Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bingung...

Baru saja sampai di rumah aku telah di suguhkan pemandangan yang membuatku risih. Sepelan mungkin aku membuka sepatuku dengan langkah berjinjit berharap tidak menimbulkan suara yang bisa mengganggu mereka aku segera melangkah menuju kamar. Namun sialnya salah satu dari mereka menoleh ke arahku

"Eh..Diva udah pulang.." basa-basi Om Roy dengan tangan yang masih merangkul pundak Aileen yang tidak peduli dengan kehadiranku

"Ii.iiya Om..Om kapan datang..?" tanyaku berusaha menutupi rasa kikukku. Rasanya canggung saja melihat dua orang dewasa yang sedang bermesra-mesraan di depanmu

"Tadi pagi..ni lagi kangen-kengenan sama tante kamu" Om Roy mengedipkan sebelah matanya padaku kemudian melirik pada Aileen. Memang sih tidak ada salahnya mereka bermesraan tapi melihat tingkah Om Roy kegenitannya kelewatan bila mengingat umurnya. Aileen juga harusnya dia menolak atau seenggaknya jangan bermesraan di ruang terbuka apalagi ada anak kecil di depan mereka sekarang

"Err..ah iyya Om Tante kalau gitu Diva ke kamar dulu..!!" pamitku segera berlari menaiki tangga saat melihat anggukan Om Roy. Rasanya sangat lega akhirnya bisa lepas juga dari situasi yang tidak mengenakkan. Setalah mengganti pakaianku dengan pakaian rumah yakni hanya celana pendek kain sebatas lutut dengan kaos lengan pendek warna merah marun bergambar sketsa perempuan. Aku menghempaskan tubuhku di tempat tidur saat aku memejamkan mataku tiba-tiba bayangan saat Om Roy dan Aileen yang sedang berciuman bibir yang tak sengaja kulihat tadi muncul. Itu lah alasan mengapa tadi aku diam-diam saat melangkah ke kamar adegan mereka berdua cukup panas. Aku menggeleng-gelengkan kepala berusaha menghapus adegan tersebut hingga akhirnya aku tertidur.

Suara cacing-cacing di perutku yang berdemo meminta jatah terpaksa membuatku terbangun dari mimpi indahku yang pasti bukan mimpi tentang mereka berdua. Aku segera menuju ruang dapur dengan maksud ingin mengisi perut. Namun sepertinya kesialan berpihak padaku saat aku membuka tudung saji di meja makan ternyata sama sekali tidak ada makanan. Aku memeriksa lemari yang biasa di jadikan tempat makanan Mbo Nah namun hasilnya juga nihil. Aku melihat isi kulkas semuanya masih mentah di rumah ini memang tidak menyediakan cemilan dengan alasan tidak sehat. Aku ingin memasak tapi sayang aku belum sempat belajar memasak. Aku celingak-celinguk mencari Mbo Nah namun dari tadi aku tidak melihatnya.

"Pak lihat Mbo Nah..??" aku segera bertanya pada Pak Danu yang sedang membersihkan mobil

"Lah..Neng ga tahu ya Mbo Nah kan lagi pulang kampung..." ujar Pak Danu  berdiri di depanku sembari melap ke dua tangannya dengan celananya

"Apa..?? kok mendadak..??" rasanya aku tidak rela mendengar kepulangan Mbo Nah

"Iyya Neng memang mendadak tadi pagi Mbo Nah dapat kabar dari kampung katanya saudaranya meninggal" ungkap Pak Danu dengan raut sedih. Aku yang mendengar alasan kepulangan Mbo Nah makin sedih. Sepertinya menyaksikan adegan tadi memberi kesialan tersendiri kepadaku

"Yah.." aku hanya menghela nafas sambil memegang perutku yang sudah keroncongan

"Ya udah deh Pak..maaf ya ganggu" aku segera meninggalkan Pak Danu menuju ke sebuah kios yang berada tidak jauh dari rumah. Niatnya sih mau beli makanan yang siap saji tapi berhubung ini merupakan wilayah komplek perumahan mewah jadi cari warteg itu kaya'nya tidak mungkin. Sampai di kios aku hanya membeli dua bungkus mie instan aku tidak membeli telur karena tadi aku melihat di kulkas masih ada beberapa butir.

Setengah berlari menghindari teriknya matahari akhirnya aku sampai di rumah juga. Memasuki rumah rasanya sungguh adem mengingat di setiap sudut ruangan terdapat AC. Perutku yang mulai terasa perih memaksaku segera ke dapur meskipun aku masih ingin bermalas-malasan. Untung saja waktu itu aku sempat melihat Mbok Nah menyalakan kompor jadi aku tidak akan mengalami kendala apalagi memasak mie sangatlah gampang.

"Ngapain...!!!" bentak seseorang yang sudah pasti aku tahu siapa pemilik suara itu

"Mau masak ini Tan eh kak.." aku menunjukkan sebungkus mie instan yang sudah ku robek pembungkusnya

"Mie..??" ucapnya menaikkan alisnya dengan tangan yang disedekap di dada

"Ii..iiyya kak,aku lapar kak terus tidak ada makanan" tuturku terbata-bata

"Kenapa tidak memasak kan ada bahan di kulkas!!" kilahnya tanpa merubah posisinya

"Aku tidak tahu masak..maaf" ujarku sambil menundukkan kepala sementara perutku mulai terasa perih

"Minggir!!!" dia segera menggeser posisiku merebut mie yang masih ada ditanganku kemudian membuangnya di tempat samaph. Melihat tingkahnya rasanya aku ingin berteriak di depannya tapi aku berusaha menahan emosiku. lagipula rasanya aku tidak punya kekuatan untuk melawannya

"Ya..kenapa dibuang aku sudah sangat lapar..!" tentu saja pertanyaan ini hanya di dalam hatiku. Tanpa memperhatikan apa yang sedang dilakukannya dengan langkah gontai aku kembali ke kamarku mungkin dengan tidur bisa menghilangkan rasa laparku.

Hampir satu jam aku berusaha memejamkan mataku yang tentu saja tidak akan berhasil mana mungkin bisa tidur dalam keadan lapar begini. Lagipula kenapa di kantong celanaku tadi hanya ada satu lembar uang limaribuan. Saat aku masih sibuk mengguling-gulingkan badanku berusaha mengusir rasa lapar yang menyiksa aku mendengar suara ketukan. Dengan tidak semangat aku beranjak dari tempat tidurku

"Ini!!!" setelah menyodorkan piring yang berisi nasi beserta lauknya dan asegelas air putih dia langsung meninggalkanku yang masih menampilkan wajah begoku

"Terimakasih kakak" ucapku meskipun aku tahu dia tidak akan mendengarku karena dia sudah menjauh sementara otakku masih berusaha mencerna perlakuannya yang berubah drastis lagi. Rasanya seperti keajaiban dunia melihat dia yang tiba-tiba saja baik seperti itu.

Lega juga akhirnya aku tidak merasa kelaparan lagi. Mengingat perlakuannya barusan aku bermaksud untuk menemuinya setidaknya aku bisa mengucapkan terima kasih tapi kali ini harus di dengar olehnya. Saat menuruni tangga aku melihat Om Roy yang sedang asyik dengan beberapa lembaran kertas di tangannya mungkin itu berkas kantor aku tidak mengerti

"Hm..Om tante ke mana..??" tanyaku pelan takut mengganggunya yang sedang sibuk

"Di kebun barangkali" ujarnya cuek tetap fokus dengan kesibukannya. Aku mengangguk mengerti yang dimaksud dengan kebun di sini sebenarnya adalah taman bunga yang berada di halaman belakang rumah. Terdapat banyak jenis bunga yang indah di situ tapi aku tidak berani masuk soalnya kata Mbo Nah itu peliharaan Aileen.

Aku terpana melihat dia untuk mengdip pun rasanya aku tidak rela sungguh sangat sayang bila aku melewatkan momen yang amat sangat langkah ini. Di luar pintu taman aku melihat dia yang sedang tersenyum manis sembari mencium bunga berwarna merah jambu. Aku ikut tersenyum memperhatikannya sperti bukan Aileen yang ku kenal selama ini. Dengan senyumannya yang menawan dia seperti terlihat bebas lepas, jarinya yang lentik kadang berusaha menangkap kupu-kupu yang hendak hinggap. Seandainya senyum itu terus menghiasi bibirnya pasti dunia akan lebih berwarna. Niatku untuk berterima kasih aku tunda aku lebih memilih menikmati pemandangan indah di depanku saat ini

.Aku bingung dengan dirinya..aku bingung sosok Aileen yang asli itu apakah dia yang selalu membentakku atau justru dia yang ada di depanku sekarang senyum yang selalu terukir di bibirnya bertingkah seperti anak-anak berusaha menangkap kupu-kupu..????


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro