Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

T.w.e.n.t.y-t.w.o

Jessica berniat mengunjungi klinik dokter Natasya hari ini. Ia mengajak Niki dan Audrey ikut serta. Sebenarnya tujuannya kali ini bukan untuk perawatan kulit, tapi mengadukan Claudya pada ibunya agar cewek itu dimarahi habis-habisan. Ini adalah pembalasan dendamnya. Karena ia sangat kesal saat mengetahui kalau Magenta dan Claudya ternyata bolos pelajaran bersama kemarin, apalagi ketika pulang sekolah ia memergoki mereka berdua di tempat parkir. Ia melihat Magenta memakaikan helm pada Claudya dan mereka pulang bersama.

Mobil Jessica sampai di parkiran klinik. Mereka langsung masuk dan menunggu di jajaran kursi tunggu. Jessica sudah ada janji temu dengan dokter Natasya. Ia tinggal meminta resepsionis mengantarnya ke ruangan dokter Natasya.

"Jess, lo mau bilang apaan emang ke itu dokter?" tanya Audrey.

"Apa aja lah yang bikin emosinya naik." Jessica menahan tawanya.

"Lo ngga takut kena azab gitu, Jess?"

"Gue lebih takut Magenta jadian sama si Claudya."

Seorang perempuan tiba-tiba menghampiri mereka dan memberitahukan bahwa dokter Natasya sudah menunggu. Jessica langsung bergegas.

"Kalian berdua konsultasi abis gue, ya."

"Lah, kirain mau barengan kita."

"Mana ada bareng-bareng!" Jessica memutar bola mata. Selanjutnya, ia meninggalkan kedua temannya di kursi tunggu.

Begitu masuk ke ruangan dokter Natasya, Jessica langsung disambut dengan ramah oleh dokter cantik itu.

"Selamat siang, Dok!" sapa Jessica.

"Siang, Jessica. Apa kabar?" Dokter Natasya mempersilakan Jessica duduk. Kini ia memerhatikan perubahan pada wajah Jessica. Bekas jerawat yang dulu memenuhi area pipinya kini sudah hilang. Berarti Jessica cocok memakai produk yang disarankannya.

"Baik, Dok."

"Sepertinya produk yang saya sarankan kemarin memang cocok di kulitmu, ya?"

"Iya, Dok. Bekas jerawatnya langsung hilang."

"Jadi, mau konsultasi apa hari ini?" tanya dokter Natasya sembari memeriksa beberapa berkas pemeriksaan.

"Program diet," jawab Jessica sekenanya.

"Loh, tubuhmu ini sudah ideal."

"Gendutan, Dok. Kemarin aku banyak makan."

Dokter Natasya menyuruh Jessica untuk menaiki timbangan agar mengetahui berapa berat badan Jessica. Setelah itu, dokter Natasya mengukur tinggi badannya.

"Kalau Claudya itu program dietnya kayak gimana, Dok. Perasaan dari kelas sepuluh badannya segitu aja. Aku juga mau kayak gitu." Nah, Jessica mulai melancarkan aksinya.

"Ah, mana ada segitu aja. Pipi Claudya itu yang nggak bisa dikontrol. Makin banyak makan cokelat makin kembung aja."

"Aku juga suka cokelat, tapi lemaknya bukan cuma ke pipi aja, malah ke seluruh tubuh." Jessica menunjukkan raut wajah kesal yang dibuat-buat.

"Olahraga nggak kamu untuk menurunkan berat badan?"

"Aku nggak terlalu suka olahraga."

"Nah, di situ salahnya. Nanti kamu coba olahraga atau yoga mungkin."

Jessica mengangguk-ngangukkan kepala. Selagi dokter Natasya menuliskan beberapa makanan untuk program dietnya, Jessica menanyakam pertanyaan yang membuat wanita itu langsung tercengang.

"Claudya pacaran sama Magenta, ya, Dok?"

Dokter Natasya langsung menghentikan kegiatannya. "Magenta siapa?" tanya Natasya.

"Temen sebangkunya. Kemarin aku lihat mereka jalan."

"Kemarin Claudya les, kok."

"Nggak, aku yakin mereka jalan-jalan pake motor Magenta."

Natasya mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Ekspresi wajahnya terlihat kesal. Jessica jadi makin semangat mengomporinya.

"Claudya di sekolah itu males, Dok. Sekarang dia sering bolos pelajaran. Oh, iya, Claudya itu memang punya riwayat penyakit apa? Sudah dua kali ini dia pingsan pas pelajaran."

"Apa? Pingsan?" Natasya menaikkan suaranya.

"Dokter nggak tahu? Bukannya sopir yang waktu itu jemput Claudya bilang kalau Dokter akan membawa Claudya check-up ke rumah sakit."

"Sepertinya ada yang nggak beres," gumam Natasya.

"Dokter tahu kalau Claudya suka tidur di perpustakaan. Kalau yang ini kata adik kelasku, sih, dia sering mergokin Claudya."

Natasnya berdecak. "Maunya apa, sih, itu anak!"

Jessica tersenyum penuh kemenangan karena sepertinya yang akan terjadi setelah ini sesuai dengan apa yang diharapkannya.

***


Hari ini libur dan Claudya ingin menghabiskan seluruh waktunya untuk bersantai. Claudya sedang tiduran di karpet seraya menonton kartun kesukaannya. Kakinya ia angkat ke atas, menumpu pada meja. Di atas perutnya ia taruh toples berisi makaroni yang dibumbui balado bubuk. Sambil memakan cemilannya, ia tertawa saat adegan di kartun Doraemon itu menggelitik perutnya.

Bisa dibilang acara bersantai ini adalah menghibur diri. Ia sudah sangat stress karena kedua orang tuanya sedang mendiamkannya. Ia juga sudah tak bisa lagi melukis karena semua alat lukisnya sudah dihancurkan oleh ayahnya.

Acara kartunnya selesai. Namun, Claudya masih betah dalam posisi itu. Kini ia memencet tombol di remote mencari acara televisi yang mampu membuat ia tertawa lagi.

"Ah, mulai bosan!" Claudya menaruh toples makaroninya di lantai. Kini ia mengambil ponsel dan berselancar di aplikasi youtube untuk mencari hiburan lain.

Sebuah notifikasi muncul di top-up. Sebuah pesan masuk dari Magenta. Seulas senyum terbit dari bibir Claudya.

Magenta

Ada acara?

Me

Nggak

Magenta

Sekarang lagi ngapain?

Me

Tidur

Magenta

Lo mau ke rumah gue?

Me

Ngapain?

Magenta

Kemarin lo belom selesai lihat semua foto di dinding kamar gue

Claudya berpikir sejenak. Ia ingin sekali bisa ke rumah Magenta lagi. Rumah Magenta itu sudah seperti pameran yang memajang gambar-gambar estetik. Seolah ia sedang melihat lukisan karya pelukis terkenal berjajar di beberapa ruangan. Lukisan-lukisan itu hidup dan mampu menarik jiwa Claudya ke suatu tempat yang indah dan menenangkan.

Saat pikirannya melanglang jauh, sebuah suara pintu yang dibuka paksa membuat Claudya tersadar.

"Setelah nilai anjlok, lalu melukis, sekarang kamu pacaran Clau?" Ibunya sudah masuk ke kamar Claudya dengan tampang yang menakutkan. "Berdiri kamu!" Natasya menarik tangan Claudya memaksa tubuh mungilnya bangun.

Apalagi kali ini?

"Kamu sudah nggak bisa dibilangin lagi?"

"Kenapa, Ma?" Claudya kebingungan. Ia tidak berbuat kesalahan hari ini. Namun, mengapa ibunya memarahinya?

"Siapa Magenta?"

"Temen sebangku."

"Kamu kemarin nggak les dan malah jalan sama teman sebangkumu itu?"

Damn! Claudya ketahuan lagi.

"Mama tahu dari siapa?"

"Mau kamu apa, sih, Claudya? Udah nggak mau nurut lagi? Mau berontak, hah?"

"Ma, kemarin aku cuma ke rumah Magenta buat-"

"Pacaran!" Ucapan ibunya langsung membungkam Claudya. "Nilaimu anjlok dan kamu berani pacaran?"

"Aku nggak pacaran!"

"Kamu itu pinter bohong sekarang. Bilang sama Mama kalau kamu udah nggak mau tinggal di sini!"

"Ma?"

"Jessica ngasih tahu Mama kamu sering pingsan. Kamu tidur jam berapa setiap hari? Kamu membuang bekal yang dibuatin Bibi?"

Sudah Claudya duga, informasi yang ibunya dapat semua berasal dari Jessica.

"Aku capek!"

"Kamu nggak Mama suruh bekerja dan berani bilang capek?"

"Ma?"

"Kalau kamu udah nggak mau ikut aturan Mama, silakan pergi, Clau. Mama nggak butuh anak pembangkang seperti kamu."

Entah mengapa ucapan ibunya kali ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Rasanya seperti ditikam tepat di jantung.

***

[1023 kata]

Sudah mulai amburadul cerita ini :"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro