26. Awalnya
Haloo human human sekalian~
Yang masih setia nunggu cerita ini thanks banget!
Untuk memulai chapter ini diharapkan otak readers fresh yak, kalau tidak nanti koslet.
Di chapter ini juga kita akan mengungkap siapa TNV~
Saia pegel main tebak-tebakan aneh ini 👁👄👁
Happy reading~
.
.
.
"Bang Boy?"
Kejutan kecil ini membuat semua orang kaget dengan kehadirannya. Ice ternganga kecil, bagaimana caranya Boboiboy kemari? Ia mengabaikan tatapan mengerikan dari Boboiboy yang rasanya ingin menumbuk adiknya hingga halus.
Sehalus sikap Boel pada anda bila sedang jatuh cinta, eaak!
Apasih///
Dor! Dor! Dor!
Pasukan cadangan Ejojo datang menghadang dengan berbagai serangannya menyadarkan mereka bahwa situasi masih belum aman.
"Sesi ceramahnya ditunda saja," tegur Fang pada kawan baiknya. Ia melompat turun dari atap dan mendarat dengan mulus di samping Gopal yang masih santainya memakan chiki.
Boboiboy memutar bola matanya seraya mendengus samar. Ia mengambil dua bilah katana dari tas panjang yang sedari tadi bersandar di punggungnya. Lalu memberikan satu katana itu pada Halilintar.
Halilintar yang diberi katana pun mengernyit bingung. Maklum, otaknya masih stuck di tengah jembatan.
"Mari kita habiskan seluruh pasukan tidak berguna ini, adikku~" Boboiboy mengibaskan katananya ke depan dan dengan cepat menebas bawahan Ejojo dan zombie yang ada di dekatnya.
Halilintar mengangguk tanda mengerti. "Baiklah~" Ia membalikkan badan, menatap bengis semua musuhnya. Tersenyum sinis menakuti musuhnya yang masih manusia.
Ice hanya memandangi mereka dari kapal angkasa. Saat fokusnya menonton scene pertarungan, tiba-tiba Ice ingat bahwa ia belum menuntaskan perkelahiannya dengan Ejojo.
Ice lantas menolehkan kepalanya ke samping. Tampak Ejojo berdiri seperti orang bodoh, ikut menonton pertarungan Boboiboy. Ice memainkan alisnya, ini aneh. Ejojo tidak berniat lari atau mencuri kesempatan untuk membunuhnya.
Kemudian dengan mudahnya ia menikam dada Ejojo tepat di jantungnya. Cipratan darah Ejojo mengenai dirinya namun bukan itu yang dipedulikan. Apalah kerennya semua ini? Ejojo yang ada di hadapannya ini palsu.
Ejojo palsu yang ini tidak punya bayangan, Ice merasa bodoh karena baru menyadarinya.
Mendadak sebuah sinar biru menghampiri matanya. Jasad Ejojo bercahaya! Dan secara tiba-tiba lenyap begitu saja. Ice melongo untuk kedua kali, jelas sudah.
Ice sedari tadi melawan hologram setengah nyata?!
"Oalah, mubazir tenaga aja," gumamnya penuh kesal sembari menggenggam kuat batu limanya.
.
Fyi : hologram yang ada di cerita ini sudah di upgrade. Hologram ini bukan hanya menampilkan gambar dan suara, tetapi juga memaparkan apapun yang menunjukkan bahwa hologram itu adalah manusia asli. Seperti darah, keringat, dll yang terlihat seakan benar-benar nyata.
Kalau tidak paham, tanya slur~
Jangan sampai menyesal seperti saat daku SD dulu.
Ketika guru berkata, "Apakah ada pertanyaan?" Maka kelas akan sepi saat itu juga. Tapi pikiranku bertanya-tanya, gurunya menjelaskan apa sih? GAK NGERTI TwT.
Ok kembali ke cerita :
.
Tugasnya selesai, tanpa basa basi lagi Ice melompat turun dari pesawat angkasa tersebut.
.
BUMM!!
"Akhirnya."
Thorn mengibas-ngibaskan tangan di depan hidungnya, berusaha mengusir debu yang terbang kesana kemari karena ulah mereka.
Setelah mengerahkan seluruh kekuatan otot tubuh, TTM akhirnya dapat menggeser batu besar yang menghambat jalan keluar. Mereka pun keluar dari sana.
"Gila, batunya berat banget kayak Ice." Blaze menyeletuk asal sambil mengelap keringat.
"Apa katamu?!"
Datanglah orang yang baru disebutkan namanya, menghampiri Blaze dengan tatapan tajam.
"Eh? Gak kok, ringan banget batunya kayak kerupuk." Blaze menyengir begitu menyadari kedatangan Ice, dua jarinya diangkat membentuk piece finger. Matanya panik melirik sana sini.
Gawat! Kalau Ice ngambek, Blaze bisa puasa 5 hari.
Ice berbalik badan dengan muka cemberut. Tega sekali abangnya berkata ia berat. Lalu ia berjalan menjauh.
"Hayoooo~ habislah kau~" goda Taufan terkikik melihat Blaze yang sudah pasrah pada nasibnya nanti.
Blaze memang sudah sering menyinggung berat badan Ice. Sang adik sendiri tidak berniat membalas, tahunya ngambek saja. Dan Gempalah yang memberinya hukuman ringan karena telah melukai perasaan adik tersayangnya setelah Thorn.
Thorn malah mengukir senyum senang. Ia sedang menebak kira-kira hukuman apa yang akan Gempa berikan? Kakak ketiganya pasti bosan memberi hukuman yang itu-itu saja.
Namun senyum secerah matahari itu harus terbenam. Seorang musuh datang menyuntikkan cairan ungu padanya.
Sudah diam-diam menyuntik cairan aneh, suntikannya tidak dilepas dari lengannya pula. Thorn yang terkejut hanya mampu melirik suntikan yang berdiri di lengannya. Semakin lama semakin sakit. Ia sendiri tak berani mencabut benda itu dari lengannya.
Orang yang pertama menyadari keadaan Thorn saat itu adalah Taufan. Ia menatap horor suntikan tersebut, lantas panik menghampirinya. "Ya ampun, Thorn!"
Tangannya spontan menarik suntikan itu dari lengan Thorn tanpa mengetahui cara yang benar untuk melepas suntikan. Taufan melakukannya pelan-pelan.
Di tengah-tengah momen itu, Taufan teringat saat kakinya tertusuk paku. Bruh, ia ikut ngilu. Beginikah perasaan Halilintar saat mencabut paku dari kakinya?
Ice yang tadi berniat dalam lapangan perang sontak kembali. Ia memerhati dengan intens proses pelepasan suntikan itu. Manatahu waktu ditarik, jarumnya tertinggal.
Kemudian dahinya sedikit mengerut melihat Thorn yang linglung setelah jarumnya dilepas. "Thorn?" Taufan dan Ice memanggil serentak.
Namun Thorn tidak memberi sahutan apapun membuat mereka waswas sekaligus khawatir. Cairan apa yang ada di suntikan itu?
"Hei kalian yang ada di sana! Ikut aku! Kita pergi dahulu ke tempat aman!" teriak Frostfire dari kejauhan menyadarkan mereka semua bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk berdiam diri.
Blaze menggendong Thorn di punggungnya lalu berlari mendekati rombongan yang akan melakukan evakuasi, diikuti Taufan dan Ice dari belakang.
Begitu sampai, mereka langsung diberi setumpuk pertanyaan panik dari yang lain mengenai Thorn.
"Itu Thorn kenapa?!"
"Thorn?"
"Dia pingsan?!"
"Itu matanya terbuka, buta kau?"
"Trus? Dianya gak nyahut."
"Kena tusuk? Bom? Atau kena razia?"
"Thorn? Woi, jawab woi."
"Kalian kalau jaga saudara sendiri itu yang bener dong! Apa yang terjadi sama dia?"
Begitulah.
"Tenang astaga." Taufan menepuk dahi, Gempa mulai mengomel lagi.
Boboiboy berjalan mendekat, mengelus pipi Thorn yang masih linglung itu. Syukurlah pipinya tidak dingin. Thorn memandangnya lesu, matanya masih terbuka namun tidak berniat menggerakkan mulut. Boboiboy tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya Thorn baik-baik saja.
"Jangan tidur, ya," bisik Boboiboy pada Thorn.
Thorn mengedip mata tanda iya.
Boboiboy beralih pada yang lain yang mulai berdebat tentang hal yang tidak penting. "Kalian kalau mau debat sama zombie aja sana!" tegurnya kesal.
Blaze pula tumben adem, tidak ikut memberi komentar. Bukan tidak berniat, ia sedang ketar ketir karena Boboiboy berdiri tepat di sampingnya.
Bukan canggung karena sudah lama tidak bertemu, hanya saja... Blaze menyembunyikan sesuatu.
"Ntar kami mati, kau ngesad di pinggir jembatan," kata Gopal menepuk kuat bahu Boboiboy.
"Halah."
"Udah-udah! Sekarang kita evakuasi dulu ke sekolah, di sini tidak aman." Boboiboy mengarahkan mereka untuk jalan duluan. Ia, Fang dan Gopal akan tinggal di sana untuk mengebom.
Mau tidak mau semua menuruti. Ketika member lain sudah jauh dari pandangan, mereka bertiga mengeluarkan TNT dari tas masing-masing lalu mengatur waktu untuk meledak.
Sesudahnya mereka berlari mengikuti rekan mereka yang lain.
Setelah sampai di sekolah~
.
.
"Jadi karena itu kalian membentuk TNV?" Halilintar melipat tangan.
Ice, Solar, Frostfire, Fang, Supra, Sori, Ying, Tasya, dan Tiah mengangguk.
Seluruh anggota TNV ada di sini, bersama dengan rekan-rekan yang tengah mendengar penjelasan mereka.
Anggota TNV sudah mengatakan siapa mereka sebenarnya, mengapa TNV dibentuk dan apa tujuannya. Semua sudah dipaparkan secara terbuka. Tiada lagi rahasia di sini.
Biar kita perjelas saja :
1. Boboiboy Ice = ketua TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'Polar beaR' [PR].
-Warna kertasnya putih bertinta hitam bertuliskan huruf PR.
2. Boboiboy Solar = informan TNV.
-Nama samarannya datang dadi kata 'Solar Handsome' [SH].
-Warna kertasnya orange bertinta hitam bertuliskan huruf SH.
3. Frostfire Aditya = wakil ketua TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'FRostfire aditYa' [RY].
-Warna kertasnya merah bertinta hitam bertuliskan huruf RY.
4. Fang Aurelius = tangan kanan TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'fanG auRelius' [GR].
-Warna kertasnya hitam bertinta putih bertuliskan huruf GR.
5. Supra Affandi = penyedia senjata TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'Affandi Supra' [AS].
-Warna kertasnya kuning cerah bertinta hitam bertuliskan huruf AS.
6. Sori Oezal Faro = penyamar handal TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'sOri oeZal' [OZ].
-Warna kertasnya hijau bertitna putih bertuliskan OZ.
7. Ying Grizelle = sang mata-mata TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'yIng grizeLle' [IL].
-Warna kertasnya biru bertinta hitam bertuliskan huruf IL.
8. Tiahna Adasya = penembak jitu TNV.
-Nama samarannya datang dari kata 'tiahNa aDasya' [ND].
-Warna kertasnya ungu bertinta hitam bertuliskan huruf ND.
9. Tasyana Rical = si psikopat gila.
-Nama samarannya datang dari kata 'Tasyana Rical' [TR].
-Warna kertasnya pink bertinta putih bertuliskan TR.
Tujuan mereka mendirikan The Ninth Viallin ini adalah untuk merebut permata yang rupanya mempunyai kuasa. Kekuatan super.
Apakah kekuatan itu benar adanya?
Ya, Boboiboy sudah mengklarifikasikan bahwa kekuatan itu benar adanya. Bahkan ia memegang salah satu kekuatan super. Element.
Sebenarnya yang dari awal mencetuskan ide ini adalah Kaizo. Ia menyuruh Fang mengumpulkan orang untuk membentuk sebuah organisasi yang berfungsi untuk merebut permata-permata tersebut.
Daripada orang lain mengambilnya dan menyalahgunakan kekuatan itu, lebih bagus mereka ambil duluan. Nantinya kekuatan itu akan diserahkan pada adik-adik Boboiboy.
"Benar."
"Yah... sebenarnya aku tidak sengaja terlibat dalam hal ini," tutur Frostfire seraya menopang kepala dengan satu tangannya. Mereka kini berbincang di tengah lapangan basket.
"Tidak sengaja? Gimana maksudnya?" Gopal mengernyit bingung.
"Biar kuceritakan, pada zaman dahulu~"
Frostfire POV
Flashback
Siang hari, tepatnya hari selasa, Frostfire tampan ini sedang melakukan misi khusus. Berkendara di angkasa lepas dengan beribu cahaya cinta~
Ekhem, ekhem... bukan itu, bukan itu.
Aku tengah waswas memperhatikan 3 orang yang menjadi targetku, makanya aku berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan.
Beberapa menit yang lalu, Blaze memberiku tugas untuk mengikuti dua saudaranya yang diajak Fang ke suatu tempat. Blaze menaruh curiga pada jelmaan landak ungu itu, takut dua saudaranya diapa-apain.
Sepulang sekolah tadi Fang mengajak Solar dan Ice ke suatu tempat, katanya sih mau bermain.
Bagi orang lain pastinya jawaban itu normal. Tapi Blaze merasa kata 'main' itu memiliki banyak arti. Ambigu.
Fang, Ice, dan Solar berangkat dari sekolah tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Langsung ke tempat yang ingin dituju. Kalau bukan diseret Gempa, pasti kini Blaze yang sedang memata-matai mereka.
"Pssst! Psst! Lagi dimana?" Suara Blaze menghampiri indera pendengaranku.
Aku menatap layar ponselku sejenak lalu menepuk dahi. Duh, lupa bahwa aku sedang bertelepon dengan Blaze. Pantas dari tadi ada suara makhluk halus. Aku mengedarkan pandangan, mengingat dimana aku berada.
Dan menjawab, "Di samping kantor polisi."
"Hah?"
Aku yakin Blaze sedang mengorek telinganya di seberang telepon, gagal mendengar suaraku yang terlalu pelan.
Ya kalau aku teriak, nanti ketahuan dong!
"Gak dengar, Frost."
Aku berkata ulang sambil mendekatkan ponsel ke mulut. "Aku di samping kantor polisi."
Yang kudengar selanjutnya adalah suara jangkrik. Krik krik...
Ini buruk. Kalau Blaze diam mendadak artinya ia akan segera berteriak. Lantas aku mengecilkan volume panggilan.
"HAH?! APA? KALIAN NGAPAIN KE SANA??? DITILANG POLISI? HABIS MERAMPOK YA? ATAU DIBEGAL?"
Benar, kan?
"Astadragon, Blaze," desisku seraya mengurut dada. Tak lupa mengawasi Fang, Ice dan Solar yang sudah berbelok ke sebuah apartemen.
"Aku hanya bilang di samping kantor polisi, bukan masuk kantor polisi." Lagian gimana caranya ditilang? Orang gak pakai motor.
"Oh iya ya." balas Blaze dari sana.
"Trus sekarang dimana?" Ia bertanya lagi.
Aku menggaruk kepala. Duh, gimana? Kalau kujawab mereka masuk ke apartemen, ntar Blaze malah mikir yang aneh-aneh.
Ah, sudahlah, biarkan saja. Sekarang aku fokus pada yang di depan mata. Langkah demi langkah ku tempuh dengan perlahan, berusaha tak mengeluarkan suara. Kadang aku juga bersembunyi dibalik dinding jika mereka merasa ada yang membuntutinya.
Untung apartemen ini sepi, jadi aku tidak perlu pura-pura berjalan normal. Kalau kalian mau tahu, saat ini aku sedang cosplay menjadi pencuri.
Setelah naik ke lantai 17, Fang memimpin mereka menelusuri lorong di sebelah kanan. Aku tiba-tiba pusing. Naik lift dari lantai 1 sampai 17 bukan hal yang menyenangkan!
"Sampai, masuk sono." Fang membuka pintu nomor 1014.
"Slow elah, pun10 grabfood~" solar mengintip ke dalam kamar 1014, mengetuk pintu dengan keras. Mungkin ia melampiaskan kesalnya di sana.
Padahal sudah dibukakan pintu, eh masih diketuk🗿
"Jangan ribut, bensin. Ntar dimutilasi si bebek baru tahu." Pintunya mulai tertutup, sayup-sayup terdengar balasan Solar yang sangat pede.
"Heh? Takut sama bebek?"
Alisku terangkat sedikit. Bebek? Fang memelihara bebek di dalam apartemen? Kurang kerjaan sekali.
Ya kali Fang ngajak mereka hanya untuk main sama bebek? Di komplek banyak bebek, cantik lagi. Aku spontan membatin. Ah, pemikiran yang konyol.
Come on, otakku terlalu lambat untuk menjadi detektif. Tak seperti Gopal yang pintar menganalisis, hanya saja dia terlalu berisik menjadi mata-mata.
Lalu aku berdiam di depan ruangan yang tadinya mereka masuki. Berkacak pinggang. Apa hanya sampai di sini perjuanganku? Mengikuti mereka bertiga layaknya seorang bodyguard?
Aku bisa dicincang Blaze bila melaporkan hasil pekerjaanku yang sia-sia ini.
Mau mengintip lewat lubang kunci, tapi apartemen ini memakai kunci kartu.
Aku bersandar sejenak, sedang berpikir apa langkah yang bisa kuambil selanjutnya. Namun rencana itu harus kutunda karena yang kusandari itu ternyata bukan dinding.
Melainkan vas bunga tinggi. Oalah, sejak kapan benda itu berdiri di sanaaa? Yang nahasnya, benda itu kini terlentang setelah berbunyi.
Kenapa berbunyi? Ya karena pecah.
Aku yakin suara pecah itu menarik atensi Fang, Ice, dan Solar.
Kriet!
Tanpa sempat bergerak sedikitpun, pintu 1014 terbuka lebar. Sesosok lelaki berambut ungu berdiri tegap memandangku dengan muka datar.
Aku terkejut dibuatnya. Yang di dalam harusnya mereka bertiga. Tapi malah orang ini yang muncul. Siapa ya? Kok mirip sama seseorang gitu.
Tak pakai aba-aba, lelaki itu langsung menarik ku ke dalam. Menyisakan ponsel yang tak sengaja kulepaskan. Aduh! Ntar ponselku diambil orang.
Mana banyak foto cewek cantik pula...
Ehem... ehem... anyway, setelah ditarik, aku ditatap tajam orang Fang, Ice dan Solar yang ternyata sedang duduk di sofa.
Aku hanya mampu memberikan cengiran dan dua jari kelinci sebagai tanda peace.
"Jadi dia yang dari tadi mengikuti kita?" kata Ice sambil melipat kaki di atas sofa.
Aku berkeringat dingin bila menyadari tatapan menyelidik darinya. Waduh, kalau sudah berurusan dengan Ice aku pasti tak akan bisa berbohong.
Aku pernah dengar desas desus yang entah kapan beredarnya, bahwa Ice punya mata batin untuk melihat celah kebohongan. Jangan sesekali mencoba menutupi kebenaran dari saudara penyuka biru laut itu.
Diantara semua, Ice memang yang paling peka setelah Halilintar. Tapi bersyukurlah Ice orangnya kurang peduli terharap sekitar~
"Tidak boleh, kah?" Aku menjawab, berusaha tetap terlihat santai.
"Masih nanya lagi, ya gak boleh lah." Solar membalas dengan nada yang kurang selow. Memonyongkan sedikit mulutnya, meniru ibu-ibu yang sedang julid pada tetangga yang barusan membeli mobil baru.
"Oh." Aku cukup membulatkan mulut.
Percakapan apa ini astaga🗿
Kemudian pemuda yang tidak kukenal ini mengambil paksa kedua tanganku, ia mengeluarkan borgol dari sakunya membuatku membelalak kecil.
"Heh! Aku gak merampok, ngapain diborgol? Kau siapa hah?! Aku gak mau dirampok di apartemen!" Hilang sudah usahaku untuk santuy. Aku berusaha menjauh dari pemuda berambut ungu itu, tapi cekalannya sungguh kuat!
Solar memutar bola matanya. "Mana ada perampok bawa borgol, Frost. Pendek banget pikiranmu," balasnya.
Lah, iya ya. Orang kalau sudah liat borgol pasti langsung kepikiran polisi, aku malah mikir perampok.
Eh?
Aku mengerutkan dahi seraya menatap pemuda yang tidak kukenal ini. "Kau polisi?"
"Tidak penting." Suara beratnya membalasku tak minat. Ia menarikku mendekati sofa dan menyuruhku duduk di sisi kiri sofa.
Ruangan ini hening sejenak, tiada yang berniat bicara sampai orang berambut ungu itu membuka mulut.
"Anak sulung keluarga Fusion, Frostfire Aditya. Kurasa ini tepat jika dibicarakan denganmu."
Sambil mengerutkan muka, aku bertanya dengan tidak pahamnya. "Apa maksudmu? Kau mengenalku?"
Ia mendengus kecil. Tanpa menjawab pertanyaan bodohku, ia langsung menjelaskan to the point. "Aku Kaizo, ketua Kepolisian di kota ini sekaligus kapten muda di organisasi luar angkasa TAPOPS memaksamu untuk bergabung dengan kami untuk mencuri permata."
Kaizo menodongkan pedang biru bercahayanya ke leherku. Sontak membuatku membeku sejenak. Perkenalan yang baik, BAIK BANGET sampai ditodong pedang.
Dapat kulihat mereka bertiga juga terkejut mendapati tingkah Kaizo yang patut diapresiasi itu. Masa polisi nyuruh rakyat mencuri? Impossible bro~
"Bang, kalau dia mati kita jadi kekurangan anggota." Fang menegur membuat Kaizo otomatis menghilangkan pedangnya.
Wuih, gimana caranya? Teknologi baru kah?
"Kau mau atau tidak?" Pertanyaannya membuatku tersadar ke dunia nyata.
"Mau apa?"
"Ck, bergabung ke dalam kelompok kami. Kita sama-sama nyuri permata. Mau gak?" tanya Solar yang mulai kesal dengan kelambatan otakku.
"Permata? Ngapain? Aku udah kaya tujuh turunan," kataku dengan pedenya.
"Bukan masalah kaya, permata itu punya kekuatan, Frost." Fang menunjukkan muka serius. "Kekuatan elemental, kekuatan yang hampir mengatur seluruh alam semesta. Kita harus mengambilnya kembali."
Aku berdecak, merasa dipermainkan. "What are you talking about?! Ini bukan dunia fantasy, Fang!-"
"Lalu pedang biru bang Kaizo tadi apa? Itu kekuatan juga!" Ice memotong ucapanku.
Frostfire yang bijak ini terdiam guys.
Aku gak yakin suatu kekuatan benar adanya, tapi melihat pedang biru Kaizo tadi-
"Biar ku tunjukan." Kaizo bangkit dari duduknya. Ia mencabut gagang pedang dari tali pinggangnya. "Pedang tenaga!" Awalnya hanya gagang pedang, lalu muncul aliran biru yang kemudian membentuk bilahan pedang.
Aku terpana melihat itu. Belum cukup sampai disitu, Kaizo mengibaskan pedang itu ke sembarang arah. Membelah meja yang ada di hadapanku.
Fuhh, nyaris kena.
"Sekarang percaya?"
Aku mengangguk seperti orang bodo. "Ya, lalu apa kenapa harus aku yang diajak?"
"Ya kalau kami ajak kakekmu nanti tulangnya encok duluan," jawab Solar ngawur.
"Kau diam," tegur Kaizo pada Solar dengan tatapan mematikannya. "Karena aku yakin kau ingin mencari tahu segala sesuatu tentang Glac dan Sofi."
Orang tuaku? Kaizo mengenal mereka?
Ok, ok. Aku berusaha memahami semua ini. "Apa Glac dan Sofi berhubungan dengan TAPOPS makanya kau mengenal mereka?"
Jangan heran mengapa aku dengan lancarnya menyebut nama orang tuaku tanpa kata ayah dan ibu. Bahkan sebisa mungkin aku menghilangkan nama mereka dalam pembicaraan.
Aku tidak suka. Orang yang bernama Glac dan Sofi sudah seperti orang asing. Mereka menelantarkan kami dengan kekayaan duniawi. Sejak umur 5 tahun kami sudah tinggal sendiri dan sampai saat ini mereka tidak kembali atau menelepon kami sama sekali.
Entah sudah mati atau masih hidup, aku tak peduli.
Kaizo menggeleng kepala. "Tidak sama sekali. Aku mengenal mereka dari Laksamana Amato. Beliau berpesan agar jangan bertemu dengan mereka berdua, berbahaya."
"Mengapa begitu?"
Kaizo cukup menggedik bahu. "Itulah yang harus kau cari tahu."
Dukk!
Duak!
Brakk!
Pintu kamar 1014 didobrak kasar, mengalihkan atensi kami yang tadinya fokus pada misteri Glac dan Sofi.
Rupanya yang mendobrak pintu itu adalah ketiga adikku. "Bang Frost!"
Mereka menyelonong masuk. Sedikit terkejut melihat diriku yang masih diborgol ini.
Supra menodong Kaizo dengan pisau dapur. "Apa yang kau lakukan pada abangku, hah?!"
Bagus adikku, abang bangga padamu hikd >:)
Tanpa diduga, Kaizo menarik tangan Supra dengan kencang, membantingnya ke sofa. Solar dan Ice yang hampir terkena terjangan badan Supra sontak menghindar. Hampir kena, mereka menghela napas lega.
"Hey!" Aku berseru tak terima adikku dibegitukan. Memerhati Supra yang perlahan bangun sofa. Sepertinya bantingan Kaizo kuat juga sampai bisa membuatnya kesakitan.
Semalam Supra baru kubanting, katanya tidak ada rasa. Tapi masih aduh aduh.
Aku mengedarkan pandangan. Glacier dan Sori ada di sampingku, sibuk mencari cara untuk membuka borgol. Tanpa sengaja aku melihat ponselku yang berada di genggaman Glacier.
Ah, mereka melacakku dari ponsel rupanya.
Bagus deh, ratusan foto cewek cantik itu gak hilang. Hehe :)
Kaizo melirik Supra yang berjalan ke arahku sambil mengelus punggungnya. "Dia cocok bergabung dengan kita, bagaimana menurutmu?"
Aku menukikkan alis. "Kita? Sejak kapan aku bilang iya? Dan aku gak bakal biarin adikku dalam bahaya!"
Ketiga adikku memandang kami keheranan. Aku pun menceritakan semua percakapan kami beberapa menit lalu.
"Siapa saja yang bergabung dalam organisasi ini?" tanya Supra saat sudah paham. Oh no, jangan-jangan dia berminat.
"Tadi kami bertiga baru berbicara tentang hal ini dan masih aku dan Ice yang bergabung." Fang melempar kunci borgol kepada Sori.
Solar hanya berdiam diri lalu berujar, "Aku juga."
Ice langsung menatap adiknya. "Kau yakin?"
"Hm. Kita harus mengambil hal milik kita."
Flashback off
Frostfire Pov end
"Gitu deh saat-saat kami satu persatu bergabung dalam TNV, aku beruntung banget sih dapat bos kayak bang Kai." Frostfire dengan muka datarnya menyindir Kaizo atas kebaikannya dalam memaksa Frostfire masuk ke TNV.
"Siapa sangka tugas sepele dari Blaze bisa membuatku terseret dalam urusan aneh ini." Frostfire menghela napas, aneh namun ia tidak menyesal.
"Untung Gempa mencegah Blaze mengikuti kami. Kalau tidak mungkin TNV tak akan terbentuk karena Blaze pasti akan membocorkannya pada yang lain," celetuk Fang berburuk sangka.
Blaze memasang muka kesal. Tidak terima dengan perkataan kawannya itu. "Hei! Aku juga bisa membedakan mana yang harus dirahasiakan, mana yang tidak."
"Halah, bacot bintang lima." -Solar.
"Bensin pertamax diam aja."
"Lalu, karena dirasa anggota TNV kurang banyak, kita berlima pun sepakat mencari member baru dan dapatlah mereka berempat. Ying dan Tiah yang kepo, Tasya yang pengin mutilasi orang, dan Sori yang pengen seru-seruan." Supra mengakhiri penjelasan mereka. Kayaknya alasan mereka bergabung menjadi TNV kurang masuk akal begitu.
"Ya walau awal perjalanan TNV kurang jelas, setidaknya semua misinya sudah selesai 'kan?" Sori memberi senyum polosnya.
Ice melepas topi kebanggaannya, mengacak rambutnya pelan. "Huff- harapnya begitu, tapi nyatanya kita masih punya misi terakhir."
"Heh?!"
.
.
Buahahahaha- sudah dipaparkan kebenarannya. Kita sudah tidak perlu menebak siapa TNV dan apa tujuannya. Yey🎉
Gomennasai, genrenya berubah arah :>
Memang topik mafia kurang nyambung sama kekuatan :>
Tapi ya karena sudah dari sananya ide saia yang aneh bin gaje ini, saia tuliskan sajaa~
Sekali lagi, gomen~
Tunggulah beberapa part lagi sebelum mendekati ending karena saia pun bingung mau kasih ending apa~
Anyway, bonus chap hari ini :
.
Kyruk~
"Weh, laper. Kita makan apa malam ini?" Gopal menepuk perutnya yang barusan berbunyi.
"Iyalah, makan apa kita?" Taufan menolehkan kepala ke adiknya.
Gempa menggedik bahu. "Ntah, tapi mungkin kita bisa coba membuka paksa pintu kantin."
Semua sontak melirik kantin sekolah yang digembok itu. Benar, pasti ada jajanan dan sedikit bahan dapur di sana. Lumayanlah untuk mengisi perut.
Supra menatap gembok itu sejenak. "Gampang." Ia mengarahkan senapannya ke gembok lalu menembakkan tiga peluru ke sana.
Dor! Dor! Dor!
Ting!
Beberapa potongan besi memantul ke arahnya membuat Ying menyipitkan mata. "Eh Supra, mau nembak kasih aba-aba dulu dong. Untung gak kena," omelnya sebal.
Supra hanya memberi tatapan datar.
Yaya menghampiri pintu kantin, ia ternganga sedikit melihat pintu kantin yang sudah terbuka itu. Satu peluru Supra untuk menghancurkan gembok dan duanya lagi untuk menghancurkan lubang kunci pintu kantin tersebut.
Dengan itu, mereka semua langsung ngacir ke kantin merebut jajan.
Beberapa menit kemudian, mereka semua keluar dari kantin sambil mengunyah jajan yang mereka pilih. Namun masih ada muka muram di sana.
"Kenapa kusam mukanya? Gak ada nasi?" tanya Fang yang tidak ikut ke kantin. Ia duduk adem di tengah lapangan menjaga Thorn yang linglung sedari tadi.
Glacier melempar sebungkus roti pada Fang. "Nasinya ada, lagi dimasak. Lauknya yang gak ada."
"Dibilang makan pake kerupuk aja, itu ada yang gak mau." Gempa menghampiri Thorn, menyuapinya makan.
"Sampai kapan Thorn kek gini?"
"Woee! Gak ada lauk, kek mana ni?" Gopal merengut walau di genggamannya sudah ada sepuluh macam snack.
"Lauk ya?" Boboiboy melirik Blaze lalu tersenyum jahil. Ia segera berlari mengambil ransel Blaze, membukanya dan tampaklah seekor ayam yang sedang tidur.
Rupanya Blaze sedari tadi menggendong seekor ayam dalam ranselnya.
Boboiboy dengan hati-hati menggendong ayam itu. "Kita kan ada ayam!"
Glacier tiba-tiba muncul di sampingnya sembari memegang pisau.
"Ayam? Mau!" Semua sontak mengukir senyum senang.
"Ayam?" Blaze muncul dari kantin, menatap horor ayam kesayangannya yang sedang dibawa Boboiboy. Maksudnya? Asep bakalan jadi santapan hari ini?
"EH JANGAN ITU ASEP KASIAN! AYAM GUAAAA!"
_______________________
Di sisi lain, Ice menepuk bahu Solar untuk mendapatkan atensi penuhnya. Solar lantas menoleh. "Apa, Bang?"
Ice meletakkan suntikan yang berisi cairan ungu tadi. "Thorn disuntik pake ini. Kau kan pintar kimia-"
Sebelum Ice sempat menyelesaikan kalimatnya, Solar sudah memotong duluan. "Iya, iya. Yaudah sana, jagain bang Thorn." Ia mengusir.
"Sialan, orang itu berani macam-macam sama TNV. Kalau sampai bang Thorn kenapa-napa, awas aja."
.
.
.
Komen dan votenya jangan lupa, kawan~ 🗿
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro