Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 17 - You Make Me (Bagian II)

Dua minggu berpisah dengan Gandhi tidak terlalu berat untuk Ines karena ada kedua kakaknya yang menemani Ines kemanapun ia pergi, tapi sebenarnya Ines juga tidak banyak keluar rumah sih karena ia lebih senang menghabiskan waktu bersama keluarganya di rumah. Mumpung Ghofar juga masih belum menentukan rencana hidupnya untuk masa depan. Katanya sih mau membuka usaha, tapi tidak tahu juga.

Ines menatap ponselnya dan tersenyum melihat Gandhi mengirimkan foto yang menunjukkan tangan dan wajahnya yang menghitam.

Cepat-cepat ia membalas pesan Gandhi.


Pake sunscreen gagaaan. Kan kemarin udah aku bekelin sunscreen. Dipake ga? Kalau kamu pulang nanti dan sunscreen nya belum abis awas ya. Aku musuhin kamu tiga minggu!

Sent!


Ceklisnya satu. Itu artinya Gandhi masih di lapangan. Ya sudah, nanti juga kalau pekerjaannya sudah selesai, Gandhi akan membalasnya.

Memasukkan ponselnya ke dalam tas, Ines menyapukan pandangannya pada setiap penjuru ruangan. Ia mencari-cari keberadaan Ayas yang tak terlihat. Padahal tadi Ayas bilang kalau mobilnya sedang diservice jadi Ines akan mengajaknya pulang bersama, tapi kemana ya dia?

"Dew. Lihat Ayas nggak?" tanya Ines pada rekan sekantornya—Dewi.

"Udah pulang deh kayaknya, tadi waktu bel pulang dia buru-buru banget soalnya."

Ines menghela napas. Yah, kenapa Ayas pulang duluan sih? tapi omong-omong, seminggu belakangan ini Ayas memang sering pulang duluan, ia sering terburu-buru. Apakah Ayas punya pekerjaan lain ya? Atau ia mau bertemu seseorang?


****


"Kayak maling aja Ya Allah," keluh Ayas.

Ia berjalan dengan cepat dan berdiri dengan gusar karena ojek online pesanannya tak kunjung tiba. Haduh. Satu minggu ini kenapa Ayas merasa seperti maling sih? ia seperti buronan yang setiap sore menghindari Ines—tidak. Lebih tepatnya menghindari orang yang menjemput Ines! tentu saja orangnya adalah Ega!!! Hah. Pria menyebalkan itu.

Ayas tidak tahu, Ega punya masalah apa sih kepadanya? Sudah di blok di instagram, dia masih bisa DM di twitter dan facebooknya, isinya malah memberikan laporan kegiatannya bersama Ghofar dan Ines. wow! Sungguh kebersamaan yang luar biasa sekali antara saudara seiman sedarah dan seibu bapak. Masalahnya... AYAS TIDAK BUTUH ITU SEMUA!

Ayas tidak butuh Ega melaporkannya. Iya. Ayas memang suka pada Ghofar, bahkan perasaan sukanya ini bertahan sangat lama sekali, tapi kan bukan berarti Ayas harus punya mata-mata seperti Ega. Masalahnya Ega ini statusnya juga tidak jelas. Mata-mata bukan, haters juga bukan. Tapi lama-lama tingkahnya sungguh menyebalkan. Ia benar-benar mengganggu Ayas. Makanya seminggu ini Ayas tidak mau melihatnya. Yah, masa ia harus menunjukkan rasa ketidaksukaannya atas kakak dari sahabatnya secara terang-terangan? Toh Ines juga tidak tahu kalau Ayas sesebal itu pada Ega. Mana bisa juga Ayas mengadu pada Ines tentang kelakuan kakaknya.

"Ayas?"

Mendengar namanya disebut, Ayas menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di hadapannya. Oh tidak.

"K—kak Ghofar?" tanyanya tak menyangka.

"Atas nama Ayas?" ucap suara di belakangnya. Ayas panik. Ia menoleh dan bersyukur mendapati ojek online yang dipesannya sudah sampai. Ayas membelalakkan mata. Ia tersenyum, "Oh iya Mas. Itu saya. Ayo mas mana helmnya sini," katanya dengan antusias.

Pengemudi ojek mengerutkan keningnya namun semua terjadi dengan sangat cepat karena tahu-tahu Ayas sudah naik di atas motor dan memakai helmnya lalu berkata, "Ayo pak jalan!"

Sehingga pengemudinya juga menjalankan motornya sesuai instruksi Ayas. Ia bahkan menambah kecepatannya sesuai permintaan Ayas sementara Ghofar yang masih di tempatnya memiringkan kepala, kebingungan.

"Apa dia buru-buru ya?" gumamnya.

"Siapa yang buru-buru?" tanya Ines yang sudah tiba di sampingnya.

Ghofar masih menatap jalanan kosong di hadapannya kemudian menoleh, "Ayas. Barusan kakak sampe, dia lagi celingak celinguk gitu di sini. Pas kakak sapa, dia kaget banget terus malah buru-buru naik gojek," jawabnya.

Ines tersenyum. Si Ayas ini benar-benar.

"Kayaknya sih memang buru-buru kak. Soalnya seminggu ini Ayas juga pulang cepet terus. Nggak tahu juga, besok deh aku tanyain."

"Eh, nggak usah ditanyain juga Nes. Nanti dia malah heran kok masalah ginian doang kakak bilang sama kamu."

Ines mengerutkan keningnya tak mengerti namun Ghofar tak ingin membahasnya. Ia mengalungkan tangannya ke pundak Ines dan berkata, "Ayo katanya mau ketemu ponakannya Gandhi."


****


"Tanteeee," sapa Ghina dengan riang gembira ketika melihat Ines melambaikan tangannya dari jauh kepadanya. Anak itu berlari dengan tas di punggungnya.

"Ginaku sayaaaaang," sapa Ines. Gadis itu berjongkok seraya merentangkan tangannya—menyambut Gina dengan sebuah pelukan hangat dari seorang Tante.

Omong-omong selama satu minggu terakhir, Ines mengambil alih peran Gandhi untuk menjemput Gina ke sekolah, kalau hari libur Ines juga selalu main ke rumah Gandhi untuk menemani ibunya dan terkadang berkumpul dengan kakak juga adiknya Gandhi. Dua minggu tanpa Gandhi yang terisi dengan kedekatannya bersama keluarga Gandhi. Wow! Ia bahkan tak menyangka kalau hal ini akan terjadi, bahkan Gandhi sendiri juga tak memperkirakannya. Tapi kekasihnya yang nan jauh di sana itu bahagia dan bangga sekali dengan Ines. Semalam Gandhi bahkan mengatakan kalau grup keluarganya sekarang lebih ramai dengan pembicaraan tentang Ines dibandingkan tentang dirinya.

"Tante! Gina mau beli slime dulu boleh?" tanya Gina.

Ines mengangguk, "Ayo kita beli slime."

"Eh. Omnya ganti lagi," kata Gina ketika melihat Ghofar menghampirinya.

Ines menoleh kemudian mengangguk, "Iya sayang, ini kakaknya tante yang pertama. Namanya om Ghofar."

"Halo Om Ghofar!!" sapa Gina dengan riang.

Ghofar tersenyum lebar, "Hai!" sapanya kembali.


****


Gandhi membaca pesan terakhir Ines kemudian tertawa dengan keras hingga membuat Andri menghampirinya dan bertanya, "Kenapa bro?"

Menggelengkan kepala, Gandhi menunjukkan pesan Ines dan berkata, "Cewek gue. Katanya kalau sunscreen yang dia bekelin nggak gue pake, dia mau musuhin gue."

"Yaelah bro, manis bener yang punya pacar," sahut Andri, iri. Pria itu melihat Gandhi dengan seksama kemudian melanjutkan ucapannya, "Yah, tapi memang kelihatan sih sekarang lo punya pacar. Jujur lo beda banget."

"Beda gimana?" tanya Gandhi. Pria itu menyimpan ponselnya. Ia menatap Andri dan menantikan jawaban dari rekan kerjanya.

"Gue nggak maksud banding-bandingin sih ya, kinerja lo memang bagus dari dulu. Tapi sekarang kayaknya naik berkali-kali lipat. Lo bahkan mau ambil project yang sebelumnya nggak pernah lo ambil."

Gandhi tersenyum miring, "Butuh duit soalnya gue. Nggak tahu ya, pengen nikahin pacar gue cepet-cepet aja jadinya Ndri," katanya.

Andri menganggukkan kepala. Ia sudah menikah jadi sedikit banyak tahu apa yang sedang Gandhi rasakan sekarang.

"Lebih tepatnya sih lo udah punya rasa bertanggung jawab Gan," katanya.

Gandhi berpikir, "Yah, gimana ya Ndri. Tiap cewek gue ngeluh soal kerjaannya gue jadi pengen buat dia diem aja gitu nggak usah kerja, tapi nggak bisa gitu juga. Dia suka cerita kalau dia seneng kerja, makanya yang gue utamain itu bukan membuat dia berhenti kerja tapi buat dia semangat lagi. Terus setiap denger dia ceritain kakak-kakaknya, gue selalu mikir bahwa gue harus bisa kasih lebih dari apa yang kakaknya kasih. Bahkan kadang nih ya, kalau bawa dia makan, gue lihat dulu kakaknya bawa makan kemana—di IG nya, dan akhirnya gue bawa ke tempat yang lebih oke. Emang dasar. Pokoknya apapun itu gue selalu pengen jadi yang terbaik ajalah buat dia. Aduh, udah sesayang itu kali ya sama dia?" kekehnya.

Andri tersenyum tipis, "Yah, gitulah serba-serbi hubungan manusia yang pake hati," katanya, "Ini masih pacar Gan, udah jadi istri mah berkah luar biasa banget. Lo pasti sujud syukur tiap hari sama Tuhan," sambung Andri.

Gandhi tersenyum lebar, "Gue nikahin aja bulan depan kali ya?" tanyanya.

Andri tertawa, "Abisin dulu tuh sunscreen!" ledeknya.

Oh. Iya juga. Sunscreen! Ya Tuhan.


****


"GAGAAAAN!"

Baru juga tersambung, Ines sudah memanggil namanya dengan antusias di sebrang sana. Pria itu menatap wajah Ines di layar seraya tersenyum, "Udah kangen aku banget?" tanyanya.

Ines menggeleng, "Bukan ih! Bentar. Sumpah. Ini lucu banget!" katanya.

"Lucu kenapa sayang?"

"Masa yaa, tadi kan aku jemput Gina," kata Ines.

Ceritanya terhenti karena kekasihnya yang cantik itu tak bisa menahan tawanya. Ia menatap wajah Gandhi, kemudian tertawa lagi, membuat Gandhi kebingungan tetapi sialnya virus bernama cinta, tawa Ines malah menular dan membuat Gandhi tertawa juga. Wah. Ia memang sudah gila!

Seketika Gandhi menghentikan tawanya. Ia menatap Ines dan berkata, "Cerita dulu dong, baru ketawa."

Ines menggeleng dalam tawanya, "Nggak bisa. Ini lucu banget," katanya.

"Emang tentang apa sayang?"

"Gina," kata Ines. Sekarang tawanya sudah berhenti. Ines sudah bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Gadis itu bahkan sampai mengeluarkan air mata. Ia terkekeh kemudian mengelap air matanya.

"Kenapa Gina?"

"Tadi kan aku jemput Gina ya, terus dia bilang mau beli slime. Terus katanya—Hahahaha—Gagaaaan, kata Gina kamu pernah buat Gina hampir botak gara-gara slime!"

Di sebrang sana Ines tertawa lagi sementara Gandhi yang paham dengan ucapan Ines juga ikut tertawa. Ya Tuhan. Aib terbesarnya yang dapat mencoreng nama baik Gandhi sebagai calon Papa yang baik tersebar juga. Dasar Gina!

"Yah, gagal pasang image calon Papa yang baik deh" kata Gandhi.

Ines menatapnya di sebrang sana, "Gimana sih kejadiannya? Kok bisa gitu? Tadi Gina cuman cerita kalau rambutnya kena slime banyak gara-gara omnya!"

"Wah, panik banget itu Nes. Jadi kita lagi main slime, banyak kan slime nya Gina tuh. Aku bilang 'Wah, Gina demam. Harus dikompres!' terus aku tahan rambutnya biar gak kena keningnya dan 'plak!' aku templokin deh slime yang segitu banyaknya ke jidat si Gina. Anaknya ngakak, mungkin aneh juga sama slime yang kerasa dingin di jidatnya."

"Terus-terus?"

"Terus abis gitu Gina tepuk tangan, aku reflek juga ikut tepuk tangan dan bilang 'Wah Gina udah dikompres' tapinya WAKWAW! Itu rambut yang sebelumnya aku tahan, jatoh ke depan dan lebih parahnya lagi si Gina loncat-loncat sampe mau jatoh tapi ketahan kursi. Tapi kan dia udah keburu nunduk ya Nes."

"Jadi rambutnya tumpah semua kedepan dan kena Slime?" tanya Ines.

Gandhi tertawa, "Unfortunately, ya."

"Ya Allah Gagan!" seru Ines. Gadis itu tertawa dan meledek Gandhi habis-habisa sementara Gandhi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Aku udah ambil gunting, mau aku gunting aja itu rambut yang kena Slime nya. Tapi malah dimarahin ibu."

"IYALAH! Rambut itu mahkota perempuan tahu!" kata Ines.

Gandhi berdecak, "Yah kan biar cepet. Karena nggak bisa digunting... akhirnya aku ngide, aku pakein minyak rambut punya Ibu. Begonya, minyak rambutnya aku tetesin ke kapas, jadi nambah masalah, kapasnya nempel ke rambut yang udah ketempelan slime!"

"YA ALLAH!"

Tawa Ines semakin pecah. Kisah ini akan ia bawa sampai nanti untuk meledek Gandhi. Sumpah!

"Ibu makin marah. Yah, gitulah. Endingnya, kita bersihin rambut Gina semaleman. Sampe anaknya tidur, sampe ibu tidur, tapi aku masih sibuk bersihin rambut Gina dari slime. Bener-bener."

"Emang bahaya banget meninggalkan anak sama laki-laki. Nanti anak kita kayaknya perlu pengawasan lebih kalau aku tinggalin dia sama kamu," kata Ines.

Mendengar Ines membahas masa depan mereka dan bahkan menyebut 'anak kita' membuat hati Gandhi menghangat. Pria itu tersenyum, senang dan bangga luar biasa.

"I love you," katanya tiba-tiba. Bukannya menjawab ucapan Ines yang sebelumnya, Gandhi malah mengucapkan kata cinta.

Di sebrang sana Ines tersenyum, "I love you too. Cepet pulang Gagaaaan. Aku tungguin!"



TBC



OH MENGAPA KISAH ORANG LAIN INDAH SEMENTARA KISAHKU BERDARAH DARAH WKWKWKWK

Btw buat kejadian slime WKWKWKWKW itu aku ke keponakan aku hahahahahaha

Panik banget takut dimarahin emaknya. Untung saja teratasi dengan baik.

Btw, aku sedang menuai apa yang aku tabur alias aku kan lama meninggalkan wattpad jadi sekarang giliran aku yang ditinggalkan. Gapapa. Anggap aja ini cerita pertama aku, semangatnya harus sama. Ingat bahwa setiap karya ada penikmatnya. Comeback kali ini harus sungguh-sungguh dan terbukti! Wkwkwkwkw

Ini pas dibaca kok kayak pendek ya padahal 1.7 words wkwkwkwkwk

Dahlah baca aja

Bye.

AKU SAYANG KALIAN :* 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro