Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17. Cemburu BUTA!

Alhamdulillah, update setiap hari nih. Kalau dapat boom komen kan aku jadinya semangat...

Toh, aku enggak minta apa-apa juga dari kalian. Cuma modal komen dan vote aja, pasti aku bakalan update setiap hari kalau komennya banyak..


SEMANGAATT...

Jangan lupa komen disetiap paragrafnya


-----------------------------------------


Pertandingan dimenangkan oleh tim nasional Indonesia, namun yang banyak orang lain sayangkan banyak peluang-peluang terciptanya goal tetapi sayangnya tidak bisa direalisasikan oleh striker atau bintang lapangan, yakni Hira. Entah karena laki-laki itu sedang banyak pikiran, atau memang kondisinya kurang fit, permainan yang Hira lakukan tidak sebaik biasanya. Sampai beberapa asisten pelatih mengoreksi beberapa finalisasi tendangan yang Hira lakukan ke gawang lawan.

"Bang Hira pusing tuh, yayang beib enggak ketemu tadi," sindir Bintang dengan lawakan seperti biasanya.

Terlihat sudah tidak malu-malu lagi, bahkan tidak ada batasan seperti sebelumnya, Bintang dan rekan-rekan Hira yang lain, begitu santai membicarakan fakta di depan Humairah langsung. Seakan-akan memang mereka semua sengaja melakukannya agar Humairah mendengar langsung melalui mereka, bukan dari perantara gosip yang beredar.

"Mbak, tadi pergi ke mana? Dicariin sama Hira tuh," tegur salah seorang pemain kepada Humairah langsung.

Menampilkan senyum terbaik yang ia bisa lakukan, Humairah melirik wajah Hira yang duduk di sampingnya dengan ekspresi kelelahan.

Jika sebelumnya dia tidak bisa santai berada dalam ruangan atlit ini, namun untuk yang kedua kalinya Humairah sudah jauh lebih enjoy dan menikmati percakapan demi percakapan yang tercipta di antara mereka.

Bahkan Humairah sibuk menertawakan para pemain yang langsung berbaring di lantai setelah lelah bermain.

"Diusir bang dari tempat duduk," jawab Humairah tanpa ragu.

"Kok bisa?" Seru Kresna sang kapten yang kini sudah bertelanjang dada sambil menyandang handuk kecil di bahunya. "Emangnya petugas enggak ada yang ngenalin?"

Membalas lirikan Humairah, Hira mencoba membantu menjelaskan hal gila yang dilakukan calon istrinya ini tadi sore.

"Kelakuan remaja, Kres. Gelang tiketnya dikasih ke temen. Terus dia jadi diusir petugas."

"Oh gitu," melirik ke arah Yesha, Kresna sadar hampir semua rekannya sudah haus akan perkenalan dengan perempuan muda, sahabat Humairah. Akan tetapi jika dilihat-lihat sejak tadi, sepertinya belum ada yang bergerak untuk mengajak gadis itu berkenalan.

"Eh, iya. Belum kenalan nih," ucap Kresna langsung bergerak cepat sambil mengulurkan tangannya ke arah Yesha. "Kresna, kapten tim nasional."

"Yesha, Bang."

"Owh ... Yesha." Seru semuanya dengan kompak.

"Kenapa kalian enggak pada kenalan langsung sih? Nungguin gue dulu, heran banget sama anak-anak ini," ucap Kresna kebingungan.

Kompak tertawa, tidak ada yang mau mengatakan hal yang sejujurnya kepada Kresna sampai Bintang, pemain yang paling tengil menyuarakan isi pikiran mereka semua kepada Kresna.

"Enggak mau ngelangkahin yang lebih tua lah."

"Maksud lo? Geblek banget! Sama cewek aja harus yang tuaan duluan yang kenalan."

"Kan emang gitu. Bentar lagi bang Hira bakalan nikah, terus lo dan yang lainnya juga, jadi sisa gue sama bocil-bocil kematian ini sisanya."

Menatap tajam ke arah Bintang, Humairah bersuara kencang.

"Kata siapa kita bakalan nikah?"

"JIAAAHHHH!!! Bang Hira kena tolak!"

Seruan kencang itu langsung membahana di ruangan atlit yang ukurannya tidak seberapa. Mereka semua kompak saling bersahutan, mengejek dan menggoda Hira yang masih duduk diam di samping Humairah yang kini malah terlihat bahagia bersama seruan-seruan itu.

"Hust ... hust, pak Victor datang."

Langsung hening seketika, kedatangan sang pelatih membuat semuanya siap diposisinya. Menjadi orang yang terakhir masuk ke ruangan ini, karena ditahan wartawan untuk wawancara di lapangan tadi, Victor memberikan lirikan kepada Humairah dan temannya yang bingung harus bersikap seperti apa.

Mendapatkan sebuah rekapan dari asisten pelatih yang berisikan tentang hasil pencatatan kondisi fisik, strategi, dan faktor lainnya dalam pertandingan hari ini, Victor mulai mengevaluasi semua hal yang terjadi dalam pertandingan malam ini.

"Walau di ruangan ini ada dua gadis muda yang mendengarkan, saya akan tetap tegas memberitahu ke kalian mengenai cara bermain yang kalian lakukan malam ini. Sekalipun kita menang, namun saya lebih banyak kecewa melihatnya, karena baik dari penilaian kedua mata saya, ataupun dari hasil rekapan asisten pelatih, semuanya mengatakan hal yang sama. Permainan kalian semua sangat buruk malam ini. Terutama kamu Hira! Sebenarnya ada apa dengan kalian semua?"

Diberikan peringatan tegas, Humairah cukup kaget dengan situasi saat ini. Tidak menyangka setelah selesai pertandingan mereka akan dievaluasi mengenai cara bermain, teknik, strategi dan ketahanan tubuh, hampir 60% Hira yang dijadikan sasaran oleh Victor, sang pelatih.

Mungkin karena yang diharapkan Victor, keberhasilan tim nasional bisa mencapai 200%, namun fakta yang terjadi hanya 90%, membuatnya tidak segan memberikan evaluasi yang cukup kasar.

"Segalak itu ternyata," bisik Yesha tepat di telinga Humairah.

Humairah mencubit paha Yesha, lalu melirik, seolah memberikan peringatan kepada Yesha untuk tidak banyak berkomentar saat ini. Karena mereka berdua posisinya hanya orang luar yang tidak tahu apapun atas kondisi ini.

"Gimana Hira? Ada komentar atas evaluasi dari saya?" Ditembak langsung oleh Victor, Hira sengaja berdiri, sambil menyandang baju yang sudah dia buka, Hira memberikan tanggapan yang cukup bijak. Dia tetap mengakui kekurangannya, namun tidak juga merendahkan tim lain.

"Hari ini memang permainan saya dan tim kurang baik. Ada banyak faktor yang menyebabkan semua itu, dan saya rasa satu persatu akan bisa diperbaiki. Mungkin secara target kemenangan, kita tidak sesuai, tapi permainan hari ini sangat menghibur para penonton. Kita juga masih memberikan kemenangan untuk mereka semua. Setidaknya hal itu yang perlu kita syukuri. Sambil memperbaiki diri tidak ada salahnya kita tetap bersyukur atas semua pencapaian yang berhasil kita dapatkan."

Terpukau mendengarkan jawaban Hira yang begitu bijak, Humairah mulai tahu mengapa sang ayah mau menjodohkan dirinya dengan laki-laki ini. Ternyata banyak hal baik dalam diri Hira yang belum Humairah ketahui.

"Yes, bantu fotoin dong. Hp gue low," bisik Humairah pada sahabatnya.

"Ah, elah! Yaudah nih, tapi bayar yaa!"

Evaluasi yang berjalan kurang lebih hampir 45 menit itu akhirnya selesai juga. Sebelum para tim nasional keluar dari ruangan ini, mereka memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Ada yang hanya mengganti pakaian mereka, namun banyak yang memilih untuk mandi sebelum keluar dari tempat ini. Apalagi diluar sana para wartawan sudah siap menyambut mereka.

"Kamu mau nunggu di sini atau diluar? Pada mau mandi dan ganti baju soalnya."

"Ah? Pada telanjang di sini?" Seru Humairah kaget. Dia melirik Yesha di sampingnya yang kini tak kalah kaget, seperti ekspresi yang ia tunjukkan.

"Iya."

"Diluar aja kalau begitu. Cuma baterai hp gue habis, ada charger enggak atau powerbank. Mau hubungi pak Jenderal nih," ucap Humairah begitu jujur.

Membuka loker miliknya, Hira malah menyerahkan ponselnya kepada Humairah untuk gadis itu pakai agar bisa menghubungi sang Jenderal.

"Ah?" Lagi-lagi Humairah tidak paham dengan aksi yang Hira lakukan.

"Kenapa? Kamu mau telepon ayahmu doang, kan?"

"Hm. Iya!"

"Yaudah, pakai hpku. Ada nomornya di sana."

Terlihat tidak peduli dengan ekspresi yang Humairah tunjukkan kepadanya, isi pikiran Hira saat ini hanya ingin membantu gadis itu tanpa ada maksud lainnya.

Sedangkan Humairah malah menangkap hal lain, dia pikir Hira sedang caper kepadanya.

"Caper," ucap Humairah sebelum berlalu keluar dari ruangan ini, namun tetap dengan ponsel Hira ia bawa pergi keluar.

"Lo ngatain calon suami lo caper, tapi lihat kelakuan lo!" tunjuk Yesha pada ponsel yang Humairah bawa ditangan kanannya.

"Biarin aja. Gue kan jadi tahu apa aja isi hpnya."

"Laaahh, emang lo pikir hpnya enggak dikunci?"

Berhenti melangkah, Humairah langsung mengecek ponsel yang berada di tangannya saat ini.

"Sial! Beneran dikunci!" Seru Humairah kencang. Ketika ia ingin berbalik, mengamuk kepada Hira, sebuah panggilan masuk berdering dari ponsel tersebut.

"Eh, lo ditelepon tuh," ucap Yesha yang turut melihat layar ponsel Hira bertuliskan nama Baba, dengan foto laki-laki itu di layarnya.

"Halo,"

"Passwordnya 0202."

"Dih, ulang tahun siapa tuh?" Refleks Humairah mempertanyakan password hp Hira yang terdengar seperti tanggal lahir seseorang.

Namun bukannya mendapatkan jawaban, Humairah malah mendengar sambungan telepon itu dimatikan sepihak oleh Hira.

"Sianjir, dimatiin!"

"Ah? Kenapa sih, Ra? Dia ngomong apaan tadi?"

"Dia kasih tahu gue password hpnya, cuma kayak berupa tanggal gitu. Giliran gue tanya tanggal lahir siapa tuh, eh malah dimatiin. Emang ngeselin banget ini cowok satu. Sok baiknya didepan bokap gue doang!"

Tidak merespon, Yesha mengerutkan kening, menunjukkan kebingungan dalam pikirannya saat ini.

"Emang kalau angka gitu pasti ulang tahun? Siapa tahu nomor keberuntungan dia."

"Mana mungkin."

Tanpa pikir panjang membuka kunci layar ponsel android itu, lalu terbukalah di sana foto Hira memeluk satu orang perempuan yang begitu cantik sekalipun usianya tidak muda lagi.

"Yah, tanggal lahir nyokapnya itu mah," seru Yesha menyadarkan Humairah bila yang ia pikirkan sebelumnya terlalu berlebihan.

"Gitu, kah?"

"Iya. Lagian cowok mana yang wallpaper hpnya foto dia lagi meluk perempuan kayak gitu. Enggak mungkin kan perempuan yang dipeluk Hira pacarnya? Itu mah jelas ibunya. Tampangnya ibu-ibu gitu."

Terdiam. Menatap foto itu, sebuah pesan masuk menyadarkan Humairah dari rasa kagum yang baru sejenak ia rasakan.

Mikaela

Kamu naik bis atau bawa mobil? Kalau bawa mobil, aku ikut ya. Kita udah lama enggak makan di tempat biasa. Kangen nih.

"NAH! Kalau ini mah ibu ketemu gede yang suka nyusuin si Hira pastinya!" seru Yesha dengan santainya. Saat Yesha melirik wajah Humairah, refleks gadis itu langsung terjatuh ke lantai karena ketakutan melihat ekspresi horor di muka Humairah.

"RAAA ... LO KESURUPAN?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro