Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

lelaki yang menangis

ROY

Dengan usaha yang semakin pesat membuatku sangat jarang untuk tinggal di rumah hingga membuatku mau tidak mau waktu untuk Aileen pun sangat tersita. Ya meskipun harus kuakui bahwa sesungguhnya aku mempunyai perempuan lain bahkan aku sadar Aileen pun mengerti hal itu akan tetapi aku menikahinya bukan karena semata tertarik dengan penampilan fisiknya belaka namun aku jatuh cinta padanya ada rasa ingin melindungi saat melihat dirinya terpuruk. Aku bahkan sangat mengerti kalau selama ini Aileen hanya menganggap dirinya sebagai perempuan simpanan padahal gelar itu sangatlah salah. Selama ini bila aku kebanyakan di luar kota maka dia akan memnganggapku tengah dengan perempuan lain padahal tak sepenuhnya anggapannya benar.

Dengan tempramen ku yang sangat tinggi tak mampu menahan emosi seringkali aku melakukan kekerasan padanya yang sampai sekarang membuatku dibayang-bayangi dengan rasa bersalah dan membuatnya tak pernah lagi memandangku dengan wajah teduhnya dan aku tahu dibalik senyumnya yang dipaksakan ada gurat kesedihan dibalik sorot matanya tersembunyi dendam dibalik diamnya tersimpan amarah yang kapan saja bisa meluap. Aku beranggapan dengan memenuhi segala inginnya dengan uang dia akan bahagia namun tanpa sadar yang ada aku telah mengubah dirinya dari sosok perempuan yang lugu menjadi perempuan yang suka dunia malam dan pecinta alkohol. Dan bodohnya aku hanya diam seakan tidak peduli dan tidak mau tahu dengan segala kelakuannya dan  lebih memilih tanganku yang berbicara bila tidak tahan dengan tingkahnya. Hubungan kami hari demi hari mulai terasa hambar dia sibuk dengan dunianya sendiri dan aku lebih memilih tenggelam dalam dunia kerja sebagai pelarianku.

Namun perubahan Aileen mulai nampak, senyum yang tersungging dari bibirnya bukan lagi senyum palsu bahkan kadang aku kembali mendengar derai tawanya sejak kedatangan salah satu anak sahabatku yang memutuskan untuk tinggal di tempat tinggal kami. Ya nama anak itu Adeeva, aku sangat senang dengan keberadaanya seakan memberi efek positif terhadap Aileen. Dulu aku beranggapan mungkin karena Aileen merasa nyaman dan memliki kesamaan dengan Adeeva membuat mereka akrab apalagi dari segi usia tidaklah jauh beda namun secara perlahan anggapan itu mulai terkikis tergantikan dengan rasa curiga yang masih  berusaha aku tampik namun kian hari dugaanku makin menguat.

Aku tidak ingin ceroboh dan untuk mrnghindari salah paham yang terjadi secara diam-diam aku mulai mengamati segala tingkah pola mereka berdua bahkan meski terasa risih aku dengan sengaja mempertontonkan kemesraan kami di depan dia perempuan yang lambat laun telah merebut hati perempuanku. Dan seperti dugaanku sangat jelas terlihat sorot mata dia yang berusah memendam amarah bahkan sepintar apapun dia menyembunyikan aku masih bisa melihat luka dari pancaran wajahnya. Terlalu banyak hal yang membuatku makin kuat menyimpulkan kalau mereka memang mempunyai hubungan yang kuat meskipun Aileen masih tetap memerankan perannya sebagai seorang istri namun sangat jelas aku bisa merasakan ada perubahan yang terjadi padanya dia yang selalu saja mempunyai beribu alasan apabila aku menuntut hak sebagai seorang suami bahkan sekedar menyentuh pun dia seakan menghindar

Ku coba untuk melawan bisikan hati yang semakin keras meneriakkan kalau mereka berdua memang memiliki hubungan istimewa aku berusaha berpikir secara logika selalu mengatakan semua tidak seperti dugaanku meyakinkan diriku mengingat mereka berdua adalah perempuan. Namun pertahananku kian melemah saat di depan kedua mata ku sendiri aku melihat mereka

Flashback On

Dengan rasa yang penuh bahagia karena baru-baru ini aku menang tender  besar secara pelan-pelan aku memasuki hunian kami dengan segenggam bunga favourite Aileen yang ada dibalik badanku bermaksud ingin memberi kejutan pada perempuanku. Aku menuju kamar berharap Aileen ada di dalamnya namun yang kudapati  hanyalah ruangan kosong. Ku datangi setiap ruangan namun hasilnya nihil hingga aku baru mengingat tinggal satu tempat yang belum kudatangi  dengan tergesa tak sabar ingin menyampaikan kabar gembira kepadanya langkahku kian kupercepat menuju taman bunga yang kutahu sebgai tempat favouritnya senyumku terukir ternyata dugaanku benar dia sedang berada di tengah taman bunga hasil karyanya sendiri namun senyumku secara perlahan memudar bahkan bunga yang sedari tadi kugenggam tanpa tersadar telah terhempas ke tanah saat ku lihat Deeva yang tiba-tiba datang dan segera menarik Aileen dalam pelukannya.

Merasa penasaran apa yang sedang di perdebatkan oleh keduanya hingga harus saling menangis dengan sedikit menunduk berjalan setengah berjongkok di balik bebungaan yang rindang meski terasa pegal  aku makin mendekatkan jarak dengan mereka rasanya hatiku terhantam benda keras menahan sakit saat mendengar perbincangan mereka

"Maafkan aku"  dibalik  celah bebungaan kulihat Deeva yang makin mempererat pelukannya membuat hatiku makin mencelos sementra Aileen masih terdiam dalam pelukannya

"Aku sangat merindukanmu"  samar-samar terdengar suara deeva yang lebih berupa bisikan

Rasanya aku tidak sanggup lagi mendengar kalimat apalagi yang akan di ucapkan oleh mereka aku takut akan mendengar lebih banyak lagi kalimat yang akan membuatku kian terluka dengan tenaga yang tersisa aku meninggalkan mereka sepelan mungkin berusaha tak menimbulkan suara yang bisa mengundang kecurigaan. Setelah jarak yang menurutku agak jauh dari pandangan mereka aku segera berdiri dan dengan sedikit keberaniaan aku barbalik ke arah mereka tanpa tersadar air mataku menitik saat aku disuguhkan pandangan yang membuat hatiku panas ya mereka berdua sedang berciuman. Amarah tiba-tiba begejolak dalam hati aku segera bergegas meninggalkan mereka sengaja menjauh pergi tak ingin melakukan hal bodoh meski rasanya otakku memanas mengingat apa yang baru saja aku lihat

Semenjak kejadian itu aku memilih berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa meski rasanya sangat menyakitkan. Melakukan hal seperti biasanya seakan tidak tahu apa yang mereka lakukan di belakangku bahkan aku lebih memilih menyibukkan diri  dalam pekerjaanku beralasan ke luar kota meski sebenarnya aku tidaklah kemana-mana. Aku berpura-pura menanykan kabar via telfon meski dari jauh aku melihat mereka berdua tengah asik memadu rasa. Aku tidak pernah membayangkan akan sesakit ini bila bisa memilih aku pasti akan memilih untuk tidak tahu sama sekali.

Terkadang bila emosi telah menguasaiku rasanya aku ingin mendepak mereka berdua memprmalukan mereka namun aku tidak ingin melakukan tindakan gegabah yang nantinya akan merugikan banyak pihak. Akan sangat gampang bila aku ingin mengungkap rahasia mereka namun aku tak sebodoh itu banyak hal yang kupertimbangkan. Dalam hal ini aku pun tidak bisa menyalahkan Aileen sepenuhnya karena sedikit banyaknya aku ikut andil dengan semua ini. Aku yang terlalu sibuk tanpa mempedulikan dirinya yang pasti butuh perhatian sebagai seorang istri, aku yang terlalu sering melampiaskan amarahku padanya bahkan tak segan bermain tangan padanya dan yang lebih mengecewakan dia yang telah mengetahui bahwa aku punya perempuan lain. dan Deeva aku tahu dia masih gadis lugu dan polos belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi aku hanya berharap kalau perasaan dia hnyalah perasaan sesaat perasaan yang tercipta karena belas kasih dan rasa penasaran mengingat hal ini pastilah masih asing buat dirinya. 

Flashback Off

Dan saat ini aku telah berada di tengah-tengah keluarga Deeva , mengetahui deeva yang sedang libur dengan alasan aku ingin melepas rindu dengan orang tuanya aku rasa tidaklah mengundang curiga buatnya  bila aku mengajak dia beserta Aileen pulang ke kampung halamannya. Selama dalam perjalanan mataku awas melihat tingkah mereka berdua. Rasanya hatiku ingin menjerit kesakitan saat melihat kemesraan yang mungkin hanya aku yang bisa melihat bagaimana paniknya Aileen saat mabuk jalannya Deeva kambuh rasanya aku ingin mencaci mereka namun dengan sekuat tenaga aku berusaha meredam amarahku. Bahkan kadang aku berpikir mungkin ini adalah karma buatku yang selama ini tak sedikit jumlah perempuan yang ku permainkan hatinya demi  kenikmatan sesaat. Bahkan aku bertaruh bila saat ini aku memberi tahu kalau aku telah mengetahui hubungan mereka dan meyuruh Aileen utnutk memilih aku yakin pasti Aileen akan lebih memilih Deeva ketimbang aku.

Sebenarnya jarak yang ditempuh tidaklah jauh bila dibanding dengan perjalanan bisnisku selama ini hanya saja melihat mereka berdua saja seakan waktu melambat aku tak menduga akan secemburu ini dan harus bersaing dengan seorang bocah. Untung saja beberapa jam kemudian kami telah sampai di rumah deeva rasanya sedikit menenangkan dapat menghirup udara yang menyegarkan sangat jauh berbedaa dengan udara perkotaan yang lebih banyak mengandung polusi.

Seperti dugaanku orang tua Deeva pasti menyambut kami dengan penuh suka cita kuakui keluarga sahabatku ini memang keluarga idaman. Setelah sejenak melepas penat kami telah disuguhkan dengan makanan rumahan yang sudah sangat lama aku rasakan. Sesekali tatapanku lekat kepada mereka yang mungkin hanya aku yang mampu melihat kemesraan yang tersirat. Usai mengisi perut aku kembali melanjutkan obrolanku dengan ayah Deeva bernostalgia mengenang kisah jaman dulu dielingi dengan candaan sementara mataku mencuri pandang kepada mereka yang kadang saling curi pandang melempar senyum layaknya dua insan yang sedang jatuh cinta.

"Roy..." panggilan ayah Deeva membuyarkan lamunanku

"Hm.." sahutku singkat menghindari tatapan ayah Deeva

"Ada masalah apa?" tanyanya dengan penuh selidik

"Hah..tidak ada apa-apa" ujarku tergugup

"Roy, aku tahu kamu pasti punya masalah berat aku tahu siapa kamu" tebakan ayah Deeva memang selalu benar saepintar apapapun aku menyembunyikan masalahku tapi di depan dia semua seakan terpampang begitu nyata

"Tidak ada masalah " ucapku masih berusaha mengelak

"Baiklah sepertinya kamu ingin bermain-main, kamu cerita sendiri atau aku yang harus cari tau" ancaman ayah Deeva membuatku sedikit ciut

"Huft..ok ok aku menyerah" helaku dengan lemas rasanya tidak ada gunanya mengelak dari dia

"Nah gitu dong, ya sudah silahkan curhat Bapak Roy" ah dia masih saja mengejekku seperti dulu-dulu bila aku akan curhat. Tidak ada perubahan sikap dari dirinya meski sudah berumur lihatlah sekarang dia telah memasang mimik  serius dengan senyum mengejeknya

"Hm...anu..hm......" aku bingung harus bagaimana menyampaikannya


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro