Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5-1

Disana Rei juga menatapnya, berbeda dengan penampilan Rei yang biasanya selalu memasnag wajah lesu atau mengantuk. Rei tampaknya kaget melihat Tinita, cewek itu menenteng dua buah tas belanja dan sebuah tas kecil lain.

"Tinita?" sapa Rei, dia bingung melihat Tinita yang berada di depan sebuah toko buku sendirian.

Tinita tak mengatakan apapun, dia masih merasa sedikit kesal dengan Rei.

"Lo masih marah ya sama gue?" tanya Rei, namun Tinita masih diam saja.

"Gue minta maaf untuk waktu itu," ucap Rei

Tinita diam sambil memperhatikan Rei lalu menghela napas, "Aku memaafkanmu asalkan tidak melakukan hal yang serupa lagi,"

"Thanks Tin," ucap Rei lalu tersenyum, "Lo kesini sendirian?"

"Tidak aku bersama Angle dan Cakra," jawab Tinita sambil menunjuk ke arah toko, "kamu sendiri mau kemana? Isi bawa kotak makan juga."

"Gue belanja sekalian, jenguk seseorang,"

"Arka?"

"Gue pikir lo nggak tahu soalnya lo kelihatan apatis ama sekitar lo,"

"Aku memang tidak terlalu peduli, jadi wajar kamu bilang apatis,"

Rei tidak menyangka kalau Tinita bisa mengatakan itu dengan terus terang.

***

Rei dan Angle memperhatikan Cakra yang akhir-akhir ini sering menghampiri Tinita selama satu minggu terakhir ini.

"Kalo gue jadi Tinita udah gue cincang bocah itu," ucap Rei

"Tapi aku kasihan juga, ternyata pesona Cakra nggak mempan sama Tinita,"

Itu juga berlaku bagimu, batin Rei.

Cakra mengoceh panjang lebar di samping Tinita yang sibuk membaca buku, mereka sedang ada di perpustakaan di jam istirahat terakhir. Tinita tampaknya membiarkan Cakra yang ribut di sampingnya.

"Cowok itu berisik banget," ucap Oda

"KyA!!!" kaget Angle saat Oda tiba-tiba muncul dari balik sebuah meja seberang mereka

"Oh lo kebangun juga ya," ucap Rei seakan tidak kaget dengan kemunculan Oda

Mereka berada di sisi perpustakaan yang minim orang dan jauh dari meja pengawas, sehingga ribut pun tidak terdengar.

Kepala Oda melihat ke arah Tinita dan Cakra, "Gue salut ama kesabaran cewek itu, gue pikir dia bakal ngamuk lagi,"

"Hm..."

Ketiganya memperhatikan Cakra dan Tinita.

"Kayaknya Cakra bertepuk sebelah tangan deh," komen Rei

"Kasihan banget," ucap Oda lalu kembali merebahkan dirinya di kursi.

***

"Cakra, kamu suka sama Tinita ya?"

Cakra langsung tersedak sate, Angle tiba-tiba menghampirinya dan bertanya seperti itu.

"Uhuk! Lo-uhuk!"

Joshua memberikan sebotol air mineral pada Cakra yang langsung ditegak habis oleh cowok itu.

"Lo nggak cemburu?"

Angle memasang wajah masam, "Mana ada,"

"Gue kira lo cemburu, siapa tau lo suka ama gue kan?" ucap Cakra terlampau PD

Ah... Angle ingin memukul kepala Cakra pakai bata.

"Jadi Tinita nggak berpaling ke lo ya?" tanya Joshua "gue kira hubungan kalian sebatas rival,"

"Gue sudah mengungguli dia di 3 mapel, gue sempet pamerin sih tapi dia diem aja, sampe sekarang,"

"Dia pasti ngambek," komentar Angle, mengingat Tinita yang sekarang sering tak mengacuhkan Cakra.

"Menurut lo pada, gue harus gimana?"

"Nggak tau, lagian lo aneh banget, pengen jadi rivalnya atau pacarnya sih?" tanya Joshua

"Kalau bisa sih keduanya, kenapa nggak?"

Ingin sekali Joshua dan Angle menendang Cakra keluar dari kelas mereka yang ada di lantai 3, patah tulang dikit nggak kenapa keknya.

"Untuk membuat dia jatuh cinta ama kamu, kamu harus membuatnya terkesan," saran Angle "kalau kamu terus seperti ini PDKT-mu bakalan gagal."

"Padahal dulu PDKT ke cewek itu mudah," ucap Cakra sambil memegang dagunya, "Tinita emang beda,"

***

Angle dan Tinita sedang berada di taman sekolah, salah satu tempat yang teduh di siang yang terik juga tidak ada banyak orang di sekitar mereka.

Sebenarnya ia tidak mau membantu Cakra mengingat sifat cowok itu, tapi atas dasar hubungan pertemanan akhirnya Angle membantu cowok itu dengan syarat, PR Matematika minggu depan dibantuin ama cowok itu.

"Angle, kamu sedang tidak merencanakan hal-hal yang aneh kan?" tanya Tinita, matanya masih fokus membaca buku dongeng berbahasa Inggris.

"E-enggak! Aku Cuma berpikir kalau ternyata taman di sekolah itu cukup indah,"

"Oh,"

Ada banyak pertimbangan mengapa Angle dan Joshua menyarankan taman sekolah, salah satunya memang karena tempat ini merupakan tempat yang indah, lalu yang kedua taman belakang sekolah ini jarang dilalui oleh siswa pada saat jam istirahat. Setelah memperhatikan Tinita beberapa hari ini, Angle tahu bahwa cewek itu tidak terlalu suka diperhatikan oleh orang-orang yang kepo.

Cakra dan Joshua lalu menghampiri Tinita dan Angle yang duduk di bawah pohon ceri yang rindang.

"Hai Tinita," sapa Cakra sambil menyugar rambutnya berpose tampan.

"Hm," balas Tinita tanpa berpaling dari bukunya.

"Kalau ada yang ngomong perhatikan dong cantik," ucap Cakra lalu merebut buku dongeng itu dari tangan Tinita dan menyerahkannya kepada Joshua.

"Ada apa?" tanya Tinita sambil memperhatikan Cakra.

Cowok itu membawa gitar dan sekuntum bunga mawar tampak bertengger indah di saku seragamnya,

"Hari ini, sang perajut asmara akan membawakan lagu untuk tuan putri Tinita," ucap Cakra sambil berpose, bersiap untung menggenjreng gitarnya.

Tinita menghela napas, mau tak mau ia harus meladeni Cakra kali ini sebelum memberi ceramah panjang nantinya. Ia melirik buku dongengnya yang disita oleh Joshua.

Kalau saja Tinita sama seperti cewek lainnya, saat ini ia pasti akan berteriak senang karena cakra akan membawakan sebuah lagu untuknya.

Sayangnya Tinita bukan cewek-cewek itu.

"Ketika ku mendengar bahwa

kini kau tak lagi dengannya

Dalam benakku timbul tanya

Masihkah ada dia, di hatimu bertahta?

Atau ini saat bagiku untuk singgah di hatimu

Namun siapkah kau 'tuk jatuh cinta lagi?

Meski bibir ini tak berkata

bukan berarti ku tak merasa

ada yang berbeda di antara kita....."

Astaga ternyata begini suara Cakra?!

Angle langsung menutup telinganya, sedangkan Tinita terdiam mendengar suara Cakra yang sungguh sangat jauh dari kata merdu itu. Ia tak menyangka bahwa suara Cakra saat menyanyi bisa menjadi seerti ini.

Sedangkan Joshua tenang-tenang saja, karena cowok itu sudah menyiapkan batin dan telinganya.

Cakra tersenyum, "Bagaimana Tinita? Bukankah nyanyianku bagus?"

Tinita memasang wajah masamnya, "Tidak sama sekali, suaramu bahkan lebih dari sekedar false, bagaimana kamu bisa mendapatkan nilai A di pelajaran musik," komentar kejam Tinita

Cakra merasakan retak di dadanya, ucapan Tinita ternyata bisa sepedas itu.

***

Rencana untuk membuat Tinita kagum dengan penampilan musiknya gagal.

"Tinita,"

"Hm,"

"Lo suka penyanyi yang kek gimana?"

Mereka berdua sedang ada di perpustakaan, bel pulang sekolah sudah berbunyi namun mereka tetap tinggal untuk menyelesaikan tugas kelompok.

"Mungkin seperti Kak Ose,"

"Ose? Siapa? Kaka kelas kita?"

"Bukan, dia penyiar radio, suaranya bagus dan orangnya asik, aku suka."

Suaranya bagus dan orangnya asik, aku suka. Sial kata-kata itu menohok Cakra.

Ternyata ada seorang cowok yang memiliki charisma di atasnya, ini tidak bisa dibiarkan!

"Dia penyiar radio mana?" tanya Cakra, nanti biar bener ngirim santetnya.

"Hm... radio amatir sih," ucap Tinita "tapi biar amatir dia sangat professional. Ah... seandainya aku bisa sering mendengar suaranya, sayang aku bisa mendengarnya saat petang saja." Tambahnay dengan antusias.

Fix, Cakra harus segera menghabisi si Ose-Ose ini!








NB. Yeiy dah sampe ke arc 5 aja wkwkwkwk, BTW lagu tema di bagian ini paling kusuka :) dan aku lebih suka menyebut lagu ini milik Keyaki daripada Sakura soalnya aku ngerasa ya beda aja gitu, membernya saama tapi beda nama grup jadi ngerasa beda konsep aja :). 




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro