamnya refleks. Sebenarnya tak mau langsung pulang, ucapan dan hatinya itu suka hipokrit memang.

"Yakin? Aku sudah capek-capek menjemputmu, tidak mau menghargai usahaku?" Padahal tadi Gil sempat memohon, tapi kenapa kali ini ia terlihat seperti akan merelakannya?

[Name] tak langsung menjawab. "Asal kauantar aku pulang."

"Pulang sendiri sana," pungkas Gil.

[Name] mengerucutkan bibir sebal. Ketimbang melanjutkan argumen, dia lebih memilih mengisi ramen serta samyang instannya dan duduk di bangku kosong. Gilgamesh turut duduk di hadapannya.

[Name] menunjuk ramen dan samyangnya. "Ini ramen, yang ini samyang. Kalau belum makan ini, kau tidak akan tahu arti kenikmatan hakiki itu apa," jelas [name] sambil sesekali mengintip ramen serta samyangnya sudah matang atau belum.

Gil bersiul ria, meremehkan maksud [name]. "Jangan dusta. Kau tidak tahu arti kenikmatan hakiki itu apa."

Sebelum membalas Gil, [name] menghela napas seolah Gil itu kuno sekali, "Setiap orang mempunyai definisi kenikmatan yang berbeda. Ya, bagimu mungkin takhta dan Uruk kesayanganmu itu adalah kenikmatanmu. Bagiku? Beda lagi."

Sebelah alis Gil terangkat, merasa tertarik dengan penjelasan [name]. "Jadi hanya dengan makanan zasshu ini sudah termasuk kenikmatan hakiki?" tanyanya sangsi.

"Coba saja, ini!" [Name] menyerahkan gelas ramennya yang satu lagi. "Aku memberimu satu, terserah sih, mau pilih ramen yang ini atau yang itu—asal jangan samyang, favoritku itu," imbuhnya lugu.

"Hmm? Kau memberiku makanan tidak layak ini?"

[Name] mendengus, kesal karena Gil tak kunjung mengambil. "Coba saja dulu, sih. Mumpung aku lagi berbaik hati, sebelum berubah pikiran juga. [Surname] [name] ini berani jamin, rasanya buat kau terbang ke langit ke tujuh!"

Gil lekas mengambil salah satu dari dua ramen itu sambil beraut keki. Menurutnya, makanan itu tidak level untuk dimakan oleh seorang Gil. Namun, diabaikan fakta tersebut ketika mencobanya dengan sumpit. Kebetulan, ramennya juga sudah matang. Ia seruput ramen yang memanjang ke bawah dari sumpit, menyisakan sedikit kuah di sudut bibirnya. Setelah mengunyah lamat-lamat, merasakan setiap tekstur ramen dan rasanya, Gil mendadak geming. [Name] mengulum bibir, menahan senang menebak ekspresi Gil setelahnya.

"Em, lumayan," jawabnya masih penuh gengsi, tetapi mengakui cita rasa dari sebuah ramen instan. Sebelah pipinya menggembung sebelum menelan. "Aku tidak tahu ada makanan seenak ini. Kukira hanya anggurnya Kirei saja yang enak," pujinya tidak langsung.

[Name] menyeringai puas, bibirnya tercebik penuh kemenangan. "See? Enak juga, kan? Percaya padaku apa kubilang. Ramen ini tidak kalah dari masakan bintang lima."

"Bintang lima, ya? Aku lebih suka masakan Uruk, tidak ada yang lebih enak dari itu, kecuali anggurnya Kirei," timpal Gil.

[Name] terkekeh. "Kayaknya suka banget sama anggurnya si Pendeta itu." [Name] berdecak kagum kemudian. "Sepertinya seorang Raja Pahlawan mulai terbiasa dengan kehidupan para zasshu-nya, nee?"

"Aku sudah hidup sepuluh tahun di sini, mau tidak mau ya, harus terbiasa. Sudahlah, cepat selesaikan ini, aku tidak mau lama-lama," pungkasnya sambil perlahan menghabiskan ramen. [Name] diam-diam menyematkan senyum simpul, lantas ia lekas menghabiskan ramen dan samyangnya.[]

TBC

[A/N]

MASIH BELUM END GAES!

Ending di chapter selanjutnya!!!

MAAF LAMA UPDATE!!! SORI BGT PLS!!!

Sebulan aku ga apdet, ya? Maafin aku :( aku teralihkan dng fandom lain dan utang asupan sama temenku sendiri. Maaf banget parah deh :(

Ini tadinya mau aku selesein di chapter ini, tp krn kepanjangan (total 2400+ words) jadi aku bagi dua.

Btw, aku buat kumpulan oneshot gilrea, silakan cek workku di yang berjudul "Namae wa Girugamesshu". Aku update kalo mood sm ada idenya.

Sebelum tanggal satu, buku ini akan berstatus completed wkwk.

Btw, kalo kalian suka Haikyuu, silakan cek dua fanfik Haikyuu-ku wkwk. Suami baruku di situ semua😂.

Published
29 Juni 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro