PART 3 - Should I...
I'm spacing out here, pondering
Am I really doing the right thing?
Should I just say hi?
(Twice – Heart Shaker)
-
-
Ines berhasil menahan dirinya selama satu minggu untuk tidak begitu ngebet menemukan Ghandi yang tentu saja menyulitkan bagi dirinya. Bagaimana tidak, untuk mewujudkan usahanya itu, Ines harus uninstal semua aplikasi sosial media yang ada di HP nya. Biar apa? Tentu saja biar dia tidak penasaran dan mencari nama Ghandi di sana. Huft, sulit ya sulit memang menahan diri itu.
Tapi karena sudah berhasil menahan diri dalam jangka waktu yang lama, Ines akan memberikan penghargaan bagi dirinya hari ini. Ia akan mengetikkan nama Ghandi di kolom pencarian. Hahahaha akhirnya!
Tapi, sebenarnya ada hal yang mengganggu Ines sejak tadi. Yaitu pertanyaan dari Ayas—sahabatnya yang dengan polosnya bertanya, "Dia nggak ada penasaran gitu ya Nes sama kamu? Kamu kan ngebet cari IG nya, lah si Ghandi ini, udah seminggu nggak ada muncul juga kan di IG kamu? Jangan-jangan kamu doang yang antusias sama dia, dianya biasa aja."
Oh Tuhan. Sahabat memang orang yang selalu mendukungmu dalam setiap situasi, tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa sahabat adalah orang yang akan mencaci makimu atau menyuruhmu tahu diri alias si Ayas ini nyuruh Ines sadar. Ya ampun.
Dipikir-pikir benar juga sih.
"Mungkin Ghandinya sibuk kali Yas," sahut Ines pada akhirnya. Kalau masalah optimis, Ines memang juaranya. Jadi... jangan coba-coba meracuni pikiran Ines dengan hal negatif, karena tidak akan mempan padanya. Bagaimana tidak, sepanjang hidupnya Ines selalu berpikiran positif, bahkan ketika dia putus dengan pacarnya dahulu, Ines hanya menangis seharian, setelahnya ia kembali ceria dengan dalih, 'Memang bukan dia orangnya. Masih untung dikasih tahu sekarang jadi belum terlambat.'
Benar-benar.
"Karena Ghandi mungkin sibuk, aku aja deh yang nyari dia," kekeh Ines.
Ayas menggumam, "Bener sih. Usaha mah kudu."
Ines tersenyum lebar. Ia menatap Ayas kemudian bergantian menatap ponselnya. "Tapi DP Instagram aku udah oke belum ya?" tanya Ines.
Ini serius sepertinya. Bahkan mau mencari orang saja Ines harus mengganti DP nya dulu. Biar apa?
"Nes, mau dicari doang kan ya? Bukan difollow? Ngapain ganti DP?"
"Hmm, yah mana tahu nanti dia cari juga kan?" kekehnya.
Oke, kembali pada jiwa optimis dan positifnya Ines.
"Ya udah, pilih deh foto terbaik," sahut Ayas pada akhirnya. Ines menyenderkan kepalanya di bahu Ayas kemudian tersenyum, "Pilihin," katanya.
Ya Tuhan, Ayas sudah bisa menebak nasibnya untuk beberapa minggu ke depan kalau-kalau Ines berhasil dengan Ghandi. Ayas yakin sekali, Ines akan mengajaknya berbelanja untuk memilihkan baju di kencannya, lalu Ines akan menanyakan model rambut yang cocok untuknya, setelah itu Ines bahkan akan menanyakan sepatu, jam tangan, sampai model nail art yang sekiranya akan cocok untuknya. Kenapa? Karena memang itulah yang biasanya Ines lakukan ketika ia dekat dengan pria. Tapi sebenarnya, terakhir Ines dekat dengan pria juga jaman mereka SMA sih, 8 tahun yang lalu. Ya ampun. Ayas tidak pernah menyangka orang secantik Ines bisa bertahan tanpa kekasih selama itu.
Pada akhirnya, Ayas meraih ponsel Ines. Ia menatap DP Instagram Ines seraya menggelengkan kepala.
"Kenapa DP nya ini sih Nes?" tanya Ayas seraya menatap foto Ines yang sedang memasang gaya cemberut di pelukan Ega—kakaknya.
"Emang kenapa? Kan lucu," kata Ines.
"Ya, emang lucu sih. Tapi kalau pake foto lagi pelukan sama cowok begini Nes, nanti orang nyangka kamu udah punya pacar."
"Masa disangka pacar sih? orang-orang kan tahu kalau aku punya kakak."
"Ya tapi orang-orang kan nggak semuanya tahu mukanya kakak kamu."
"Ih, yang follow pasti tahu kok."
"Ghandi tahu emangnya?" serobot Ayas.
Ines terkekeh. Iya sih, Ghandi tidak tahu.
"Ya udah deh diganti aja. Yang mana ya," gumamnya.
Ines melihat Ayas menggulir layar ponselnya untuk memilih foto-foto yang akan dijadikan DP oleh Ines.
"Kalau yang ini gimana Yas?" tanya Ines, menunjuk fotonya dengan Ghofar—Kakak pertamanya yang sekarang bekerja di Korea.
Ayas menghela napas, "Nes. Jangan. Sama. Cowok. Titik."
"Tapi kata Kak Ega, ekspresi aku bagus banget di sini Yas. Bahagia banget emang ketemu Kak Ghofar setelah sekian lama."
Ayas menatap Ines yang kini kegirangan sendiri. Yah, susah memang kalau punya kakak seperti kakaknya Ines. Ines ini ya, punya dua kakak dan dua-duanya sangat menyayangi Ines dan mengutamakannya sekali. Sayang, Ghofar harus berpisah dengan mereka karena bekerja di Korea setelah mendapatkan beasiswa kuliah di sana. Sayang juga, cinta Ayas jadi belum terbalas kepadanya. Ekhm. Omong-omong, Ghofar ini gebetannya Ayas. Tapi cinta tak bersambut, Ghofar punya pacar di Korea sana. Duh, nasib-nasib.
"Ini lucu nggak Yas?" Ines menunjukkan fotonya yang sedang memakai bunny hat seraya tersenyum dan memejamkan matanya.
Ayas menggelengkan kepala, "No, jangan yang begini. Ya memang lucu sih, keliatan sangat ceria dan polos, tapi nggak ada power menggaet laki-laki," ucap Ayas yang dibalas oleh Ines dengan tatapan tajamnya, "Kayak kamu tahu aja power menggaet laki-laki," gerutunya.
"Ini aja atuh gimana?" tanya Ines lagi. Sekarang ia menunjuk fotonya bersama Ayas berdua.
"Oh, Ines... aturan pertama untuk berkenalan sama cowok adalah. Jangan kenalin temen kamu sebelum posisi kamu aman, jangan tunjukin foto temen kamu, dan jangan ceritain tentang temen kamu. Bukan apa-apa, kalau dia malah lebih tertarik sama temen kamu gimana?"
"Muka kamu nggak begitu jelas juga Yas di sini," kilah Ines.
Ayas menggeleng. Tetap tak mengizinkan Ines untuk memilih foto barusan. Lagian ya, kan ponsel Ines ada di tangan Ayas. Jadi sudah sepatutnya Ayas yang akan memilih fotonya, Ines juga kan yang memintanya? Jadi kenapa Ines masih ikut-ikutan? Sudah tahu pilihannya aneh-aneh.
"Foto sama Papa aja yang ini?"
"Ini aja Yas, sama ponakan. Kan lucu ya, keliatan tante yang baik nggak Yas akunya?"
"Waktu ulangtahun Mama nih Yas, waktu aku lagi meluk Mama."
"Atau ini Yas, foto Selfie aku, lucu nggak? Ih dipikir-pikir aku jarang selfie yah Yas."
Ya Tuhan. Kalau begini caranya, jam makan siang mereka bisa habis hanya karena memilih foto Ines saja.
"Dah, buka instagram kak Ega aja deh Nes," ucap Ayas pada akhirnya.
Kalau mau melihat foto-foto Ines yang bagus, memang instagram Ega lah tempatnya. Karena kakak kedua Ines yang satu itu adalah fanboy Ines nomor satu. Hampir semua galerinya diisi oleh foto-foto Ines. Itu juga lah yang membuat Ega cukup terkenal juga sih sebagai fotografer, karena hasil fotonya memotret Ines sebagus itu, yaa faktor utamanya sih memang Ines juga sudah cantik. Itu saja.
"Dah. Yang ini aja ya Nes, kita ganti. Dah, cari gih nama Ghandi," ucap Ayas. Ia mengembalikan ponsel Ines dan melanjutkan kegiatan makannya sementara Ines, gadis itu mengetikkan nama Ghandi di kolom pencarian.
Maghandi.
Hasil pencarian:
Maghandifazra
Maghandi237
Maghandi119
Maghandi_kerenz
Maghandi_ndidi
Maghandi_019
Oh Tuhan. Banyak juga ya yang namanya Maghandi di dunia ini.
Ines masih berusaha, ia menggulirkan layarnya lagi, lagi dan lagi. Ines bahkan mengganti kolom pencariannya dari Maghandi, Ghandi, Ghandima, Maghandi_, sampai Gandimaghandi, tapi hasilnya... nihil.
Tidak ada akun yang menunjukkan bahwa dia adalah Maghandi yang Ines temui hari sabtu minggu lalu. Ya Tuhan.
Ines menghela napasnya dengan berat. Sudah susah-susah pilih foto untuk persiapan menemukan Ghandi, Ines malah tidak mendapatkan apa-apa. Yah.
****
Ghandi turun dari mobil kantornya dengan lelah. Ia berjalan masuk ke dalam kantor dalam keadaan lesu. Satu minggu ini ia bekerja di lapangan, survey di sebuah hutan di Kalimantan untuk Scan beberapa sumur bor lama milik salah satu perusahaan yang ada di sana. Medan pekerjaannya cukup berat karena Ghandi benar-benar harus menyusuri hutan, ditambah akses transportasi terbatas, belum lagi banyaknya warga yang mencegat kendaraannya dan meminta pungli. Kalau tidak diberi, Ghandi tidak bisa lewat. Jadi yaa Ghandi tidak punya pilihan apa-apa, lagipula cost nya juga masuk ke pengeluaran lapangan di kantornya.
"Good Job Ghan. Laporan udah saya terima, sudah saya sampaikan juga ke klien. Kamu bisa pulang sekarang, istirahat dan nikmati libur kamu besok," ucap bosnya saat Ghandi sampai di ruangannya.
Ghandi tersenyum. Ini yang ia suka, setelah bekerja di lapangan, ia akan diberikan libur dua hari. Wow! Hari yang tepat untuk bermalas-malasan.
"Rebahan dulu bentar deh Bos," kekehnya.
Pria itu berjalan menuju meja kerjanya dan menyimpan barang-barangnya lalu memencet lift untuk naik ke lantai 4, tempat istirahat.
Ada Ocha—rekan kerjanya di sana, sedang sibuk menonton TV seraya memakan cemilannya.
"Wey Cha, makan apa?"
"Churros Mas. Mau?" tanyanya.
Ghandi menggeleng. Ia melemparkan dirinya ke sofa dan menikmati sejenak istirahatnya setelah melakukan perjalanan panjang.
Lima belas menit kemudian Ghandi membuka matanya. Rupanya ia tertidur, saking lelahnya. Padahal dari bandara ke kantor juga Ghandi sudah tidur. Memang dasar tukang tidur sih kalau kata Ibunya.
Ponselnya berdering, baru sadar dia kalau sekarang sudah bisa memainkan ponsel dan mendapatkan sinyal. Dasar. Satu minggu di hutan membuatnya lupa diri. Ckck.
Merogoh sakunya, Ghandi melihat banyaknya pesan dari ibunya dengan isi yang sama.
'Gagan, udah sampe mana?'
Ghandi tersenyum, ia membalas pesan ibunya. Memberitahukan bahwa ia sudah sampai kantor dan memutuskan beristirahat sebentar di kantor. Kemudian ia ingat sesuatu saat melihat ponselnya.
Ines.
Ya. Bahkan mencari nama Ines di media sosial saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Padahal mengetik namanya juga paling hanya dua detik saja. Atau mungkin bisa satu detik?
Dipikir-pikir, selama satu minggu di hutan, ketika ia mengobrol dengan Erwan—rekan setimnya, atau dengan tenaga lokal dan warga di sana, Ghandi teringat dengan obrolannya dengan Ines. Aneh juga memang, padahal Ghandi sering mengobrol dengan orang asing di luar sana. Tapi kenapa semua berbeda ketika yang ia ajak ngobrol adalah Ines?
Baiklah, mari kita buktikan apakah Ghandi hanya penasaran atau ada hal lain lagi yang mengganggunya?
Dengan mantap, Ghandi mencari nama Inesia Larasati di kolom pencarian instagramnya.
Dapat! Hasil pencarian teratas langsung menunjukkan foto seorang wanita yang nampak dari samping sedang tersenyum dengan rambut panjangnya yang tergerai. Ghandi tersenyum, benar. Dia Ines yang mengobrol bersamanya kemarin.
Membuka profilnya, Ghandi tersenyum lagi. Ia melihat satu persatu foto yang Ines upload.
"Nampak depan, nampak samping, nampak belakang, nampaknya bisa diajak diskusi," kekeh Ghandi.
****
"Teteeeh, gimana BPJS aku? Udah bisa?"
Yuli, salah satu karyawan di kantor Ines masuk ke dalam ruangannya dan menanyakan BPJS nya. Yuli ini karyawan baru, setelah masa probation nya selesai, Ines meminta data Kartu Keluarganya untuk mendaftarkan Yuli ke database BPJS milik perusahaan tempatnya bekerja.
"Aku tadi udah masukin data kamu Yul, tapi ternyata kamu itu PBI ya."
"PBI apaan Teh?"
"Penerima Bantuan Iuran, sayang. Jadi kamu selama ini punya BPJS tapi dibayarin pemerintah."
"Oh, iya itu bener. Katanya sih begitu, tapi kartu aku nggak keluar tahu Teh. Makanya nggak pernah aku pake, cuman Mama sama Adik aku aja yang punya kartunya. Terus gimana?"
"Ini kamu perlu dateng ke kantornya langsung sih Yul. Kamu nanti minta kartu kamu dinonaktifkan dari PBI, bilang aja mau pindah jadi BPJS kantor, nanti kamu dikasih surat keterangan gitu kalau kamu udah bukan peserta PBI, abis itu baru kamu bisa aku pindahin ke database kantor. Tapi prosesnya satu bulan ya, begitu aku pindahin, kartunya aktif bulan depan. Dan buat faskesnya juga masih sama, nanti bisa kamu ubah sendiri di aplikasi. Aku ajarin deh nanti ya."
"Hmm gitu ya. Oke deh, kalau aku besok ke kantor BPJS nya dan nggak ngerti mah aku tinggal hubungin teteh ya?" kekeh Yuli.
Ines mengangguk dan tersenyum, tapi senyumannya terganggu karena ponselnya bergetar. Yuli yang melihat perhatian Ines mulai teralihkan, berpamitan untuk kembali ke mejanya sementara Ines melihat layar ponselnya dan matanya membulat seketika.
Alan_Ghandi mulai mengikuti anda.
Alan Ghandi.
Ghandi.
MAGHANDI? SERIUS?!
"AYAAAAAASSSS!"
Seketika Ines berteriak dari dalam ruangannya. Ia berlari kecil ke arah meja Ayas dan mengguncang-guncang bahu Ayas dengan satu tangannya.
"Ghandiiii follow akuuuuuu," serunya kegirangan.
Hanya Ayas yang sadar di sini, sementara Ines masih girang tak karuan. Ia menatap ke sekitarnya. Semua orang terlihat kebingungan mendapati Ines seperti itu, tapi untung saja mereka bukan rekan kerja julid yang merepotkan, jadi mereka hanya tersenyum, menggelengkan kepala, lalu kemudian kembali bekerja.
"Ssst, Nes. Sadar. Ini di kantor," ucap Ayas memperingati.
Ines mengerjapkan matanya. Ia menatap sekeliling kemudian terkekeh, "Saking senengnya," katanya.
"Pantes aja Yas nggak ketemu, orang username nya bukan Maghandi, tapi Alan," bisik Ines.
Ayas menatap sahabatnya yang kini sibuk cungar cengir tak jelas. Ia tersenyum pelan. Ines bahagia sekali. Yah, semoga saja Ghandi-ghandi ini memang benar orangnya.
"Jangan dulu di follback Nes. Beri waktu."
Menatap Ayas. Ines mengerucutkan bibirnya. Waktu. Waktu. Waktu.
Aaak. Pasti Ayas menyuruh Ines jual mahal kan?
Lagian ya, kenapa sih wanita itu harus jual mahal? Kalau mau ya tinggal bilang mau saja kan? Beres. Bukankah begitu lebih baik?
*****
Alan_Ghandi menyukai foto anda.
Sebaris pemberitahuan yang muncul di ponselnya membuat mata Ines terbelalak dengan lebar. Ya Tuhan, sudah menahan diri untuk tidak mencari nama Ghandi satu minggu, sekarang Ines harus menahan diri untuk tidak memfollback Ghandi selama beberapa saat. Aduh, kata Ayas jangan dulu di follback itu tadi kan? Tadi. Saat mereka masih di kantor. Berarti sekarang boleh dong? Bisa dong? Iya nggak sih?
Alan_Ghandi ingin mengirimkan pesan.
ASTAGA. BERTAUBATLAH INES SEKARANG JUGA!
Oke. Baiklah. Ines akan mencoba untuk tenang dulu. Oke. Baik.
Sebelum di follback alangkah lebih baiknya Ines lihat dulu profilnya untuk memastikan bahwa ia benar-benar Ghandi yang satu minggu lalu Ines temui.
Berdehem, Ines mulai mengunjungi profil Ghandi.
Cukup banyak foto yang ada di profilnya. Ines membukanya satu per satu. Ada foto Ghandi sedang bermain basket, ada fotonya sedang futsal, lalu ada fotonya sedang mengikuti marathon. Whoa, bukankah mereka nantinya bisa marathon bersama?
Terkikik, Ines merasa geli dengan pikirannya sendiri.
Tapi ekspresinya berubah ketika ia melihat sebuah foto Ghandi menggendong seorang anak.
Ha... jangan bilang...
Membuka fotonya, Ines menghela napas lega ketika ia membaca caption Ghandi,
Ekspresi Gina ketika tau kalau omnya gak kasih jajan haha
Oh. Keponakannya ternyata.
Ines terkikik sekali lagi. Ia melihat ada 12 komentar di sana. Oh tentu saja Ines penasaran, ia membaca komentarnya satu per satu hingga membuat tekadnya untuk mem follow Ghandi sempurna.
Layar ponselnya mati, Ines menyentuh layarnya dua kali agar layarnya kembali hidup, tapi ponselnya ini memang kadang sering eror, kalau sudah mati susah sekali. Ines menyentuhnya lagi. Ih, tuh kan susah. Akhirnya Ines memencet tombol di samping kanan ponselnya dan melihat layarnya. Nah sekarang bisa. Tetapi apa yang dilihatnya di layar membuat Ines terbelalak seketika.
Saat ini, pada detik ini. Sebuah ikon love berwarna merah besar muncul di layar yang mana itu artinya...
Ya Tuhan...
INES MENYENTUH IKON LIKE UNTUK POSTINGAN GHANDI YANG SUDAH LAMA!!!!!
Astaga! Mati saja ia Tuhan, mati saja.
"KENAPA MALAH DI LOVE SIH? HAAAAA. HARUSNYA DI FOLLOW DULU BARU DI LIKE! INI APAAN KALAU DI LIKE NYA DI POSTINGAN LAMA KAN KETAHUAN LAGI NGESTALK!!!" teriak Ines frustrasi. Benar-benar frustrasi karena ia melemparkan ponselnya kemudian menjambak rambutnya sementara matanya masih saja terbelalak.
Jauh di ujung sana, Ega menatapnya dengan tatapan tak terduga. Ega baru saja kembali ke rumah setelah mengantarkan kedua orangtuanya pada sebuah acara yang tengah mereka hadiri. Ia pulang karena Ines sendirian di rumah, bahaya kalau ada apa-apa. Tapi sepertinya Ega terlambat pulang, karena memang sepertinya ada apa-apa dengan adiknya yang satu itu.
"Nes?" tanya Ega.
Ines menatap Ega dengan pupil matanya yang bergetar karena kepanikan.
"Kak... Kakakkk," kata Ines.
"Apa? Iya, Kenapa?" tanya Ega panik. Ia berlari hingga duduk di samping adiknya untuk memastikan bahwa Ines baik-baik saja.
"Kak, aku melakukan kesalahan besar," gumam Ines.
"Apa? Kamu jangan bikin kakak panik dong!"
"A-aku nge like postingannya Ghandi, tapi aku enggak ngefollow dia," adu Ines.
JEGER!!
"WOY AH UDAH PANIK JUGA!" Gerutu Ega. Ia kira kenapa. Memang ya, Ines dan kepanikan tidak pernah bersahabat dengan baik. Mereka benar-benar tidak bisa menjadi sebuah kongsi yang solid.
Mengambil ponsel Ines, Ega menyalakan layarnya dan melihat foto yang Ines like. Ia menyentuh kembali ikon Love untuk membatalkannya.
"IH KAKAK KENAPA DIKLIK LAGI?!"
"Ya kan biar nggak ke love Nes," kata Ega. Sok tahu.
Ines menatap kakaknya dengan geram, "Notifnya tetep ada kaaaaaak, tetep adaaaa," protes Ines.
O-ow. Jadi kalau love nya dibatalkan, tetap ada ya? Wah, Ega baru tahu itu.
Menggaruk kepalanya, Ega terkekeh pada adiknya yang kini malah membenamkan kepalanya ke sofa, merasa lebih frustrasi dari sebelumnya.
TBC
HARAM HUKUMNYA YA LIKE FOTO TAPI TIDAK FOLLOW WKWKWKWKWKK
MAKANYA NES, KALAU MAU STALK PAKE AKUN BODONG AJA HAAHAHAHAHAHA
Jadi ke love juga aman wkwkwkwk
Apalagi hp nya sering eror kayak hp aku banget lah itu, layar mati pas dinyalain gak bisa terus. Di klik dua kali tidak ngaruh, dipencet tombol baru bisa, terus di klik lagi dua kali, ya gitu, ke love deh wkwkwkwk
Ohya, Sebagai seorang wanita yang sering banting harga, aku kesel sama tipe tipe ayas yang selalu meminta wanita untuk menahan diri wkwkwkwkwwkk
KEMUDIAN DIHUJAT KARENA TIDAK ADA JUAL MAHAL MAHALNYA.
Ya maksudnya kalau mau mah bilang mau aja lah ga usah banyak ini itunya (ya ini aku sih. orang kan beda beda ya)
Emang paling bener mah ikutin kata hati gais, jangan ikutin kata orang lain hahahaha
Btw ada bahasan sedikit soal bpjs ya lumayan buat ilmu.
YUK TEBAK YUK. KERJAAN INES SAMA GHANDI TUH APA? WKWKWKWK
Foto yang aku upload cuma referensi aja ya, jangan jadikan itu patokan kalian untuk memvisualkan Ines atau Ghandi. Ya biar kebayang aja sih wkwkwkwk
Tebak-tebakan yuk. Kerjaan Ines sama Ghandi itu apa kira-kira? Kalau ada yang bisa nebak, yaudah selamat aja wkwkwkwk
Oke segitu dulu aja ya, emang sesingkat ini kan dihemat-hemat untuk stock #dirumahaja
Jadi selamat jalan dan sampai berjumpa lagi (kemudian goyang)
Esok kita akan berjumpaaaaa~ aaa~ aaa~ tentu hari akan ramai sekaliii~ WKWKWKWKWK
Dah,
AKU SAYANG KALYAN!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro