Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01

Rima mengangguk semangat dan senyumnya semakin mengembang, wajahnya memerah seketika saat melihat sosok Rama di hadapannya. Ditambah lagi ketika Rama menarik tangan Rima dan menggenggamnya erat. Hal ini tentu Rama lakukan mengingat Rima sangat hyperactive, ia tidak ingin berlama-lama di koridor sekolah dan bertemu banyak siswa maupun siswi yang kerjaannya hanya bergunjing selam jam istirahat.

Kalau saja Rama membiarkan Rima membuntutinya di belakang, mungkin saja Rima sudah pergi entah kemana menyapa teman-teman dari kelas lainnya. Bukan hanya menyapa, mengobrol dalam durasi yang cukup lama.

Rama tidak menyadari bahwa sedari tadi terjadi perubahan yang mencolok pada Rima. Meski banyak yang menyapa Rima, perempuan itu hanya menunduk menutupi wajah memerahnya.

Rama melepas genggaman tangannya kala mereka sampai di depan pintu perpustakaan. Mata mereka langsung disuguhkan pemandangan berbagai meja dan kursi berjejer rapi, juga dengan banyak rak yang berisi tataan buku dari berbagai jenis dan disusun berdasarkan abjad.

Bau khas buku yang berpadu dengan suara hening dalam perpustakaan membuat Rama kembali nyaman. Ia berjalan menelusuri salah satu rak berisi novel-novel terjemahan.

Tangan Rama bergerak bebas membolak-balikkan berbagai buku dan memilih apa yang akan ia baca hari ini. Namun suara milik seorang perempuan di sebelahnya membuat ia menoleh dan tersenyum gemas. Rima berjinjit sambil sesekali melompat dan mencoba mengambil salah satu novel fantasi di bagian paling atas rak buku.

Rama berjalan mendekat dan mengambilkannya untuk Rima. "Emangnya, Rima suka baca?" Awalnya Rama bingung melihat buku apa yang ingin Rima baca, pasalnya Rima tidak pernah sekalipun suka membaca buku terjemahan ber-genre fantasi. Lebih tepatnya Rima memang tidak suka membaca. Rima menggeleng pelan dan mengambil buku itu dari tangan Rama.

"Rima gak suka baca, tapi Rima mau tidur jadi Rima ambil buku biar ngantuk." Dengan senyum lima jarinya Rima melenggang pergi mencari tempat duduk yang pas.

Rama mengikuti dari belakang, menarik kursi di sebelah Rima dan menempatinya. Ia mulai membaca buku yang ia ambil dengan tenang. Buku yang sebelumnya ia bawa ia taruh di atas meja, tidak ada niatan untuk membaca bacaan berat. Rama sudah terlalu lelah dengan kebisingan yang terjadi di dalam kelas sebelumnya. 

Lain hal dengan Rima, bukannya tertidur malah memandangi Rama dari sudut matanya. Sambil menutup wajahnya dengan buku, Rima malu kalau sampai tertangkap basah memerhatikan Rama ketika sedang membaca. Bagi Rima, ketampanan Rama akan mencapai maksimal ketika laki-laki itu sedang membaca dengan gaya santainya.

Sadar kalau Rima memerhatikannya, Rama menutup bukunya dan mengambil buku yang Rima gunakan untuk menutupi wajahnya. "E-eh?" Rima telonjak kaget dengan apa yang Rama lakukan.

"Rima, kalau mau tidur Rama anterin ke UKS. Aku masih mau baca buku di sini," tutur Rama pelan.

Rima hanya mengangguk pasrah, sepertinya Rama merasa terganggu dengan tatapan Rima. "Gak usah, Rima bisa sendiri kok," kata Rima akhirnya setelah menyadari ketidaknyamanan Rama akan tatapan Rima.

Setelah keluar dari perpustakaan dan sesekali menegok ke arah Rama ; berharap Rama akan menyuruh Rima duduk di sampingnya, tapi Rama malah sibuk dengan bukunya tanpa melihat ke arah Rima barang sedetik.

Rima memasang wajah cemberut, bahkan sampai di UKS Rima tidak tertidur sama sekali, Rima malah berguling ke kanan ke kiri mengingat sikap Rama yang begitu membuat Rima geregetan.

Seketika Rima teringat akan jam istirahatnya yang tidak terlalu panjang, ia merogoh saku roknya hendak melihat jam pada ponselnya. Namun nihil, tidak ada benda persegi panjang merah muda di dalam sakunya.

Rima dengan sigap berlari ke arah perpustakaan, sepertinya ia meninggalkannya ketika ingin mengambil buku tadi.

Tubuhnya yang kecil membuatnya lebih mudah berlari dengan lincah tanpa terkena tabrakan dari siswa lain yang memenuhi kodiror sekolah. Rima yakin jam istirahat akan segera habis. Itulah asalasan mengapa para siswa saat ini berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing, dan Rima malah berlari menjauhi ruang kelas untuk mencari barang berharganya.

Sampai di lantai tiga, dimana letak perpustakaan itu berada. Rima membuka pintu kaca di hadapannya sedikit pelan, tidak mau mengganggu kenyamanan siswa lain di perpustakaan. Rima tergesa-gesa menelerusi setiap rak buku yang ia kunjungi sebelumnya namun tetap berusaha tidak menimbulkan kegaduhan. Rima lupa dimana tepatnya ia mengambil buku, maka ia terus mencari di setiap sudut perpustakaan ini.

Sampai akhirnya sudah lebih dari setengah jam Rima mencari dalam perpustakaan, petugas perpustakaan sampai ikut turun tangan membantu Rima, dan sampai semua sudut ruangan ini ia telusuri, tidak juga Rima menemukan ponselnya.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Pa Yono yang tak lain tak bukan adalah sang petugas perpustakaan yang membantu Rima mencari ponselnya, Rima pun setelahnya berjalan menjauhi ruang perpustakaan itu dan berjalan menuruni setiap anak tangga yang mengantarkannya kembali ke kelas di lantai satu.

Namun mungkin memang hari ini adalah hari sialnya. Ketika kaki Rima berhasil mencapai lantai dua, ketika itu pula Rima secara refleks berhenti bergerak, bahkan seperti ia merasakan seluruh sistem kerja otaknya berhenti seketika. Rima menatap kosong pemandangan yang terpampang di hadapannya dengan perasaan campur aduk.

Karena untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Rima merasakan berada di posisi seperti ini.

"Rima! Ponsel kamu tertinggal di meja pespustakaan!" Teriakan Ms.Anne membuat Rima menoleh dan menjauhkan pandangannya dari sepasang murid tadi yang membuat hatinya hancur, dan meruntuhkan harinya dalam sekejap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro