27. Markas TNV
Hai, huahaha!
Aku kembali dengan chapter baru
Well, karena libur sudah tiba tiada salahnya up lebih cepat
Hope you guys enjoy it!
Membacalah dengan sloww~
Happy reading (/ÒvÓ)/
.
.
Pukul 18.39. sore :
"Hai, guys, welcome to Solar's live. Fansku apa kabar?" Solar memulai hobinya dengan sapaan pada fans. Satu hal yang berbeda, suaranya kedengaran tidak bersemangat.
Ia memosisikan ponselnya agar berdiri, sekaligus dapat merekam apa yang sedang ia lkukan. Yaitu mengecek cairan ungu yang ada disuntikan yang Ice berikan tadi.
Selama beberapa menit Solar fokus meneliti objek ungu, membiarkan para Fans berkomentar bahwa mereka mengkhawatirkan kondisi Boboiboys.
Namun Gempa nongol dari pintu labolatorium, membawakan secangkir kopi. Melihat Solar yang amat fokus, Gempa meletakkan cangkirnya ke pinggir meja.
Kemudian matanya tak sengaja mengarah pada ponsel Solar, ia membaca beberapa komentar di sana.
"Solar, kasihan fansmu capek-capek ngetik gak dibaca." Ia menegur. Lima ratus orang menunggu respon Solar di media sosial.
Solar menggaruk tengkuknya. "Yeah, mau bagaimana lagi? Mereka harus tahu kalau Solar tampan ini masih hidup, daripada ku matikan livenya."
Ia memindahkan sisa cairan ungu ke piring transparan mikroskop. Sesudahnya ia mengambil ponselnya, memberi sedikit senyum pada para fans sambil mengucek mata.
"Sorry guys, Solar tampan ini lagi sibuk. Sama abangku aja dulu, dahh~" Ia dengan cepat menaruh ponselnya ke tangan Gempa, lantas mendorong abangnya ke luar.
Gempa mendengus samar, menatap komentar fans yang semakin lama semakin deras.
___________
Fans1
Eh papa Gem, hai!
Fans2
Bang Sol sibuk bgt ya
Fans3
Knp? Skit lo gegara di cuekin?
Fans2
Iya hikd :(
Fans4
Papa Gem, say something dong
:^
___________
Giliran Gempa menggaru pipinya. Dengan senyum kaku ia menyapa, "Halo~ maaf ya Solarnya agak sibuk. Stop panggil papa Gem, ya. Belum ada calon."
.
__________________
Fans5
Dipnggil papa gamau, mama Gem aja deh🗿
Fans6
Blm ada calon? Tenang! AKU SELALU ADA DI SISIMU
Fans7
Gak! Gemgem punyaku
Fans8
Gakkkk! Calon mantu emak gua tu!
Fans9
G, calon bapak dari anak2 gua
Fans10
Gemgem itu masa depan gua, titik no debat
Hatersbgst
Halah halu, mau pula lo sama yg burik gitu
Fans11
APA URUSANNYA SAMA LO HA HATERS?!
Fans12
Haters ini perlu disantet tau sumpah kesel gue
Fans13
Gemgem gausah denger ketikan org ga guna ya
Fans14
Iya, nambah beban pikiran aja
____________
Ah, lebih baik Gempa segera mencari orang untuk mengoper ponsel Solar. Membaca komentar human-human di live ignya membuat Gempa pusing sendiri.
Dan Gempa menemukan orang yang pas untuk itu. Blaze yang sedang sad di lorong sekolah dan Taufan yang setia di samping untuk menghiburnya.
Gempa memerlihatkan Blaze yang masih mengalirkan air mata buaya pada para fans. "Ini guys, peternak ayam yang lagi sedih."
Blaze menatap layar ponsel untuk beberapa detik lalu terkejut begitu menyadari rupanya seluruh fans melihatnya menangis. "GAH! AH BANG GEM-"
Ia melempar ponsel Solar, untungnya dapat ditangkat Taufan sebelum menyentuh lantai.
"BANG GEM kok gitu sih... hiks... hiks... HUAAAAAA!"
//membayangkan Blaze nangis, tapi kelihatannya imut. Oh my-//
Kedua abangnya hanya melihatnya menangis tanpa berniat menenangkan. Ya mau bagaimana... daripada Blaze nekat lari dari sekolah, lebih bagus nangis di sini.
Taufan membaca beberapa komentar fans, ia terkikik lalu dahinya mengerut. "Gem, ini kan lagi wabah zombie. Kok ada yang nonton?"
Gempa memutar bola matanya. "Yang bisa lawan zombie bukan cuma kita kali."
"Bukan, maksudnya koneksi internetnya... masih jalan?"
"Gak tau, ah. Bukan urusanku." Gempa melenggang pergi dari sana. Panik masih melanda hatinya mengenai Thorn.
One hour later~
"AKHIRNYA! SELESAI JUGA!" Solar berteriak lega sembari meregangkan badannya. Setelah menghabiskan 60 menit di dalam labolatorium, akhirnya Solar selesai menyelidiki cairan apa yang disuntikkan kepada Thorn.
Ia menyeruput kopi yang tadinya Gempa siapkan sebelum turun ke bawah untuk memberitahu hasil labolatoriumnya.
"Woe-"
"Gimana?" Halilintar duluan menyela.
Hampir Solar melatah. Huh, kemunculan abangnya bikin terkejut saja. Ia mengurut dada, mengarahkan abangnya untuk berkumpul dengan yang lain dulu.
Ketika semua sudah berkumpul, Solar pun memulai penjelasannya. "Jadi... berdasarkan hasil pengamatanku, cairan ungu itu hanyalah sebuah obat penenang-"
"Obat penenang bisa bikin orang gak bisa gerak? Baru tahu aku." Blaze memotong ucapannya. Ia sudah baikan sepertinya.
Solar mendelik. "Aku belum selesai. Itu memang obat penenang, namun cara kerjanya sangat berbeda dengan obat penenang biasanya."
"Cairan ini tidak membuat korbannya pingsan, hanya freeze. Saraf tangan dan kakinya kaku tidak bisa bergerak."
"Untuk menghemat waktu, aku tidak meneliti lebih lanjut. Menurut perkiraan, bang Thorn mulai bisa bergerak beberapa jam lagi." Solar merenung sejenak.
Sebenarnya saat ia meletakkan cairan itu ke mikroskop dan meneteskan sedikit darahnya ke sana, cairan ungu itu tampak perlahan menyatu dengan darah. Setelah itu tidak terjadi apa-apa, tapi Solar khawatir cairan itu akan berdampak pada Thorn kedepannya.
"Aku ragu, Solar," ungkap Gempa.
"J-jangan... k-khawatir bang G-Gem. T-thorn... ga- papa... kok." Suara lemas menghampiri indera pendengaran mereka.
Thorn yang berbaring di antara mereka sudah dapat berbicara!
"Thorn?" Seluruh atensi mereka lalu berubah. Mereka mengelilingi Thorn, ingin tahu kondisinya.
"H-hihi." Thorn dengan susah payah menggerakkan otot wajahnya untuk menampilkan senyumnya.
"Oh, syukurlah gak jadi mokad." Gopal bergumam kecil sambil menghela napas lega. Ia mengambil ponselnya, memotret Boboiboys yang sedang berpelukan bak teletubis.
Fang menyenggol bahu kawannya yang satu itu. "Gak ada kalimat yang lebih bagus?"
"Ada. Gini 'yahh... gak jadi mati'."
Pletakk!
Ok abaikan.
"Karena Thorn mulai baikan, apa boleh kita berangkat sekarang?" Supra menegur halus. Demi mempersingkat waktu, mereka harus cepat menuju destinasi akhir.
Lagian Supra iri dengan Boboiboys karena bisa berpelukan dengan penuh kasih sayang begitu. Ia sama saudaranya mana pernah🗿
Boboiboy mengangguk. "Tentu."
Tiada angin tiada hujan, Frostfire lantas mengukir senyum lebar. Pasti ada sesuatu yang dipikirkannya. Lalu ia mengusir seluruh member yang masih duduk lesehan di tengah lapangan. Menyuruh mereka pindah ke pinggir.
Yang lain nurut aja.
Ying menghampiri salah satu batu bata di samping lapangan basket. Mengambil salah satu batu bata tersebut lalu tampaklah sebuah packlock kata sandi. Ying pun memasukkan angka 'xx'.
Sori kagum sejenak pada Ying. Ia sendiri terlalu malas menghapal sandi markas khusus TNV itu. Dan Ying dengan mudahnya mengeja tanpa harus berpikir dahulu.
Tak lama, lapangan basket sekolah Harapan terbuka. Sisi kirinya bergerak ke sisi kanan. Tampaklah bahwa di bawah lapangan basket itu ada ruangan tersembunyi.
Sori membentangkan tangannya. "Selamat datang di markas rahasia TNV!"
Taufan melongok ke bawah. Cukup dalam dan luas, sekitar 3 meter ke bawah dan 9 meter ke samping. "Aman gak nih?"
Ice turun duluan menggunakan tangga yang tersedia. Memencet sakelar, lampu pun menyala. Mereka semua lantas turun untuk melihat-lihat markas kecil-kecilan itu.
Ya siapa tahu ketemu uang 1 miliar di markas mereka, Taufan dengan senang hati menghabiskannya.
Namun, harapannya tidak terkabul. Hampir setengah markas TNV dipenuhi bahan narkotika di dalam karung putih besar.
"Kalian jadi TNV cuma dua bulan dan dapat narkotika sebanyak ini?" Boboiboy terpukau. Adiknya bahkan bergerak lebih cepat darinya. Amato memang benar bahwa adik-adiknya memang bukan anak kecil lagi.
"Ini narkotika mau diapain?" Yaya menyentuh sedikit daun ganja, bahkan dari kejauhan Yaya bisa mencium bau ganja yang kuat. Gak nyaman banget di dekat tumbuhan itu.
"Disembunyiin aja biar gak ada yang menyalahgunakan," jawab Ying apa adanya.
Selama TNV berpura-pura jadi mafia, mereka sudah banyak merampas narkotika yang hendak diperjual belikan orang secara Ilegal. Narkotika yang sudah diambil paksa itu ditaruh ke markas. Makanya Ying kurang suka ketika Ice mengajak mereka berkumpul di markas TNV untuk berdiskusi.
Mau taruh ke tempat lain, takutnya ada yang nyuri.
Supra menghampiri sebuah loker di tengah meja. Menaruh jarinya untuk di-scan dan terbukalah benda besi itu. Isinya permata yang sudah mereka rampok.
Ada sekitar 10 permata, tapi Supra hanya membawa enam permata di tasnya. Yaitu sapphire, ruby, emerald, pearl, garnet, diamond. Ada satu permata lagi yang harus mereka rampas dari GOT, yaitu citrine.
Dan itu mungkin nanti.
Tujuan mereka ke markas ada dua, yaitu yang pertama : mengambil permata yang tertinggal dan yang kedua, menjemput mobil mereka.
Jangan salah, walau markas mereka sudah sempit dipenuhi segala macam sampah, mobil pasti ada di dalam sana karena kendaraan itulah yang akan mereka gunakan menuju ke apartemen Kaizo.
Fang menurunkan sebuah tuas, lantai tempat mobil-mobil itu terparkir lantas naik ke lapangan. Yang pertama, mobil berwarna merah. Mobil kedua berwarna putih dan mobil ketiga berwarna hitam.
"Wooohh! Mobil? BMW atau lamborgini? Ferrari? Tuatara? Atau Mercedes Benz?" Melihat betapa bergayanya ketiga mobil itu Blaze jadi heboh sendiri.
Solar mengacak pinggang. "Mobil luar angkasa mana ada mereknya, Bang."
Boboiboy menggaruk kepalanya mendengar perkataan Solar. Segabut apa Kapten Kaizo sampai rela mengirimkan tiga mobil luar angkasa ke bumi?
Harap saja mobil itu bukan dari Bagogo...
Ying menaikkan kacamatanya sedikit, tampak fokus mengetik sesuatu di tabletnya. Ia melirik sang ketua. "Kelompoknya harus bagaimana? Siapa naik mobil 1?"
Ice berpikir sesaat. Jumlah mereka ada 18 dan ia bisa menempatkan 6 orang dalam 1 mobil. Masalahnya siapa saja?
Hm...
Mobil 1 : Frostfire, Tasya, Supra, Blaze, Gempa, dan Thorn.
Mobil 2 : Boboiboy, Glacier, Solar, Ying, Sori, dan Taufan.
Mobil 3 : Ice, Fang, Tiah, Halilintar, Gopal dan Yaya.
"Yakin, Ketua?" tanya Ying memastikan, nama-nama yang disebutkan kedengarannya acak sekali.
"Ya." Ice membalas singkat.
Pupuslah harapan Ying untuk dapat satu mobil dengan Yaya. Ia mengangguk lesu lalu mengarahkan semuanya masuk ke mobil.
"Aaaaa! Gak mau, maunya sama Bang Hali," rengek Taufan dengan penuh drama. Siap memeluk kaki sang abang lagi.
"Dasar tukang drama," gumam Halilintar sambil memutar bola matanya. Ingin beranjak ke mobil terakhir namun Taufan tak kunjung melepaskan pelukan lebaynya.
Blaze pun turut melakukan hal sama pada Ice. "Aku sama Ice aja, ya? Boleh ya? Boleh ya?"
"Gak."
Boboiboy hanya bisa menepuk dahi melihat tingkah aneh adik-adiknya. Mau taruh dimana mukanya ini~
"Fan, lepas gak?"
"Gakk, Babang Hali jangan pergi."
"Najis, astaga. Woi lepas." Halilintar yang sudah sebal, berjalan dengan lamban dengan Taufan yang masih lengket di kakinya. Terseretlah saudara kedua itu.
"Bang Upan jangan main-main, ih! Cuma pisah mobil kok bukan pisah alam," celetuk Thorn yang sudah duduk anteng di mobil pertama.
Lemas tapi tingkah abangnya itu membuatnya ikut stress, mau tak mau harus berkomentar juga.
"Mulutnya, heh!" Taufan mendelik.
Fang membunyikan jarinya, tanpa basabasi lagi ia menyeret Taufan lalu melemparnya ke dalam mobil kedua. "Pisah mobil doang banyak gaya," ketusnya.
"Aaaa- Babang Fang tega." Taufan menaruh tangannya di depan dada. Satu tangan lagi membuat flying kiss.
Ying menyempatkan diri untuk menjitak kepala kawannya itu. "Fan, kau gak belok 'kan?" Ia bertanya waswas.
Taufan spontan menghentikan dramanya. "Enggaklah!"
Ice menghampiri gerbang. Mengintip keadaan luar, masih banyak zombie yang mengantri. Ia membuka gembok gerbang dengan kunci yang entah di dapat darimana lalu menunjukkan jari jempolnya.
Para pengemudi pun menghidupkan mesin. Ice menghela napas dulu, tiba-tiba degdegan nih. Kemudian dengan sekuat tenaga ia menarik gerbang besat itu ke samping.
Begitu gerbang sekolah terbuka, mobil satu segera melaju diikuti mobil lain. Ice tidak ketinggalan tentunya, ia memanjat atap mobil ketiga dan menelungkup di sana.
Mobil luar angkasa itu melaju keluar dari gang sekolah menuju jalan besar. Beruntunglah jalan raya masih sepi jadi, mereka dapat melaju kencang di rata-rata.
Terkecuali mobil tiga karena Ice ada di atasnya.
Frostfire mengaktifkan hologram videocall antarmobil. Tampaklah kondisi kedua mobil dari arah depan, tepatnya di samping kemudi. "Woy, balap yuk!"
"Jangan main-main," balas Fang. Mukanya tegang pake banget, sesekali ia melirik ke kaca mobil untuk memastikan Ice tidak hilang diterpa angin.
"Ish, gak seru." Frostfire mencebik. Demikian juga Blaze.
"Seru, seru, ntar nyasar ke neraka gak lucu lho." Glacier menegur.
Gopal pula meringis pening, kecepatan mobil mereka sudah di atas angka 100 dan akan sangat berbahaya jika pengemudinya belok mendadak.
"Iya tuh, dosamu masih banyak." Supra mengingatkan saudaranya itu.
Mengabaikan topik tidak jelas yang dibangun kawannya, Halilintar membuka jendela mobil. Sebagai saudara tentunya ia khawatir juga. "Ice, masuk!"
Namun tiada jawaban yang ia dapat, sontak Halilintar mengeluarkan kepala dari mobil. Begitu mengintip atap mobil, Ice sudah tidak ada di sana.
Halilintar panik tak kepalang menyadari itu. Ia mengedarkan pandangan ke sagala arah namun yang dilihatnya hanyalah aspal dan gedung yang cepat dilewati. Ia kembali duduk, terdiam bisu memancing rasa penasaran yang lain.
"Kenapa, Li? Ice ada di atas sana 'kan?"
"Gak ada."
"Oh."
"EH?! APAAAA?!"
.
.
.
.
.
Ada beberapa penjelasan yang mungkin akan membuat kalian bingung :^
1. Boboiboy dan boboiboys itu beda yak🗿
Boboiboys itu semua anaknya Amato, Boboiboy dan 7 elementals.
Boboiboy, ya Boboiboy.
Elementals = Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze, Ice, Thorn dan Solar.
2. Alur fanfic ini sebelum Boboiboy Galaxy S2.
3. Tokoh Halilintar, Taufan, Gempa, Blaze, Ice, Thorn dan Solar di fanfic ini beneran manusia asli.
Kalau di cerita lain kadang mereka hanya sebuah kekuatan, tapi di cerita ini mereka manusia asli.
Asli dilahirkan sama emaknya.
4. Boboiboy dan elements tinggal terpisah sejak kecil.
Saat kecil Boboiboy diarahkan Amato untuk tinggal bersama Tok Aba, sedangkan elementals tinggal dengan ibunya.
Boboiboy dan kawan-kawan (Fang, Gopal, Yaya dan Ying) sering mengunjungi elementals. Karena itu elementals juga dekat dengan Fang, Gopal, Yaya dan Ying.
Boboiboy sedari dulu sudah punya kekuatan. Kawan-kawannya juga. Tapi tidak diberitahu pada elementals.
_________________
Okeh cukup, itu saja dulu.
Saia sendiri pening mau menjelaskan gimana.
Semoga paham :)
Gak paham nanyak woy TwT
See ya later~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro