Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02

15 Januari 2014

"Truth or dare!" teriak seorang laki-laki bertubuh gempal kepada Rima. Seluruh teman di sekelilingnya tertawa melihat reaksi Rima yang memanyunkan bibirnya sebal. Alasannya, sejak awal bermain semuanya didominasi oleh Rima yang terkena ujung pensil itu.

"Curang! Pensilnya ngarah ke Rima terus." Rima mencibir tak terima.

"Yee, tadi juga ke arah gue kok Ma," kata salah satu temannya, masih menahan tawanya agar tidak pecah lagi dan membuat Rima semakin sebal.

"Hih, yaudah truth," balas Rima cepat.

"Ehh, truth terus. Rima dare ah, harus." Tolak salah seorang perempuan yang memakai sweater merah muda, Nata.

Rima merengek mendengar balasan Nata, ia tidak mau mendapatkan dare, pasti semua temannya merencakan hal-hal aneh. Namun tidak bisa ia menolaknya, akhirnya Rima hanya mendesah pasrah. "Yaudah, dare-nya apa? Jangan jahat-jahat," kata Rima.

Nata dengan cepat mengeluarkan suaranya. "Rima tau anak kelas sebelah yang namanya Rama?" Nata berbicara agak berbisik, takut ada yang mendengar. Karena hampir seluruh perempuan di kelas sepuluh tujuh ini menyukai Rama.

"Rama? Wiih namanya mirip sama Rima!" ucap Rima semangat. Nata terkekeh geli melihat tingkah Rima. "Iya, Rima tembak Rama." Nata menampakkan cengiran lebarnya dan membuat Rima terdiam beberapa saat.

Mudah. Bagi Rima hal seperti ini pasti mudah, mengingat dirinya sangat terkenal tidak bisa diam dan cerewet. Pasti si Rama tidak akan menganggapnya serius dan langsung akan menolak Rima mentah-mentah.

Dengan semangat Rima berjalan menuju kelas sepuluh enam. Kepala kecil Rima menyembul dari balik pintu. Rima mendecak. "Nata, yang namanya Rama yang mana? Orangnya banyak tau di kelas ini," tanya Rima pada Nata yang berdiri di sebelahnya.

"Yang itu." tunjuk Nata pada seorang laki-laki yang tengah membaca buku tebal yang entah apa itu isinya. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, surai hitam legamnya begitu sempurna dengan kulitnya yang seputih susu.

Rima melongo tidak percaya. "Nat, Rima baru nemu spesies seganteng dia," ucap Rima takjub.

Tanpa berpikir panjang Rima berjalan ke arah Rama. Berdiri di hadapan Rama dengan senyum termanisnya. Mengulurkan tangannya di hadapan Rama.

Rama mengangkat alisnya sebelah, tersenyum miring dan menjabat tangan Rima. Rima membulatkan bola matanya lucu. Nata dan kedua temannya sebagai saksi menatap tak percaya pemandangam di hadapannya.

Rama, terkenal dengan sifat-sifat aneh yang tidak bisa dipercaya akal sehat. Rama tidak pernah mau seseorang menyentuh barang miliknya, atau bahkan seseorang menyentuhnya. Namum Rama kali ini menjabat tangan Rima.

"Hai," sapa Rama.

"Eeh? Halo?" Rima membalas gugup. "Kenalin, aku... Rima, kelas sepuluh tujuh," lanjut Rima lagi.

"Ah, gue tau," Tangan Rama beralih menggenggam milik Rima, iris hazelnya menatap lamat-lamat mata kecokelatan milik Rima. "Udah lama banget."

Rima menarik tangannya yang digenggam Rama. Sebenarnya ia sedikit bingung dengan jawaban Rama, tapi tujuannya ke kelas ini untuk menjalankan hukumannya bukan?

"Eh? Rima... Rima mau tanya. Mau jadi pacar Rima?" tembak Rima langsung. Ia sedikit risih dengan tatapan teman sekelas Rama yang sedikit mengintimidasinya. Apalagi suara teriakan dan siulan teman Rama, itu sangat menyabalkan. Ini kan hanya permainan!

Bukannya tatapan aneh atau apa yang ia dapatkan, malah anggukan dan senyum simpul dari Rama yang ia dapat.

Rima tidak peduli dengan teriakan semua teman sekelas Rama maupun siswa lainnya dari kelas seberang juga tatapan mengerikan yang ia dapatkan. Yang ia tidak bisa percaya kali ini adalah, Rama menerimanya. Tidak, seharusnya Rima mendapatkan penolakan dan menjalani hidupnya seperti biasa.

Mulai hari ini, Rima baru saja merasakan rasanya jatuh cinta yang sesungguhnya. Dan semu anggapan Rima mengenai cinta pandangan pertama memang benar adanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro