Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ester

Aileen

Lagi pertengkaran di antara kami terulang kembali entah karena dia yang sangat tidak peka atau memang karena dia hanya menganggap hubungan ini sekedar permainan belaka hari ini dia kembali membuatku meradang.

"Ai dengerin dulu penjelasan aku jangan salah paham gini" teriaknya diiringi dengan gedoran pintu yang kian keras terdengar meski aku telah menutup telinga dengan ke dua telapak tanganku. Tanpa menggubris teriakannya yang cukup memekakkan telinga aku lebih memilih untuk membaringkan badanku di tempat tidur. Sayup-sayup suara teriakannya makin melemah hingga pada akhirnya tak terdengar lagi. Setelah menunggu beberapa saat memastikan suaranya tidak terdengar lagi aku segera melangkahan kakiku menuju pintu. Saat ku buka pintu kamar kulihat dirinya yang sedang menyenderkan kepalanya di dekat pintu dengan kaki diselonjorkan sementara matanya terpejam.

"kamu pasti lelah" ujarku mencondongkan badanku ke arahnya merapikan anak rambut yang menutupi wajahnya.

"Apa kamu tidak sadar kalau ulahmu selalu memaksaku berpikir yang tidak-tidak padamu" ucapku pelan mengamati tiap inci wajahnya yang begitu polos. Entah berapa lama aku mengamati wajahnya hingga tidak menyadari kalau sekarang secara perlahan dia membuka matanya meski masih terlihat mengantuk.Tidak ingin dia nantinya menyadari kalau aku mengamatinya aku segera menjauhkan diriku darinya melangkahkan kakiku namun belum sempat aku menuruni tangga aku mematung saat aku merasakan seseorang memelukku dari belakang

"Tolong jangan marah lagi" bisiknya yang terdengar serak mungkin dikarenakan baru bangun tidur sementara aku masih terdiam berusaha meredam emosi yang tiba-tiba saja muncul saat membayangkan kedekatannya dengan orang lain

"Jangan diamin aku seperti ini, aku tidak bisa" ucapnya lagi seraya mempererat pelukannya saat aku berusaha berontak melepaskan diri dari dekapannya

"Lepasin nggak!!" bentakku saat usahaku untuk melepas pelukannya tidak kunjung berhasil

"Aku akan lepasin jika Ai tidak cuekin aku lagi" ancamnya dengan tetap memelukku

"Oh jadi sekarang kamu ingin mengancam, ok kalau itu maumu denger baik-baik aku tidak akan pernah memaafkanmu bila sampai hitungan ke tiga kamu tidak melepaskanku" ancamku balik ke padanya

"satu...dua..ti.." tanpa menghiraukan apa yang ada dalam benaknya aku segera meninggalkan dirinya menuruni tangga saat dia melepaskan pelukannya. Sejujurnya aku tidak ingin bersikap seperti ini padanya namun ego ini memaksaku untuk tidak mempedulikanya saat ini.

Dengan gontai kulangkahkan kakiku menuju taman bunga yang telah menjadi tempat favoritku apabila ingin menenangkan diri. Aroma wangi semerbak dari bunga-bunga menyambutku seakan mengerti akan pkikiranku yang lagi kacau dan kalut. Saat aku mengamati bunga-bunga yang selama ini aku rawat mataku tertuju pada salah satu bunga yang aku yakini tidak pernah menanamnya.

Sekilas bentuk bunga tersebut sangat menyerupai bentuk dari bunga matahari namun ukurannya lebih kecil selain itu bunganya  memiliki variasi warna yang cukup beragam yang tentu saja membuatnya cukup menarik dan wangi khas yang ditimbulkannya memberi efek yang memikat. Mataku masih terpaku dan rasa penasaran menyelimutiku dengan keindahan bunga di depanku yang tidak kuketahui namanya.

"Akhirnya kamu menemukannya juga" terdengar suara lirih yang sudah dihafal mati oleh indra pendengarku

"Namanya Ester" mendengar ucapannya reflek aku langsung menoleh ke padanya

"Ah...siapa lagi yang dia maksud sekarang"rutukku dalam hati,aku berusaha sebisa mungkin memasang muka datar untuk menutupi rasa jengkel yang makin menjadi kepadanya.

"Bunga itu namanya ester" terangnya tersenyum seakan mengetahui apa yang ada dalam benakku. Mungkin saja saat ini wajahku terlihat memerah merasa malu akan kecurigaan dan kecemburuanku yang terlalu berlebihan padanya

"Hm...aku sengaja memilih bunga ini untuk kamu selain karena bunga ini belum ada diantara sekian banyak bunga yang kamu miliki aku memilihnya karena ada alesan lain"imbuhnya kian mendekat denganku hingga berdiri disampingku menatap bunga yang ada di depan kami sekarang

"Kamu tahu sebenarnya aku tidak mengerti sama sekali dengan dunia bunga namun yang pernah aku dengar katanya setiap bunga memiliki makna tersendiri. Iyya kan??" Ujarnya mengalihkan pandangannya dan menatapku

"Hmmm"dehemku tetap fokus dengan bunga yang bernama ester di depanku tanpa mempedulikan dirinya yang masih saja melihatku

"Ai..apa kah kamu tahu makna di balik bunga ester ini??" dari sudut mataku kulihat dia kembali menatap bunga ester itu

"Nggak" jawabku seacuh mungkin tidak ingin melihat dirinya

"Kata orang bunga ester biasa digunakan sebagai lambang cinta dan kesabaran bahkan ada pula yang mempercayai bahwa bunga ester ini memiliki arti kemurnian kepolosan, dan kesetiaan" aku hanya terdiam meresapi maksud arah pembicaraannya

"Huufftt...Ai aku tahu bunga ini tidak seindah dan semewah bunga-bunga yang kamu miliki tapi aku harap kamu mau memeliharanya dan merawatnya sama seperti kau merawat bungamu yang lain. Pasti bunga ini tidak sepenuhnya bisa menggambarkan apa yang kurasa kepadamu tapi setidaknya makna yang terkandung di balik bunga ini mewakili sebagian harapanku kepadamu" aku hanya diam tanpa melakukan perlawanan saat dia memegang ke dua pundakku merubah posisi kami hingga saling berhadapan

"Aku ingin kamu percaya kepadaku meski hanya sedikit saja, aku ingin kamu tahu bahwa perasaan ini murni berasal dari dalam hatiku dan satu hal lagi bagaimana pun besarnya godaan diluar sana aku akan menjaga kesetiaan ini hanya untuk kamu" ujarnya seraya menggenggam tanganku

"Aku tidak tahu harus bagaimana Va disatu sisi aku ingin sepenuhnya percaya kepadamu tapi disisi lainnya tingkahmu memaksaku untuk berprasangka buruk" isakku tidak dapat menahan bulir air mata yang sedari tadi ku tahan agar tidak menampakkan diri dan segera menepis tangannya

"Hei..lihat aku" dengan jemarinya dia mengangkat daguku sembari mengusap air mata yang telah bertengger di pipiku hingga dapat kulihat matanya yang makin sayu

"Segitu sukarnya kah dirimu untuk percaya kepadaku..hemm??" ucapnya menatapku sendu

"Entah lah Va terkadang aku ingin menyerah denganmu"

"Husss..tolong jangan pernah bicara seperti itu lagi apa kamu tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini" tuturnya lembut tetap menatapku

"Ai..aku tahu aku terlalu egois dalam hubungan ini tapi aku mohon bersabarlah"

"Deeva boleh aku meminta satu hal padamu?"

"Tentu saja boleh.."

"Katakan kamu cinta kepadaku sekarang"

"Emmm..aa..ak..emm"

"Kamu selalu begitu apakah sangat sulit untuk mengucapkan tiga kata tersebut hah.." rasanya emosiku telah berada di ubun-ubun seperti lagu lama dia selalu begitu tidak pernah bisa mengucapkan kalimat sederhana itu dengan lantang

"Ai..kamu tahu kan aku orang yang tidak terbiasa mengucapkan kalimat seperti itu"

"Sudahlah..minggir aku mau keluar"tanpa mempedulikan dirinya yang terlihat kecewa aku segera berlalu dihadapannya bahkan harus mendorongnya dengan kasar agar bisa terbebas darinya

"Ai..Aku jatuh cinta sama kamu" teriaknya membuatku tertahan

"Aku sayang sama kamu, aku selalu memikirkan kamu, aku tergila-gila kepadamu apa kamu pikir aku tidak merasakan apa yang kamu rasa"

"Selama ini aku diam saja meski pun aku menangung cemburu setengah mati, aku berusaha secuek mungkin berpura-pura tidak melihatnya apa kamu tahu alasannya??"

"Cemburu..aku..??" ujarku menunjuk diri sendiiri

"Iyya kamu, selama ini seakan-akan akulah yang tidak peka apa kamu tidak sadar bahwa sesunggunya kamulah yang tidak peka"

"Aku tahu aku hanyalah penumpang di rumah ini dan telah kurang ajar berani jatuh cinta pada istri si pemilik rumah tapi bukan berarti kalian bebas mengumbar kemesraan di depanku"

"Ai melihat kamu berdua dengannya hati ini sakit terasa nyeri" ujarnya menunjuk dadanya aku masih bengong di tempatku rasanya bibir ini terkunci lidah terasa keluh untuk mengucap sepatah kata pun terasa berat

"Sementara kamu dengan siapa pun aku dicurigai, apa kamu tidak mengerti alasan kenapa aku memutuskan untuk lebih sering mengerjakan tugas kelompok di rumah ini?? itu semua karena aku tidak ingin kamu berprasangka buruk lagi"

"Terima kasih kalau itu niat kamu seperti itu tapi apa kamu tidak menyadari justru ulahmu itu membuatku harus bernegatif thinking padamu" teriakku terpancing emosi mendengar penuturannya yang seakan-akan mempersalahkanku

"Maafkan aku bila membuatmu marah atau kecewa tapi apa kamu bisa mengerti sedikit saja sejujurnya aku terluka dengan kecurigaanmu itu. Kamu seakan menganggap remeh perasaan ini seakan-akan aku bisa dengan mudahnya berpaling dengan orang lain. Bila kamu berpikir demikian maka kamu salah besar aku bahkan merasa tidak sanggup lagi dengan rasa yang makin hari kian menguat ini" ucapnya terdengar lemah menundukkan diri

"Oh..jadi kamu sudah tidak tahan lagi dengan aku baiklah kita akhiri saja sampai disini saja supaya kamu terbebas dariku!!!" bentakku dengan nada berapi-api tersulut emosi yang tidak dapat ku tahan lagi

"Ai..tolong jangan bicara seperti itu aku tahu kamu lagi emosi mari kita selesaikan baik-baik" ucapnya pelan menuju ke arahku

"Tolong jangan mendekat" pintaku membuatnya menghentikan langkahnya

"Aku rasa kita butuh waktu untuk sendiri" entah kenapa ucapan ini yang terlontar dari mulutku

"Apa kamu serius?"

"Iyya tentu saja aku lelah dengan tingkahmu!!" ucapku ketus memberanikan diri menatapnya

"Tolong jangan gegabah hanya karena masalah sepele"

"Sepele menurutmu??ck..kamu memang tidak akan pernah mengerti aku harap kamu menghargai keputusanku aku ingin kita selesai samapi disini"

"Tapi Ai.."katanya tidak terima dengan permintaan yang ku lontarkan

"Please aku mohon.."potongku

"Apa kah itu bisa buat kamu bahagia?"tanyanya menatapku seakan mencari jawaban yang sesungguhnya

"Iyya" ketusku singkat

"Baiklah bila itu maumu, bila dengan meninggalkanku itu membuatmu bahagia maka aku akan penuhi pintamu" ujarnya yang terdengar pilu bukan hanya dia yang menanggung luka namun aku juga. Tapi aku terlalu naif lebih mementingkan egois yang ada pada diriku tanpa mempedulikan bagaimana perasaan dia bahkan amarah ini tidak lagi mendengar kata hati yang seakan mencela dan menolak keras inginku.

"Ai satu hal yang harus kamu tahu aku tidak akan pernah menyesal telah jatuh cinta padamu namun yang aku sesali bahwa diriku tak mampu memberimu cinta yang sempurna" ucapnya sebelum melangkah meninggalkanku. Sepeninggal dirinya aku hanya bisa meratapi penyesalan atas kecerobohan yang telah ku perbuat dengan linangan air mata menatap punggungnya yang makin menjauh.











Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro