Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7. Hal yang tidak biasa

Mana bom Komennya? Enggak seru nih...


----------------------------------------------------------


Setengah lima pagi dibangunkan dengan panggilan telepon berulang kali membuat Humairah kesal. Dia hampir saja melemparkan ponselnya ke arah pintu kamar, jika secara tidak sadar nama HIRA SAYANG tertera di layar ponselnya.

Langsung membuka kedua matanya lebar-lebar, Humairah terduduk di atas ranjang sambil memastikan kembali apa yang ia lihat tidaklah salah.

"Kapan gue save nomor dia?" Gumam Humairah kebingungan.

Masih mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam di restoran, nyatanya Humairah tidak mengingat ia pernah meminta nomor hp Hira sekalipun. Bahkan dia yakin 100% bila keduanya tidak pernah bertukar nomor hp. Lalu dari mana datangnya nomor ini diponselnya.

Sedikit banyak Humairah curiga, pasti ada suruhan dari ayahnya yang mensabotase ponsel bututnya ini yang sudah berulang kali jatuh atas sikap ceroboh yang ia miliki.

"Kok bisa ada nomor dia dihp gue?" Ucap Humairah kembali.

Ketika Hira menghubunginya lagi, seolah laki-laki itu tidak lelah untuk membangunkannya, Humairah sengaja mengangkat panggilan telepon Hira demi mencari jawaban atas rasa penasaran dalam otaknya kini.

"Halo!!!"

"Assalamu'alaikum."

"Kumsalam."

"Assalamu'alaikum,"

"Kumsalam, elah ... enggak denger, ya? Ada apaan sih? Telepon-telepon tengah malam gini? Heran banget gue! Lagian lo tahu dari mana coba nomor hp gue? Stalkerin gue, ya?"

Diamuk tanpa jeda, Hira hanya terdiam. Tarikan napasnya terdengar dalam sebelum ia mengucapkan sesuatu kembali.

"Bangun, terus jangan lupa sholat."

Tidak ada respon, Hira terdengar memanggil nama Humairah dengan begitu lembut. Bahkan suara bass yang ia miliki sampai terdengar berbisik, karena terlalu pelan memanggil nama Humairah menggunakan nama kecil gadis itu.

"Ara ..."

"Ra ...."

"Kok lo tahu gue dipanggil Ara?"

"Karena aku sudah menerima semua proposal data dirimu."

"Pasti kerjaan pak Jenderal deh."

"Bangun, terus langsung sholat. Jangan ditunda-tunda."

"Hm, iya. Makasih. Baru lo doang yang bangunin gue sholat selembut ini," ucap Humairah dengan jujur.

Panggilan tersebut langsung ia matikan tanpa ingin berlama-lama berbicara dengan Hira. Sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya, langkah kedua kaki Humairah terasa begitu Ikhlas menuju mushola rumah ini untuk menjalani sholat subuh berjamaah.

"Non, Araaa ... ya ampun, non ... bibi sampai kaget lihat non jam segini udah keluar kamar," seru bi Ina yang terpaku di tempat saat ia melihat Humairah, gadis kecil yang ia rawat sejak bayi tiba-tiba saja ikut berkumpul di mushola untuk sholat subuh berjamaah.

"Iya, Bi. Enggak bisa tidur," jawabnya bohong.

Meletakkan mukenanya di bagian shaf belakang, bi Ina tersenyum-senyum sambil mengucapkan syukur melihat Humairah menjadi lebih baik pagi ini. Biasanya bi Ina sampai kuwalahan membangunkan Humairah untuk pergi sekolah. Namun pagi ini, tanpa perlu repot-repot ia bangunkan, Humairah bahkan bisa sholat subuh berjamaah dengan yang lain.

Suatu keajaiban yang patut disyukuri.

"Araaa!!!" Seru Agwa yang tak menyangka ada adiknya di barisan shaf perempuan pagi ini.

Sambil mengitari tubuh Humairah, Agwa membuka kedua matanya lebar-lebar, seakan tengah memastikan bila perempuan muda yang tengah memakai mukena adalah adik kecilnya.


"Wah, mas Agwa merasa beruntung lihat kamu pagi ini di mushola."

"Begitu, kah?" Tanggap Humairah dengan menguap lebar. "Ayah mana? Kesiangan mulu sih dia," ucap Humairah mulai sombong.

Agwa terkikik sambil menggelengkan kepala. Seharusnya dia tidak perlu sebangga itu dengan kebiasaan baru adiknya. Karena tetap saja, mau bagaimana pun perubahannya, Humairah tetap adik kecilnya yang sangat menyebalkan.

Ketika semuanya sudah rapi dan bersiap untuk sholat, Lakeswara terlihat baru datang dan langsung disambut oleh beberapa ajudannya yang sudah bersiap-siap untuk sholat. Mempersilakan tempat terbaik, Lakeswara tidak berkomentar apapun saat melihat Humairah sudah siap di barisan shaf perempuan bagian belakang. Dia tidak kaget seperti yang lainnya, karena perubahan yang terjadi dalam diri Humairah adalah bentuk wujud dari keinginan Lakeswara yang dibantu sepenuh hati oleh Hira.

Selesai sholat jamaah bersama-sama, Humairah kembali menguap lebar disaat kedua tangannya sibuk melipat mukena. Dalam pikirannya, setelah ini ia akan kembali ke kamar dan bergelung di bawah selimut kesayangan gadis itu.

Namun sayangnya takdir tidak mendukung keinginan gadis itu. Baru satu langkah Humairah menjauhi mushola, suara panggilan dari sang Jenderal sudah begitu menggelegar. Sampai-sampai rasa kantuk yang sejak tadi ia rasakan, lenyap seketika.

"Udah bangun pagi kok mau tidur lagi? Olah raga dong sama kita-kita." Tunjuk Lakeswara ke arah semua ajudannya, termasuk Agwa yang pastinya akan ikut olah raga bersama dengan yang lain.

"Ah? Ngomong sama Ara?"

"Iya. Ngomong sama kamu!"

"Ah? Sejak kapan sih Ara suka olah raga bareng kacang hijau? Dih, ngadi-ngadi aja nih pak Jenderal."

Ingin putar arah, menuju ke kamarnya kembali, lengan Ara ditahan oleh Lakeswara sambil berkedip genit. "Yakin enggak suka olah raga. Padahal mini cooper udah mau dikirim ke rumah. Jadi nyasar deh kalau begini. Karena GPS salah tujuan."

"Aaahhh!! Kok ngancemnya gini sih!" Seru Ara kesal.

Menatap ke arah para ajudan ayahnya, serta Agwa yang masih kebingungan dengan keadaan yang terjadi, Humairah hanya bisa pasrah. Dia mencoba melepaskan cengkraman tangan sang ayah, sambil cemberut kesal.

"Bentar! Ganti baju dulu!"

"Gitu dong. Kan lama-lama kebeli juga bannya mini cooper!" Tawa Lakeswara menggejek putrinya.

Memberikan kode melalui lirikan kepada semua ajudannya, Lakeswara ingin pagi ini mereka semua berolahraga bersama dengan sang calon mantu. Kebetulan kemarin Lakeswara mendapatkan info bila tim nasional akan latihan pagi ini di salah satu lapangan bola yang telah disepakati. Karena itu, Lakeswara berniat mengajak semua ajudannya, Agwa dan juga putri kesayangannya, Humairah, untuk moment kedekatan yang akan tercipta antara gadis itu dengan Hira.

"Emang ada apaan sih, Yah? Kok kayaknya ada sesuatu antara ayah sama Ara!"

Merangkul bahu Agwa, Lakeswara tersenyum-senyum penuh rahasia ke arah putra tampannya itu.

"Tanggal 5 bulan depan kamu tolong ajukan cuti."

"Tanggal 5? Emang ada apaan tanggal 5? Kan mama meninggalnya tanggal 14? Emang bisa gitu peringatan meninggalnya mama dimajuin?"

"Agwa!!! Kamu juga keterlaluan! Sama gilanya dengan adikmu!"

"Hahaha, abisan. Tumben-tumbennya ayah minta Agwa cuti. Biasanya kan kita cuti atau kumpul pas acara peringatan mama. Selain itu mana pernah. Lagian bang Omar kan lagi di Amerika. Jadi ngapain juga Agwa cuti?"

Masih belum tahu kondisinya, Lakeswara semakin merangkul erat putra keduanya itu dengan sangat sayang.

"Tanggal 5 adikmu mau dilamar sama seseorang!"

"AH? Adik Agwa? Maksud ayah, Humairah? Mau dilamar?"

"Iya. Emang adikmu siapa lagi?"

"Siapa tahu adik Agwa dari induk yang lain!"

"Anak kurang ajar!"

"Haha, bukannya gitu kebiasaan tentara. Punya tempat penitipan benih di mana-mana!!"

"Enak aja!"

"Ya enak lah, nitip aja mah enggak papa! Jangan dijadiin!"

"Wes gendeng juga kamu!"



-------------------------------------------------

Gak suka sama castnya, SKIPP!!!
Cast cuma tambahan doang elaaahhhh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro