Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 15

Mika membuatn kopi untuk Haven, menggunakan mesin espresso yang sama persis dengan di rumah. Menghidangkan di atas meja Haven, tanpa sadar mengagumi interior ruang kerja yang luas, nyaman, dan mewah. Rak kaca berjejer di dinding, meja kerja menghadap ke sofa dengan pintu berada di sisi kanan meja. Jendela lebar dengan dua lapis gorden menutupi. Saat ini gorden cokelat tebal di gulung, menyisakan gorden putih yang tembus sinar matahari. Sofa kulit berasa berada di seberang meja kerja, berhadapan langsung ke pintu. Mesin espresso dengan meja berisi cangkir serta perlatan minum ada di dekat sofa. Semua diatur dengan rapi, bersih, dan tertata.

"Kenapa bengong?" tanya Haven pada Mika yang pandangannya mengelilingi ruangan. Meneliti satu per satu barang-barang di dalam ruangan. "Suka sama tempat ini?"

Mika mengangguk. "Suka sekali, Pak. Megah, mewah, dan berkesan mahal."

"Kamu ingin bekerja di tempat seperti ini?"

"Tentu saja. Siapa yang nggak mau kerja di tempat begini?"

"Kalau begitu kamu melamar saja jadi asistenku. Bagaimana? Bisa setiap hari bekerja di sini sama aku."

Mika hampir saja mengatakan kesediaannya, sampai pandangannya jatuh pada Alika yang kini makan puding. Ia mengambil kopi dari atas meja kerja Haven dan membawa ke meja sofa. Mencabut satu lembar tisu untuk mengelap bibir Alika. Satu kesadaran timbul dari dalam dirinya.

"Nggak sekarang, Pak. Saya belum siap."

"Belum siapa karena belum wisuda?"

Mika mengangkat wajah dan menggeleng. "Bukan, Pak. Belum siap ninggalin Alika. Saya udah janji mau temani dia sekolah TK. Mulai besok saya sama Cila akan cari TK yang bagus di sekitar kampus. Jadinya saya kuliah, Alika sekolah. Mau, ya, Sayang?"

Alika mengangguk. "Mau, Kakak."

Haven tersenyum kecil, mengusap pipi anaknya yang menggemaskan lalu beralih ke rambut Mika yang halus.

"Kamu tahu nggak, kegiatan kamu lebih mirip nyonya dari pada pengasuh anak."

Mika terbelalak. "Maksudnya, Pak?"

"Kebanyakan nyonya muda memang begitu. Antar anak sekolah mereka pilates atau yoga, bedanya kamu kuliah. Setelah itu kalian pulang dan seharian di rumah. Ckckck, Mika kamu ini nyonya muda, ya?"

Haven tertawa saat melihat kepanikan di wajah Mika. Terlebih saat gadis itu mulai membantah dengan terbata-bata.

"Pak, Anda salah. Bu-kan begitu, anu. Maksus saya adalah, aduuh!"

"Santai aja, Mika. Kamu ini panik sendiri."

Haven menerima telepon dari klien, membuat Mika sedikit bernapas lega. Rasanya tidak sanggup lagi menerima ledekan serta godaan dari Haven untuknya. Ia mengajak Alika ke toilet yang berada di depan ruangan. Sedikit terkesan dengan toilet yang luar biasa besar dan bersih. Membasuh wajah Alika dengan air dan mengelap kering. Saat keluar bertemu dengan Adiar.

"Mika, kamu mau makan apa?"

Mika mengedip bingung. "Memangnya boleh makan di sini, Kak?"

Adiar menggeleng. "Nggak boleh tentu saja. Masa kamu mau makan di lorong? Pak Haven ingin mengajakmu dan Alika makan di luar. Aku ikut tentu saja. Makanya tanya kamu mau makan apa?"

Mika menyeringai malu-malu. "Apa saja, Kak. Saya mah pemakan segalanya."

"Wow, takut sekali. Jangan bilang kamu kanibal."

"Dih, Kakak." Mika menunduk, bertanya pada Alika. "Sayang, kamu pingin makan apa? Papa mau ajak kita makan."

"Burger. Alika mau makan burger!"

Mika menatap Adiar. "Boleh nggak, Kak?"

Adiar mengangguk. "Tentu saja boleh. Banyak kok restoran yang menyediakan menu burger."

Mika merapikan barang-barang milik Alika sebelum keluar bersamaan dengan Haven dan Adiar. Lorong sepi karena para pegawai sedang makan siang. Lobi justru sebaliknya, sangat ramai oleh para pegawai yang berlalu lalang. Sekali lagi Mika menjadi sasaran ingin tahu karena berjalan berdampingan dengan Haven yang menggandeng Alika. Mika mengingatkan diri sendiri agar berpakain lebih rapi kalau datang lagi kemari. Setidaknya tidak terlalu malu karena menganggap dirinya sangat lusuh.

Adiar menyetir, membawa mereka ke restoran yang menyediakan steak. Para orang dewasa memesan steak dengan beragam variasi sedangkan Alika makan burger dengan kentang. Sepanjang makan Mika lebih banyak terdiam karena Haven dan Adiar tidak ada hentinya membahas pekerjaan. Terutama karena ponsel yang dipegang Adiar terus menerus berdering. Haven sangat sibuk sampai-sampai makan saja tidak bisa tenang.

"Mika, kenapa kamu ngelihatin aku terus? Terpesona?"

Teguran Haven yang tiba-tiba membuat Mika tertawa lirih. Tidak sadar sudah tertangkap basah menatap Haven dengan intens.

"Pak, sibuk sekali." Hanya itu jawaban Mika.

"Begitulah, aku harus kerja keras. Alika sebentar lagi masuk TK, kamu juga mau lanjutkan kuliah. Kalau aku nggak kerja, mana sanggup membiayai kalian berdua."

Mika ternganga bingung, kenapa dirinya menjadi beban bagi Haven? Padahal kuliah karena ada biaya dari gaji.

"Masuk TK kalau yang bagus butuh banyak biaya, Pak," ucap Adiar.

Haven mengangguk. "Memang, apalagi TK international."

"Kuliah lebih banyak lagi, Pak. Bisa-bisa Anda jual mobil untuk biaya kuliah Mika kalau sedari sekarang nggak kerja keras."

"Kamu benar Adiar, Mika dan Alika memang menguras hartaku!"

Mika ingin menutup muka dan pergi, percakapan Haven dan Adiar sungguh di luar dugaan. Ia tahu kalau keduanya sedang menggoda, tetap saja merasa malu. Direktur dan sekretaris yang tidak tahu malu, membuli seorang gadis lemah sepertinya.

Keesokan harinya Mika kembali mengajak Alika ke kampus, bersama Cila mulai menjelajah TK. Mereka mendatangi satu TK besar dan mahal. Keduanya dengan penuh percaya diri masuk untuk bertanya-tanya. Sayangnya saat tahu kalau Mika hanya pengasuh dan Cila adalah teman si pengasuh, sambutan pihak sekokah sangat tidak menyenangkan. Terlalu meremehkan mereka dan berpikir kalau apa pun yang mereka katakan tidak akan banyak berpengaruh.

"Akan lebih baik kalau majikanmu yang datang. Biar kami jelaskan lebih lanjut."

Cila mengamuk, tidak terima dengan perkataan petugas administrasi sekolah. Melotot pada perempuan berseragam biru dengan rambut yang dicatok hingga kaku.

"Jangan sombong, Kak. Biarpun teman aku ini hanya pengasuh, tapi keputusan tetap di tangannya. Alika mau masuk ke TK mana, bossnya nggak peduli. Percaya sepenuhnya pada Mika!"

Si petugas administrasi menatap dengan tidak percaya. Mengamati Mika dari atas ke bawah dengan pandangan meremehkan. Menganggap kalau perkataan Cila sangat berlebihan.

"Tetap saja, harus orang tuanya yang datang. Kalau tidak kami—"

Mika mengangkat tangan. "Cukup. Terima kasih untuk sambutannya yang tidak menyenangkan." Tersenyum pada Alika yang terdiam. "Sayang, kita cari sekolahan lain, ya? Di sini kurang enak."

Alika mengangguk. "Iya, Kakak."

Cila mengerling ke arah petugas administrasi. "Kakak, kalau ingin dapat murid lebih banyak saranku perbaiki kualitas kerja kalian. Seenaknya saja menilai orang dari penampilan!"

Mereka keluar dari gedung sekolah dengan Cila mengomel panjang lebar, tidak terima dengan perlakuan yang tidak sopan.

"Padahal gue dah dandan cantik. Masih aja dihina-hina."

Mika mengusap bahu sahabatnya. "Nggak usah marah, masih banyak TK yang lain. Minggu depan kita kita jelajah lagi."

"Oke, lain kali kita harus lebih tegas dan galak dari para petugas administrasi yang reseh itu!"

Mika merasa tidak enak dengan Cila, karena ikut diremehkan hanya karena bersama dengan dirinya yang seorang pengasuh. Memang tidak bisa dihindari fakta menyakitkan kalau orang menilai dari kedudukan dan penampilan luar saja.

Melupakan sejenak soal sekolah, Mika berkonsentrasi pada acara yang akan datang. Haven baru saja memberitahu kalau dirinya akan diajak menghadiri acara ulang tahun di rumah mantan mertua laki-laki itu. Rasa gugup menguasainya, terlebih saat mendengar pesan dari Haven.

"Alika bisa jadi merasa nggak nyaman kalau dekat mereka. Karena dulunya kurang akrab. Kamu jangan lengah, tetap berada di samping Alika karena barangkali, aku akan sibuk."

Mika mengangguk. "Iya, Pak. Pasti saya akan menjaga Mika."

"Mertuaku itu kaya raya, dan sedikit lebih keras sifatnya. Tapi sebenarnya hati mereka baik. Kalau nanti ada perkataan yang sedikit di luar batas dan menyinggung perasaanmu, aku minta maaf duluan."

"Kenapa Pak Haven yang minta maaf."

"Untuk berjaga-jaga, nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi, Mika."

Mika mendandani Alika dengan gaun cantik warna merah muda. Tidak lupa membawa selimut dan pakaian ganti. Pesta diadakan jam tujuh malam, biasanya jam sembilan atau sepuluh Alika sudah mengantuk. Berjaga-jaga kalau anak itu tidur di pesta, Mika membawa sepasang baju tidur.

Untuk dirinya Mika memutuskan memakai gaun yang dibelikan Haven untuknya. Sebuah gaun dengan lengan sebatas siku dan panjang di bawah lutut warna biru laut yang mengembang cantik. Sudah lama Mika tidak mempunyai gaun secantik dan semahal ini, merasa sangat senang mendengarnya. Ia memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik, membiarkan rambutnya tergerai. Sayangnya ia tidak punya sepatu yang cocok, terpaksa memakai sepatu selop yang ada saja.

"Cantik sekali kalian," puji Haven saat Mik muncul menggandengn Alika. Menunduk untuk mengusap rambut anaknya yang dikepang dengan menggunakan pita warna warni yang indah. "Sayang, kita main ke rumah Nenek dan Kakek. Nggak boleh nakal ya di sana?"

"Iya, Papi."

Sepanjang jalan jantung Mika berdetak sangat kencang. Berharap tidak ada kejadian yang akan membuat Haven marah. Ia tidak tahu seperti apa keluarga mantan mertua Haven, dari sekilas didengarnya adalah orang yang cukup berkuasa.

Mika banyak mendengar dari Widi kalau almarhumah istri Haven sangat baik dan lembut. Mengamati foto-foto yang terpajang di dinding pun ia sepakat kalau perempuan itu luar biasa cantik. Tidak heran bisa menjadi pasangan Haven. Tiba di rumah besar berlantai tiga dengan halaman luas, sudah banyak mobil yang terparkir di sana.

"Ayo, kita turun!"

Mika menggandeng Alika turun dari jok. Baru saja menjejak kaki di tanah saat seorang perempuan cantik dengan gaun sexy serta parfum yang wanginya menguar di udara, menghampiri Haven yang baru saja menutup pintu mobil.

"Sayangku, senang melihatmu di sini!"

Mengabaikan Mika dan Alika yang berdiri diam, Fabiola memeluk Haven dengan erat.
.
.
Di Karyakarsa akan tamat besok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro