Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Gedung Permata Ruby

😅😂😂

Hai hai reader-reader sekalian~

Setelah sekian lama akhirnya nih cerita up lagi🗿

Warning!☡☡
Chapter ini mengandung thiller yang tidak baik untuk anak kecil🗿

Bacanya yang pelan~

Happy reading bosqu~

Berita kecoa ini di skip aja gapapa, gak penting soalnya🗿
__________________________________

Kecoa Tertimbun dan Masuk ke Dalam Got.

Salam hangat permisa sahabat Cerita Malam! Perkenalkan saya Ripi J. Jambu! Ada sebuah berita mengenai nasib sang kecoa yang ditinggal istrinya, kecoa itu bernama Punyuk.

Dari penelitian kami, Punyuk sangat senang ditinggal istrinya.

"Saya bisa cari yang baru," ucap sang kecoa dengan pede.

Ohoho! Nampaknya kecoa yang satu ini sifatnya kurang lebih sama dengan manusia, ada juga yang menjadi buaya. Tapi, sahabat Cerita Malam... ada satu pertanyaan yang masih menjadi misteri untuk dijawab, paman kecoa pede ini akan dipanggil dengan nama apa?

Biasa manusia yang suka mempermainkan perasaan disebut dengan buaya, apakah kecoa ini juga akan disebut buaya? Kecoa buaya? Nama panggilan tersebut sangatlah aneh pemirsa. Beralih dari itu, kami sedang mencoba menguak kejadian kecelakaan pada kecoa lain di jalan xxz. Diketahui kecoa ini telah disenggol oleh belalang hingga masuk ke dalam parit yang gelap dan tak tahu arah jalan pulang, kecoa ini bahkan sempat tertimbun arca sakti milik badak. Para polisi dan detektif semut tengah mengintrogasi sang belalang untuk mencari motif dibalik pelaku, kita akan kembali dijeda iklan!

___________________________________

Halilintar menuruni sejumlah anak tangga dan memandang datar berita yang baru saja ia perhatikan, ada-ada saja. Mana mungkin ada manusia yang mau menangani kasus kecoa yang tertimbun?

Kalau boleh tahu di mana lokasi sekolah bahasa kecoa terdekat?

Halilintar melirik jam dinding, pukul 02.49 malam. Sepertinya dia akan begadang lagi. Setelah bermimpi jatuh dari tempat yang tinggi, ia sudah tidak bisa tidur.

Mencoba untuk kembali terlelap namun sama saja, tidak bisa. Matanya menolak untuk tertutup.

Tap! Tap!

Niatnya ingin menuju dapur untuk menyeduh kopi, tetapi suara tapak kaki yang ia dengar menghentikan tujuan awalnya.

Kecil, suara tapak kaki itu bahkan sangat kecil untuk didengar manusia.

Halilintar melangkah mengikuti suara itu. Semakin cepat suara yang ia dengar, semakin cepat juga ia menggerakkan kakinya.

Keadaan rumah yang gelap membuatnya tidak bisa melihat orang yang berlari itu, hanya dapat menelisik bayangan hitam.

Prang!

Fokus Halilintar yang berusaha mengejar seseorang seketika buyar bila mendengar suara pot pecah dari belakang dapur, ia berdecih pelan lalu beralih mengecek halaman belakang.

Saat di dapurlah Halilintar merasa aneh. Pintu dapur yang menembus langsung ke taman kecil milik Thorn tidak terkunci. Bahkan terbuka lebar seakan sengaja ditinggalkan.

Tidak ada tanda-tanda pembobolan, apakah ada seseorang yang membukanya?

Atau Gempa lupa mengunci pintu belakang? Setahunya hanya Gempa yang memegang tanggung jawab untuk memastikan rumah tertutup rapat ketika malam.

Eh, tapi tidak, mengingat kelakuan adik-adiknya membuat Halilintar ragu pada dugaan pertamanya.

Sertifikat rumah yang ia simpan di langit-langit rumah pun bisa dicuri oleh Trio troublemaker, apalagi benda seperti kunci rumah.

Tap.. tap...

Suara tapak kaki kembali menghantui dari belakang, kali ini iramanya lebih teratur dibanding tapak kaki yang tadi.

Halilintar langsung membalikkan badan, menemukan salah seorang adiknya yang tengah mengenggam ponsel memaparkan wajah heran.

"Apa yang pecah?"

Sang sulung menggedik bahu. Berbalik menjauhi pemuda berbaju biru dongker itu, menuju ke taman belakang diikuti sang adik yang tumben kalem-kalem bae.

"Tumben bangun malam, biasanya ular melata di atas tempat tidur pun masih ngebo." Si sulung membuka pembicaraan sembari mengedarkan pandangannya mencari pot bunga yang diduga pecah.

Taufan cemberut. "Aku bukan Ice, lagipula aku keluar karena dengar abang buka pintu." Tak lama ia menggidik membayangkan ratusan ular mengambil alih ranjangnya, uh.

Di balik wajah datar Halilintar terbesit tanda tanya. Sejak kapan seorang Taufan bisa terbangun karena mendengar seseorang membuka pintu? Halilintar tidak sampai mendobrak pintu kamarnya.

Yang bisa bangun cepat hanyalah Gempa. Itu pun harus diketuk dahulu pintu kamarnya. Yang lainnya entahlah, susah sekali dibangunkan.

"Gak tidur?"

Taufan menyengir, ketahuan. "Iya Bang hehe, keseruan main r0b10k5."

"Gitu lagi besok-besok hpnya disita 3 tahun," ancam Halilintar.

"Iya-iya tobat."

"Tapi lusa begadang lagi," gumam Taufan sembari terkikik.

"Oh no! Vas bunga sunshine pecah, besok pasti Thorn merengek minta beli pot baru." Taufan membelalak melihat nasib menggenaskan bunga matahari kesayangan adik terpolosnya itu, tangannya sontak mengambil aksi menanam si sunshine ke pot lain.

Dari dahulu ia sudah menyarankan Thorn untuk menanam sunshine di pot biasa saja, namun Thorn keras kepala tetap ingin bunganya berada di tempat yang lebih tinggi. Sudah tahu pot sunshine bukan pot bunga hitam biasa, sejenis keramik.

Tak heran bila pot itu mudah pecah.

Sedangkan Halilintar sibuk memerhati tali-tali plastik transparan yang mengantung di atas 'rumah khusus' bunganya Thorn, terdapat pecahan pot sunshine di sana.

Dari mana asalnya tali itu?

Apakah tali itu sengaja Thorn ikatkan ke pot bunganya?

Tapi bukankah seharusnya bila pot pecah maka talinya akan tetap berada di bawah?

"Huh.. selesai." Taufan selesai memperbaiki sang bunga matahari, memindahkan sunshine ke tempat yang lebih aman.

"Fan, gedung permata apa yang paling dekat dengan rumah kita?" Tanya Halilintar tiba-tiba membuat adiknya mengernyit heran, untuk apa abangnya menanyakan hal itu?

"Gedung permata ruby, Bang."

"Memang kenapa?"

Angin lalu~ pertanyaannya dicuekin Halilintar, ia mendengus seraya berpikir.

Apa hubungannya permata dengan rumah mereka?

Gedung permata ruby+rumah Boboiboy Brothers.

Gedung permata~> ruby.

Kebetulan sih permata berwarna merah delima itu belum tersentuh oleh orang asing sampai sekarang, tiada berita pencuriannya.

Wait.

Itu dia!

Taufan menampol punggung abangnya dengan bar-bar, riak semangat menyinari wajahnya.
"Ikut nyuri yuk, Bang!"

"Adik-adik kita aja udah pintar nyuri, masa kita enggak?"

"Buang tenaga, Fan. Bukan waktunya kita mengintrogasi mereka."

"Tapi... boleh juga."

>>>>>>>>>>>>>>>

"Bagus gak sih kalau kita susun kek gini?" RY menaruh jempol dan telunjuk di dagunya, memerhati kumpulan orang pingsan yang ia susun ke atas dengan bentuk X.

Ketiga anggota lain hanya memutar bola mata, bagaimana pun posisinya mereka akan tetap menganggap itu tidak penting.

Lalu nonggol dua topi dari balik gedung, mengintip kelakuan para anggota TNV dalam diam-

"Wih! Show bunuh-bunuhan," gumam Taufan antusias.

"Jangan bicara," bisik Halilintar.

"Itu abang bicara," tuding Taufan.

"Shht!"

"Kan bener, abang bicara."

"Diam, ntar ketahuan."

"Yaudah abang juga diam."

"Fan, diam atau kutarik pulang?"

"Ih main ancam."

-tidak juga rupanya.

Selesai dengan susunan orang, RY beralih mendekati seorang pria tua brewok yang tadinya sedang dijaga oleh AS.

Ia tersenyum sinis. "Coba lihat keadaanmu yang miris ini pak, berbeda dengan yang kau ucapkan tadi."

"Kau bilang apa tadi? TNV tidak hebat? Tidak berguna? Menyusahkan? Berisi remaja-remaja ingusan? Mengandalkan orang dalam? Organisasi kecil?" RY mengambil stapler berukuran besar dan mengarahkan benda tersebut ke bibir pria tua brewok.

"Ya... kami mengaku organisasi ini memang kecil," bisik RY seraya menekan kedua ujung stapler yang membuat pria brewok bernama lengkap 'Miskah Misi kawin Histris' itu berteriak sakit.

Namun teriakannya harus tertahan ketika GR menyumbat mulutnya dengan kain, meredam suaranya agar tidak didengar penduduk sekitar. Walau sekarang pukul 03.00 malam tapi itu tidak menutup kemungkinan untuk ketahuan.

"Lihatlah apa yang kami lakukan pada semua anggotamu." RY menunjuk seluruh pasukan GOT yang tadinya hendak merebut permata ruby dengan pisaunya, tak ada yang bersisa.

"Wu-wuwang! Waian menwuwagang was twidwur!!" Pria brewok itu berujar dengan mulut yang bergetar menahan pedih, ia berusaha tetap menatap tajam lawannya walau sepertinya sia-sia.

Translate : "cu-curang! Kalian menggunakan gas tidur!"

Taufan tersentak. "Gas tidur?" Ia sontak menghidu udara di sekitar, indra yang terpasang diantara mata dan mulut itu dapat menemukan bau lemon dalam kadar ringan.

Bau ini sama seperti bau yang ia hirup saat akan diculik orang kumpulan orang tidak jelas itu (chap. Trio Troublemaker).

Apa TNV ini sama dengan kelompok yang menculik mereka tempo hari? Tapi tidak mungkin, sejak kapan TNV punya markas sebesar itu? Lagipula salah satu peraturan TNV adalah harus menutupi identitasnya rapat-rapat.

Terbukti dengan mereka yang sengaja memakai tudung hitam bahkan sampai masker untuk menutupi jati diri, itu yang Taufan dapat simpulkan sekarang. Ia akan berdiskusi dengan abangnya nanti!

"Heh? Itu juga dihitung? Kau pikirlah pake otak! Imbangkah kalau 197 lawan 4?" Sarkas RY tak lupa menunjuk kepala dengan jarinya secara berulang.

"Tapi kalau lebih banyak lagi juga gapapa sih, pake granat lebih seru. Ya kan?" Ucap AS. Ia membaling sebuah granat lemon dan menangkapnya kembali.

"Lagipula... pake gas tidur bisa mengurangi tingkat pembunuhan masal, bawahan kau gak terlibat jauh. Yang bersalah di sini adalah orang yang berpangkat atas." RY memiringkan kepala, menampilkan wajah tak berdosa yang semakin menakuti musuhnya.

Bukan, bukan. Maksudnya pria brewok itu takut pada kapak yang dipegangnya saat ini, tak ada satupun yang dapat melihat wajah dari anggota TNV.

"Kurasa benda ini akan kenyang bila memutuskan kakimu," ujar RY membolak-balik kapak yang ia ambil dari tas ranselnya.

Pakh!

"MMMMMMMMHHHHHH!!! WMWWAMNWANNMM!!!"

Pakkh!

Ia menyeret Miskah ke sebuah reklame besar yang berdiri kokoh membentangi jalan raya di seberang gedung permata ruby. Darah yang mengalir dari kaki Miskah berserakan di jalanan.

(Kalau ada yang gak tau apa itu reklame, ini gambarnya :

.

Tangannya mengikat leher Miskah dengan seutas tali tambang panjang yang sudah dipersiapkan IL. Dia menggantung pria itu layaknya boneka.

"Wah! Indahnya pemandangan~"

Bukh!

"Ark!"

AS meninju Miskah dengan keras, menjadikan pria itu sebagai karung tinju. Tak peduli jika jubah yang ia kenakan diwarnai bercak darah.

"Kau tau gak sih? Minggu kemarin ada yang ngejek kami dan besoknya dia tewas," celetuk AS seraya melayangkan beberapa buku lima lagi.

"Avv, I like it. Bukankah pemandangan seperti ini seharusnya diabadikan?" RY mengeluarkan ponselnya, berjalan-jalan mencari sudut pandang yang bagus untuk mengambil sebuah foto.

Cklik!

IL mendengus bosan. GR sibuk menonton adegan thiller aneh yang diperankan oleh 2 bersaudara itu dengan kusyuk meninggalkan ia seorang satu-satunya anggota TNV yang nganggur.

Kemudian dia mencoba mencari kegiatan bermanfaat. Contohnya menghitung jumlah batu di sekitar.

"Kurang seru, gak ada ledakan gitu?" celetuk Taufan cemberut, tiada ledakan berarti tidak ada kericuhan.

Halilintar berdecak, adiknya benar-benar kebanyakan bermain game. Kalau TNV meledakkan gedung permata ruby seperti sebelumnya maka mereka berdua juga akan terkena imbas.

"Fan, kau perlu berhenti bermain game. Ujian sudah dekat."

"Eh? Gak! Game itu separuh hidupku," tolak Taufan mentah-mentah.

"Masa depan lebih penting, Fan. Kalau kau tidak lulus mau jadi apa besar nanti? Gelandangan?"

"Dari game kan bisa dapat uang, Bang. Buktinya banyak gamer yang cari penghasilan di youtube."

"Gak boleh, mana ada yang mau nonton. Kalian berisik."

"Berisik dengan memeriahkan suasana itu beda, Bang."

💢💢💢

Di situasi begini mereka berdua malah bercekcok hal yang tidak penting, untung keduanya masih bisa mengatur volume suara. Namun ...

IL menyipitkan mata, ia merasa mendengar bisikan halus dari arah belakang. Segera saja IL menoleh.

Halilintar yang menyadari lantas melangkah mundur menyembunyikan diri dari IL. Taufan mengernyit sejenak, heran mengapa abangnya bertingkah demikian secara mendadak.

Lalu ia tersentak kala matanya bertembung dengan mata sosok bertudung hitam itu, IL menyadari keberadaannya.

IL ikut kaget bila mengenal siapa yang ia lihat sekarang, sebuah topi terang-terangan nonggol di samping gedung permata ruby. IL mengalihkan pandangan, berpura-pura tak melirik mereka kemudian bergerak menghampiri ketiga rekannya.

Bukannya takut pada sang 'penjahat', Taufan justru menanggapi reaksi IL dengan santai. Ia penasaran apa tindakan TNV setelah ini, Taufan tahu kelompok beranggotakan 9 orang itu tidak akan melukai mereka.

"Bang, ngapain sih sembunyi-sembunyi gitu?"

Halilintar kembali berdiri tegak setelah sebelumnya menempel di kaca gedung permata ruby layaknya cicak. Guna memastikan IL hanya melihat Taufan. Apakah normal seorang Halilintar memata-matai seseorang?

Ia berdeham. "Udah, pulang."

"Nasib punya abang aneh kek gini," gumam Taufan mengejek Halilintar secara tersirat.

Pletakk!!

"Duh!" Taufan mengelus dahi, memandang sebal abangnya yang senantiasa memberi ketukan lembut di tempat topinya bersandar.

Halilintar pula menghela napas kasar, melirik sekilas TNV yang masih sibuk dengan Miskah.

AS melangkah mundur, memberi peluang kepada saudaranya untuk menghabisi Miskah.

Giliran RY, jujur ia kurang suka harus menghabisi sesuatu dalam diam. RY lebih menyukai teriakan sengsara saat musuhnya dalam proses pengikisan kulit.

Crash!

Crash!

Crash!

Crash!

RY menganyunkan kapak tepat ke leher Miskah, melakukannya secara berkali-kali sampai kepala dan badan musuhnya terpisah.

Kepala Miskah yang tidak memiliki penopang pun jatuh ke bawah, RY memuncungkan sedikit mulutnya. Sungguh tidak seru.

Jadi, langsung saja ia bunuh.

Tiba-tiba GR mengarahkan pistol ke belakang, menembak bawahan musuh yang bersembunyi tak jauh dari Halilintar dan Taufan. Rencananya bawahan musuh itu hendak menyergap salah satu dua sulung itu sebagai tebusan.

Halilintar dan Taufan berdua menghela napas lega, memandang dua manusia yang tergeletak naas tanpa berniat beranjak dari sana. Mereka pikir mereka yang akan menjadi sasaran, bikin jantungan saja. Pas pula pucuk pistol GR mengarah pada mereka.

"Cih, penganggu."

"Wakel," panggil IL membuat atensi ketiga rekan tertuju padanya.

RY mengerling ke arah duo sulung Boboiboys itu setelah IL mengisyaratkan mereka untuk mencari tahu siapa yang membuntuti mereka.

Tak lama ia menggedik bahu pertanda tidak memerdulikan kedua penguntit tersebut.

Aku yang lemah tanpamu~

Aku yang rentan karena-

Tut!

"Cinta yang t'lah hilang darimu, yang mampu menyanjungku~" sambung AS menyanyikan lirik lagu nada panggilan RY dengan muka dan nada yang sengaja dibuat seolah-olah sedang mendalami makna lagu.

RY memandang saudaranya dengan pandangan menyampah lalu segera menjawab panggilan dari sang ketua.

"Moshi-moshi ketua, pembunuhnya Miskah di sini."

"Gimana?"

"Biasa aja-" jawab RY santai, menjeda ucapannya.

"-tapi mereka ada di sini ketua," bisiknya dengan volume kecil sampai-sampai ketua mereka yang berada di seberang telepon harus mengorek telinga dahulu.

"Topi dino?" tanya ketua mereka memastikan.

"Iya."

"Keknya gak perlu lagi kuberitahu apa yang harus kau lakukan," ujar sang ketua seraya merotasikan bola matanya.

"Heh, gak perlu. Yang perlu itu kau kasih gaji," celetuk RY sedikit ketus.

Tut!

"Eh sialan, ditutup teleponnya."

IL terkikik. "Itulah, udah tau ketua serba pelit malah minta gaji."

"Ya tapi gaji kita belum dikasih semenjak bulan lalu."

"Kesepakatan kita gak pake gaji btw," kata GR mengingatkan mereka bagaimana terbentuknya kelompok bernama 'The Ninth Villain' ini.

"Udahlah ah! Mau rebahan." AS melempar 4 buah kertas kecil berbeda warna yang biasa menjadi pertanda jika itu adalah TNV.

Memastikan TNV sudah pergi dari lokasi, Halilintar dan Taufan keluar dari tempat persembunyian.

Taufan memandang takjub mayat miskah yang tinggal kepalanya saja. Menggidik ngeri di detik berikutnya. Penampakan ini menakutkan namun sepertinya menyegarkan, pikirnya.

Sedangkan Halilintar tanpa ragu memungut keempat kertas tersebut dan menatap lama keempat benda itu. Ia sungguh tidak mengerti alasan yang terselubung di dalam kelompok ini.

RY, AS, GR dan IL.

Di mana yang lainnya?

"Fan, ke rumah, sekarang!"

______________________

PR berdecak sesudah mematikan panggilannya dengan RY. Mereka harus segera pulang, tetapi misinya belum selesai.

"OZ! Berapa jarak dan waktu dari sini ke rumahku?" Tanyanya.

OZ yang tadinya tengah mengangkat 2 karung ganja seketika menghentikan langkahnya, berpikir sejenak.

"20 meter = 15 menit."

"Kalau dari gedung permata ruby ke rumah?"

"Sekitar 11 menit."

"Ck, percepat operasinya! Kita tidak punya banyak waktu."












.

.

.

.

Bukannya jadi korban mereka berdua malah diselamatkan AS🗿

/what is this?!// plak!

Btw ada yang bisa kasih tips gimana membuat diri lebih pede gak?

Ku dalam dilema 👁👄👁

Mana bentar lagi ujian praktek pula, benci banget :/

Dahlah🔥

Stay healthy semua~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro