Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21. Diskusi

_

"Sejak pertama kali melihat mu, aku sudah terpesona. Pemilik topi hitam berjalur merah menarik perhatian kaum hawa. Mata coklat berkilat memancarkan keindahan dunia. Imut iya, ganteng iya, galak juga iya. Hanya 1 di dunia, tiada duanya. Berhati baik dan lembut layaknya kapas. Semua yang berkaitan dengan dirimu sungguh sempura. Aku memang memang tahu aku tidak sesempurna dirimu, tak mampu bersanding. Tapi, maukah kau menjadi pacarku?"

"Gak."

"Buset, dah. Itu mau nembak atau pidato?" Taufan meringis, abang sulung mereka kembali diminta menjadi pasangan orang. Baru kali ini dia mendengar orang yang berbicara panjang lebar hanya untuk sesuatu yang tidak penting.

Walau pada akhirnya akan selalu ditolak.

"Entah kenapa aku merasa semua yang dikatakan perempuan itu bohong," celetuk Blaze dengan muka datar yang dibuat-buat

"Keindahan dunia yang sangat memancarkan neraka," timpal Solar. Sanking butanya cinta, orang jadi hanya bisa melihat yang positifnya saja.

"Dia belum tahu bagaimana rasanya dibanting bang Hali," kata Blaze lagi menepuk dadanya bangga.

"Sungguh sedap." -Taufan.

"Sekalian kena mental," ledek Solar.

"Mental kan gak terlihat, gimana caranya kena?" Tanya Thorn polos.

Everybody be like : O_o"

"Aku gak nampak bang Adudu hari ini." Ice tiba-tiba berucap mengalihkan topik.

"Tumben kau mention bang Adudu, biasanya gak pernah." Gempa menguap, ia kekurangan tidur. Setelah pulang dari kantor polisi, Gempa langsung bersiap-siap menuju sekolah.

"Tiba-tiba kepikiran aja gitu. Soalnya kalo dipikir-pikir, beberapa hari ini bang Adudu gak nongkrong bareng bang Probe sama Kak Ayuyu."

Taufan dan Blaze menatap heran adik mereka yang satu itu. Ah, tidak biasanya Ice peduli dengan orang lain yang tidak mempunyai urusan dengannya.

"Iya sih, mereka kan nempel terus kek karet." Solar mengangguk setuju. Ayuyu dan Probe beserta kedua saudaranya pun sudah lama tidak menampakkan diri di sekolah.

"Btw kalian tau gak kalau permata ruby hilang?" Tanya Taufan memulai gosip, mulai mendeteksi kedatangan kawan-kawannya.

Gempa memutar bola mata, tampak sekali kalau abangnya ingin menukar topik.

Solar yang 24 jam mengecek sosial media lantas mengangguk cepat. "Tau! Berita ini baru dipublikasikan pada publik sekitar pukul 5 pagi oleh si ketua polisi sendiri. Mereka menyelidiki 1 jam lalu menyatakan kasus ini ulah TNV."

"Darimana kau tau?" Pancing Gempa.

"Apakah kau tidak termasuk publik?" Kata Halilintar yang barusan kembali dari lapangan, langsung menyambar tempat duduk.

Solar pucat seketika. "A-ahh-"

"Tapi kemarin kami ketemu TNV," cerocos Taufan langsung tanpa basa basi.

"Apa?!" Pekik keempat saudara Boboiboys. Tak hanya itu, Frostfire, Fang, Yaya, Gopal, Ying dan Tiah juga menghampiri mereka dengan raut terkejut.

Taufan ikut pura-pura kaget dengan kedatangan kawan-kawannya. Ia ingin memastikan bahwa mereka berenam juga termasuk anggota TNV, atau mungkin GOT. Taufan tampak bodoh, bukan berarti tidak mengetahui apa pun.

"Beneran?!" Gopal menggebrak meja heboh, untung kantin sedang sepi.

"Iya!" Taufan membalas heboh.

"Ah, masa? Mana buktinya? Kok kalian masih hidup?" Tanya Frostfire beruntun tak percaya.

"Ini!" Gempa mengeluarkan kedua note dari sakunya, hasil korupsi note kemarin. Punya IL dan GR, sedangkan yang diserahkan kepada polisi kemarin adalah milik RY dan AS.

"Wih! Ni beneran? Bukan kw kan?" Ying ternganga, mencolek kertas IL berulang kali.

"Cuma dua?"

"Dua lagi udah kami serahin ke polisi," sahut Gempa.

"Trus? Respon polisinya? Gak dikasih uang tip?" Trio Ori menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Gopal.

Yaya menjitak kepala Gopal. "Mikirnya uang terus, polisinya belum tentu percaya sama mereka."

"Kami malah diusir pulang. Polisinya kayak gak peduli sama laporan kami. Parah kan?" adu Taufan mengungkapkan seolah olah polisi yang bersalah.

"Ya mungkin mereka ada kasus yang lebih penting?" Kata Tiah masih berpikir positif.

Taufan menggeleng, menolak gagasan yang satu itu. "Beda! Buktinya kasus bangkai tikus belum ditindak lanjut." Ia memprovokasi.

"Permata yang dari dulu dicuri juga belum diketahui lokasinya, apalagi pencurinya."

"Sekitar 10 permata lebih udah hilang dalam 1 tahun," timpal Blaze.

"Kadang aku heran, mereka curi permata segitu banyaknya untuk apa, sih?" Solar mengelap visornya dengan ujung seragam.

"Harusnya 1 permata cukup untuk hidup 20 tahun." Apalagi permata ruby merah delima, harganya bisa mencapai ratusan juta. Bila berhemat, yang mencuri tidak perlu lagi bekerja di masa tua.

"Mungkin stok persediaan kaya untuk cucu-cucunya," sahut Thorn.

"Apapun itu asal jangan ganggu kita lagi." Gempa menghela napas. Teringat pada kertas berisi sandi morse yang ia temukan di luar rumah Fang. Mendadak kesal karena tidak sempat mengartikan pesan tersebut.

"Lagi? Jadi kalian udah pernah ketemu TNV sebelumnya?" -Yaya.

"Lah? Kalian gak tau?" Duo troublemaker kompak bertanya balik dibalas gelengan dari yang lain.

"Kalian gak cerita!" Gopal mengtriggered. Semoga saja pertemuan TNV dan Boboiboy bersaudara tidak mengarah ke situasi berbahaya.

"Kupikir kalian udah tau."

Thorn menggaruk kepala, bukankah kemarin mereka bertujuh amat menjaga 'rahasia' bahwa mereka pernah terlibat dengan TNV? Mengapa sekarang ketiga abangnya terang-terangan memberitahu?

Seakan-akan memancing sesuatu untuk muncul ke permukaan.

"Kalian gak terancam kan? Biasanya orang yang ketemu TNV langsung dimatiin kayak semut," ucap Frostfire.

"Untungnya sih gapapa. Dapat beberapa teror doang, gak ada rasa." Taufan mengibas bahu.

"Mereka gak ngirim santet kan?" Tanya Fang ngawur.

"Ya kali mafia pake santet?" Balas Blaze.

"Ya manatau."

"Ini nih, sifat pelupa Boboiboys keturunan bapaknya. Suka banget buat orang khawatir." Fang mulai mengomel.

"Kalian ini kalo ada apa-apa, cerita! Ntar kami dimarahi sama dia," lanjut Gopal.

"Dia siapa?" Tanya Frostfire tak paham. Siapa yang dimaksud? Apakah ayahnya Boboiboys? Sepertinya tidak. Ia sering mendengar kata 'berdikari' dari keluhan Boboiboys sendiri.

Boboiboy bersaudara, Fang, Gopal, Yaya dan Ying hanya mengukir senyum misterius membuat Frostfire mendengus.

"Kalian ini selalu buat orang penasaran, sama kek TNV." Ia menyergah jajan Tiah tanpa izin, menolehkan kepalanya sana sini. Tumben Tasya tidak nonggol.

'Membernya kan hampir sama,' celetuk salah satu dari mereka.

Solar memandangi kedua note itu dengan teliti. Yang pertama IL, tidak terlalu aneh. Kertasnya berwarna biru netral, dilapisi tinta hitam. Sedangkan kepunyaan GR agak spesial dari yang lain karena tintanya berwarna putih, kertasnya hitam.

Note yang lumayan simple.

"Masuk logika gak kalau kita tebak member TNV pake warna note?" tanya Taufan mulai memicu sesuatu.

"Hah?" Semua menatap bingung si pemilik topi biru dongker tersebut.

"Jangan gila deh, warna note mana bisa jadi bukti." Fang menepis ide aneh itu. Warna banyak digunakan orang, tidak bisa sembarangan tebak.

"Siapa yang bilang jadi bukti? Kan kita cuma nebak." Taufan menjeda ucapannya sejenak. "Misalnya GR, warnanya hitam. Mungkin Gempa pelakuny-"

"Ih! Gak gitu juga, Bang!" potong Gempa tak terima kala ia menjadi tersangka. Abangnya ini memang gila, entah apa yang ada di dalam pikirannya.

Kemarin Gempa ikut bersama kedua abangnya ke kantor polisi, bila dia pelakunya mungkin Gempa akan menolak.

Tentu saja, siapa yang ingin mengantarkan jejak padahal ia pelakunya? Itu menyerahkan diri namanya.

Taufan terkikik, menyungging senyum miring dalam hati. "Kan contoh~"

No-Nama samaran-Warna note

1. PR = putih polos.

2. SH = orange.

3. GR = hitam.

4. RY = merah.

5. AS = kuning cerah.

6. OZ = hijau.

7. IL = biru.

8. TR = pink.

9. ND = ungu.

"Fiks nih ada perempuan," komen Yaya. Mana ada laki-laki memakai warna pink. Terkecuali untuk beberapa orang.

Semua mengangguk setuju. "Zaman sekarang, gak laki-laki gak perempuan semua bisa buat apa aja. Termasuk bunuh orang."

Solar melirik jam tangan, pukul 09.48. Ia mendelik kaget, langsung berdiri dan berlari menjauhi kantin. "Aku pergi dulu, ya. Bye~"

Semua memandang heran kelibat si saudara bungsu, kemudian cuek tak peduli. Solar memang selalu sibuk, di sekolah atau di rumah sama saja.

"Instingku sih, ada tiga perempuan di kelompok ini," yakin Ying sambil menunjuk kedua note tersebut.

"D-"

"Apa insting insting?" Datang Pak Allen selaku guru penjaskes mereka. Beliau mencekik pinggang, menatap ke-duabelas muridnya yang masih santai di kantin.

Semua memandang heran guru yang satu itu. "Lho, Pak Allen? Tumben singgah ke kantin," celetuk Blaze.

"Memang banyak kali topik anak muda ini, ya. Sampai istirahat selesai pun masih duduk santuy di kantin. Memang sekolah ini punya kakek-nenek kalian apa? Baris di lapangan!" Pak Allen mengomel. Guru humoris itu mengacah-acah galak.

Semua sontak melirik jam dinding kantin, waduh! Waktu istirahat susah habis sedari tadi. Pantas Pak Allen mengomel. Tetapi mereka merasa hanya menghabiskan beberapa menit. Mengapa cepat sekali?

Pak Allen yang melihat anak didiknya masih terpacak di kantin langsung mengeluarkan senjata andalan, rotan panjang. Melibas benda itu ke meja di mana mereka berbincang.

Kepish!

"Iya, Pak! Iya, Pak!"

"Ampun, Pak!"

___________________________________

"Ada apa kalian kemari?" Bu Timi menghampiri Solar dan Tasya. Mereka berbincang di belakang halaman sekolah.

"Seharusnya semuanya susah selesai," lanjutnya.

Kedua muridnya tampak mendiamkan diri. "Kami tidak bisa melanjutkannya," tutur Solar kemudian.

Bu Timi menatap Solar dan Tasya bergantian, alisnya diangkat sebelah. "Kalian berhenti di tengah jalan? Ingin para manusia musnah?"

Setahu Bu Timi, Solar adalah siswa berambisi, apalagi jika berkaitan dengan caira kimia. Biasanya dia akan membabat habis sesuatu yang ia kerjakan sampai ke akar-akarnya.

Bila mendengar ini Bu Timi jadi heran sendiri.

"Kami perlu penjelasan-" ucapan Tasya terpotong.

"-untuk apa kau menyuruh kami membuat penawar dari cairan aneh itu?" sergah Solar to the point tanpa memakai embel-embel 'bu'. Ia menaruh rasa curiga yang tinggi pada guru berumur 20 tahun itu.

Solar tidak mau kerja kerasnya digunakan untuk sesuatu yang membahayakan. Walau sering membuat labolatoriumnya meledak, setidaknya Solar tidak berniat mengubah dunia menjadi mayat hidup.

Minggu kemarin, Solar dan Tasya diberi suatu cairan aneh. Panggil saja cairan X. Timi menitahkan mereka untuk menciptakan penawar dari cairan aneh ini.

Hanya mereka berdua, proyek ini rahasia. Tapi karena merasa lelah, Solar mengajak Supra untuk mengambil bagian juga. Hobi mereka sama.

Singkat cerita, setelah mempelajari sifat-sifat cairan X, beribu-ribu kali melakukan uji coba dan mencampurkan berbagai bahan, akhirnya mereka menemukan sebuah penawar.

Penawar yang bisa digunakan untuk mengurangi sikap agresif para korban cairan X. Namun penawar tersebut belum sepenuhnya membantu. Hanya bertahan beberapa hari lalu penyakitnya kambuh lagi.

Habis, cairan X ludas tanpa sisa. Kelinci percobaan mereka juga mati semua membuat mereka terpaksa harus mengambil sampel cairan X. Mereka harus meneruskan penelitian ini.

Sesuai arahan Timi, Solar, Tasya serta Supra pergi ke apartemen rahasia milik Kaizo, mengambil cairan X yang ternyata tersimpan banyak di sana.

Mengherankan? Tentu saja!

Mengapa bisa seorang kepala kepolisian menyimpan cairan X yang amat berbahaya itu?

Apa hubungan Kaizo dengan cairan X?

Apa para kepolisian yang membuat cairan X?

Lalu apakah Timi terlibat dengan kepolisian?

Solar tidak bisa berhenti berteori!

_

Timi menghela napas, hendak menjelaskan tapi bingung harus mulai darimana. "Jujur, aku tidak bisa menjelaskan secara rinci untuk sekarang."

Solar berdecih dalam hati, tak sengaja menoleh ke arah kanan. Melihat suatu objek, matanya memicing tajam. Oh, itu para saudaranya yang tengah membersihkan lapangan.

Solar tertawa dalam hati, ada untungnya juga dia cabut duluan. Tidak dapat hukuman seperti saudaranya yang lain. Ia fokus kembali mendengar ulasan Timi.

"Seperti yang kalian tahu, cairan itu bisa membuat makhluk berubah agresif. Memakan apapun yang berbau darah, peradaban manusia bisa hancur dalam 1 hari."

"Karena itulah aku menyuruh kalian membuat penawar." Timi mengukir senyum kecil, memandang tenang mereka berdua.

"Sesuai kata Amato, semua putranya memang pintar berdikari."

Tasya mengernyit tak mengerti, tak mengenal siapa Amato. Manakala Solar mendelik, bagaimana bisa Timi mengenal ayahnya?

Timi yang menyadari ekspresi Solar pun terkekeh. "Aku dan Kaizo adalah utusan Amato untuk menuntun kalian."

"Anak muda bisa kelepasan membunuh setiap saat, benarkan TNV?"

Solar dan Tasya tersentak.

.

.

.

.

.

H

ai hai para makhluk bumi~

Udah ketahuan siapa dua anggota TNV, tinggal tujuh orang lagi🗿

Kira-kira siapa, hayo?

Zombie bakalan muncul, horey!

Daku main aman, jadi gak ada korban.

Btw-

Corona makin merebak lagi, tetap jaga kesehatan, ya!

Sekarang lagi musim sakit🗿

Daku pun merasa demam. Tapi emak bilang enggak //membagongkan.

Kalau udah bahas corona, ujung-ujungnya pasti sekolah online //triggered.

Baru aja sekolah offline satu minggu udah online lagi :(

Sekolah kalian masih offline atau online lagi nih?

🖐👁👄👁🖑

Mohon ampun jika nih cerita gak seseru dan sekeren punya orang✌

Jangan lupa mimpi indah, ya~

Bye~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro