Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Perjalanan Natal Tom

••▶৹◜Selamat Membaca◝৹◀••

••••••••••••••

Hari raya natal merupakan perayaan yang diisi dengan kehangatan keluarga dan sukacita. Berbagai pohon natal yang dihiasi dengan lampu kelap-kelip berwarna-warni, alunan musik natal di sepanjang toko, mall, bahkan untuk radio sekalipun. Orang-orang berbondong-bondong pergi ke toko pakaian untuk mendapatkan baju natal yang cocok untuk perayaan ini. Hawa udara yang dingin, menambah kesan kebersamaan dan kehangatan orang terkasih makin erat.

Indonesia, negara yang bertoleransi tinggi, juga menyambut hari natal dengan kehangatan hati. Dari memberikan donasi untuk panti asuhan, atau voluntir menjaga ketertiban gereja-gereja setempat, atau bahkan melakukan acara natalan bersama di suatu tempat. Hal ini yang membuat Indonesia menampilkan kesan yang positif untuk turis-turis yang datang berkunjung.

Sebuah gedung besar yang terletak di tengah kota Jakarta yang cukup padat, Prodintelligence. Co., merupakan sebuah perusahaan IT pertama yang mengembangkan A.I (Artificial intelligence) di Indonesia dengan berbagai seluk beluk, tradisi, budaya, adat istiadat, bahasa, untuk masing-masing daerah di Indonesia. Pemilik perusahaan ini adalah Thomas Hutabangun atau bisa dikenal dengan Tom. Dia CEO dari Prodintelligence. Co., yang dia kembangkan sendiri atas pembelajarannya selama dia berada di Amerika.

Tom sendiri sangat mengemari atau sangat berminat dalam bidang IT, apalagi jika teknologi tersebut untuk membantu khalayak umum. Dia masih ingat dia pernah membuat suatu game edukasi pembelajaran bahasa inggris untuk teman-teman disekolahnya. Hal itulah yang mendorongnya untuk membuat perusahaan ini. 

Kali ini, Tom sedang menunggu adik perempuan untuk pergi jalan-jalan. Adik perempuannya itu bernama Bethari Hutabangun, seorang mahasiswa tingkat akhir di Universitas Institut Kesenian Jakarta - jurusan seni teater. Mereka berdua memang dari dulu setiap seminggu sekali menghabiskan waktu berdua walaupun hanya sekedar jalan-jalan ataupun mengobrol, apalagi melihat kalau Bethari yang tinggal di kos-kosan sedangkan, Tom yang berada di rumah.

"Maaf, maaf, aku telat..." ucap Bethari sepenggal, berlari terburu-buru.

"Tumben, telat, biasanya paling semangat kalau jalan-jalan kayak gini..." ucap Tom sambil menggodanya.

"Ih, aku tidak seperti itu, tau..." rajuk Bethari sambil melahap donat J.CO, yang dipesan Tom.

Mereka berdua pun mengobrol singkat dan pergi ke Mall Grand Indonesia. Karena mengingat kalau minggu depan adalah perayaan natal, mereka berdua memutuskan membeli hadiah natal untuk keluarga besar dan juga beberapa baju baru untuk mereka berdua mengenakannya saat melakukan perayaan ekaristi di malam natal. 

Sudah lama sekali tidak menghabiskan waktu berdua dilantarkan oleh kesibukan mereka masing-masing, ditambah lagi kedua orang tua mereka sudah meninggal tahun lalu dikarenakan kecelakaan mobil. Oleh karena itu, mereka berdua berusaha untuk menghabiskan waktu bersama-sama jika sempat. 

Hanya memandang adiknya senang, dia pun ikutan senang. Apalagi, dia sendiri merasa bertanggung jawab atas kehidupan adiknya itu. Padahal, Bethari sudah mengatakan berulang-ulang kali kalau tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. "Bagaimana dengan ini? Apa ini cocok dengan om Sukarto dan tante Ratna?" tanya Bethari menanyakan pendapat.

"Aduh, kalau urusan mode-mode baju gitu, aku serahkan kepadamu... Mana aku ngerti yang beginian..." keluh Tom yang menenteng tas belanjaan mereka.

Bethari hanya menatap Tom dengan tampang malasnya. "Yah, udah deh..."

"Oh, iya, kita juga beli untuk sepupu-sepupu kita juga, nenek, bibi Paula, dan sama si bayi kembar, Issac dan Isaiah."

"Waduh, banyak juga yah... Eh, tunggu dulu, kalau si kembar belinya apa dong? Kan masih bayi mereka?" 

"Hmm, kalau mainan gitu bisa kan..."

Untung mereka perginya pagi-pagi sehingga, mereka masih memiliki waktu untuk membeli semua hadiah natal. Dari baju dewasa sampai anak-anak mereka singgah, toko buku sampai alat-alat perkakas mereka juga ke sana. Pukul jam 12 siang mereka berdua memutuskan untuk makan siang di food court atas. Karena kondisi sekarang sudah masuk liburan, banyak orang menghabiskan waktu di mall ini.

Mereka berdua memesan makanan, Tom memesan soto betawi dengan nasi sedangkan, Bethari memesan gado-gado. Mereka juga memesan minum berupa es teh manis dan kudapannya berupa kerupuk udang. "Eh, ngomong-ngomong, kakak tidak membeli sesuatu untuk kak Priscilla?" tanya Bethari tiba-tiba.

"Eh, untuk Priscilla? Sudah kok, aku sudah memesan cincin untuknya nanti kita ambil di toko perhiasan..." kata Tom sambil menggaruk pipinya tanda malu.

Bethari yang mendengar jawaban kakak laki-lakinya itu, matanya membola besar. "Eh, seriusan...!!! Aku mau lihat cincinnya, dong..." 

"Hehehe, iya nanti kita ke tokonya."

Mereka berdua pun pergi ke toko perhiasan dan mengambil cincin yang sudah di pesan custom oleh Tom. Cincinnya sangat indah seperti cincin yang dibuat khusus dengan gaya cincinnya bertemakan peri karena, Tom tahu kalu Priscilla sangat menyukai hal-hal yang berbau fantasi terutama tentang peri. Cincin pertunangan peri inti yang terinspirasi dari vintage dengan hiasan emas berornamen unik. 

"Wow!! Ini bagus sekali, kakak mau ngelamar yah..." tebak Bethari sambil menatap kagum cincin pentungannya.

"...Iya. Kenapa? Apa terlalu cepat?" tanya Tom khawatir.

"Geez, tenang, kak. Pas kok, lagi pula kalian berdua kan, sudah pacaran 8 tahun, aku yakin pasti kak Priscilla juga berpikir hal yang sama dengan kakak."

"Ah, gitu yah...."

Mereka melanjutkan acara belanja mereka, mengingat kalau belum selesai dengan belanja untuk hadiah keluarga mereka. Perasaan gundah dari Tom sejak tadi terlepas, tahu kalau adiknya setuju-setuju saja kalau dia dan Priscilla bertunangan. 

Tom dan Priscilla berpacaran sejak pertemuan pertama mereka di suatu workshop tentang teknologi di Boston, USA. Awalnya, Tom terasa canggung mengingat, kalau kebanyakan dari mereka yang datang ke acara itu adalah orang luar negeri. Priscilla yang paling pertama memperkenalkan diri karena melihat Tom yang sangat canggung. Mulai saat itulah mereka menjadi sangat dekat dan memutuskan untuk pacaran ketika sudah mengenal satu sama lain sekitar 1 tahun lamanya.

'Semoga saja dia menyukai cincin ini...' batinnya melihat kotak cincin pertunangannya.

•••••••••••••••

Cemas dan gundah itulah yang dirasakan oleh Tom, hari ini malam natal dia sudah berencana untuk mengikuti perayaan ekaristi bersama-sama dengan Priscilla. Bethari, dia mengikuti perayaan ekaristi bersama-sama dengan teman-teman SMA-nya. Sudah di telepon dan mengirim pesan, tetapi hasilnya nihil, sekan-akan dia sama sekali tidak ingin diganggu. Apakah dia sedang sibuk? Atau, dia lagi terkena masalah? Namun, hal itu di tempisnya jauh-jauh.

Dia pun memutuskan untuk pergi ke gereja sendiri. Dia yakin kalau Priscilla sedang tidak kenapa-kenapa. Dia masih mengingat dengan apa yang terjadi tempo dulu ketika Priscilla tidak mengangkat teleponnya ternyata dia, terkena musibah seorang debt collector datang mengincarnya karena untung bisnis ayahnya tidak kunjung di lunasi.

"Haaa~~" menghela napas.

"Loh, Kakak tidak bersama dengan kak Priscilla?" tanya Bethari sambil berbisik.

"Nope. Dia tidak mengangkat telepon dan chat-ku sejak minggu lalu..."

"Oh. Coba deh, kakak habis ini singgah ke apartemennya."

"Iya, aku juga mulai khawatir."

"Sama, kak."

Perayaan ekaristi dilakukan secara khusyuk, suasana damai sejahtera menghangatkan hati. Kotbah yang diberikan oleh pastor membuat Tom merenungkan perjalanan hidupnya sampai saat ini. Dia pun berpikir lagi akan Priscilla, entah kenapa ada beberapa kejanggalan seperti ada sesuatu yang memintanya untuk berhenti mendekati Priscilla. 'Hm, aneh kok, perasaanku tidak enak ya...' batinnya mulai kalut dengan perasaan yang dirasakannya itu. Tetapi mengingat dia sudah membeli cincin untuk Priscilla, dia pun bersikukuh kalau pilihannya ini adalah yang satu-satunya.

'Tuhan, saya tidak tahu perasaan yang tidak mengenakan apa ini, tetapi saya yakin kalau Priscilla adalah wanita satu-satunya yang Engkau berikan untuk saya. Kalau bukan, bukalah mata, telinga, dan hati, untuk melihat kebenaran. Amin.'

Doa sederhana yang disampaikan oleh Tom dari lubuk hatinya, sebelum dia pulang. Di perjalanan dia tidak ingin memikirkan hal yang aneh-aneh. Dia sudah menyiapkan cincin pertunangan yang sudah dibelinya. Dia tidak tahu yang pasti apa jawaban Priscilla akan hal ini, tapi dia sangat yakin kalau dirinya mau menghabiskan sisa waktunya bersama dengannya.

Apartemen milik Priscilla tidak jauh dari gereja, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan mobil untuk ke sana.

Di sebuah lokasi yang amat terlihat sepi, hanya ada satu atau dua kendaraan. Mungkin pengaruh cuaca yang sedang rintik hujan pikirnya. Perjalanan menuju ke apartemennya setelah, memang sejak mereka pacaran Priscilla memberikan kode password apartemennya. Walau pun sudah diberi akses seperti itu, Tom selalu bersikukuh kalau ingin melakukan 'itu' harus setelah mereka berdua menikah, paling mereka hanya gandengan tangan atau ciuman.

CLECK!! CLECK!!

Pintu apartemen terbuka dan terlihat ruangan yang gelap. Di depan pintu apartemen terlihat sepatunya dan sepatu seorang pria. Melihat itu perasaan gundah mulai muncul, saat hendak pergi ke kamar tidur Priscilla terdengar suara desahan-desahan panas layaknya orang sedang melakukan sex. Pintu yang terbuka sedikit terlihat kalau ada seorang pria yang bercumbu dengan pacarnya.

Hati yang panas dan membara berkumpul menjadi satu. Ingin sekali Tom, melabrak mereka tetapi dia tidak ingin hati damai dalam suasana natal merusak karena hal ini. Tom takut dia melakukan sesuatu hal yang merujuknya ke masalah hukum apalagi, ke liang dosa. Dia pun mengambil secarik kertas menulis kalau mereka berdua putus, tidak perlu mengontaknya lagi dan meletakan cincin pertunangannya.

Dia berjalan sempoyong menuju ke mobil. Dia berlaju dengan kecepatan penuh tanpa sadar membuatnya kehilangan kendali. Beruntungnya dia bisa menghentikan mobilnya itu, alhasil dia kembali ke depan gereja. Dia pun memutuskan untuk kembali duduk di gua maria, awalnya dia tidak pernah berpikir untuk ke sini dan dia juga bukanlah orang yang religius sekali tetapi melihat kekasihnya, pujaan hatinya, belahan jiwanya melakukan hal tercela seperti itu.

Melihat patung Bunda Maria, membuatnya ingin menangis sejadi-jadinya. Tap, Tap, Tap.

"Ini, mungkin kamu butuh..." ucap seorang pria paruh baya, dia adalah bapak Kurniawan, yang merupakan seorang penjaga gereja yang mengurus dan membersihkan gereja.

"Ah, pak. Terima kasih" balas Tom mengambil tisu yang disodorkannya.

"Wah, tidak apa-apa, kok... Aku sudah kebiasaan orang datang untuk merenungi, aku tidak ingin menggurui tetapi, apa pun masalah yang kamu hadapi sekarang, saya harap kamu bisa menemukan titik terangnya." jelas pak Kurniawan, melanjutkan aktivitas bersih-bersihnya.

Tom yang mendengar perkataan bapak tadi merasa memang harus melakukan sesuatu, akan perasaan yang sekarang, atas apa pun itu. 'Mungkin ini adalah jawaban dari doaku yang aku panjatkan tadi' batinnya menangis mengilas ulang kejadian apa saja yang dialaminya hari ini.

Dia pun menelepon Bethari untuk menjemputnya di gereja. Tidak selang beberapa lama, adiknya pun datang khawatir akan keadaannya. Dia tahu pasti kalau, Bethari masih trauma untuk berkendara saat di tengah hujan, mengingatkannya pada kecelakaan yang dialami orang tua mereka. Bethari pun menanyakan sejuta pertanyaan kepadanya, tetapi hanya dijawab dengan senyuman. Dia sangat lelah akan semua ini, baik fisik maupun batin, yang dia butuhkah hanya satu kasurnya yang empuk itu. Mereka berdua pun pulang ke rumah dengan suasana hening.

•••••••••••••••

Deretan kendaraan melaju dengan cepat, terlihat kalu masih banyak orang yang tidak bisa mengikuti aturan berlalu lintas dengan baik. Bethari bersama dengan sepupunya, Yohan, yang seumuran dengannya, pergi ke tempat kerjanya Tom. Walaupun, mereka keluarga tetapi aturan perusahaan tetap dilaksanakan.

"Permisi, mau tanya untuk bapak Hutabangun bisakah kami bertemu?" tanya Bethari ke seorang resepsionis di depan lobby.

"Kalau boleh tahu ada keperluan apa?" tanya wanita resepsionis itu.

"Oh, aku adiknya dan dia adalah sepupu. Kami hanya mau berkunjung bertemu dengan kakak kami."

"Ah, begitu ya... Kalau begitu, tunggu sebentar yah..." ucap wanita resepsionis itu dengan sopan, sambil mengambil telepon nirkabel menanyakan tentang jadwal Tom. "CEO sedang rapat dengan dewan investor, mungkin sekitar jam 2.00 siang beliau selesai..." sambungnya.

"Oh, begitu ya... Kalau begitu, tolong sampaikan kepadanya kalau kedua adiknya datang. Kalau ditanya di mana kita ada di Starbucks di sebelah sana..."

"Baiklah."

"Terima kasih, banyak."

Mereka berdua pergi ke Starbuck untuk sekedar menunggu dan meminum kopi, yang disajikan. Tujuan mereka datang ke tempat kerjanya Tom, ingin menanyakan pendapat mengenai mereka membuka bisnis yang masih terhubung dengan bidang teknologi. 

"Hei..." sapa Tom dengan suara lesu.

"Hi kak Tom," balas Yohan. "Tumben lesu gitu, rapatnya menguras tenaga yah...,"tebak Yohan.

"Atau gara-gara, si anjing itu," timpal Bethari dengan nada yang sinis dan sarkas. Tom menceritakan apa yang terjadi di malam natal, hal itu yang membuat Bethari kesal dibuatnya. Karena, dia tahu kalau Tom baru sekali pacaran dan hal ini yang membuatnya bahagia. Melihat kakaknya yang menjadi depresi beberapa minggu ini membuatnya tidak tega.

Yohan dan Tom melotot ke arah Bethari, "Mulutmu tuh..." komentar Yohan. 

"Dih, memang kayak gitu tabiatnya."

"Kalian ini, sudah-sudah. Kalian ke sini buat apa? Butuh bantuan?"

"Hehehe, bisa aja... Abang ganteng"

Tom hanya mendengkus malas. Mereka berdua pun menjelaskan tujuan mereka ke sini. Sesuai dengan apa yang mereka mau, tetapi Tom tidak bisa fokus dengan penjelasan mereka berdua. Hal ini membuat Bethari dan Yohan khawatir, mereka pernah pacaran dan pernah putus. Tetapi, melihat Tom yang baru pacaran sekali dan sudah 8 tahun lamanya, membuat hati mereka sedih juga. Tom adalah satu-satu kakak dan sepupu untuk mereka yang sangat mereka sayangi bahkan, satu keluarga setuju dengan pendapat mereka.

"Kak, kayak kamu butuh istirahat deh... Dari tadi matamu  tidak fokus" ucap Bethari dengan suara khawatir.

Tom mengibas telapak tangannya diudara, "Aku baik-baik saja..."

"Kak Tom, seriusan, kamu tidak baik-baik saja. Dari tadi bengong mulu, istirahat kak..." ucap Yohan. "Kita temani deh, istirahatnya... Kalau kakak terus begini lama-lama kakak stress lalu depresi, lalu bunuh diri, masa Bethari-nya ditinggal!!!" resah Yohan mulai memunculkan skenario-skenario yang tidak baik di pikirannya.

"Amit-amit, jangan sampai lah... Baiklah, kita istirahat."

Tom yang merasa bersalah membuat kedua adiknya khawatir hanya mengiyakan ajakan mereka. Merka pun pulang dan istirahat. 

Untuk beberapa hari ke depan kabar tentang Tom yang putus dari Priscillia, sudah berselingkuh dengannya tersebar dimana-mana, baik di antara keluarganya Tom maupun teman-temannya Tom yang 90% temannya merupakan temannya Priscillia. Hal itu membuat Priscillia di jauhkan bahkan dikucilkan di tempat kerja. Bahkan ada yang secara blak-blakan mengatakan kalau Priscillia selingkuh di depan wajahnya dan hal itu membuat kesehatannya menurun karena stres.

Sementara itu, Tom merasa kalau kesehatan baik jasmani dan rohani mulai membaik. Dia pun berterima kasih kepada keluarganya yang sudah peduli padanya. Dia menjalani hari-harinya dengan semangat lagi tanpa ada beban. Priscillia sempat mengontaknya tetapi, dia sama sekali tidak peduli dia memblok nomornya dan melanjutkan hidupnya. 'Aku harap untuk ke depannya, aku bisa dengan bijak memilih pasangan' batinnya memohon di suasana langit malam yang indah.

"KAK TOM!!! NENEK PANGGIL!!" teriak Bethari dari lantai bawah.

"IYA" jawab Tom. 'Terima kasih atas keluarga yang luar biasa' batinnya tersenyum melihat seluruh keluarganya berkumpul di rumahnya.

••••••••••••••

••▶৹◜TAMAT◝৹◀••

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro