[P] - How?
Setelah berjalan kaki cukup lama dari halte bus, kini mereka telah sampai di tempat tujuan, di sebuah café yang terletak agak masuk ke dalam gang. Jika dilihat dari luar, tempat ini lebih terlihat seperti toko yang menjual barang antik ketimbang café. Mulai dari depan pintu, pengunjung akan disambut dengan jam besi berbentuk burung hantu yang menempel di dinding, serta ukiran unik yang terpatri di pintu masuk.
Ketika mereka hendak masuk, langkah Hyunjung tiba-tiba berhenti, gadis itu berbalik menghadap Doyoung yang berada di belakangnya.
"Sepertinya aku tidak bisa," kata Hyunjung yang sedikit panik, "Ini terlalu mendadak, seharusnya kau memberitahukanku di telepon tadi. Bagaimana jika nanti aku membuat kesalahan?"
Doyoung menatap diam Hyunjung, dibalik masker hitamnya, tanpa sadar pria itu tersenyum tipis.
"Tenanglah... lagian, Eomma sendiri yang memintanya. Sejak kemarin dia selalu berkata ingin berkenalan denganmu, Noona,"
Dia pun mengenggam tangan sang gadis. "Kaja."
Saat masuk ke dalam café, nampak arah mata Doyoung menyusuri seisi ruangan. Kemudian, pria itu menarik tangan Hyunjung dan berjalan mendekati seorang wanita cantik yang duduk di salah satu meja di sudut ruangan.
Seolah menyadari atensi mereka berdua, wanita itu tersenyum tipis. Tangannya yang semula terangkat dengan secangkir teh langsung dia turunkan. Kemudian wanita itu meletakkan tehnya di piring kecil dan ikut berdiri menyambut mereka berdua.
Doyoung memeluk wanita itu. "Aku merindukanmu, Eomma."
Wanita itu tersenyum lembut dan berkata, "Duduklah."
Doyoung pun duduk di hadapan sang ibu, sedangkan Hyunjung masih berdiri dengan kepala yang sedikit menunduk. Melihat hal itu, Ibu Doyoung mendekati Hyunjung, terlihat tanganya terulur menyentuh wajah gadis di hadapannya.
"Kau jauh lebih cantik jika dilihat langsung."
"Ka-kamsahamnida."
Lalu tangan wanita berambut sebahu itu merangkul pundak Hyunjung dan mengajaknya duduk di sebelahnya. "Pesanlah, nak."
Hyunjung mengangguk kikuk. "A-ah, nee."
Setelah memberikan buku menu ke Hyunjung, wanita itu menatap ke arah Doyoung, lalu berkata, "Kau bisa meninggalkan kami, nanti Eomma kabari kalau sudah selesai."
Hyunjung terlonjak kaget saat mendengar perkatan itu dan spontan melihat ke arah Doyoung, dengan tatapan yang memohon untuk tidak ditinggal.
Tapi pria itu malah mengangguk, "Nee, algesseumnida," lalu dia melihat Hyunjung sekilas, "aku pergi dulu."
Doyoung pun pergi meninggalkan mereka berdua. Sedangkan Hyunjung, dia hanya bisa pasrah melihat kepergian pria itu. Degup jantungnya semakin kencang seiring menghilangnya atensi Doyoung dari jangkauan matanya.
Kemudian Ibu Doyoung mengangkat tangannya satu sambil melirik ke arah pelayan yang kebetulan akan melewati meja mereka.
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya pelayan itu.
Terlihat sang ibu tersenyum ke Hyunjung. Seolah paham maksudnya, Hyunjung pun memesan. "Ca-cappucino hangat satu."
"Baik, saya ulangi lagi ya. Cappucino hangatnya satu, ya," ucap si pelayan, memastikan kembali pesanan Hyunjung. Dan gadis itu mengangguk membenarkan.
"Baik, mohon ditunggu, ya,"
Hyunjung tersenyum sambil memberikan buku menunya. "Nee, kamsahamnida."
Selepas pelayan itu meninggal mereka, suasana kembali menjadi canggung. Sebenarnya yang merasa canggung hanyalah Hyunjung, karena Ibu Doyoung terlihat seperti menahan diri untuk tidak tertawa ketika melihat gadis itu kembali menunduk sembari menautkan jemarinya sendiri.
Dan pada akhirnya Ibu Doyoung tidak bisa menahanya, wanita tertawa pelan, lalu berkata, "Apa saya terlihat semenakutkan itu, nak?"
Untuk kesekian kalinya Hyunjung tersentak dan refleks menoleh ke samping, menatap sang ibu dengan tatapan bersalah. "A-animida, Ahju—"
"Panggil Eomma saja, seperti Doyoung," kata wanita itu sambil tersenyum lebar.
"Ne, Ajhu.. Eommo-nim."
Ibu Doyoung merapatkan tubuhnya dengan akrab, lalu bertanya, "Bagaimana kalau setelah ini kita bikin kue di rumah?"
"Ne?" Hyunjung balik bertanya.
"Enaknya bikin cheesecake atau black forest, ya?"
Setelah menghabiskan minuman, mereka langsung membayarnya di kasir kemudian pergi meninggalkan café. Begitu keluar dari pintu, terlihat Ibu Doyoung mengaitkan tangannya di lengan Hyunjung sambil berjalan.
"Nanti kita mampir beli bahannya dulu ya, Hyunjung-ie."
"Ne, Eommo-nim, untuk ini izinkan saya yang membayarnya," kata Hyunjung memohon, sebab tadi saat dia ingin membayar minumanya, Ibu Doyong langsung mendahuluinya.
Akhirnya mereka sampai di kediaman Doyoung, letaknya tidak terlalu jauh dari café tadi—mungkin sekitar 20 menit saja. Terlihat Ibu Doyoung menekan tombol akses, lalu memutar kenop pintu, diikuti Hyunjung yang membawa 2 kantung plastik berisi bahan-bahan membuat kue.
"Hyunjung-ie, kau bisa letakkan bahannya di dapur," kata wanita itu sambil menunjuk arah menuju dapur, "Eomma mau ganti baju dulu."
"Ne, Eommo-nim." Hyunjung pun berjalan ke dapur. Sesampainya di sana, gadis itu langsung mengeluarkan berbagai macam bahan, mulai dari tepung, coklat batang dan bubuk, sekotak telur, susu, gula, pengembang kue, krim serta sebungkus buah ceri.
Pada akhirnya, Ibu Doyoung memutuskan untuk membuat black forest. Katanya, semua orang di rumah sangat menyukai kue itu. Biasanya, jika hari ini disimpan di kulkas, paling lama lusa akan habis tak tersisa.
Selang beberapa menit kemudian, Ibu Doyoung menyusul ke dapur. Terlihat wanita itu membawakan Hyunjung sebuah apron berwarna tosca dan memasangkannya.
"Ja, mari kita mulai... Hyunjung-ie, tolong bantu Eomma tuangkan tepungnya," kata Ibu Doyoung.
Dengan cekatan Hyunjung membantu wanita itu. "Seberapa banyak, Eommo-nim?"
Akhirnya setelah menunggu kue—yang sudah beberapa menit keluar oven—tersebut mendingin, kini kue berwarna coklat tua itu sudah bisa dihias. Untuk lapisan krim di sisi-sisi kue, dikerjakan oleh Ibu Doyoung, sedangkan Hyunjung diminta untuk menaruh buah cerinya.
"Hyunjung-ie, cerinya sudah bisa dikasih," kata wanita itu yang baru selesai menyelesaikan bagian krim.
Hyunjung pun mulai menaruh ceri-ceri tersebut, terlihat dia meletakkannya dengan hati-hati. Melihat hal itu, Ibu Doyoung tersenyum lembut sambil memperhatikan gadis itu.
"Eomma senang bisa memasak bersamamu. Sejak dulu Eomma ingin sekali punya anak perempuan," kata Ibu Doyoung tiba-tiba, Hyunjung tersenyum menanggapinya.
Kemudian wanita itu kembali berkata, "Doyoung itu oranngnya terlalu keras sama diri sendiri... sejak kecil dia selalu mendisiplinkan dirinya tanpa kami ajarkan."
Tubuh Hyunjung seketika menegang saat mendengar sang ibu yang tiba-tiba membahas putranya. gadis itu menanggapi dengan senyum tipis. "Dia orang yang sangat mandiri, Eommo-nim."
Ibu Doyoung mengangguk, "Tapi hal itulah yang membuat kami terkadang tidak bisa memahami perasaannya... dia selalu menyimpan hal-hal berat untuk dirinya sendiri, itu yang membuat Eomma terus mengkhawatirkannya."
Wanita berparas cantik itu menatap lekat Hyunjung. Terlihat ibu itu meraih tangan gadis yang berada di sampingnya, "tolong jaga dia, Hyunjung-ie."
Untuk sesaat Hyunjung sempat terdiam, lalu dia berkata,
"Ne, Eomma-nim."
Ibu Doyoung langsung memeluk Hyunjung sambil membisikkan ucapan terima kasih berkali-kali. Lalu wanita itu melepaskan pelukan mereka.
"Ja, ayo kita potong kuenya."
Terlihat wanita rambut sebahu itu membagi kuenya jadi 8 bagian, lalu menaruh 2 potong di piring.
"Hyunjung-ie, Eomma mau minta tolong antarkan kue ke kamar yang di ujung sana, boleh?" tanya Ibu Doyoung sambil menunjuk kamar yang dimaksud.
"Ne," Hyunjung pun mengambil piring tersebut dan berjalan menuju kamar itu. Sesampainya di depan pintu, gadis itu mengetuknya dengan pelan.
Tidak ada papan namanya, batin Hyunjung sambil mengamati pintu tersebut.
Kemudian, gadis itu menoleh ke Ibu Doyoung tapi sang ibu malah memberikan isyarat untuk langsung masuk saja. Gadis itu pun memutar kenop pintu dan masuk.
Hyunjung kembali terkejut manakala dia menemukan orang yang berada di dalam kamar adalah....
"Sudah selesai?" tanya Doyoung yang menyadari keberadaan Hyunjung, padahal pria itu tidak menoleh sama sekali.
Hyunjung menangguk lalu melangkah mendekati Doyoung. Kemudian gadis itu menaruh piring yang dia bawa di meja kecil di samping Doyoung.
"Dari café aku langsung pulang ke sini untuk menunggumu... dan ternyata dugaanku benar, Eomma pasti akan mengajakmu ke sini, Noona," ucap pria itu tiba-tiba seolah bisa menebak isi pikiran Hyunjung.
"A-Aah," ucap Hyunjung mengangguk paham.
Kemudian, suasana kembali hening. Tidak terasa langit perlahan kian menggelap, langit yang semula berwarna oranye, kini mulai diselimuti kabut hitam serta pudarnya berkas cahaya matahari.
"Doyoung-ah?" panggil Hyunjung.
"Hm?"
"Terima kasih sudah mengajakku bertemu dengan Ahjumma. Beliau sangat baik padaku."
Tidak ada respon apapun dari Doyoung, pria itu hanya menoleh dengan tatapan datar, lalu dia melirik ke piring. Kemudian, pria bermata tajam itu mengambil sendok lalu memotong bagian ujung kue dan menyendokkannya ke dalam mulut.
Suara kunyahan tersebut membuat Hyunjung jadi bertanya, "Enak?"
"Kau belum menyobanya?"
Hyunjung menggeleng pelan. Melihat itu, Doyoung langsung bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan sang gadis. Kemudian pria itu menunduk sedikit tubuhnya lalu menyajarkan wajah mereka.
"Mau coba?" tanya Doyoung setengah berbisik sambil menatap tepat di mata Hyunjung.
Seolah tersihir dengan tindakan pria itu, tanpa sadar Hyunjung pun mengangguk pelan. Kemudian Doyoung semakin mendekatkan wajahnya hingga berhasil menggapai bibir sang gadis. Ciuman mereka lambat laun menjadi kian dalam, namun tidak berlangsung lama sebab Doyoung melepaskan tautan mereka lalu menatap Hyunjung yang masih terpejam.
"Bagaimana?"
"Manis," mata gadis itu perlahan terbuka, kemudian tangan kecilnya membersihkan sisa kue di ujung bibir sang pria, "aku menyukainya, Doyoung-ah."
"Ada yang lebih manis dari ini... Noona mau?"
[n.s]
@.@ Apaan tuh Doyy???
Btw, semangat Nolan! Hehe
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro