15. Barang Palsu
Warning! Chapter tidak jelas, berisi kumpulan huruf gaje.
Nyehehehe-
Selamat membaca~
___________________________________
"Hah... oi TR! Udah belum?!"
"Sabar!! Udah tau aku gak pinter buka pintu secara paksa," sahut TR setengah bergerutu. Ia mendelik kala merasa ada musuh yang mencuri kesempatan untuk menyerangnya.
RY menyempatkan memutar bola matanya sembari berusaha mengendalikan kondisi pergelutannya dengan pihak lain.
Bertugas tanpa AS ialah sebuah kesalahan karena ia lah yang paling dibutuhkan dalam upaya memujuk pintu ruang permata dengan teknologi. Apalagi jika yang diburu adalah permata paling terkenal, diamond.
Dan sebab hukuman, mereka harus membuka sendiri pintu besi permata diamond dengan tangan yang sebenarnya kedengarannya mustahil.
Di seberang sana ada beberapa orang mengawasi seluruh tindakan RY dan TR, sedang berkomunikasi lewat ponsel.
"Perlukah kita bantu ketua?" tanya OZ yang merasa kasihan.
"gak perlu," sahut ketua datar.
"Tapi aku kasian ketua, kalo mereka mati di sana gimana?" dengan hanya mendengar suaranya saja OZ sudah tahu bahwa itu IL.
"Biarin aja. Kan anak orang," kata GR menyahut IL.
"Parah," gumam ND sambil menggelengkan kepala kemudian kembali fokus mengawasi dua kawannya itu.
TR berdecak, sudah berapa lama dia berusaha membuka pintu besi ini dengan crowbar? Tidak ada hasil sama sekali.
Anak matanya menangkap sebuah objek yang dipegang mayat disekitarnya, gergaji mesin.
Walaupun berat untuk seorang remaja TR berhasil mengangkatnya serta juga menggunakan gergaji, setidaknya benda ini cukup untuk membolongi sebagian besi.
'Huh... untuk keberhasilan misi,' batinnya.
Brrrrrnn
Cara buat suara gergaji gimana sih ? OnO
Crash!
Brrrnnn
Sesekali menindas beberapa musuh yang hendak menyerangnya dari belakang.
BAAM!
"Woi RY! Udah tuh!" serunya membuat RY menoleh kearahnya.
"Ambil lah diamond nya! Perlu banget aku kasih perintah," ucap RY setengah menyindir.
Menghadapi 100 musuh lebih membuat tubuhnya mulai kehilangan stamina, ditambah lagi berteriak untuk memerintah TR. Ia tahu teman sekelasnya itu tidak bisa bergerak tanpa diperintah.
Selama menjabat sebagai wakil ketua kelompok ini RY jarang sekali mengambil tugas rumit. Biasanya ia hanya akan turun ke lapangan jika mereka bersembilan sepakat pergi bersama. Atau palingan cukup menikmati angin dingin dan gelapnya malam dengan OZ.
"Jangan melamun ngab. Ntar kesurupan aku yang repot," celetuk TR menghampiri RY yang sudah selesai.
"Heh. Lama banget kau... ambil diamond doang," cibir RY seraya menagih benda berharga itu.
TR merotasikan mata, permata putih itu ia tunjukkan.
"Yayayaya, bomat."
"Kau atau aku yang pegang?" Ia bertanya bila melihat sekumpulan musuh dari jauh.
"Ntah, kalo aku yang jaga palingan ntar ku taruh ke celana." TR menatap horor temannya yang berkata dengan santai sambil terkekeh.
"Aku aja," ketusnya langsung.
"Kau gak mau mundur? Aku udah capek lawan." RY duduk di tanah, meluruskan kakinya. Sarung tangannya juga sudah basah karena darah.
"Come on boy, kapan lagi kita bisa berguna kek gini?" TR melempar senyum tulus.
"Tarik." RY menyodorkan tangan kanannya berharap ditarik karena ia sendiri sangat malas untuk berdiri, setelah ini RY akan langsung menyambar kasur.
"Ck." mau tak mau TR menyambut tangan RY menarik makhluk itu untuk berdiri.
Mereka berdua hanya berdiri bak patung menunggu musuh menghampiri sampai tiba-tiba RY mengeluarkan sesuatu.
"Tau dari tadi aku gak usah membazir tenaga." RY lupa bahwa ia membawa bom lemon.
"Punya ketua kah?" tanya TR.
"Punya AS. Mana berani aku nyuri punya ketua, yang ada kena tabok duluan."
"Pantes hilang satu bom punyaku," ujar AS dari seberang sana.
"Lempar gih!"
"Sorry, aku juara 3 dari belakang untuk lempar cakram." TD duluan angkat tangan saat disuruh oleh rekannya.
"Yaudah lah aku aja," pasrah RY melakukan kuda-kuda melempar.
Namun TR menghentikannya lebih dulu. "Nanti RY!"
TR segera mengumpulkan para mayat musuh dan menumpuknya sejauh 40 meter di depan mereka berdua.
"Sekalian. Bakar mereka dengan layak," kikik TR.
"Siapkan kaki~" RY mengaktifkan bom tersebut, memutar-mutar tangannya dua kali lalu melempar bom itu sekuat tenaga.
Syuuuuuutt!!
"LARRRIII!!!!"
Tancap gas berlari menjauhi kawasan berbahaya.
DUAARR!!
Ledakan sedang itu menggegerkan tanah, daging-daging terbang sana sini diikuti hujan darah.
"Akh!"
Meski sudah berlari sejauh mungkin, RY dan TR masih saja mendapat imbas.
"Kok kau gak bilang ledakannya sebesar itu?" protes TR.
RY mengelus punggungnya yang sakit akibat terhentik aspal jalanan. "Mana ku tau, ini aja pertama kali aku lempar bom."
"Note gak basah kan?" tanya RY memastikan, pasalnya kertas kecil itu lumayan berguna untuk menunjukkan keberadaan mereka.
"Aman," sahut TR tenang.
Tak lama suara sirine mobil polisi nonggol di indera pendengaran mereka.
RY menyungging senyum miring sedangkan TR mendengus.
"Siapa lambat traktir batagor!"
RY dan TR segera melesat menjauhi gedung permata diamond, mereka melempar note masing-masing sebelum benar-benar pergi dari lokasi diantara angin malam.
_________________
krriiingg!!
Bel istirahat berbunyi, seluruh penghuni sekolah keluar dari sarangnya memenuhi tempat bernama kantin.
"Yaya! Ying!"
Yang dipanggil dua orang, yang noleh 13 orang.
"Kenapa?" tanya Yaya heran.
Tak biasanya Suzy Hartini dan Fia Sirenia memanggilnya serta Ying. Mereka memang seangkatan, tetapi tidak sekelas.
"Kami butuh bantuan?" sahut Suzy sambil duduk disamping Fang.
"Siapa yang kasih kau izin duduk di kursi rival ku?" tanya Fang melipat tangan didepan dada.
"Bentar doang."
"Bantu apa?" kini Ying yang bertanya.
"Tadi kalian kuis kimia kan?"
"Oh... jadi tujuannya mau minta bocoran?" -Blaze.
"Nah bener banget." Fia menjentik jari.
Bukan tanpa alasan mereka berdua berniat meminta bocoran pada kelas sebelah mengingat betapa sulitnya kuis kimia daripada ujiannya.
Mereka sempat terheran-heran namun semua murid kini pasrah dengan penilaian aneh bu Timi.
First, kuisnya tidak ada sambungan dengan materi kelas 10- tingkat mereka sekarang.
Second, kuis bu Timi minimal 200 soal dan juga mendadak.
Third, jika tak bisa menjawab setidaknya 3 pertanyaan, murid harus menulis 'saya akan belajar' sebanyak 1 buku. Kalau tidak juga mengerjakan akan ditambah 3× lipat, yang tidak mengerjakan sama sekali akan tinggal kelas.
"Lalu kita harus gimana? Bu Timi kasih kuis juga acak-acakan," Gopal menyahut.
"Ya... tentang tema kuisnya gitu?" -Suzy.
"Korosi."
"Susah tuh," celetuk mereka berdua.
"Gampang." Muncul Solar yang entah baru dari mana.
"Nah, tanya aja sama Solar. Dia yang paling banyak jawab soal kuis." Ying menunjuk Solar menggunakan dagunya.
"Mau tau soal apa jawaban?"
"Kalo tau soalnya juga gak bakalan berhasil. Soal kuis pasti beda lagi," kata Frostfire sambil memutar bola mata.
"Gak bisa dua-dua? Tanggung banget," pinta Fia.
"Bisa sih-" muka kedua perempuan itu mulai berseri-seri.
"-tapi bayar dulu dong... 1 soal 5 ribu." raut wajah mereka masam seketika.
"Gak jadilah, aku nulis 1 buku aja," ucap Suzy pasrah.
Sangat rugi memberikan 5 ribu hanya untuk satu soal sedangkan 5 ribu sudah bisa membeli mie goreng dikantin.
Dan juga soal yang Solar beritahu belum tentu keluar saat kuis nanti.
"Aku mau dong," ucap Fia polos mengangkat tangan membuat seluruh temannya menatap kearah Fia. Uang segera dikeluarkan dari saku.
Suzy menahan tangan Fia.
"Oi! Jangan Fia! Nanti dikorupsi dia."
"Ehehehe...."
"Ada punya kaleng di rumah? Aku mau buat prakarya," tanya Fia beralih mencari topik.
"Kaleng? Itu makcik kantin ada banyak," sahut Blaze.
Suzy memutar otak sejenak lalu menepuk dahi. "Benar juga."
"Mau minta? Yuk sama-sama."
Kemudian Frostfire berdiri, berniat ikut meminta kaleng bersama Suzy dan Fia.
Seketika Tasya menaikkan alis.
"Kau mau minta kaleng juga? Ngapain? Buat senjata kok pake kardus. Kan udah ada bambu," ocehnya.
Frostfire berbalik. "Bambu gak cukup. Lagipula punyaku kurang satu."
"Kurang satu? Memang berapa banyak senjata yang kalian buat?" Tanya Solar bila menyadari ada satu kata yang aneh.
Beberapa orang langsung melirik ke arah Frostfire.
"Iya. Satu kelompok kan satu senjata," timpal Thorn.
"Bukanlah, maksudku yang kurang itu bahannya. Aku pembuat bagian anak panah, bahannya kurang untuk buat pucuk panahnya. Jadi ya pake kaleng aja," jelas Frostfire membuat yang lainnya mengangguk-angguk.
"Eleh, punya kami udah selesai dari beberapa hari lalu," Blaze membuat muka bangga.
"Iyalah, ada Gempa dalam kelompok kalian," cibir Tiah.
Kalau saja tiada Gempa maka kelompok itu pasti berpecah belah, terlebih lagi Halilintar, Blaze dan Solar di dalam kelompok yang sama.
"Enak ya, pengen pindah ke kelas kalian. Biar gak perlu susah-susah kerjakan prakarya," celetuk Fia yang baru kembali dengan kedua kawannya sembari menenteng plastik berisi kaleng-kaleng bekas.
"Biar mereka yang rajin aja yang kerjain kan?" Ledek Taufan.
"Menguntungkan sekali."
Ice mendelik. "Menguntungkan gimana? Makin lemot ada lah karena kreafitasnya menurun."
"Yang penting waktu santai jadi lebih banyak," balas Suzy.
"AAAA- ADUH! DUH! ADUH!!"
"Maaf bang! Kagak sengaja!"
"Adek durkaha kau," ketus Taufan saat sakit dikakinya telah mereda, akibat pijakan Blaze yang tepat diluka kemarin kakinya kembali ngilu. Bahkan mungkin berdarah? Taufan tidak mau tahu.
Manakala Blaze hanya menyengir tanpa rasa bersalah, bukannya tidak sengaja. Ia ingin mengetes apakah luka itu masih sakit atau tidak.
"Kenapa kakinya Fan? Dipijak raksasa?" tanya Gopal yang terheran-heran mendengar pekikannya tadi.
Sebelum yang ditanya menjawab, sang bungsu sudah menyeletuk duluan.
"Digigit dinosaurus."
"Dinosaurus kan udah punah beberapa abad yang lalu," ucap Fang cuek sembari menyeruput kopi pesanannya.
"Dino yang ini maksudnya," Thorn melepas topinya lalu menggerak-gerakkan benda itu seperti raksasa yang siap menerkam sesuatu.
"Gak jelas," -Fia.
Ying memutar bola matanya, "namanya Boboiboy's... si bersaudara gak jelas."
"Eh, aku udah dapat kabar kalo video drama kelas 10 udah ada. Untung pak kepsek sempat salin videonya ke flashdisk," ujar Yaya membuat semua temannya menghela napas lega.
Nilai mereka aman....
"Baguslah. Setidaknya ada satu drama bersejarah babang Jali," ledek Blaze.
Halilintar mendelik, "berapa lama otakmu dilepas dari kepala sampai sudah lupa namaku?"
"Gak lama, bang. Cuma 10 tahun."
"Berarti selama ini kita tinggal dengan dua manusia tanpa otak."
"Hati-hati otaknya jamuran karena dilepasin terlalu lama," celetuk Gopal mengikuti percakapan antara dua bar-bar itu.
"Emang jamur yang jamuran tapi gak bisa dipake obat jamur karena takut jamurnya hilang?" Respon Taufan.
"Beda, jamurannya otak itu ketika dia pelupa dan lupain kawannya sendiri. Kalian berdua udah tanda-tanda nih." Gopal menunjuk duo troublemaker.
"Daripada kau, isi kepalanya bukan otak tapi jamur yang jamuran berjamur berpuluh puluh tahun mau diobati pake obat jamur tapi masih berjamur," ledek Blaze tak mau kalah.
"Muka kau udah berjamur ditambah jamur dikurang jamur dibagi jamur, dikali jamur, diakar jamur, dikuadrat jamur, dicoloumb jamur, dirumah jamur, di jamur penangkal listrik"
Sedangkan Thorn dengan muka cengonya menyimak percakapan aneh antara sesama jamur itu tanpa ia mengerti.
"Maksud kalian jamur baju ya?" tanyanya polos.
Gopal, Taufan dan Blaze sama-sama mengurut dada agar lebih sabar, yang lain sontak menepuk dahi.
"Jamur sama jemur beda Thorn," ralat mereka bertiga serentak sambil melirik Gempa yang menatap mereka penuh peringatan.
Pengennya ngegas...
Sementara itu Frostfire sudah bertanya duluan pada si ahli masak di keluarga Boboiboy's berhubung pertanyaan Thorn sebelumnya.
"Gem, kau gak pernah masak jamur di rumah ya?"
"KIKO ENAK TAU!"
"LEBIH ENAK JAMURLAH"
"JAMUR TROS!"
"SATU SACHET MILKUTAN MENGANDUNG 170 KALORI"
"MILKITAA!"
"AKU DAN KAU SUKA DANCOW"
"INDOMIEEE SELERAKUUU~"
"HIDUP MIE INSTAN!"
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Cisssshh!
Pintu ruangan besi terbuka, menampakkan satu sosok anggota kelompok yang sedang viral-viral saat ini. GR.
Ditelisiknya tiap rinci ruangan untuk memastikan bahwa tiada yang memperhatikannya. Ruangan gelap yang menjadi pengamat bisu ini masih tidak berubah seperti sebelumnya, baik-baik saja.
Namun alisnya menukik bila menemukan salah satu rekannya yang tengah duduk bengong di sudut ruangan.
"ND! Ngapain? Tumben bengong kek habis diputusin pacar," celetuknya.
ND yang dipanggil tersentak pelan, menoleh pada GR dengan pandangan serius lalu kembali terbengong lagi.
Ini anak ngapain dah?, pikir GR.
"BOOO!!"
GR menatap datar si rekan paling periang ini tanpa sedikit pun respon terkejut, OZ memuncungkan mulut. Mengapa orang yang satu ini selalu tidak bisa diajak bercanda, kaget aja gak bisa.
"Kenapa tuh sama ND? Galau kah karena gak bisa ke konser spongebob squarpants?" giliran SH menyeletuk, ternyata OZ datang bersama anggota yang lain.
GR hanya menggedik bahu, mungkin percakapan mereka bertiga ini pun tak dihiraukan oleh TD yang sanking fokus pada pikirannya.
"Kagetin mau gak?" tanya OZ meminta izin pada yang lainnya, ia belum puas karena hari ini tidak ada yang berhasil ia jahili.
"Janganlah, ntar kau tepar lagi. Dan akkuuuu juga yang harus menyeretmu pulang," sahut RY.
"Btw, kenapa ketua nyuruh kita rapat dadakan?" tanya IL mengalihkan pembicaraan ke arah yang lebih penting.
"Ntah, malam-malam pula. Baru mau bobo ganteng di rumah," ucap AS.
"Bobo genteng kali,"-OZ.
Tap! Tap! Tap!
Muncul satu orang lagi dibalik bayangan, semua orang sontak memandangnya sembari mengambil posisi duduk.
"Jadi-"
"Tu de poin aja ketua, hoaaamm..."
Si ketua ini mendelik, ia juga tahu hal itu.
"Ck. Berdasarkan laporan kita ke atasan manusia aneh itu, kita disuruh untuk menghabisi beberapa orang lagi."
"Lagi?! Malaslah...."
"Hm... Ada berapa banyak?"
PR melirik kertas yang ia bawa, tertulis nama orang-orang yang menjadi target mereka selanjutnya. Tak lupa, ia juga menunjukkan isi kertas itu pada yang lain.
Semua meneliti nama dan wajah calon target secara saksama, tak lama satu diantaranya mengernyit.
"Guru ini juga kena? Ku pikir dia memang hanyalah seorang guru yang baik hati." TR membuka mulut menyindir salah satu guru di sekolahnya.
"Kalo guru ini kita taruh diposisi terakhir aja gimana? Nilai kita belum kelar sama pelajaran dia," usul IL.
"Bagus juga sih... asalkan dia bukan yang paling bahaya."
"Kita gerak malam ini ketua?" tanya AS, menurutnya segera menyelesaikan urusan akan lebih menghemat waktu.
"Rencananya begitu. Tapi rumahku lagi gak aman," jawab sang ketua seraya mengunyah permen karet untuk menghilangkan kantuk.
"Lalu? Ketua nyuruh kami datang ke sini hanya untuk nunjukin gambar dan data ini?! Kan bisa pake whatsapp ketuaaaa..." rungut RY membuat muka kesal.
Si ketua hanya memutar bola mata, merubah duduknya menjadi gaya orang rebahan.
"Kau lupa kita hanya chat di grub ketika mendadak, lagipula kita harus selalu memakai emoji untuk mengirim pesan singkat."
"Itu ketuaaa! Itu! Ketua rajin banget buat peraturan chat emoji supaya kami cepat pintar!" Kini giliran OZ yang bersungut.
"Sudahlah, kan gak ada ruginya untuk kalian."
"Ada ruginya! Otak ku jadi lebih cepat lelah..."
"Dari tadi bahas tentang otak mulu, kagak bosan apa."
"Ha? Maksudnya?"
"Gak, ada tikus melayang di tengah neraka."
"Wih, berarti SH pernah ke neraka dong!"
"Sembarangan!"
IL menyenggol ND yang sedari tadi tak menyahut apapun yang disampaikan sang ketua.
"Woi, kau mikiran apa sihhh? Kalo punya gebetan bilang dong. Jangan disimpan mulu," celetuknya.
"Punya gebetan? Gak zaman itu mah, punya selingkuhan dong baru anti mainstream," -OZ.
"Bacit ae kepala kuda masuk ekor kecebong tenggelam."
ND menggeleng perlahan, arah matanya mengintari seluruh anggota. Ia menelan saliva saat dipandang mengindimidasi oleh sang ketua.
"Kalian taukan semalam aku yang antar semua permata itu ke pria misterius?" tanyanya memastikan yang kemudian dijawab anggukkan dari yang lain.
"Memang kenapa?"
"Kemarin ada kecelakaan, ada satu yang lepas dari tangan..."
"Trus?" beo OZ.
"Trus pecahlah!"
"LAH? SIA-SIA dong kerja pertama kita," RY merespons heboh.
"Pecah? Yang mana?" Kini PR yang bertanya.
"Garnet."
Alih-alih terkejut yang mengakibatkan perkecohan tak berguna, GR, SH, AS, PR, dan IL saling menoleh bila dirasa mereka memikirkan hal yang sama.
PR kembali merubah gaya duduknya. "Bukannya kata dia, permata gak bakal bisa pecah?"
Alis OZ bermain jungkat-jungkit, permata itu tersusun dari bahan kristal bukan? Sudah seharusnya pecah, apalagi yang perlu diherankan?
"Eh, kata siapa permata gak bisa pecah?"
"Kata dia lah," sahut AS.
"Dia saha?"
"Dia yang nyuruh kita ngerusuh nyuri permata."
"Bang Kaizo." GR menghela napas lalu sebuah ide hinggap di otaknya.
"Pecahan garnetnya ada dibawa? Aku curiga itu permata palsu."
ND mengangguk cepat, lantas mengeluarkan kantong hitam kecil berisi garnet ke tengah-tengah mereka.
Semua pun sontak kepo menyentuh benda itu yang sudah berpecah menjadi 30 bagian kecil.
"Kalo permatanya pecah jadi 2 bagian masih bisa di-lem. Eh, ini ancur lebur..." OZ menyeletuk.
"Di-lem, kau pikir kertas?" Kekeh TR.
"Trus gimana respon bang Kaizo?" IL tahu pria tersebut sangat galak, tetapi rasanya terlampau aneh jika Kaizo tidak memprotes perihal garnet ini.
"Dia hanya nyuruh aku servis nih permata," jawab ND dengan sedikit ekspresi sweatdrop ketika mengingat tatapan malas dan tak peduli dari Kaizo.
"Servis? Emang motor apa?"
"Mungkin karena dia memang udah tau kalo garnet ini palsu!" Sergah SH yang sesudah menelisik si permata.
"Palsu? Kok bisa sih?!"
"Kita nyuri tepat di gedungnya..."
"Jangan-jangan kita dijebak sama mereka pula."
__________________________________
Penyuka jamur angkat tangan✋
Kaizo = kepala kepolisian ✔
Kaizo = yang nyuruh TNV nyuri permata.
Alasan : ....?
Mon maap chapternya gak jelas, otak watashi konslet gegara ujian, hihihi.
Untungnya udah selesai.
Bagaimana dengan kalian?
Sudah selesai ujian kah?
Atau baru mulai?
Apapun itu semoga hasilnya bagus ^o^
Bagi yang kerja ataupun kuliah, semangat!
~~~~~~~~~~~~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro