Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Awal Mula Saling kenal

Karena aku baik sama kalian, aku coba posting 1 Bab yaa..

Cuma nextnya aku minta jumlah komen = 100 dan vote = 100
Setidaknya pembaca wattpad bisa bantu support aku juga.
Kalau yg baca di karyakarsa support dengan beli perbabnya, kalian di sini support dengan vote dan komen. Itu aja kok, cukup.
Biar sama-sama semangat.

Yuk bisa yuk...


----------------------------------------------------------------------


Anak gadis lucu yang dicintai pria-pria kaku, perkenalkan itu adalah aku.

Dijodohkan pada zaman modern seperti ini. Jelas bukan pilihan baik. Namun selain menuruti, Humairah, gadis muda yang baru saja menyelesaikan masa-masa orientasi studi dan pengenalan kampus, bisa apalagi selain menuruti perintah ayahnya yang berpangkat Jenderal TNI Angkatan Darat.

Kembali dari dinasnya diluar negeri, sang ayah bukannya memberikan oleh-oleh, malah memberitahukan kabar buruk ini kepada Humairah tadi malam. Dan lebih menakutkannya lagi, malam ini dia harus menemui sendiri calon suaminya di salah satu tempat yang tidak sedikitpun familiar untuknya.

Yakni lapangan sepak bola.

Memangnya siapa calonnya itu? Atlit, kah?

Sungguh gila memang. Tapi setidaknya Humairah bersyukur, pikiran ayahnya masih waras untuk tidak menjodohkannya kepada salah satu TNI, dilingkungan tempat dia berdinas. Jika tidak, entah rasanya Humairah tidak bisa membayangkan rumahnya akan diisi dengan banyaknya Tenue yang berserakan dimana-mana.

Coba bayangkan saja, berapa banyak TNI yang Humairah kenal dalam kehidupannya?

Yang pertama adalah ayahnya sendiri, Lakeswara Raynar, laki-laki menyebalkan, jenderal diktaktor dan galak menurut versi Humairah yang sayangnya adalah ayah kandungnya sendiri. Lakeswara, atau sang ayah, menjabat posisi tertinggi dalam pekerjaannya sebagai seorang tantara. Yakni kepala staf TNI angkatan Darat.

Lalu orang kedua, atau TNI kedua yang Humairah kenal adalah kakak laki-lakinya yang pertama, atau anak pertama dari jenderal Lakeswara, Omar Ali Raynar. Terakhir Humairah lihat laki-laki itu adalah sekitar 1 tahun lalu. Karena kini beliau sedang menjalani pendidikan di Harvard University, melanjutkan tongkat estafet sang ayah yang juga pernah berkuliah di sana.

Walau sama-sama TNI, namun Omar Ali, atau biasa dipanggil bang Omar oleh Humairah, Omar memilih mengawali karirnya menjadi TNI AL. Dan kini, diusianya yang hampir 30 tahun, pangkat yang Omar jabat adalah seorang kapten. Namun kalau ditanya kapten apa, Humairah hanya bisa menjawab kapten bajak laut.

Sedangkan orang ketiga, atau TNI ketiga yang Humairah kenal adalah kakak laki-laki kedua, atau anak kedua dari jenderal Lakeswara, yakni Magani Agwa Raynar.

Jujur, apakah pekerjaan kakaknya ini bisa disebut TNI juga, namun Humairah tetap bisa melihat tenue di dalam lemari pakaian mas Agwa, panggilan kesayangan dari Humairah.

Magani Agwa, atau mas Agwa, adalah seorang pilot pesawat tempur yang memiliki markas di tengah laut. Sempat Humairah tanyakan kepada Agwa apa nama pesawat tersebut, dan bagaimana cara mengendarainya, Agwa hanya tersenyum, karena begitu ia jelaskan pun Humairah tidak akan pernah paham dan mengerti.

Terdiam melamun, tidak seperti Humairah yang biasanya, tiba-tiba saja ayahnya, sang Jenderal gila, mengirimkan Humairah pesan untuk bersiap-siap, agar pertemuan nanti malam berjalan lancar.

Jenderal gila

Ra, itu si Dede udah bawain kamu baju sama tiketnya. Nanti kamu masuk sendirian. Si Dede biarin diluar, nunggu dimobil sama Ardi.

Mengernyitkan kening, tidak percaya menatap pesan dari ayahnya, Humairah jelas ingin mengamuk kepada laki-laki gila itu. Bagaimana bisa dia pergi sendirian, ke dalam lapangan sepak bola, sedangkan ajudannya dan supir menunggu dimobil.

Pak Jenderal, lu orang kebangetan banget, ya! Masa putri kesayangan, lu lepas gitu aja ditengah-tengah orang banyak. Harusnya pak Jenderal turunin satu kompi pasukan buat ngelindungin anaknya, ini malah ajudan sama supir disuruh nunggu di mobil.

Membalas pesan itu dengan kalimat yang terlihat begitu santai, seakan-akan tidak pernah ada jarak antara anak dan orangtua, Humairah berusaha menahan emosi sambil menunggu balasan pesan dari sang ayah.

Jenderal gila

Loh, siapa yang berani sama kamu? Kan Ara jadi bisa bikin video tiktok, yang kayak gini loh.

Berani banget sih nonton bola sendirian, emang bekingannya siapa? Tet tonet tet tonet. Gitu. Terus pajang deh muka si Omar.


Menepuk keningnya sekuat mungkin setelah membaca pesan dari ayah jenderalnya yang begitu gila, Humairah hanya bisa pasrah. Mau sesangar apapun Jenderal Lakeswara Raynar di depan pasukannya, tetap saja laki-laki itu akan menjadi gila bila sedang berkomunikasi dengan putri satu-satunya yang ia miliki.

"Bu, lihat deh, kok dulu ibu mau sih nikah sama cowok kayak pak Jenderal ini? Kalau Ara sih, mendingan single selamanya."

Bergumam sendirian sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan wajah cantik seorang perempuan muda, berkebaya, raut wajah Humairah berubah menjadi sedih. Pasalnya, dia bisa terlahir ke dunia ini karena pengorbanan nyawa sang ibu yang kini telah tiada.

Tertunduk diam, Humairah disadarkan dari panggilan si bibi, pengasuh Humairah sejak kecil, yang mengabarkan bila Dede, ajudan ayahnya telah datang, membawakan barang-barang seperti yang ayahnya katakan tadi.

"Ada pak Dede, Non. Katanya disuruh siap-siap untuk pergi. Terus Non disuruh pak Dede pakai ini. Sama ini tiket masuknya nanti."

"Iya, Bi. Tadi pak Jenderal udah ngomong."

"Jangan lupa makan dulu ya, Non. Nanti bibi bekalin jus, biar seger."

Merawatnya dengan sangat baik, hanya bersama bi Ina, Humairah tidak sedikitpun merasa kesepian. Apalagi menempati rumah besar ini, dengan banyak sekali orang yang dipekerjakan oleh ayahnya, hanya bi Ina yang bisa masuk ke dalam lingkup terdekat kehidupan Humairah. Jika sang ayah, dan kedua kakaknya sedang tidak berada di Indonesia, maka Humairah akan meminta bi Ina untuk tidur bersamanya.

Menerima semua barang itu, kedua tangan Humairah langsung membuka baju bola yang terlihat baru saja di laundry. Dari wangi baju baru itu, serta ukuran yang sudah disesuaikan dengan tubuhnya yang begitu kecil dan mungil, bibir Humairah mencibir semua perlakuan ini. Jelas tidak mungkin calon suaminya yang menyiapkan semua ini. Pastilah sang ajudan yang diperintahkan oleh pak Jenderal.

"Pak Dede doang emang yang tahu ukuran gue!"



----------------------------------------------


Gimana awal permulaannya?
Diatas adalah ketiga anaknya pak Jenderal
Omar - TNI AL -Pasukan khusus doi

Agwa - TNI AU - Pilot Pesawat tempur

Ara - masih jadi beban hidup

Si Bapak Jenderal Kesayangan Ara

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro