18. Maling
_
Hening, tiada yang berbicara di lantai 4. Ketiganya fokus mengawasi sekitar untuk mengamankan diri, belajar dari pengalaman mereka di gedung permata garnet. Di mana mereka hanya mengambil sebuah bongkahan kristal palsu.
Sangat merugikan kerja keras mereka, namun sepertinya hari ini mereka mendapat tamu baru.
Tepat di depan mereka, tampak orang bertudung hijau sedang menelisik si permata biru transparan ini, tak lama matanya mengarah pada mereka bertiga.
Hal itu membuat mereka berwaspada. Jika dilihat-lihat, orang ini bukan salah satu anggota dari kelompok musuh mereka. PR tahu betul ciri-ciri anggota GOT yang terang-terangan membuka identitas diri.
"Ouh... lama tidak berjumpa TNV," ucap orang asing itu.
"Siapa?" Tanya AS sambil mengacukan sebuah pisau.
"Oranglah, masa manusia?" Jawab si bertudung hijau santai, suaranya kedengaran serak. Ia ikut menodongkan senjata.
SH berdecak, ia sungguh kesal jika harus bertemu dengan orang yang menutup identitas diri dengan sempurna. SH malas menebak siapa dia.
Ayolah, cukup mereka saja bermain kucing-kucingan dengan musuh.
Si orang bertudung hijau ini terkekeh, memandang remeh ketiga manusia di hadapannya.
"Jangan gitu elah, ayo buat kesepakatan. Aku akan menyerahkan aquamarine kalau kalian membuka identitas kalian." Ia membagikan syarat.
"Mimpilah kau!" Ketus AS seraya mencoba menikam si tudung hijau yang kemudian ditangkis mudah oleh si bertudung hijau dengan pistolnya.
One by one, PR dan SH membiarkan AS melawan si bertudung hijau sendirian. Sangat tidak epic jika mereka mengeroyok musuh asing yang solo ini, mereka bukan pengecut.
Dor!
Dor!
AS menelengkan kepala menghindari beberapa peluru yang melesat ke arahnya lalu mundur sejenak menangkap beberapa pisau yang dilempar PR sebagai stok senjata.
AS menajamkan mata, mengincar organ vital si musuh. Melempar benda tajam itu secara beruntun guna mengalihkan fokus si musuh.
Dan itu berhasil, si tudung hijau mulai sibuk menghindar sampai tidak menyadari bahwa AS berlari cepat ke arahnya serta menendang punggungnya hingga tersungkur.
"Nyerah?" Satu kata itu keluar dari mulut AS, kakinya berdiri kokoh di atas punggung si tudung hijau.
Musuh mereka tersenyum sinis, memutar paksa tubuhnya lantas menarik kaki AS yang bertengger di punggungnya membuat AS terjatuh akibat tak adanya persiapan.
AS menggeram, menatap sengit si tudung hijau. Musuhnya menghela napas, ia mengeluarkan aquamarine yang sedari tadi hendak dirampas AS.
Ia memandang malas ketiga remaja itu, "kalian keras kepala banget dah. Capek tau lawan pake raga, jiwa aja napa dah?"
"Aku cuma mau tau identitas kalian," celetuknya lagi.
Ucapan ringan itu tentu dibalas dengan decihan, alasan konyol.
"Ya aku tau TNV itu terkenal, tapi gak usah susah-susah menyamar jadi musuh untuk minta tanda tangan." SH berucap ge-er sambil memutar bola matanya, kelompoknya memang sudah terkenal beberapa bulan lalu.
Si tudung hijau memaparkan ekspresi jijik di balik tudungnya, siapa juga yang meminta tanda tangan?
"Sorry, lebih baik aku minta tanda tangan pak Jokowi dibanding tanda tangan TNV."
"Kenapa? Gak ngaku kami terkenal?"
AS diam di tempat, mengapa topiknya lari ke seberapa terkenal TNV? Sungguh tidak jelas.
Bisa-bisanya orang seserius SH jadi gak serius dalam misi, batinnya.
BOOOOMMMMM!!
"Akh!"
Keempat manusia itu terlempar ke segala arah, ledakan dari lantai 3 memberi dampak yang lumayan besar pada mereka. Lantai 4 sekarang runtuh sekitar 40%.
Namun kesempatan emas ini digunakan si bertudung hijau untuk menyerang PR, anggota TNV yang posisinya paling dekat dengannya.
PR berdecak, mendongakkan kepala yang sedari tadi menunduk. Di saat bersamaan angin bertiup kencang ke arahnya, membuka sedikit hoodie yang menutup wajahnya.
Untung tangannya gercep menangkap kembali ujung hoodie sebelum wajahnya berhasil dilihat oleh musuh.
Orang bertudung hijau tersentak kala melihat suatu objek, bukan rupa muka PR, bukan sebuah gelang, bukan cangkir ataupun sidik jari. Melainkan cerpisan kecil lidah topi, hanya ujungnya saja.
Yang berwarna-
Eits! Jangan deh, ntar spoiler :D
"Sialan, siapa lagi yang ngebom gedung permata? Pasti si kambing GOT lagi," tanya dan jawab AS setengah bergerutu.
"Mereka datang," gumam si tudung hijau memandang ragu aquamarine. Gawat, musuh TNV sudah datang. Ia sama sekali tidak boleh bertemu langsung dengan kelompok bapak-bapak itu.
Manik mata SH bergerak-gerak, tanpa sengaja melihat tingkah si tudung hijau yang berjalan di pinggir gedung sedang melakukan ancang-ancang melompat.
"Woi! Beban! Ini lantai 4!" Seru SH berupaya menghentikan aksi gila si tudung hijau yang hendak melompat dari lantai 4, besoknya muncul pula berita seorang mayat ditemukan di gedung aquamarine diduga korban TNV.
Mereka akan dituduh lagi, padahal kan orang itu yang ingin melompat entah karena alasan apa.
"Bye!" Si tudung hijau itu tak menghiraukan ucapan SH, ia mengoper aquamarine kepada AS lalu melompat dari sana layaknya atlet kolam renang profesional.
AS yang mendapat hadiah gratisan dari si tudung hijau melongo sejenak lalu segera mengecek keaslian aquamarine, ternyata itu asli.
"Kelakuan orang gabut yang sungguh berguna..."
"Akh!" Terdengar pekikan dari arah pintu masuk ruang permata yang telah hancur itu, keenam anggota TNV lain telah sampai.
Mereka menghampiri PR, SH, dan AS dengan luka bakar kecil di salah satu bagian tubuh. Senjata yang dipegang mereka berenam berlumuran darah karena menusuk kulit anggota GOT yang tadinya berinisiatif mencuri masuk.
Meninggalkan TR yang masih tersenyum psyco memotong-motong tubuh korban tanpa didampingi oleh PR dan RY yang biasanya gemar memutilasi organ dalam. Bermain sirup merah itu menyenangkan.
"Dia bukan sembarang orang," gumam PR sembari memperbaiki posisi hoodienya. Tak ada orang yang mau memunculkan diri di hadapan TNV yang agak gemar membunuh hanya untuk mengetahui identitas mereka.
Ia menoleh ke belakang, seluruh anggotanya telah berkumpul di sini. PR membiarkan yang lain untuk turun dahulu kemudian berdecih.
Sial, orang bertudung hijau itu sepertinya telah mengetahui identitasnya. PR khawatir.
___________________________________
"WOI! WOI! WOI! TAU GAK BERITA YANG LAGI VIRAL INI?" seluruh saudara Boboiboy sontak menutup telinga, baru saja menginjakkan kaki ke dalam kelas sudah disambut semeriah ini.
"Ya ampun, Gopal. Gak usah teriak juga kali," sahut Taufan sembari menabok-nabok telinga.
"Iya tuh! Telinga kami gak budeg stadium 10," sambung Blaze.
"Ha, berita apa yang lagi viral?"
Gopal yang tadinya mau menyengir seketika tidak jadi, ia membawa mereka duduk di bangku masing-masing duluan lalu mempersiapkan sesuatu.
Semua memperhatikan, merasa penasaran berita apa yang mau diberitahu Gopal yang sampai harus memakai blazer hijau tua dan kacamata hitam.
Gopal berdeham sejenak. "Berdasarkan pengamatanku hari ini... terdapat berita yang menggemparkan seluruh dunia!"
"Apa beritanya tentang kucing keselek dinosaurus purba?" tanya Thorn membuat semua melirik datar dirinya.
"Sayangnya bukan. Menurut survey, pasangan TOP sekolah Harapan yaitu Vernando dan Angelica telah resmi memutus hubungan mereka hari ini pukul 06.59 pagi, detik ke 40." Gopal membaling beberapa foto kedua senior mereka dari yang manis sampai yang pahit.
Diketahui Gopal merupakan cameraman rahasia yang sangat populer, ia menangkap berbagai momen-momen siswa/i di sekolah Harapan untuk dijual.
"What? Putus? Beneran?" Trio pendukung tumbuhan (Taufan, Gempa & Solar) melongo tak percaya. Senior mereka yang dikatakan paling awet dalam sejarah sekolah sudah putus?
"Benar saudara-saudara, sebenarnya saya juga merasa adanya kekeliruan dalam hubungan mereka. Seperti tidak percaya jika kita telah kehilangan pasangan TOP di dunia."
"Dalam wawancara netizen, saudari Angelica mengatakan bahwa ia akan melupakan Vernando dan berselingkuh dengan saudara Yanto yang merupakan siswa sekolah sebelah."
"Sedangkan saudara Vernando sedang meratapi nasib di pojokan kelas akibat saudari Angelica yang memutusinya hanya karena sebuah gantungan kunci," ucap Gopal bak seorang reporter berpengalaman.
Blaze yang mendengar berita itu langsung tertawa nista. "Cintaku digantung sebuah gantungan kunci."
"Padahal mereka udah 3 tahun pacaran."
"Iya tuh! Putusnya di depan umum pula!" Celetuk Frostfire.
"Wih, sayang kami datangnya telat. Kelewatan deh sinetron gratisan," sesal Taufan yang tidur lagi setelah dibangunkan pukul enam pagi tadi.
"Dih, sekolah yang benar. Jangan nonton sinetron terus, gak guna." Yaya menegur sambil merotasikan bola matanya.
"Enggak kok! Udah tobat kami mah," ujar Solar enteng.
"Ya, buat sinetron yuk!" Ajak Gopal pada Yaya.
"Udah dibilang jangan berurusan sama sinetron-"
"Sinetron aku dan kamu, cerita cinta kita. Mau?"
#Gopalbucin
Pletakk!
"Kasian..." Gempa menggeleng-geleng kepala sambil berdecak berulang lagi.
"Sabar ya, Gopal. Ini ujian," ucap Thorn menepuk-nepuk pundak Gopal lalu ikut tertawa menistakannya bersama dua personil Troublemaker.
"Huhu..."
"Gem, itu jari kenapa?" tanya Ying terang terangan menunjuk objek yang dimaksud.
Gempa mengeluarkan jari yang terbalut hansaplast yang sedari tadi bersembunyi diantara jari-jari lain, rupanya Ying teliti juga.
"Tergores semalam.. terlalu fokus memerhatikan chat grup," jawab Gempa ringkas.
'Sampai segitunya memastikan kami gak ngetik yang aneh-aneh,' ringis Taufan mengingat kerecohan di grup semalam.
"Bahaya bawa hp ke dapur, Gem." Sang sulung angkat bicara.
"Hoo, bener tuh! Nanti terbakar dapurmu, kalian tinggal di mana?" -Ying.
"Di mana-mana hatiku senang~ kolong jembatan, sarang monyet, lapangan godzilla, kapalnya flying ducthman juga boleh," jawab Ice cuek.
"Ih! Kau aja sana," cibir Blaze.
"Lagipula ayah kan banyak uang, minta beli rumah biayanya mah kecil bagi ayah." Solar melipat tangan, simple kok dibuat susah. Di kapal flying ducthman belum tentu ada dapur. Di kolong jembatan banyak kecoanya.
"Berdikari." Thorn berujar polos. Satu kata itu mampu menusuk ke ulu hati mereka yang paling dalam.
Kring! Kring!
Bel pelajaran berbunyi, sudah waktunya mereka duduk rapi menunggu guru pelajaran mengabsenkan diri ke kelas.
"Mapel apa sekarang?"
"Matematika."
"Wow... aku memiliki filsafat buruk."
"Firasat kali," ralat Fang.
"Bomat, bodo amat, alpukat."
"Selamat pagi." Bu Kikita menyapa dengan nada datar, suara langkah kakinya terdengar ke sudut-sudut kelas. Semua murid mendiamkan diri untuk menghindari ocehan bu Kikita yang akan memanjangkan durasi 'dongeng'nya.
"Pagi bu." Mereka menyahut dengan kalem.
"Hari ini kalian belajar tentang fungsi, silahkan buka buku cetak halaman 56."
"Fungsi Kuadrat adalah persamaan dari variabel yang memiliki pangkat tertinggi dua, memiliki bentuk umum f (x) = ax2 + bx + c, dimana a, b, c adalah konstanta dan a ≠ 0. Atau f(x) bisa ditulis juga dalam bentuk y, seperti : y = ax2 + bx + c. Saya yakin kalian sudah mempelajarinya di kelas 9 dulu."
"X adalah variabel bebas dan y adalah variabel terikat, maka dari itu nilai y tergantung dari nilai x dan nilai-nilai x tergantung pada area yang telah ditetapkan. Sedangkan nilai y diperoleh dengan memasukkan nilai-nilai x ke dalam fungsi. Dengan kata lain, nilai y sama sekali tidak boleh kamu gombalin karena ia sensitif pada buaya."
"Nah kan... penjelasannya mulai ngawur," gumam Solar.
"Langkah-langkah dalam menggambar grafik fungsi kuadrat. Satu! Menentukan titik potong dengan sumbu X. y=0, titik potongnya (x1.0) dan (x2.0)! Dua!Menentukan titik potong dengan sumbu Y . x = 0 , titik potongnya (0,c). Tiga! Menentukan sumbu simetri x=-b2a."
"Empat! Menentukan nilai balik/ nilai ekstrim y= - D4a. Nilai balik/nilai ekstrim ini adalah nilai fungsi tertinggi atau terendah! Bukan seberapa tinggi rendahnya kamu bermimpi. Kelima! Menentukan titik koordinat puncak kurva (x, y) = -b2a, -D4a. Tujuan manusia hidup di bumi bukan hanya mengejar titik cerita cinta monyet abadi, tetapi juga untuk menghitung seberapa lama kamu memproses ucapan saya."
'Duh... apa sambungannya bu?' Ringis Gopal stress.
"Dengan angka yang terhasil dari rumus fungsi kuadrat bisa mengetahui jarak kurva, seperti saat kamu menendang bola. Akan lebih mudah menggunakan angka."
'Dengan menerka-nerka lebih mudah bu,' batin Blaze.
"Kamu dapat menghitung kecepatan mengharungi sungai, jarak lemparan bola, memprediksi berapa jumlah zombie yang datang dari arah barat di jalan kembar empat dan di mana kamu harus melempar sesuatu untuk memancing makhluk tersebut."
"Seperti film yang semalam saya tonton, ternyata Allen Sudsah menculik durian untuk membunuh variable R dan Y. Ada sembilan orang yang sok ingin menyelamatkan si durian namun akhirnya mereka malah ikut membunuh durian."
"Tak hanya itu, ternyata kawan baik Allen Sudsah yaitu Orca sedang merancang pemusnahan kota dengan menghidupkan kembali makhluk mitologi. Diketahui ia merupakan seorang saintis gagal ginjal 300 abad, sembilan orang tadi ternyata adalah orang terkaya dalam dunia bawah."
"Sebuah harta berharga dicuri dari klan duyung untuk menyombongkan diri, di akhir cerita mereka mati menggenaskan di sebuah parit go internasional milik Albert Einstein."
"Makanya jangan sesuka hati merebut gelar orang yang sudah lama, sungguh tidak sopan."
Tujuh murid kelas 10 MIPA 2 menyeringai secara bersamaan.
'Ntar disindir balik kena mental'
Sedangkan Gempa menarik napas dalam-dalam, kapan ini berakhir?
'Sabar... sabar'
"Dark banget bu ceritanya," komen Blaze.
Takk!
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Ting nong~
Cklek!
"Hai!"
Seorang bermasker hitam menyapa membuat Gempa mengernyit bingung, ia merasa tidak kenal pada sosok yang berada di hadapannya. Siapa dia? Berbaju putih, bercelana hitam, bertopi putih dengan jalur kuning dan merah.
Masker itu menghalangi Gempa untuk melihat wajah si tamu asing ini. "Anda siapa?"
Wajah pemuda tadi yang ceria seketika bertukar bingung juga, "kau gak kenal aku?"
"Kalau kenal saya gak akan tanya," sahut Gempa balik sembari bersiap-siap mengambil sapu di balik pintu.
"Yah... saudaramu itu emang dah, aku salah satu kenalannya." Si pemuda menghela napas, "boleh bertamu gak?"
"Siapa itu Gem?" Halilintar bertanya dari dalam kala dirasa saudaranya sudah terlalu lama berdiri di depan pintu.
"BANG! ADA MALING!" Teriak Gempa, ia mengangkat sapu rumah sebagai ancaman untuk pemuda asing itu seraya menunggu saudaranya yang lain turun.
Brak!
Kedebuk!
Tap!
Tap!
Tap!
"MANA? MANA?"
"SIAPA MALINGNYA?"
"DIA NYURI APA?"
"BERANI PULAK MALING DI RUMAH YANG GAK KAYA GINI!"
"UDAH DITANGKAP BELUM?!!"
Pemuda asing yang dituduh sebagai maling pun sontak kaget, ditambah lagi dengan reaksi heboh dari keseluruh saudara elemental brothers.
Mulai dari Halilintar yang mengangkat televisi, mau dilempar ke calon malingnya.
Taufan yang keluar dari dapur dengan muka penuh tepung, siap memukul calon maling dengan penggiling roti.
Blaze yang bersiap mencampakkan ayamnya (Asep), Ice yang bersedia melempar vas bunga ke calon musuh.
Thorn yang memegang erat garpu yang siap mencari mangsa, Solar yang ikut membaling buku rumus kimia yang isinya 400 halaman ke maling.
Serta Gempa yang memegang batang penyapu angkuh layaknya sedang memegang trisula.
"WOI! TENANG WOI! AKU SUPRA BUKAN MALING!" teriaknya spontan menghindari lemparan dari Solar dan memundurkan diri ke belakang serta mengangkat kedua tangan ke atas kepala.
Waduh, maling doang kek mau keroyokan.
Trio Troublemaker dan Solar menghela napas lega, benda yang mereka bawa segera diturunkan.
Asep segera berlari ke kandangnya karena syok, ia pikir ia akan bertemu kembarannya karena dilempar dari ketinggian.
"Supra toh," ucap mereka serentak dengan lega.
"Supra saha? Motor?" Halilintar menaikkan sebelah alisnya.
"Supra Affandy dan tolong turunkan tv itu, gak berat apa?" tanyanya heran seraya mendorong pelan vas bunga milik Ice yang hampir mengenai wajahnya.
"Gak kenal," sahut Gempa.
"Adiknya Frostfire, Bang," jelas Trio Troublemaker kompak.
"Frostfire? Punya adik dia?" Mata tajam Halilintar menelisik kesamaan ciri-ciri temannya dan Supra.
Supra membuka maskernya agar penghuni rumah elemental brothers bisa melihat wajah penuhnya. "Punyalah. Lebih ganteng dari dia."
"Idih!"
"Yaudah, silahkan masuk. Ngapain bertamu di siang bolong gini?" Gempa mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumah, sapu legendnya kembali disimpan.
Supra yang mendengar pertanyaan aneh dari kawan abangnya itu bingung sejenak, apa bertamu di siang hari tidak diperbolehkan di sini?
"Kalo aku datang malam-malam nanti dikira poci," jawabnya.
"Poci? Teh poci?"
"Pocong maksudnya."
Kemudian mereka semua masuk mengiringi sang tamu, meninggalkan Halilintar yang tertatih-ratih membawa televisi sebesar 115 inci.
Entah bagaimana caranya ia bisa berlari mengangkat benda tersebut dalam 2 detik tanpa merasa berat sedikitpun, tadinya.
Sekarang ia baru merasa berat setelah mengangkat benda itu secara lambat.
"Bang, setahuku gak ada teknik beladiri melempar TV pada lawan," ujar Taufan bermaksud menyindir.
"Ho'oh, itu TV mau abang kasih ke maling dengan sukarela?" Tambah Blaze.
"Heh! Aku bukan maling!" Tegas Supra untuk kesekian kalinya.
Halilintar berdecak. "Daripada ngoceh lebih baik bantu aku!"
"Ih gak mau, kan abang yang ngangkat. Abang juga juga yang naruh balik." Taufan menjelir lidah namun bila melihat delikan tajam penuh tuntutan, akhirnya ia menghampiri Halilintar dan membantunya setelah menitipkan penggulung roti pada Thorn.
"Bang, TVnya jangan dilempar." Gempa memperingati mereka berdua yang kelihatan sedang mengayun-ngayunkan TV lebar itu ke depan dan belakang.
"Uang bulanan kita gak cukup beli TV lagi."
Seluruh penghuni rumah kecuali Supra spontan menoleh pada gempa dengan ekspresi datar.
"Iyalah gak cukup, uang bulanannya kau korupsi terus!" cibir Halilintar dan Taufan kompak membuat Gempa terkekeh malu.
"Lalu apa hajat anda datang kemari?" Tanya Blaze mendadak sopan pada sang tamu.
Supra diam-diam melirik Solar, dibalas kedipan mata olehnya.
"Itu loh Bang, kami kan punya hobi yang sama. Jadi aku ngajak dia racik ramuan untuk membuktikan siapa paling hebat," jelas Solar.
"Boleh gak bang?" tanya Solar meminta izin untuk membawa Supra ke labolatorium kecil miliknya.
Trio ori berpikir sejenak, hendak mengangguk namun Blaze duluan mencegah.
"Bentar! Aku mau tes dulu dia benaran adiknya Frosty atau bukan," sergahnya.
"Silahkan," sahut Supra tenang.
"Siapa nama orang tua kalian?"
Dahi mereka mengerut bila mendengar pertanyaan yang agak tidak sopan itu.
"Blaze, pertanyaan itu terlalu privasi," Komen Gempa.
"Memang, Bang. Karena itu privasi, seharusnya yang tau cuma keluarganya Frosty." Blaze memberi isyarat agar Supra segera memberi tanggapan.
Supra mendengus kasar, kesal rasanya harus membuka kuburan memori yang paling ia benci.
"Glac dan Sofi," ketusnya.
"Sip, bawa tuh ke labolatorium!" Usir Blaze seenak badak.
___________
"Ngeselin banget itu semua saudara kau," celetuk Supra saat telah sampai ke labolatorium.
"Makanya ke rumah orang jangan pake masker, itu tuh yang buat kau dikira maling." Solar mendudukkan diri ke kursi khususnya, hanya acuh terhadap komentar rekannya.
"Bukan itu..." Supra menjeda ucapannya, bingung ingin melanjutkan dengan kalimat apa.
"Ah! Udahlah! Apa kerjaan kita di sini?"
"Aku udah menyuntik cairan ini ke salah satu objek, hasilnya masih kurang." Solar menghela napas agak kecewa dengan usahanya.
Supra memandang objek penelitian yang ditunjuk Solar, tak berniat membuka kurungan objek penelitian mereka. Hewan tu tampak ingin memangsa apa pun yang ada di dekatnya.
"Tapi keganasan mereka mulai berkurang."
"Itu aja gak cukup, Supra."
"Kita gak tau seberapa banyak korban yang ditargetkan dia."
.
.
.
Ahh, cluenya banyak👁👄👁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro