6
= Selamat Menbaca =
************************
"Sayang"
"Sayang oy"
"Apa hmm?"
"Nengok napa, diem bae"
"Kenapa hmm?"
"Papa mama kapan kesini?"
"Besok sih katanya"
"Lah kok, kamu gak bilang aku sih?"
"Kan ini bilang"
"Serah loe "
Gracia berjalan ke arah tempat tidur, mengambil tempat di samping gadis yang sedang menyandarkan punggung nya di kepala kasur, sambil memangku laptop di pangkuan nya.
"Kamu sekolah sambil kerja gak cape apa?"
"Selama ada kamu, cape aku ilang"
Gracia tersenyum simpul "manis banget sih"
"Emang!"
"Ish ngeselin, romantis nya gak ikhlas"
"Kalo aku gak kerja, kamu gak akan bisa beli seragam tiap minggu. Gak akan bisa bayar motor jelek kamu yang bolak balik ke bengkel"
"Hehe... baik bangetsi. Makin sayang akunya"
"Harus!"
Gracia mendengus
"Mm sayang"
"Hmm"
"Liat aku"
"Bentar nanggung"
Gadis itu menyimpan file nya, mematikan laptopnya lalu menyimpan di meja samping nya.
"Kenapa hmm?"
Gadis itu menarik gracia agar bersandar di dada nya. Mengelus lembut kepala gracia.
"Anin kayanya suka sama aku"
"Aku tau"
"Terus aku mesti gimana?"
"Ya bilang kalo kamu punya aku"
"Tapi aku gak tega kalo liat dia sakit hati, dia sahabat aku"
"Kamu tega kalo aku yang sakit?"
Gracia mendongak, lalu menatap dalam mata gadis nya. "Enggak lah"
"Jangan biarin dia berharap sama kamu, yang sudah jelas kamu tidak akan bisa memberi harapan pada nya, kecuali kalo emang kamu juga suka sama dia"
"Kamu ngawur!" Gracia menatap tak suka "eh tapi kalo aku suka juga sama dia gimana yaa?" Gracia tersenyum jahil
"Bagus lah, jadi cinta dia gak bertepuk sebelah tangan"
"Emang kamu rela?"
Gadis itu tersenyum lalu mengecup kening gracia sebentar.
"Gak akan ada yang pernah rela kehilangan seseorang yang dicintai nya sepenuh hati, dan aku termasuk orang itu. Jika suatu saat kamu berpaling dari aku, maka aku akan berusaha untuk membuat kamu berpaling lagi ke aku"
"Aku bukan tipe orang yang sabar, tapi beda kalo menyangkut kamu. Aku bukan tipe orang yang pedulian, tapi gak berlaku jika itu tentang kamu. Aku bahkan bisa jadi orang paling egois jika itu menyangkut semua hal tentang kamu. Aku akan memperjuangkan apapun untuk kamu, hingga kamu sendiri yang mengehentikan perjuangan aku."
Gracia membeku di tempatnya, gadis nya berbicara panjang lebar, dan itu membuat gracia tak berkedip sama sekali. Gracia merasakan darah nya berdesir, jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya. Sejatuh itu kah gadis nya pada gracia yang selalu saja membuat nya pusing?.
Niat hati ingin bercanda, tapi malah rentetan kalimat panjang yang gracia dapatkan.
Sungguh gracia merasa jadi orang paling beruntung saat ini.
Gracia memeluk erat kekasihnya ini, menyatakan lewat pelukan nya bahwa gracia sangat mencintai nya. Dan gracia berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan orang di pelukan nya ini.
"Kamu makin manis aja sayang, aku takut diabets"
Gadis itu melonggarkan pelukan nya, mengecup bibir ranum yang sangat menggodanya.
"I love you shania gracia"
"Love u too triplek"
---
"Gree.. nanti pulang sekolah ikut gue yuk"
Gracia menoleh "kemana nin?"
"Temenin gue sebentar aja"
"Yaudah deh, tapi jangan sore banget balik nya ya"
"Sip deh"
Pelajaran hari ini olahraga, gracia dan anin sudah siap dengan seragam olahraga mereka.
Mereka kini sudah berada di lapangan.
"Nah anak-anak, saya menggantikan guru olahraga kalian yang sedang sakit. Jadi saya bebaskan kalian untuk olahraga apa saja. Asal tetap di lapangan sampai jam pelajaran berakhir. Mengerti?"
"Mengerti pak!" Jawab semua serempak.
Para siswa membagi 2 kelompok untuk bermain basket, sementara para siswi memilih menonton di pinggir lapangan.
Mereka memilih menggosip atau memainkan ponsel mereka dari pada harus berkeringat.
"Gree.. ada bola volly tuh. Main yuk"
Gracia mengangguk, bosan juga cuma nonton. Gracia dan anin akhirnya bermain volly sekalipun cuma berdua, dan itu di pinggir lapangan.
"Gilaa.. segini aja keringetan gue nin"
"Loe sering olahraga gre?"
"Jarang juga sih hehe"
"Eh itu kak vienny mau kemana ya? Ada kak shani juga tuh. Loe udah bilang makasih?"
Gracia mengikuti arah pandang anin, benar saja vienny diikuti desy dan okta sedang berjalan ke arah lapangan. Sementara shani jauh di belakang nya.
Gracia melihat vienny tersenyum sambil terus berjalan menuju lapangan. Tak menghiraukan anak-anak yang sedang bermain basket, bahkan kini mereka berhenti bermain saat bola yang melambung di depan vienny di tangkap dengan mudah oleh vienny.
Bola basket yang di pegang vienny dibawa nya menuju ke arah gracia. Gracia mengernyit heran.
"Kak vienny mau ngajak main basket apa gimana ge?" Tanya anin
"Mana gue tau"
Vienny berhenti 1 meter di depan gracia. Tatapan mereka kembali bertemu.
"Mau apa lagi sih?" Batin gracia.
"Haloo cantik, mau main basket sama kaka vienny?"
Gracia memutar bola matanya ketika melihat ekspresi so dari vienny. Menjijikan sekali.
"Atau gak bisa main karena rabun? Upsss"
"Hahahah.. gak bisa main kali" timpal desy.
Vienny memainkan bola yang ia pegang, melempar nya sesekali ke udara lalu di tangkap nya lagi.
Dengan gerakan pasti, vienny melempar bola basket sekuat tenaga ke arah gracia. Tepat ke wajah gracia.
"Tangkap!" Ucap vienny
Gracia tak siap menerima serangan itu hanya menutup matanya.
Bugghhh..
Gracia membuka matanya, lagi-lagi di depan nya ada seseorang yang menghalangi nya. Membuat bola yang vienny lempar tidak menyentuh wajahnya. Tunggu, gracia kenal siapa orang di depan nya. Shani.
Vienny menatap kaget sekalipun kawatir ketika melihat shani yang berdiri tepat di hadapan nya, bola yang ia lempar mengenai wajah shani, membuat hidung shani kini mengeluarkan darah segar.
Tapi shani tidak menunjukkan ekspresi sakit sama sekali, hanya tatapan datar yang langsung menembus mata vienny.
"Shan.. . Hidung kamu-
"Jangan sentuh gue!"
"Tapi shan.. ayo ke UKs. Gue takut loe-
"Jangan sentuh gue !" Shani menepis kasar tangan vienny yang hendak menyentuh nya. Shani seolah tak mempedulikan darah yang semakin mengalir di hidung nya, bahkan sudah mengenai seragam putih nya.
Sementara gracia dan anin masih mematung, murid lainnya hanya menjadi penonton. Pengecut!
Gracia kini memberanikan diri berjalan ke depan shani.
"Kak shani, maaf" gracia menatap penuh penyesalan sekaligus kawatir "aku anter ke uks ya" ucap gracia lembut.
"Heh! Gak usah so care, gue yang mau bawa shani" teriak vienny lalu menarik tangan gracia, menyingkirkan nya dari hadapan shani.
Shani menarik tangan gracia, lalu keluar dari lapangan. Setelah dia memberi ultimatum pada vienny.
"Loe bakal nyesel vin"
Shani berlalu meninggalkan lapangan bersama gracia, di susul anin. Membuat vienny semakin menggeram kesal, menghentakan kaki nya ke lantai sambil mengepal tangan nya erat.
"Awas aja tu anak"
--
"Gue udah kasih loe kesempatan vin"
"Loe kenapa belain dia terus hah?" Vienny berteriak frustasi
"Udah gue bilang gue muak sama loe!"
Vienny meremas rambut nya kesal.
"Tapi gak harus dengan loe ngorbanin diri loe sendiri shani"
"Terus loe maunya gimana? Gue diem aja pas loe nyakitin orang lain?"
Vienny menatap wajah shani yang sudah memerah menahan emosi, hidung nya pun masih terlihat memerah sekalipun sudah tidak mengeluarkan darah.
"Gue harus kasih pelajaran tu anak" gumama vienny
"Gue bakal bilang sama bokap loe, biar loe pindah dari sini" ancam shani yang membuat vienny langsung menoleh.
"Gak! Gue gak mau shani"
"Gue gak nanya loe mau apa enggak"
Vienny memutar otak nya, mencari cara supaya dia tidak dipindah sekolah, apalagi jauh dengan shani.
"Okee.. gue bakal berenti gangguin dia. Asal jangan pindah sekolah"
Shani menatap intens vienny yang kini menatap dengan memohon.
"Buktiin"
__
"Nin, gue kok makin diliatin sama yang laen sih? Kaya mereka tuh mau nerkam gue tau gak"
"Wajar sih ge, pas loe di tolong kak shani banyak yang liat kan? Kak shani rela idung nya ampe berdarah cuma belain loe"
"Iyaa sih, gue ngeri liat darah dia. Sakit banget pasti"
Anin memakan sesuap siomay nya lalu menatap dalam gracia. "Gree.. loe suka sama kak shani?"
Gracia mengerjap "hah? Gimana?"
Anin menyimpan sendok nya, menopang dagu dengan sebelah tangan nya.
"Gue liat tatapan loe ke kak shani beda gre, gue fikir loe suka sama dia"
"Mm ya-ya gak mungkin juga kak shani mau sama gue nin, ada-ada aja loe" gracia salah tingkah dengan pertanyaan anin, apalagi di tatap seintens ini oleh anin.
"Semoga deh" gumam anin.
"Apa nin?"
"Enggak, lupain. Nanti balik sekolah jadi kan?"
Gracia mengangguk "jadi, tapi gak lama ya"
"Okee sip"
Dari kursi pojok kantin, terlihat seorang gadis sedang duduk dengan resah, bingung bagaimana cara harus meminta maaf. Apalagi shani meminta vienny untuk meminta maaf di kantin, di hadapan banyak orang. Mau disimpan dimana muka vienny.
Apalagi desy dan okta selaku tangan kanan vienny malah acuh, seolah hanya vienny yang salah disini. Padahal mereka juga ikut andil.
"Katany mau minta maaf" ucap shani datar.
Vienny mengangguk "bentar elah"
Vienny mengumpulkan segenap keberanian nya. "Minta maaf doang kan? Setelah nya terserah gue?"
"Asal loe gak nyakitin dia"
Vienny mengangguk "oke. Liat aja"
Vienny melangkah dengan pasti, berhenti di meja yang tak jauh dari tempat nya tadi.
"Ehem"
Gracia dan anin kompak menoleh.
"Gue mau minta maaf sama loe"
Gracia menaikkan sebelah alisnya.
"Apa kak? Gak denger"
Vienny menggeram kesal, gracia seolah mempermain kan nya. Padahal dia mendengar dengan jelas suara vienny.
Vienny seolah baru menemukan ide, minta maaf sekaligus memberi pelajaran terakhir pada gracia. Bukan ide buruk.
"Gue minta maaf sama loe buat semua nya"
Gracia tersenyum "aku udah maafin jauh sebelum kaka minta maaf"
Vienny mendelik, so baik banget ni orang. Fikir vienny.
"Thanks, o iya gue mau rayain hari baikan kita" ucap vienny
Gracia dan anin hanya saling pandang.
"PERHATIAN SEMUANYA!!" suara vienny menggema, menyita perhatian semua warga kantin. Termasuk shani.
"HARI INI GUE BAIKAN SAMA GRACIA, DAN UNTUK MERAYAKAN NYA, KATA GRACIA DIA MAU TRAKTIR KALIAN MAKAN SEPUASNYA"
gracia terkejut, mata nya membulat bahkan mulutnya sedikit terbuka, begitupun anin. Sementara vienny berlalu tanpa merasa bersalah sama sekali meningalkan kantin yang kini riuh oleh sorakan.
"Yeayyyy....
"Makan gratissss woyyy
"Buru pesen
"Gracia sering2 yaaa
"Ahh terbaik ..
Sementara shani kini memijat kening nya ketika mendengar penuturan vienny.
"Bego!" Umpat shani.
.
"Gee.. biar gue aja yang bayar ya" ucap anin.
Gracia menggeleng "gak nin, gue aja ya. Nanti biar gue bilang ke kordinator kantin"
"Please ge kali ini aja ya" mohon anin
"Enggak nin. Gue gak mau ngerepotin loe"
"Enggak ngerepotin gre, mending duit loe buat keperluan yang lain"
"Gue udah bayar semuanya, sorry buat kelakuan vienny"
Anin dan gracia kompak menoleh.
"Kak shani?" Batin anin
Seperti biasa sebelum gracia berucap apapun shani sudah pergi.
Gracia menghela nafas lalu menjatuhkan kening nya ke meja. Sementara anin menatap shani tak suka. Entah kemana semua kekaguman nya pada shani, kini malah berganti dengan rasa kesal karena lagi-lagi shani menjelma menjadi pahlawan untuk gracia.
"Shani suka sama gracia" batin anin.
--
"Kita kemana ini abin?" Tanya gracia ketika anin terus menggandeng tangan nya menuju sebuah taman.
"Duduk" titah anin menunjuk sebuah bangku di bawah pohon rindang.
Anin ikut duduk di samping gracia.
"Gue yakin loe udah tau maksud gue gre" ucap anin tanpa basa basi dan langsung membuat gracia menghela nafas.
Anin menggenggam sebelah tangan gracia.
"Gue suka sama loe, dan gue berharap loe mau jadi pacar gue" ucap anin satu tarikan nafas.
Gracia hanya diam, tidak menyangka bahwa akan secepat ini.
"Feeling gue loe bakal nolak" ucap anin saat gracia baru membuka mulutnya.
"Gue cuma minta satu alasan loe nolak gue"
Gracia melepas genggaman anin, menarik nafas pelan. Berusaha mencari kalimat terbaik agar sahabat nya ini tidak terlalu sakit hati.
"Sebelumnya gue minta maaf nin, gue bukan nya gak peka sama loe, tapi loe sahabat gu nin. Dan gue juga udah punya seseorang yang udah mendominasi seluruh hati dan jiwa gue. Sorry kalo gue gak bisa bales perasaan loe"
"Siapa dia?"
"Belom saatnya loe tau, tapi gue bakal kasih tau cepat atau lambat"
Anin tersenyum miris, baru saja dia menjatuhkan hati, tapi sudah di hempas begitu saja. Bahkan dari kalimat gracia sudah menekan kan bahwa tidak ada kesempatan sama sekali buat anin.
"Gue tau gre, tapi tolong izinin gue buat menikmati rasa yang baru gue rasain ini, izinin gue buat bisa mencurahkan semua rasa gue ke loe. Gue janji gak bakal ganggu hubungan loe"
Gracia menggeleng "itu cuma bakal nyakitin loe aja nin, nyakitin kita malah"
"Apa bedanya sama sekarang gre ? Loe tau dengan jelas gue sesakit apa"
"Lupain perasaan loe ke gue nin"
"Gue cuma minta satu hal itu aja ge, biarin gue nikmatin perasaan gue terhadap loe. Sesakit apapun itu"
"Tapi apa loe gak mikirin perasaan loe akan makin sakit nantinya nin? Loe berhak bahagia"
"Perasaan gue biar jadi urusan gue, dan bagaimana sikap loe, silahkan jadi urusan loe, gue harap loe gak ngejauh dari gue gre"
Gracia menatap lembut anin "loe sahabat gue nin, akan selalu seperti itu jadi gak mungkin gue jauhin loe"
Anin tersenyum, berusaha menyembunyikan setiap rasa sakit yang menjalar di hati bahkan sampai ke sela terkecil dalam tubuh nya. Cinta pertama nya di tolak bahkan sebelum anin berjuang.
Anin sebenarnya sudah ingin menangis, tapi rasa sakit ini seolah membuatnya sulit menjatuhkan air matanya.
Seluruh tubuh nya terasa lemas sekarang. Anin berusaha sekuat tenaga untuk tetap terlihat kuat di depan gracia.
"Thanks gre"
Gracia mengelus pipi anin, lalu mencium nya sebentar.
"Jangan sering cium gue, nanti gue susah move on" canda anin
"Haha.. masih banyak yang lebih baik dari gue"
"Untuk apa yang terbaik, kalo yang gue mau cuma loe"
Gracia diam, sejauh apa perasaan anin untuknya? Gadis nya benar. Gracia harusnya tidak memberi harapan di awal.
Semoga anin bisa segera sembuh dari luka nya.
"Perjuangan gue belom selesai"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro