6,5
Tinita membaca buku di perpustakaan, UAS sudah semakin dekat dan dia harus fokus untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Di meja itu dirinya tidak sendiri, ada Angle, Rei, Aninda, Joshua, Cakra dan Oda.
Aninda dan Angle tampak membaca sebuah novel romansa, sepertinya novel itu tampak seru sehingga mereka tampak fokus untuk membacanya. Sedangkan Rei dan Joshua membicarakan soal perlombaan MOTO GP, meski Rei sesekali menguap. Seperti biasa Oda tidur di dalam perpustakaan, cowok itu lebih suka tidur di perpustakaan daripada di UKS. Katanya sih disana lebih berisik dari perpustakaan, padahal Rei sempat bilang itu tempat ternyaman jika ingin bolos dan tidur. Sedangkan Cakra membaca buku sambil tiduran di kursi yang sudah ia susun sedemikian rupa.
"Ka-kalian mau ikut liburan denganku tidak?!"
Mereka sontak menoleh pada seorang cewek yang tiba-tiba saja datang.
"Oh! Tama!" sapa Angle
"Cih, ngapain lo kesini?" tanya Cakra tak senang.
"Liburan kemana?" tanya Aninda
"O-oh! Begini, keluargaku membangun perkemahan, jadi dalam rangka pembukaannya aku diminta untuk mengajak kalian semua pergi dua hari lagi,"
"Perkemahan Heaven's Feel itu? Sudah dibuka?!" tanya Angle antusias
Tama mengangguk
"Gue denger ada spot memancing yang bagus disana," ucap Oda
"Pemandangannya juga bagus, gue pernah nonton iklannya," sahut Joshua
"Wuih! Ayo! Ayo!" ucap Angle, "kita pergi kesana!"
"Gue mau ikut sebenernya, tapi gue ada shift hari itu," ucap Rei
"Aku juga tidak bisa ikut," ucap Tinita
"Tinit, kamu harus ikut!" ucap Angle "Kita juga butuh waktu bersantai!"
"Tapi aku tidak mau, aku harus fokus belajar, lagian kenapa kamu tidak paksa rei juga?"
"Gue sibuk cari nafkah, kalo gue libur gue bakal ikut,"
"Ayolah Tinita, sesekali kamu juga butuh istirahat," kata Aninda
Dan berbagai bujukan pun keluar dari mulut teman-temannya, mau tak mau Tinita akhirnya menyetujui untuk ikut, lagi pula mereka hanya akan menginap semalam.
***
Hari keberangkatan pun tiba.
Angle menjemput Tinita di pagi hari, karena mereka akan pergi ke sana menggunakan mini bus yang dimiliki oleh Oda karena cowok itu menawarkannya. Menyenangkan jika berada di satu kendaraan yang sama dibandingkan di kendaraan yang terpisah.
Tama duduk di depan samping Oda dan sisanya di belakang kursi kemudi. Mini bus itu terlihat nyaman, Cakra berkali-kali ingin duduk di samping Tinita namun di Angle dengan keras menendnang Cakra jauh-jauh sehingga cowok itu mendapatkan kursi di belakang bersama Joshua.
"Wo-woi, lo lagi nggak mau balapan kan?" tanya Joshua ketika menyadari bahwa laju mini bus yang mereka naiki melebihi kecepatan,
"Nggak, ini emang kecepatan normal," sahut Oda cuek
Seekor ayam tampak menyebrang jalan namun Oda tak memelankan laju mini busnya.
"Woi! Ayam!"
PETEKOK!
Ayam itu jelas kaget dan langsung melompat, hewan itu tampak hampir saja menabrak kaca depan.
"Oi! Itu tadi gila!" ucap Angle
"Itu salah ayam, nyebrang nggak tengok kanan kiri,"
Bukan sekali dua kali mereka hampir menabrak hewan kecil, tadi mereka juga hampr saja menabrak seekor anjing, dan Oda menjelaskan bahwa itu bukan salahnya jika anjing itu tertabrak karena itu adalah kelalaian dari pemiliknya sendiri.
Oda juga sempat menerobos lampu perempatan, dan dengan santainya lagi-lagi Oda berpendapat kalau jalanan lagi sepi dan tidak ada gunanya menunggu lampu merah. Tinita akhirnya menyaksikan sendiri salah satu kebrutalan Oda sebagai seorang gangster, meski tidak melihatnya adu pukul.
Mereka sampai di perkemahan setelah dua jam perjalanan, Joshua sempat minta ijin untuk pergi mengeluarkan isi perutnya karena gaya mengemudi Oda yang agak brutal. Mereka langsung mendirikan dua tenda, satu tenda untuk cowok dan tenda satunya untuk cewek.
"Seperti yang diiklan tempat ini bagus," komentar Joshua begitu ia move on dari mabuknya.
Sedangkan Angle sibuk mengambil gambar menggunakan ponsel pintarnya, sesekali ia mengajak yang lain untuk berfoto bersamanya. Begitu tenda didirikan mereka langsung mengambil peralatan memancing dan pergi ke danau buatan yang memang sudah dipersiapkan.
"Danau ini dalam tidak?" tanya Tiniat melihat permukaan danau
Tama menggeleng, "Tidak sedalam danau yang asli,"
"Aku nggak mau nyebur," ucap Angle,
"Ya mana tau kalau nggak nyebur langsung!" ucap Joshua lalu mendorong Angle hingga cewek itu jatuh ke tepi danau.
"Argh!! Sialan kau Joshua!" teriak Angle begitu kepalanya keluar dari air danau.
Joshua mendorongnya ke danau yang airnya sebatas pinggang Angle.
"Sini kau!" teriak Angle sambil memburu Joshua berusaha untuk menjatuhkan cowok itu ke danau.
Sedangkan Oda dan Cakra memancing, Cakra tampak asik mengangkat pancingannya dan pancingan Oda, sedangkan tampak tertidur dan tidak peduli dengan pancingannya.
Yah, lagi pula ada Cakra yang senang hati mengambil ikan-ikannya.
Tama, Tinita, dan Aninda duduk di tepi danau, menggelar piknik kecil, menonton Angle dan Joshua yang berlarian sambil memakan bekal yang dibawa oleh Aninda.
Tinita memperhatikan pemandangan di sekitarnya, tampak indah dan asri. Teman-temannyayang lain tampak menikmati liburan kali ini.
Dan ya, Tinita menikmatinya juga.
***
Tinita berjalan-jalan sambil memperhatikan sekitar, meskipun ini hutan namun tidak banyak hewan yang berbahaya, penjaganya pun secara teratur mengecek kondisi hutan apakah berbahaya bagi pengunjung perkemahan atau tidak.
Ternyata melihatnya langsung lebih menyenangkan daripada melihatnya di buku atau video.
Tinita mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik dengan kamera ponselnya sebelum kembali melanjutkan langkah menjelajahi hutan. Tinita terlalu menikmatinya hingga tak sadar bahwa ia sudah masuk terlalu dalam.
Ia menghela napas saat sadar bahwa dirinya sudah tersesat, Tinita mengecek singal di ponsel.
"Ah... aku lupa sedang ada di hutan sekarang," gumam Tinita
Baiklah, hal pertama yang wajib jika sedang tersesat adalah jangan panik, itu hanya akan memperburuk keadaan.
Jadi Tinita memutuskan untuk tetap berjalan saja, siapa tau dia akan keluar dengan sendirinya bukan?
Hingga langkah kakinya terhenti di sebuah sungai kecil dengan air yang jernih.
***
"Lho? Tinita mana?" tanya Aninda saat menyadari bahwa Tinita sudah tidak ada di sekitar mereka.
"Tinita hilang?!" ucap Angle panik, mengingat Tinita adalah orang yang buta arah membuat Angle tambah khawatir, bagaimana kalau Tinita tidak bisa ditemukan? Atau parahnya di makan penghuni hutan?!
Cakra yang awalnya duduk-duduk langsung bangkit, "Biar gue aja yang mencarinya, kalian tetep disini,"
"Lo yakin bakal nemuin tuh bocah?" tanya Oda, masih berbaring dengan menutup matanya.
"Gue punya intuisi yang kuat,"sahut Cakra sambil berjalan pergi.
Cowok itu mulai berjalan menuju ke hutan, ia berjalan sambil menghidupkan mode Bluetooth pada ponselnya, karena seingan Cakra, Tinita selalu menghidupkan mode Bluetooth. Begitu ia mendapatkan singal Bluetooth dari ponsel Tinita, Cakra pun bergegas.
Ia lalu menemukan punggung Tinita, cewek itu tampaknya sedang memperhatikan sungai kecil yang ada di depannya.
"Lo disini rupanya," sapa Cakra begitu berada di dekat Tinita,
Cewek itu tidak memberikan ekspresi terkejut yang berarti, "Kamu yang menemukanmu,"
"Ya jelas dong, kan pangeran harus bisa menemukan putrinya yang hilang,"
"Jangan berlebihan,"
Cakra tertawa kecil, ia lalu memperhatikan Tinita yang tampak tenang, dan lebih senang? Entahlah, Tinita terlihat lebih bahagia sekarang daripada awal pertemuan mereka.
"Tinita, gue jadi penasaran, sebenernya lo impian lo apa?"
"Ya?" tanya Tinita, sedikit bingung dengan Cakra yang tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Lo pernah bilang kalau nilai itu segalanya bagi lo, tapi gue rasa nilai yang selalu lo cari itu bukan impian lo,"
Tinita tampak diam sebentar, "Ya, kurasa aku juga berpikir seperti itu,"
Cewek itu lalu berjongkok, menyentuh permukaan air sungai dengan jarinya.
"Jadi, Tinita, mimpi lo yang sebenarnya... apa?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro