=Selamat Membaca=

***********************

Sudah 3 hari anin tidak masuk sekolah, membuat gracia sedih, galau, bingung, kecewa hingga tak jarang ia menangos dikamar nya.

Gracia sangat ingin mengetahui kabar anin, sungguh gracia rindu semua hal tentang anin. Andai saja sahabat nya itu mau mendengar penjelasan gracia, mungkin gracia tidak akan se kacau ini.

Gracia beberapa kali menghela nafas kasar, beberapa kali ia di tegur karena tidak fokus dengan pelajaran.

Gracia kesal.

Akhirnya dengan memberanikan diri gracia bertanya alamat rumah anin  pada Aya yang juga teman anin. Syukurlah aya tau dan langsung memberikan alamatnya.

"Abin, i'm coming" gumam gracia.

_

"Shani..."

"Hmm??"

"Kapan loe mau jadi pacar gue?"

"Hah?"

"Gue kan udah lakuin semua hal yang loe suruh, bahkan udah gak aneh2 lagi. Jadi kapan loe nembak gue?"

Shani menyandarkan punggung nya di sandaran kursi.
"Gak bisa vin, gue gak bisa jadi pacar loe"

"Kurang gue apa? Atau loe suka sama orang lain?"

"Loe cantik vin, tapi gimana ya. Hati gue bukan buat loe?"

"Buat gracia?"

Shani diam, menatap dalam mata vienny.

"Loe bisa cari yang lebih baik vin"

Vienny menggenggam tangan shani "gue maunya loe shan, sampe kapan pun gue mau nya elo"

Shani menghembuskan nafas lelah " please jangan gini vin, jangan bikin gue jadi serba salah. Gue gak bisa sama loe vin"

"Kasih gue alasan shani!"

"Karena gue gak cinta sama loe"

Vienny berdiri dari tempat duduk nya, menggebrak meja didepan nya lalu pergi meninggalkan shani setelah mengucapkan sebuah kalimat.

"Loe bakal jadi milik gue shani"

___

Perjalanan lumayan memakan waktu yang lama, satu fakta yang baru gracia tau, jarak rumah anin dan kosan gracia atau lebih tepatnya gang yang sering gracia gunakan sebagai alibi, ternyata bertolak belakang arahnya.

Anin harus memutar balik sekitar 30 menit untuk menuju ke rumahnya, itupun masih belum benar-benar sampai ke rumah nya. bayangkan saja jam berapa anin harus berangkat dari rumah nya jika ia hendak menjemput gracia. Sungguh anin adalah tipe bucin sejati.

Gerbang hitam yang menjulang tinggi itu terbuka, gracia yang diantar sang kekasih pun langsung masuk ketika sudah di persilahkan.

"Selamat sore tante"
Sapa gracia ketika melihat wanita paruh baya sedang menyiram tanaman di luar.

"Selamat sore, cari siapa ya dek?"

"Kami teman sekolah nya Anin, anin nya ada tante?"

"Oh teman sekolah nya, saya mama nya anin.  kebetulan sudah 3 hari ini anin terus mengurung diri. Tante sampe gak tega liat nya"

"Kenapa ya tante?"

"Tante juga kurang tau, mari masuk nak"

Gracia mengangguk, lalu mengikuti langkah mama nya anin.

"Ini kamar nya anin, coba kalian ketuk aja. Siapa tau anin mau keluar. Semoga aja dengan adanya kalian, anin mau bicara.  tante buat minum dulu ya"

Gracia dan kekasihnya mengangguk lalu berhenti tepat di depan pintu yang bertuliskan "Abin Cantik".

Gracia mengetuk pintu perlahan.

Tok..tok...

"Anin gak laper!" teriak anin dari dalam

Tok..

Tok..

"Anin gak mau makan ma!" teriak nya lagi.

Gracia masih berusaha

Tok

Tok

Ceklek

"KAN ANIN UDAH BIL-

"bentar bin"

Gracia menahan pintu ketika hendak di tutup kembali oleh anin, acara dorong-dorongan pintu pun terjadi. Hingga akhirnya anin mengalah, karena jujur tubuhnya sangat lemah.

"Ngapain loe kesini?" Sinis anin yang kini duduk di tepi kasur.

"Kamu sakit tapi kok gak ngabarin aku?" Gracia berjalan mendekat ke arah anin.

Anin memalingkan wajah nya, semua emosi nya kembali berkumpul ketika melihat seseorang yang kini berada diambang pintu. Perlahan menutup pintu dari dalam.

"Buat apa gre? Loe bahkan tau sakit nya gue kaya gimana"

Gracia hendak menyentuh bahu anin tapi ditepis dengan cepat.

"Dengerin aku dulu nin"

"APA YANG MESTI GUE DENGER DARI PEMBOHONG KAYA LOE?!"

Anin menatap tajam gracia, mengeluarkan semua rasa kecewa nya dalam satu tarikan nafas.

Gracia menunduk, menggenggam erat kepalan tangan nya. "Gue punya alasan nin, gue bisa jelasin"

"GUE BUKAN SIAPA-SIAPA LOE GRACIA, DAN LOE GAK BERKEWAJIBAN BUAT JELASIN SAMA GUE"

"Loe sahabat gue nin"

"CUKUP GE!!"

anin berdiri tepat di hadapan gracia, mata mereka beradu. Tatapan penuh kecewa dan amarah, beradu dengan tatapan penuh penyesalan.

"gue gak masalah kalo loe bohong tentang status sosial loe, gue gak masalah karena loe sebenernya orang berada, gue juga gak masalah kalo loe gak nerima cinta gue" anin berucap dengan lirih dan penuh penekanan, membuat gracia semakin dibuat menyesal.

"Yang jadi masalah nya, KENAPA LOE GAK BILANG KALO PACAR LOE ITU DIA!?" Tunjuk anin pada kekasih gracia yang kini masih berdiri mematung menyaksikan drama kehidupan dari gracia dan anin.

"KENAPA LOE GAK JUJUR KALO LOE PACAR NYA SHANI INDIRA NATIO HAH??"

Gracia terjengit, seluruh tubuh nya mendadak  beku. Bahkan bibir nya terkatup rapat. Semua huruf yang biasa dirangkai menjadi sebuah kata, lalu dirangkai menjadi sebuah kalimat, seolah lenyap dari otak gracia. Membuat nya tak mampu berucap sekalipun hanya kata maaf.  Fikiran gracia kosong.

"cukup loe bego-begoin gue selama ini gre, akting loe bagus banget seolah loe gak kenal sama dia. Sekarang  gue cukup faham apa alasan dia selalu ada disekitar vienny. Bukan cuma kebetulan kan?  ternyata cuma buat jagain loe"

"Gue bodoh karena terlalu percaya sama loe, karena sekarang gue tau kalo loe gak pernah jujur sama gue gre. bahkan gue ragu kalo loe emang nganggep gue sahabat loe."

"Nin--

"APA SALAH GUE SAMA LOE SELAIN KARENA GUE SAYANG SAMA LOE GRE?? KALO GUE TAU DARI AWAL LOE PACAR DIA" tunjuk anin pada shani "GUE BAKAL TAU DIRI! GUE BAKAL BUANG SEMUA RASA GUE SEBELUM BENAR-BENAR JATUH SAMA LOE"

"Salah gue apa sama loe hikkssss??"

Tangis anin pecah, di susul tangis gracia yang tak kalah memilukan. Keduanya masih betah berhadapan. Linangan air mata terus mengalir di pipi mereka, suara tangis mereka saling bersautan menjadi sebuah irama memilukan yang menyayat hati.

Shani masih mematung di tempatnya, ia tidak tahu siapa yang salah disini. Shani hanya terlalu mencintai gracia, dan malah menuruti semua yang gracia inginkan.

Bahu anin dan gracia naik turun, tak satupun dari mereka yang angkat bicara lagi. Termasuk anin. Tenggorokan nya sudah sakit. Tapi hatinya sedikit lega, setidak nya semua unek-unek nya beberapa hari ini sudah ia lepaskan.

Gracia meraih bahu anin dengan kedua tangan nya, menarik tubuh kecil itu dalam pelukan nya. Sesekali mengelus punggung yang bergetar itu.

"Nin-

Bruk....

"ANIN!!!"

= Tbc =

-Semanis Gracia, Selembut Shani-