54
= Selamat Membaca =
***************************
4 tahun kemudian..
Sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berencana dan berusaha mewujudkan nya sekuat tenaga. Namun jika hidup mu tak sesuai dengan rencana mu. maka ingatlah bahwa sebaik-baik nya rencana, adalah rencana Tuhan.
"Selamat pagi Nyonya Chaesara" sapa beby lalu mengecup kening Anin dengan mesra.
"Selamat Pagi cinta" balas Anin sambil tersenyum manis, lalu memeluk Beby.
"Manis banget sih ibu dari calon anak aku ini" goda beby yang di hadiahi pukulan pelan di bahu nya "udah siap berangkat nih?" Tanyanya membuat Anin melepas pelukan nya, lalu mengangguk pelan.
"Ayo keburu macet nanti" ajak Beby lalu merangkul pinggang Anin.
Mereka berdua berjalan keluar dari rumah yang sudah mereka tinggali selama 7 bulan ini, mereka berdua memasuki mobil dengan Anin yang duduk di kursi penumpang, dan beby yang duduk di kursi pengemudi. Setelah memastikan Anin sudah memakai sabuk pengaman nya dengan benar, segera ia menyalakan mesin mobil, lalu meluncur ke tempat tujuan.
Anin menatap datar jalan raya dihadapan nya, otak nya tiba-tiba saja memutar beberapa memori masa lalu, yang membuat nya tenggelam dalam lamunan sendu. Hanyut dalam kenangan indah, yang ingin sekali ia ulang jika saja ia bisa.
Sepanjang perjalanan Anin hanya diam, sementara Beby fokus menyetir, menatap pada jalan yang mereka lewati menuju area Pemakaman.
Perjalanan cukup memakan waktu yang lama, membuat angan-angan Anin jauh berkelana.
Berbicara mengenai takdir, mungkin sesekali kita harus melihat ke sekitar lalu berfikir. Tentang bagaimana jalan hidup yang sudah di tulis oleh Tuhan untuk setiap umat manusia, yang tentu saja sesuai kehendakNya.
Beberapa contoh kecil yang terjadi, dan membuat kita selalu yakin bahwa setiap orang memiliki jalan berbeda. Contoh nya, Ada yang di usia muda sudah menikah, sudah mapan, sudah punya anak, sudah berpisah, bahkan ada pula yang masih senang menyendiri, rebahan sambil menikmati kehaluan tentang para member jeketi.
Tak hanya itu, ada pula yang masih santai menikmati setiap proses yang dilalui, entah itu proses mencari, proses mengenal, proses menjalani, proses membina bahkan proses patah hati.
Ada yang sedang menjalani Cinta beda keyakinan, Cinta beda Kota, Cinta beda negara bahkan yang lebih bahaya adalah menjalani Cinta yang berbeda perasaan, yang mungkin akan berujung perpisahan. Atau bisa jadi sebalik nya.
Ada yang sedang memantaskan diri, menikung pujaan hati nya lewat doa di sepertiga malam, yang hanya ia dan Tuhan yang tau prosesnya. Bahkan tak menutup kemungkinan ada juga yang masih betah menjaga jodoh orang lain dengan sukarela nya.
Ada juga yang sedang terburu-buru mencari pasangan, karena sudah muak dikejar omongan tetangga dan keluarga. Bahkan bosan dengan kalimat tanya kapan nikah ? Yang sesekali Ingin rasanya menghapus kalimat itu dari KBBI.
Selain itu, ada juga yang di usia muda sudah di panggil oleh Yang Maha Kuasa, ada yang masih belajar masak mie instan, atau bahkan sedang menikmati masa-masa keUwuan yang indah. hal-hal tersebut tidak bisa kita ingkari, karena sering terjadi di sekitar kita.
Kalian sedang berada di fase mana?
Anin juga menyadari hal-hal tersebut, terlalu banyak hal yang terjadi di sekitar nya. Banyak pelajaran yang bisa dia ambil dari setiap proses yang ia lewati bersama Beby.
Bersyukur adalah cara Anin berterima kasih pada Tuhan, karena di fase ini ia masih di beri semua hal yang luar biasa, termasuk pernikahan nya dengan Beby.
Menjalani hari sebagai pendamping Beby, memang tidak semudah kedengaran dan bayangan nya. Karena nyatanya manusia yang suka tiba-tiba gombal dan modus ini, memiliki sikap yang sulit di tebak. Namun untung nya hal-hal tersebut menjurus pada hal yang positif, sehingga Anin bisa lebih mudah mempelajari semua sikap Beby.
Kembali berbicara mengenai takdir manusia, Anin pun tidak memungkiri bahwa usia manusia memang berbeda-beda. Banyak hal tidak terduga yang terjadi begitu tiba-tiba, dan salah satu nya hal yang berada di depan mata nya ini.
Setelah tiba dan memarkirkan mobil, Anin dan Beby berjalan masuk ke area pemakaman, langkah nya perlahan menyusuri beberapa makam di sisi kanan dan kiri. Kedua mata Anin menatap pada sebuah makam yang baru bisa ia kunjungi lagi.
Langkah Anin terhenti di susul oleh Beby, kedua nya kompak berjongkok sambil menabur bunga yang Anin bawa.
"Haii Njel" sapa Anin sambil mengusap sebuah nisan yang bertuliskan nama Angel Suryono disana "sorry gue baru dateng lagi" lanjutnya. Setetes air mata Anin jatuh ketika mengingat beberapa kenangan mereka saat SMA, membuat Anin semakin terisak menahan sesak.
"Loe kok cepet banget pergi nya?" ucap nya sambil sesekali menyeka air mata nya "gue dateng sama kang gombal nih, Aya sama Gracia belum bisa dateng, tapi mereka titip salam buat loe" anin menghapus kasar air mata nya "Gue tadinya mau undang loe ke nikahan gue tapi gue bingung mau kirim undangan nya kemana, jadi gue bawa Beby nya aja ya, kasih selamat dong ke kita hikss"
Beby dengan sabar mengelus punggung Anin, beby memang tidak terlalu dekat dengan Angel. Namun karena tiap hari mereka bertemu di kelas, beby sudah terbiasa dengan interaksi anin dan mereka. Hal tersebut membuat Beby merasa kehilangan juga.
"Gue bakal terus dateng kesini kok njel, nengokin lo. Biar loe gak kesepian ya kan?" Tangan Anin terulur mengusap nisan "gue yakin loe bahagia Njel, loe gak harus ngerasa sakit lagi karena penyakit loe, loe gak harus cape-cape minum obat, dan loe gak harus mikirin apapun lagi. Tuhan sayang banget sama loe, makanya dia jemput loe pulang"
Anin tersenyum saat kembali mengingat kilasan-kilasan kenangan yang ia lewati saat SMA. Sungguh Anin merasa beruntung pernah mengenal Angel.
Anin menoleh ke arah Beby "doa dulu ya" ucap Anin seraya mengangguk. Lalu sama-sama memanjatkan doa.
Diakhiri kata Amin, keduanya menyudahi sesi doa nya.
"Gue balik dulu, nanti gue pasti dateng lagi. Loe bahagia di sana ya"
Senyum tipis Anin sunggingkan diakhir kalimat nya, Angin sepoi-sepoi menerpa dengan lembut nya. Membuat kedua mata anin terpejam sejenak, lalu membuka mata sambil menatap Makam angel sebelum benar-benar beranjak kembali ke ke mobil nya.
___
Brak.!!
Pintu sebuah ruangan dibuka dengan kasar, membuat dua orang di dalam nya terlonjak kaget, sementara sang pelaku langsung masuk dan melayangkan tatapan tajam.
"Oh jadi gini kelakuan kamu kalo di kantor hah?" Bentak orang yang baru saja masuk, yaitu Gracia "jadi ini alasan kamu gak izinin aku datang ke kantor lagi?"
Lanjut nya dengan nafas memburu, mata nya memanas melihat adegan di hadapan nya tadi. Bagaimana tidak marah, ia melihat dengan jelas kekasih yang ia cintai sepenuh hati, malah bercumbu mesra dengan seseorang yang Gracia tau adalah sekretaris nya.
"Ini gak seperti yang kamu lihat sayang"
Gracia tertawa hambar, menatap benci pada kekasih nya yang kini menampilkan ekspresi takut dan salah tingkah karena ketauan bermain di belakang Gracia.
"Aku gak minjem mata siapapun buat liat kamu ciuman sama dia" Gracia melipat kedua tangan nya di depan dada "jelas-jelas kamu udah berani selingkuh di belakang aku dan kamu masih mau ngelak hah?" lanjut nya lalu mengikis jarak.
Sang sekertaris yang sejak tadi sudah menatap Gracia dengan tatapan takut, kini tubuh nya bergetar saat di tatap tajam oleh Gracia.
"Sayang, dengerin penjelasan aku dulu, ini gak--
Gracia muak dan tak peduli dengan ucapan kekasihnya "Penjelasan yang mana lagi?"
Gracia tersenyum sinis lalu menatap sang sekretaris "loe disini buat kerja, bukan buat jadi selingkuhan pacar gue" ucap Gracia dengan dagu terangkat dan jari yang menunjuk ke arah lawan bicara nya "gue gak mau nyalahin loe sepenuhnya. Tapi Gue cuma mau bilang, kalo karma bakal terus buntutin loe, dan loe bakal rasain apa yang gue rasain, bahkan lebih sakit dari yang gue rasain saat ini. sekarang mending loe keluar sebelum gue gores pipi mulus loe itu pake kuku tajem gue, dan makasih udah nunjukkin kalo dia ternyata gak baik buat gue"
Sang sekertaris mengangguk patuh, ia langsung keluar tanpa melihat apapun lagi. Sudah cukup ia gemetar menghadapi kalimat Gracia, jangan sampai ia kena amukan, cakaran bahkan tamparan Gracia juga jika tetap bertahan disini.
"Dan kamu!" Tunjuk Gracia ke hadapan wajah kekasih nya "kurang apa aku selama ini?" Setetes air mata terlihat di sudut mata Gracia, perlahan mengalir dengan kurang ajar nya di pipi mulus nya "Aku gak nyangka kamu tega ngelakuin semua ini sama aku hiks" air mata yang ia tahan sejak akhirnya mengalir semakin deras di pipi. Dada Gracia sesak, rasanya sungguh sakit saat ia menerima kenyataan seperti ini.
Kenapa akhirnya harus seperti ini? untuk apa semua hal yang sudah mereka perjuangkan hingga detik ini dan hingga sejauh ini?
Pantas saja kekasih nya akhir-akhir ini sering menunjukkan gelagat aneh, pulang kantor tengah malam, meeting dadakan ke luar kora dan semua alasan-alasan lain yang membuat Gracia percaya-percaya saja.
Gracia menyadari satu hal, bahwa yang menjalin kasih sejak lama belum tentu berakhir bahagia. Yang lama pacaran belum tentu berjodoh, bahkan yang sudah menikah belum tentu tidak berpisah.
"Aku minta maaf sayang aku khilaf"
Plakk
Sebuah tamparan keras Gracia layangkan, tak ada lagi Gracia yang sabar, tak ada lagi Gracia yang pemaaf, semua nya berganti dengan benci, kecewa dan marah yang kini semakin menguasai diri.
"khilaf kata kamu?" Nafas Gracia semakin memburu, tangan kanan nya terangkat, menghapus kasar air mata di pipi nya.
Ia tak ingin lagi mempertahankan sesuatu yang memang hanya akan menyakiti nya lebih dalam lagi. Sudah cukup semua hal yang ia terima saat ini.
Gracia menyerah.
Gracia menutup mata nya sejenak, kembali terbuka lalu berkata dengan lantang nya.
"KITA PUTUS !!"
"CUT !!!"
Suara tepukan menggema, disusul suara seorang pria yang kini berdiri dari duduk nya. "keren banget Shania Gracia, gak salah emang kita pilih kamu sebagai pemeran utama" ucap Sang sutradara sesaat setelah Akting Gracia selesai.
"Makasih loh pak" ucap Gracia seraya tersenyum puas atas kerja keras nya.
"Kita yang harus nya bilang makasih, karena kamu selalu berakting dengan maksimal. Apalagi pembawaan serta ekspresi kamu keren banget"
"Jangan berlebihan pak saya masih harus banyak belajar"
"Saya suka orang kaya kamu, sudah terkenal tapi gak sombong. Baiklah, kita lanjut besok syuting nya. Thank you buat hari ini" ucap sang sutradara.
"Sombong itu gak baik pak hehe. Yasudah pak, saya permisi kalo gitu"
Setelah pamit, Gracia menghampiri Asisten sekaligus manager nya "barang-barang gue sudah di bereskan Jinan?" Tanya Gracia lalu menatap pantulan diri nya di cermin. Menghapus air mata di pipi nya dengan tissu yang sempat di berikan Jinan tadi.
"Sudah semua Gre, o iya ada yang nungguin loe sejak tadi" ucap Jinan lalu memberikan Tas Gracia "nunggu di depan dia" lanjutnya.
"Siapa?" Tanya Gracia heran, seingat dia tidak ada siapapun yang memiliki janji dengan nya, dan tidak ada juga yang bilang hendak menjemputnya.
Apalagi Shani sedang ada pekerjaan di luar kota.
"Gak tau Gre, orang nya cantik kaya bidadari tapi ditanya apapun gak nyaut. Berasa ngobrol sama tembok" adu Jinan kesal, membuat Gracia mengulum senyum nya. Iya yakin bahwa yang di maksud Jinan adalah kekasih nya, Shani.
Wajar saja jika Jinan tidak kenal Shani, karena ia memang belum pernah mengenalkan Shani secara langsung.
"Yaudah gue duluan ya, loe gapapa balik sendiri?" Tanya Gracia.
"Santai aja gre"
"Oke deh, loe bawa mobil gue aja ya. Nih kunci nya, hati-hati" ucap Gracia sambil memberikan kunci mobilnya.
"Lah loe balik gimnaa?" Tanya jinan lalu mengambil kunci dari tangan Gracia.
"Gue sama orang di depan"
"Emang dia siapa?" Tanya Jinan heran.
"Shani" jawab Gracia singkat seraya tersenyum.
"Oh itu yang namanya Shani, pantes aja loe gak noleh kanan kiri. Cakep nya gak ketulungan sih" ucap Jinan bahkan hampir mirip ledekan.
Gracia terkekeh "Iya lah, udah paket komplit dia tuh haha"
"Okee okee haha. Yaudah thank you ya, loe hati-hati"
Gracia mengangguk, setelah pamit ia langsung menghampiri seseorang yang sudah menunggu nya.
"Shani"
Shani menoleh saat merasa namanya di panggil, senyum nya langsung mengembang sempurna saat melihat Garcia dihadapan nya.
"Katanya di luar kota sayang" ucap Gracia lalu mengecup pipi Shani sekilas.
"Gak kuat kangen kamu" ucap Shani yang sukses membuat semburat merah muncul di wajah Gracia.
"Gombal" ucap Gracia sambil memukul pelan lengan Shani "ayo pulang" ucap nya sambil merangkul tangan Shani posesif.
Keduanya berjalan meninggalkan tempat syuting Gracia, menuju ke tempat dimana Shani memarkirkan mobilnya. Seperti biasa Shani membukakan pintu lalu mempersilahkan Gracia masuk.
"Kok udah pulang sayang?" Tanya Gracia sambil menatap Shani dengan intens "katanya lama" lanjutnya sambil mengelus pipi Shani, membuat Shani menoleh lalu mengambil tangan Gracia, mengecup punggung tangan nya cukup lama, hal sederhana yang mampu membuat Gracia bahagia.
"Tadi kerjaan nya bisa selesai lebih cepat, jadi aku bisa langsung pulang buat jemput kamu sayang" jawab Shani lalu mengikis Jarak "lagian aku kangen kamu" lanjut nya sambil menarik pelan dagu Gracia. Mendaratkan ciuman di bibir Gracia yang selalu ia rindukan rasa nya, tekstur nya dan sensasi memabukkan saat kekasih nya ini membalas ciumannya seperti sekarang.
Untung saja kaca mobil Shani mendukung adegan ini, jika tidak mungkin saja ia dan Gracia sudah jadi tontonan orang-orang yang lewat.
Shani menarik diri, mengusap bibir Gracia dengan ibu jari. Tersenyum manis sambil berkata "i love you calon istri"
Gracia kembali mengulum senyum nya, manusia di hadapan nya ini semakin hari semakin bertambah kadar kemanisan nya. Padahal ia jarang mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis.
Sedikit pun tak ada yang berubah, bahkan setelah beberapa tahun lamanya mereka bersama, rasa cinta kedua nya tak sedikitpun berubah atau berkurang, malah kadarnya semakin bertambah terus dan terus setiap detik nya.
"I love you too" balas Gracia.
Shani mulai menyalakan mesin mobil nya, lalu menjalan kan nya dengan kecepatan sedang.
"Mau makan malem dulu sayang?" Tanya Shani.
"Makan di apartemen aja ya, aku pengen langsung mandi" jawab Gracia yang mendapat anggukan dari Shani.
"Eh iya sayang, dapet salam dari kak Okta" ucap Gracia membuat Shani menoleh sekilas seraya bertanya "kapan ketemu?"
"Pas aku lagi makan siang sama Jinan, katanya dia abis ketemu sama pacar nya gitu" ucap Gracia.
Shani hanya mengangguk, seraya tersenyum tipis. Kembali ingatan nya berkelana pada hari dimana ia bertatap muka dengan Okta tak lupa pistol di tangan Okta yang mengarah ke jantung nya.
Shani bersyukur karena saat itu ia mengambil keputusan yang tepat. Shani memerintahkan salah satu anak buah nya yang bersembunyi di lantai dua, untuk melepas tembakan dan berhasil membidik dengan tepat dibagian kaki Okta, tentunya di bagian yang tidak berbahaya. Setidak nya cukup untuk membuat Okta kaget dan menjatuhkan pistol nya.
Setelah kejadian itu Okta di harus di rawat beberapa hari di rumah sakit, untuk penyembuhan.
Tidak sampai disitu, Okta juga butuh waktu cukup lama dan proses yang cukup rumit untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Dengan dibantu seorang psikiater, akhirnya perlahan Okta bisa memaafkan papa nya, bisa memaafkan semua hal yang terjadi, dan bisa menerima semua nya dengan ikhlas. Ia perlahan bisa melupakan luka nya dan Kembali melanjutkan hidup nya, dengan lebih balik.
Sesuai mimpi nya, Okta berhasil mendirikan sebuah studio musik, tepat di samping studio seni nya, yang baru saja di resmikan tahun lalu.
Tidak ada yang pernah menyangka bukan, bahwa jalan hidup seseorang bisa berubah jika Tuhan sudah berkehendak.
Kembali, Shani bersyukur atas apa yang di berikan Tuhan kepada dirinya.
Perjalanan cukup memakan waktu, 33 menit berlalu, kini keduanya sudah berada di dalam apartemen.
"Sayang kamu mandi aja, biar aku yang pesen makan" titah Shani yang di hadiahi kecupan singkat di bibir Shani oleh Gracia seraya berkata "iya makasih love"
Shani tersenyum dalam hati, tak lama ia langsung memesan makanan untuk sang pujaan hati, yang semakin hari semakin membuat Shani jatuh hati. Semakin membuat Shani selalu merasa beruntung memilikinya, walaupun tak jarang mereka berdua terlibat perdebatan yang untung nya bisa di selesaikan tanpa merubah keadaan yang ada.
Waktu semakin larut, Shani dan Gracia kini sudah selesai dengan semua aktifitas mereka. Keduanya kini berada di atas tempat tidur, dengan posisi Shani yang masih duduk, sementara Gracia tidur berbantalkan paha Shani.
"Hari ini lancar syuting nya?" Tanya Shani sambil mengelus rambut panjang milik kekasih nya "gak ada yang modusin kamu kan?" Lanjutnya membuat Gracia terkekeh.
"Posesif bangetsi kesayangan aku" goda Gracia sambil menoel dagu Shani "Lancar kok Sayang, o iya tadi jinan kamu apain sampe kesel gitu?" Tanya nya sambil tertawa membayangkan kekesalan jinan tadi.
"Gak aku apa-apain, pas dia nanya aku gak respon, ya kaya biasa lah"
Gracia kembali terkekeh "pantes, dia bilang berasa ngobrol sama tembok katanya"
Shani ikut terkekeh, kemudian menggenggam sebelah tangan Gracia "biarin aja, kamu tau kan aku kaya gimana" lalu mengecup punggung tangan Gracia, beralih menggigit pelan ujung telunjuk Gracia dengan gemas.
"Kuku aku kena lidah kamu kapok yank" ucap Gracia "aku Bukan tau lagi sayang, tapi udah khatam sama semua sikap kamu"
Keduanya terkekeh.
Pandangan Shani kini menatap intens wajah cantik Gracia, menelusuri setiap inci wajah yang selalu membuat Shani rindu ingin menatap selalu.
Musim berganti beberapa kali, banyak perubahan yang mereka alami, baik itu dalam kehidupan biasa, maupun kehidupan percintaan. Namun satu hal yang tak pernah berubah, yaitu perasaan mereka.
Kadar nya semakin bertambah setiap hari nya, meskipun ada beberapa kerikil yang menghalangi langkah mereka, namun mereka bisa melewatinya.
Semua pondasi-pondasi yang mendasari sebuah cinta sudah Shani dan Gracia bangun dengan kokoh nya, siap dibangun lebih tinggi lagi. Siap melangkah pasti ke jenjang yang diikat oleh Janji suci.
Shani tersenyum saat mengingat kembali bagaimana perjuangan kekasih nya yang berusaha keras membuat Hotel yang kini resmi menjadi milik Shani, menjadi bangkit kembali dengan kemajuan yang cukup pesat, bahkan bisa bertahan hingga detik ini.
Shani bahkan sampai di buat tak bisa berkata oleh kemampuan kekasih nya yang tak terduga ini. Hal itu membuat Shani yakin bahwa keturunan Harlan memang sudah memiliki bakat berbisnis yang alami. Beda dengan Shani yang memang harus berlatih sejak kecil.
Namun dua tahun yang lalu Gracia memutuskan untuk terjun kedunia akting, entah sudah berapa judul film, ftv, sinetron bahkan layar lebar yang sudah ia bintangi, dan semua nya bisa di bilang cukup sukses, bahkan kini kekasihnya ini sering menjadi Brand Ambassador berbagai macam produk.
Hey... siapa sangka gadis yang dulu hingga saat ini selalu ceroboh, rusuh, absurd, random, ribut dan heboh masalah alis, kini menjelma menjadi selebritis yang nama bahkan Foto nya sering Shani lihat di bill board besar yang terpampang di beberapa kota.
Namun semua hal itu tidak ia raih dengan mudah, jatuh bangun sudah Gracia lalui. Dari titik paling bawah pernah Gracia rasakan. Dan semua usaha Gracia terbayar dengan hasil yang memuaskan.
Shani tidak keberatan sama sekali, bahkan ia mendukung apapun yang kekasih nya sukai, asal tidak sampai membuat nya terlalu sibuk, cape atau bahkan sakit. Apalagi saat itu kekasihnya ini harus di sibukkan juga dengan kuliah nya.
Namun satu hal yang tidak berubah selain heboh masalah Alis, adalah kecintaan nya pada Oshi nya. Hingga detik ini Gracia selalu menyempatkan diri untuk nonton theater, selelah apapun dirinya. Dia selalu bilang 'selama Oshi aku belum Grad, aku bakal tetep dukung dia. Nah Jadi nanti kalo Oshi aku Grad, baru aku pensiun ngidol deh'.
Tapi Shani tidak yakin dengan ucapan kekasih nya itu, nyatanya tiap ada generasi baru, pasti ada yang di angkat jadi Oshi baru nya juga.
Kapan akan pensi nya jika terus seperti itu?
Dan Shani bisa pastikan, jika suatu saat mereka memiliki seorang anak perempuan dan idol grup itu masih ada, maka anak perempuan mereka akan menjadi salah satu idol juga. Shani meyakini hal itu, dan Shani sudah bisa membayangkan akan serepot apa nanti nya ketika menghadapi Gracia senior dan Gracia Junior.
Namun apapun yang terjadi, tetap saja Shani akan mensyukuri. Karena bagi Shani, kebahagiaa keluarga nya tetap yang utama.
Shani merebahkan dirinya, membuat Gracia merubah posisi menjadi tidur miring menghadap Shani. "Kamu ngelamunin apa sih sayang?" Tanya Gracia sambil mengusap pipi Shani "masa aku toel-toel pipi kamu dari tadi, kamu anteng-anteng aja" lanjutnya.
"Kamu" jawab Shani singkat dan malah mengundang cubitan di hidung Shani.
"Gombal mulu" cibir Gracia, namun seolah teringat sesuatu Gracia kini menatap intens bola mata Shani "sayang" panggil nya lembut.
"Apa hmm ?"
Gracia mengambil ancang-ancang, menarik nafas dalam lalu perlahan menghembuskan nya, otak nya berfikir cepat mengingat kembali kalimat yang sudah ia susun sejak dua hari yang lalu "Aku di tawarin syuting di Luar Negeri 2 minggu lagi, tapi aku belum kasih jawaban karena aku mau izin dulu sama kamu"
Shani diam, ekspresi nya tidak bisa gracia baca sama sekali. Gracia menggigit bibir bawah nya, cemas menunggu respon Shani yang malah membuatnya berasumsi negatif.
Jika memang Shani tidak mengizinkan, ya apa boleh buat. Berarti belum rezeki Gracia.
"Kalo kamu gak izinin aku gak papa kok" lanjut Gracia yang kini malah membuat Shani tersenyum tipis.
"Kamu mau ambil tawaran itu?" Tanya Shani.
Gracia mengangguk ragu, takut jika Shani malah marah dan tidak mengizinkan nya.
"Boleh kok sayang" ucap Shani membuat Gracia mengerjap sebentar.
"Beneran?" Tanya nya memastikan, dengan tatapan yang kini berbinar.
Shani mengangguk mantap, membuat Gracia menghambur ke pelukan Shani. Seraya mengucapkan kalimat terimakasih berulang kali.
Shani membalas pelukan Gracia tak kalah erat, apapun akan Shani lakukan asal kekasih nya ini bahagia. Apapun itu, selama Shani mampu, dan tentu saja Shani akan mengusahakan nya selalu.
Gracia menarik diri, dengan cepat menempelkan bibirnya di bibir Shani. Yang tentu saja langsung mendapat balasan, ciuman yang selalu dan selalu membuat hati mereka menghangat, ciuman yang selalu mampu membuat mereka candu.
Malam menjadi saksi, bagaimana sebuah ciuman mampu membuat Shani dan Gracia lupa diri. Hingga akhirnya Shani menarik diri terlebih dahulu, lalu menarik Gracia dalam dekapan nya.
Jika dunia mampu ku genggam
sudah pasti akan aku persembahkan untuk mu.
Jika bintang mampu ku gapai,
maka sudah kupastikan akan berjejer di hadapan mu.
Jika bulan bisa ku raih,
maka akan kupastikan malam-malam mu tak akan kelam.
Namun nyatanya semua itu mustahil aku lakukan,
karena aku hanya manusia dengan segala kurang nya.
sebagai ganti nya akan aku lakukan apapun yang aku mampu, sebagai bentuk rasa cinta yang aku persembahkan hanya untuk kamu
(-Minra-)
___
"Gre, lusa loe berangkat bareng sama gue, karena nanti semua kru bakal dateng duluan kesana" ucap Jinan sambil merapikan barang-barang milik Gracia "ini Syuting terakhir loe, semuanya udah kelar dan besok loe bisa libur" lanjutnya membuat Gracia mengangguk.
"Thank you nan" ucap Gracia "loe balik sama siapa" tanya Gracia
"Dijemput sama Cindy" jawab jinan "katanya mau sekalian makan malem. Loe di jemput Shani kan?" Tanya Jinan.
"Iyaa udah di depan katanya, gue duluan ya"
"Oke bos, hati-hati"
Gracia berjalan keluar dari tempat Syuting nya, sungguh rasanya tubuh nya lelah sekali malam ini. Mungkin karena efek film yang di bintangi nya harus kejar tayang, jadi Gracia harus menguras energi cukup banyak.
"Sayang" sapa Shani lembut, disertai senyuman yang mampu membuat hati Gracia menghangat, sejenak ia melupakan rasa lelah yang mendera.
"Hai sayang" ucap Gracia seperti biasa mengecup pipi Shani sekilas.
"Cape banget ya?" Tanya Shani lembut membuat Gracia mengangguk.
"Tubuh aku kaya melayang, kaya mau copot semua tulang nya" adu Gracia yang membuat Shani segera merangkul pinggang nya mesra, mengajak nya berjalan ke parkiran dimana mobil Shani berada.
"Duh aduh kesian banget si kesayangan Shani" ucap Shani yang malah mendapat cubitan di tangan nya, membuat nya mengaduh sambil menatap Gracia "sakiit sayang, malah di cubit. Bulu nya kecabut tau" adu Shani.
"Ya lagian kamu bilang kalimat manis tapi muka nya lempeng-lempeng aja kaya triplek" protes Gracia.
"Lah Kan aku gak lagi natap kamu, natap nya jalan, masa senyum ke jalan. Dikira gila nanti"
"Alesan aja" cibir Gracia "malesin" lanjutnya.
Shani hanya menggeleng pelan sambil tertawa dalam hati, padahal tadi kekasih nya mengatakan bahwa ia sangat lelah, namun ternyata semangat nya masih membara jika sedang misuh-misuh kaya sekarang.
"Perlengkapan kamu buat lusa udah aku siapin, kita tinggal berangkat aja" ucap Shani yang sedang duduk di Sofa tanpa menoleh ke arah Gracia yang sedang memakan eskrim di samping nya.
Gracia langsung memusatkan perhatian serta pandangan nya pada Shani "maksud kamu kita?" Tanya Gracia lalu menyimpan eskrim nya di atas meja.
"Kamu sama aku, sama asisten kamu kan, siapa itu.." ucap Shani yang membuat Gracia langsung menghambur ke pelukan Shani "aduh" kaget Shani sambil melingkarkan kedua tangan nya di tubuh Gracia.
"Aku kira kamu gak ada niat ikut" ucap Gracia "aku kira kamu bakal biarin aku sendirian di negri orang, luntang lantung tanpa ada yang melindungi" lanjutnya mendramatisir.
Shani mengusap kepala Gracia dengan lembut "drama banget sih" ledek Shani "dengerin ya, duit aku masih cukup kalo cuma buat jagain kamu di sana nanti. Karena aku gak mau sampe ada sesuatu yang terjadi sama kamu, makanya aku bakal selalu di samping kamu, lindungin kamu, dan memastikan bahwa kamu aman bersama aku"
"Awww, kamu emang malaikat Shani" puji Gracia sambil mengeratkan pelukan nya "boleh sekalian liburan kan?" Lanjutnya lalu mendongak menatap Shani.
"As your wish princess" ucap Shani seraya menarik hidung Gracia "apa sih yang gak buat nyonya Natio"
"Aww gemasss!" Gesrek Gracia "kamu emang terbaik Shani. Kadang aku suka bayangin, gimana kalo fans kamu pada tau kamu semanis ini, keknya pada jantungan masal" ucap Gracia di akhiri kekehan.
"Aku diem aja pada jantungan loh"
"Iyaa jantungan karena kamu jutekin"
Shani terkekeh mendengar kalimat Gracia, segera ia menagkup pipi Gracia dengan kedua tangan nya, menarik nya perlahan lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Gracia.
"Nanti kalo udah nikah, kamu kalo mau cium-cium aku bayar ah" ucap Gracia dengan senyum tengil nya.
"Loh kenapa?" Tanya Shani tak terima.
"Kan lumayan buat nambahin uang belanja" jawab Gracia sambil menaik turun kan alisnya.
"Yaudah gak usah belanja" ucap Shani santai.
"Ish rese!" Gracia memukul pelan bahu Shani "harus nya jawaban kamu tuh gini, aku bakal kasih semua uang aku, supaya bisa cium-cium kamu tiap detik" ucap Gracia yang sukses mengundang tawa dari Shani "Gak romantis banget sih" dumel nya.
Shani terkekeh "Enak aja semua, nanti kamu beliin pabrik pensil alis, atau baju warna ungu sepabrik-pabrik nya kan bahaya"
Gracia mengerjap lalu menatap penuh tuntutan "Kok kamu tau isi fikiran aku?" Ucap Gracia tak terima.
"Udah ketebak wlee" ucap Shani lalu berdiri dan segera berlari ke kamar nya.
"Aahhh triplek rese"
__
Dua minggu berlalu...
Sudah dua hari Shani dan Gracia berada di Negara ini. Jinan sudah memberitahu bahwa hari ini adalah jadwal pemotretan Gracia untuk film baru nya.
Gracia sudah berada di satu ruangan khusus Make Up, dengan beberapa kru yang disiapkan khusus untuk mengurus semua keperluan Gracia.
Gracia menatap pantulan diri nya di cermin, sungguh ia merasa menjadi perempuan paling cantik di dunia. Gaun warna putih yang terlihat sangat mewah saat di kenakan nya ini terlihat begitu pas di tubuh nya, Gracia bisa merasakan bahan yang dipakai untuk membuat Gaun ini bukan bahan sembarangan. Kualitas terbaik di kelas nya.
Syuting macam apa yang mengeluarkan Biaya sangat mahal hanya untuk sebuah Gaun yang akan di gunakan untuk pemotretan saja?.
Namun, tak ingin memikirkan hal yang tidak penting, Gracia lebih memilih menatap kembali dirinya di cermin. Senyum nya mengembang sempurna saat ia membayangkan jika nanti Gracia menikah dengan Shani, maka ia akan terlihat secantik ini.
"Gue berharap Shani gak liat gue nan" ucap Gracia pada Jinan yang sejak tadi sibuk meneliti Gaun Gracia.
"Lah kenapa?" Tanya Jinan Heran.
"Kebayang gak gimana meleleh nya dia kalo liat gue cakep gini, keknya auto di halalin langsung" ucap Gracia yang mengundang tawa dari Jinan dan juga dirinya.
"Emang sih" ucap Jinan tak menampik "Loe mau pemotretan aja cantik bener bos" puji Jinan saat menatap Gracia.
"Makasih loh gue emang cantik. Berasa mau nikah beneran gue" jawab Gracia.
"Film nya bakal romantis banget kaya nya" ucap Jinan sambil tetap memandang intens Gracia.
"Iya bener, padahal naskah nya aja gue belum baca. Cuma baru di suruh pemotretan aja" ucap Gracia "nanti pemeran pendamping gue siapa ? Sama tempat nya di mana?" Tanya Gracia.
"Katanya artis baru sih, tapi udah gak di raguin lagi kemampuan nya. Kalo tempat nya sih Gak jauh dari sini, beberapa kru udah pada siap disana" jawab Jinan.
"Okedeh, eh nanti loe hubungin Shani suruh nyusul ya, tadi dia masih tidur. Gak tega gue bangunin nya" ucap Gracia yang diangguki oleh Jinan.
"Siap bos gampang itu" jawab Jinan "ayo udah siap semua nih" ucap Jinan sambil melihat jam yang melingkar di tangan nya.
Gracia berdiri dari duduk nya, perlahan ia berjalan keluar di bantu oleh Jinan yang memegang gaun nya di belakang.
Untuk beberapa saat Gracia diam sejenak, tiba-tiba saja jantungnya bergemuruh. Detakan nya tidak normal seolah jantung nya minta di keluarkan saat ini juga. Tak hanya itu, telapak tangan Gracia tiba-tiba saja berkeringat, ia mendadak gugup.
Hey ini hanya pemotretan, dan Gracia sudah sering melakukan nya. Tapi kenapa saat ini terasa berbeda ?.
Gracia menggeleng pelan, membuang jauh fikiran-fikiran tak mendasar yang hanya membuat hati nya makin gusar. Ia harus profesional, demi karir nya di masa depan.
"Gre, loe bisa. Sekali lagi Gracia" batin Gracia
"Nan!" Ucap Gracia tiba-tiba, disusul langkah nya yang terhenti. Otomatis membuat Jinan berhenti juga, seraya berkata "kenapa ?"
Gracia menoleh "gue gugup banget astaga, gue butuh Shani" ucap Gracia.
"Tumben manja betul, biasa gak ada Shani santai-santai aja" jawab Jinan heran
"Ck! Gak tau kok gue gugup ya, duh jangan sampe gue malu-maluin ini" gerutu Gracia
"Gak keburu kalo manggil Shani, mending tuh manusia tembok kalo udah bangun. Nah kalo belum?" Jawab Jinan membuat Gracia mendengus.
"Mon maap itu yang loe bilang tembok itu kesayangan gue yak, gue pecat miskin mendadak loe" ancam Gracia membuat Jinan terkekeh.
"Lagian manja banget, buruan ah. kalo Telat mampus kita"
Gracia menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan "oke gue siap" ucap Gracia lalu melanjutkan langkah nya.
Gracia dan Jinan tiba di depan sebuah ruangan yang memiliki dua pintu besar, sejenak Gracia menarik nafas, sambil mendongak menatap ujung daun pintu di hadapan nya. kedua tangan nya bersiap hendak mendorong pintu tersebut namun ia urungkan saat mendengar sebuah suara yang memanggil nama nya.
"kak gege"
Gracia menoleh saat indra pendengaran nya mengenali suara yang memanggilnya, alisnya saling bertautan "loh adek ?" ucap nya heran saat melihat Chika di hadapan nya "loh ada dek Fio juga" lanjutnya saat melihat Fiony di samping Chika.
"kok kalian ada disini?" tanya Gracia bingung " Belum terjawab semua pertanyaan di benak Gracia, dan belum hilang rasa kaget Gracia kini kedua tangan nya di apit oleh Chika dan Fiony. sementara Jinan masih setia memegangi Gaun Gracia.
"Are you ready princess?" ucap Chika tanpa menunggu jawaban Gracia, Chika dibantu Fiony mendorong pintu besar tersebut bersamaan hingga terbuka lebar.
Kedua mata Gracia membulat sempurna saat melihat apa yang ada di hadapan nya, saking terkejutnya mulut Gracia sampai sedikit terbuka. Bagaimana tidak, dihadapan nya kini sebuah ruangan yang lebih cocok di bilang Aula besar yang sudah didekorasi sedemikian rupa dengan ratusan bahkan ribuan bunga berwarna ungu dan putih saling mendominasi.
Tak hanya itu, dekorasi lain yang memanjakan mata itu, menambah kekaguman Gracia, mata nya hampir tak berkedip sama sekali, menatap indah nya pemandangan ini.
Sungguh Gracia ingin sekali tidur diantara ribuan bunga tersebut.
"Ini surga?" batin Gracia
Mata Gracia mengedar ke sekeliling nya, kadar keterkejutan nya bertambah berkali lipat, saat dia melihat ke sebelah kiri nya, ada Anin, Beby bahkan Vienny berada di ruangan ini. Menyambutnya dengan senyuman yang menular pada Gracia, senyuman yang entah disadari atau tidak oleh Gracia. Selanjutnya Gracia melihat ke sebelah kanan nya ada Okta, Aya dan keluarga besar nya yang entah kenapa ada disini juga.
Gracia seolah tidak di beri kesempatan untuk bertanya, kini malah Bahu Gracia di sentuh oleh Chika membuat nya kembali pada pijakan nya, Gracia masih belum bisa menebak dan mencerna apa yang terjadi dengan nya saat ini. Semuanya terlalu mengejutkan dan tiba-tiba.
Gracia menaikkan sebelah alisnya saat melihat sang Papa yaitu Harlan berjalan ke arah nya sambil mengulurkan tangan kanan nya.
Harlan tersenyum sambil sedikit mengangguk, mengisyaratkan Gracia untuk menyambut uluran tangan nya. Dengan ragu Gracia segera menyambut uluran tangan Harlan, dengan sekali gerakan Gracia mensejajarkan diri nya dengan Harlan lalu berjalan merangkul tangan Harlan. Di susul oleh Chika dan Fiony yang memegangi Gaun belakang Gracia menggantikan tugas Jinan.
"bilang sama gege kenapa kita syuting sekeluarga?" ucap Gracia saat dia sudah sadar setengahnya.
Harlan terkekeh "kamu cantik banget sayang" jawab Harlan membuat Gracia menoleh sekilas lalu mendengus.
"Ish ! Gege serius ini pah, ada apa ini?"
"jawaban nya ada di depan kamu sayang" ucap Harlan seraya menuntun Gracia terus berjalan.
Gracia dan Harlan tiba di depan sebuah tempat yang Gracia tau itu sebuah altar, kembali ia dibuat bingung saat seseorang laki-laki paruh baya berdiri di hadapan nya memegang sebuah buku yang Gracia kenal di tangan nya.
"kamu siap sayang?" tanya Harlan membuat Gracia menoleh seraya bertanya "untuk?"
Harlan menggeser tubuh nya, menampilkan seseorang yang kini berjalan dengan anggun kearah nya. Dengan di balut Jas yang berwarna senada dengan milik Gracia, membuat nya terlihat Cantik dan tampan di waktu yang bersamaan. Gracia bahkan tak berkedip sama sekali, sampai seseorang tersebut kini berdiri di hadapan Gracia. membuat Harlan mundur beberapa langkah.
"you look so beautiful in white princess" ucap seseorang yaitu Shani, sambil menampilkan senyuman terbaik nya ke arah Gracia.
"sayang, bilang sama aku kita ngapain?" tanya Gracia penuh tuntutan.
"Kita menikah detik ini sayang"
Hening untuk beberapa saat.
Gracia menutup mulutnya tak percaya, setetes air mata jatuh di sudut mata nya "jadi semua ini....?" Tanya Gracia menggantung.
"semua ini aku persembahkan untuk kamu, kamu suka sayang?"
Gracia mengangguk pasti, sungguh ia tidak tau harus berkata apa saat ini. Tolong seseorang cubit tangan atau pipi Gracia agar Gracia yakin bahwa semua ini bukan mimpi belaka.
"Boleh pingsan dulu gak sayang?"
Shani terkekeh, entah lah saking gugup, terkejut atau apa, hingga kalimat itu yang kekasih nya malah ucap kan.
Shani meraih tangan Gracia lalu menggenggam nya, sebelah tangan nya terulur menghapus sudut mata Gracia yang kini meneteskan air mata "kamu siap sayang?" Tanya Shani.
Gracia sekilas melihat ke belakang dimana semua anggota keluarga beserta teman-teman nya tengah menatap haru kepada Gracia dan Shani, semua nya seolah ikut berbahagia lewat pancaran mata mereka.
"Aku siap shani, sangat siap" jawab Gracia penuh haru sambil berusaha menahan air mata bahagia nya.
"mari kita mulai " ucap Seseorang di hadapan Shani dan Gracia.
Janji suci di hadapan Tuhan, terucap dengan penuh keyakinan. Sumpah setia sehidup semati, terucap sepenuh hati.
Helaan nafas lega terdengar dari keduanya, saat mereka selesai mengucap sumpah dengan begitu Fasih nya. Disusul Tangis haru dari sekekeling nya mengiringi pengucapan janji kedua nya.
Senyum bahagia mengembang sempurna di wajah Shani dan Gracia saat Cincin dengan satu permata yang indah di pasangkan bergantian di jari Shani dan Gracia, sebagai simbol ikatan diantara kedua nya.
Shani mengikis jarak, tangan nya terulur mengusap air mata di pipi gadis yang kini sudah sah menjadi pendamping nya. Gracia tersenyum di sela tangis nya, sungguh hari ini adalah momen paling membahagiakan seumur hidupnya. Semua kejutan ini membuat nya tak bisa lagi berkata, semua perasaan nya kini diwakili air mata bahagia yang sejak tadi tak bisa ia tahan kehadiran nya.
Shani menarik perlahan dagu Gracia, kedua nya kompak memejamkan mata saat bibir keduanya menyatu, menempel cukup lama sebelum Shani menggerakkan nya. Mereka berdua sempat terlena memperdalam ciuman nya, namun riuh tepuk tangan dadi mereka yang hadir membuat Shani dan Gracia mengerjap, seraya melepas pagutan nya.
keduanya terkekeh, lalu kompak menoleh.
Dibantu Shani, Gracia turun dari altar dan langsung disambut pelukan dari mama papa nya, begitu juga Shani yang langsung memeluk mama papa nya bergantian.
"Selamat ya Sayang" ucap Harlan yang sepertinya ikut menangis, terlihat dari jejak air mata di pipi nya "papa gak nyangka kamu udah dewasa sekarang" ucap Harlan sambil mengusap air mata Gracia.
"Makasih papa" ucap Gracia sekuat tenaga, dan kembali menghambur ke pelukan sang papa.
Harlan tersenyum bangga, melihat putri kecil yang dulu sering kabur-kaburan, kini telah resmi menjadi pendamping seseorang. Dan betapa beruntungnya Harlan, karena seseorang itu adalah Shani.
Harlan melepas pelukan nya, mencium kening Gracia cukup lama lalu beralih untuk memeluk Shani.
"Papa titip anak baik ini ya" ucap Harlan membuat kedua nya terkekeh lalu saling memeluk "makasih untuk semua nya Shani" lanjut Harlan.
"Papa tenang aja, Shani pasti selalu jaga anak manja papa dengan baik. Maksih karena selalu mendukung Shani pah"
Sementara Kevin kini memeluk Gracia "selamat menyandang nama Nyonya Natio ya sayang"
Gracia tersenyum di sela pelukan nya "makasih papa kevin"
Setelah selesai dengan keluarga nya, dan selesai mendapat mandat dari para mama- mama, jangan lupakan peluk cium dari kakak dan adik tercinta mereka, kini Bergantian kerabat serta teman-teman Gracia dan Shani yang mengucapkan selamat dan tak lupa Doa yang mereka panjatkan untuk kedua nya.
Shani tersenyum bahagia menyambut teman-teman nya, beberapa kali ia mengucapkan terimakasih karena mereka semua sudah membatu menyiapkan semua ini untuk Gracia.
Jangan lupa, jika Shani juga harus bersiap jika istrinya itu akan melakukan sesi tanya jawab yang mungkin memakan waktu cukup lama nanti nya. Shani dengan senang hati akan menjawab semua pertanyaan istrinya itu.
Selesai sesi memberi selamat dan Doa, Shani dan Gracia kini saling berpandang mesra.
"Kamu hutang banyak penjelasan sama aku yank" ucap Gracia sambil menatap lekat lawan bicara nya.
"Kita punya waktu seumur hidup untuk membahas apapun sayang" jawab Shani membuat senyum Gracia semakin mengembang.
"Aku punya sesuatu lagi buat kamu"
Gracia menaikkan sebelah alis nya, seraya bertanya dalam hati, apa lagi yang Shani siapkan untuk nya? Semua hal ini saja masih membuat Gracia merasa seperti mimpi.
"Kamu siap?" Tanya Shani yang membuat Gracia mengangguk
Shani merogoh saku nya, mengambil hp milik nya lalu menelpon seseorang.
"Mulai" ucap Shani, lalu mematikan sambungan telpon nya, menyimpan kembali ke saku celana nya.
Semua lampu utama di ruangan besar ini mendadak mati, gelap sejenak sebelum berganti dengan lampu-lampu kecil yang menyala, membuat suasana berubah semakin romantis seketika.
Lampu sorot tiba-tiba menyala, fokus menerangi sebuah mini panggung yang sudah disiapkan sebelum nya.
Layar hitam yang semula tertutup kini perlahan terbuka, menampilkan enam belas remaja dengan gaun putih yang memanjakan mata, bersiap memulai aksinya.
Gracia menegang di tempat nya, kedua matanya bahkan tak berkedip, mulutnya setengah terbuka menandakan betapa terkejutnya Gracia saat ini. Tubuh nya tiba-tiba saja lemas, untung saja kedua kaki nyaa masih mampu menahan bobot nya, ditambah Shani yang sejak tadi merangkul pinggangnya.
"Sayang, itu Oshi aku" ucap Gracia dengan bibir bergetar, sementara Shani terkekeh melihat ekspresi Gracia yang seolah tak kuat untuk melihat Oshi nya yang kini mulai bersiap membawakan beberapa lagu untuk nya.
"Theater pindah kesini" gumam Gracia.
"Susah loh sayang ngundang mereka" ucap Shani, sekedar menggoda Gracia. Berusaha membawa gadis itu kembali pada pijakan nya "aku nego nya sebulan sama Jeote" lanjutnya membuat Gracia kini menghambur ke pelukan Shani.
"Makasih sayang makasih" ucap Gracia tulus, ia menarik diri lalu kembali fokus pada sang Oshi.
Musik mulai menyala, alunan merdu dari beberapa instrumen menggema di seluruh ruangan yang manusia nya kini fokus pada ke enam belas remaja di panggung di hadapan mereka.
Kulihat ada yang bersinar
Di kedua bola matamu
Kau buat malam gelap ini
Jadi penuh cahaya
Terang kilau pesona
Gracia langsung menoleh ke hadapan Shani, menyelami mata indah pendamping nya ini. saling melayangkan tatapan yang selalu penuh dengan cinta di dalam nya.
Pagi menyambut dengan bahagia, Siang menjadi saksi, dan malam merestui, dua insan yang kini bersatu dalam ikatan suci.
Kasih andai anganku bersuara dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Hingga sang bumi
Enggan berputar lagi
Alunan merdu yang paling Gracia tunggu adalah kalimat Cinta dari Shani, yang kini semakin indah karena Janji yang mereka ucap tadi.
Gracia merasa semua mimpinya menjadi nyata berkat gadis yang kini sah menjadi pendamping nya.
Pernikahan impian yang terlaksana, bahkan melebihi ekspektasi nya. Dan entah bagaimana caranya, Shani bisa membawa Oshi kesayangan nya, lengkap dengan satu team kesayangan nya juga. Mempersembahkan sebuah lagu, yang selalu Gracia dengarkan di beberapa waktu.
Kau buat aku sempurna
Saat kau berkata iya (Oh kasihku)
Kau izinkan ku berlaga
Mengarungi dunia
Di sisimu selamanya
Saling melengkapi, saling menyempurnakan, dan saling menguatkan di setiap kondisi. Karena ini adalah awal dari perjalana hidup yang akan mereka jalani, melangkah menuju Fase baru dalam mengarungi bahtera cinta. Bersama selamanya dalam suka dan duka.
Kasih andai anganku bersuara dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Hingga sang bumi
Tak berputar lagi
Kita saling bersandar
Hingga bumi tak berputar
Cinta kita takkan pudar
Selamanya
Kasih dengar anganku bersuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Tuk selamanya
Kembali Shani dan Gracia memejamkan mata saat bibir keduanya menyatu sempurna, memperdalam pagutan mereka saat Garcia mengalungkan kedua tangan nya di leher sang pemilik hati, Shani indira.
Ciuman mereka selasai, Kembali mereka saling pandang seolah dunia hanya milik berdua sekarang, seolah waktu berhenti berputar, memberikan kesempatan pada keduanya untuk menikmati keadaan.
"Terimakasih untuk semua hal yang kamu beri untuk aku, semua kejutan yang membuat aku tak lagi bisa berkata. Semua hal yang membuat Jantung ku bekerja ekstra, dan itu semua karena kamu Shani indira" gracia tersenyum manis sambil mengusap lembut pipi shani "Terimakasih karena telah memilih aku, dan bertahan pada pilihan itu. Karena kamu pasti tau, bertahan pada pilihan itu sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Terimakasih untuk cinta nya yang luar biasa, yang bahkan aku sendiri bingung hendak membalas nya dengan cara apa"
Gracia mendaratkan kecupan di bibir Shani, yang sejak tadi tersenyum manis sekali "aku akan berusaha sekuat tenaga, menjadi pendamping yang baik untuk kamu. Menjadi seseorang yang mampu membuat kamu selalu baik-baik saja saat bersama aku, mampu mencukupkan kamu, sehingga kamu tidak perlu mencari apapun lagi selain aku. Aku tau aku hanya manusia dengan segala kekuarangan ku, dan aku harap kamu melengkapi dan menyempurnakan semua kekurangan ku itu"
Shani menarik pinggang ramping Gracia agar tubuh nya semakin mendekat kepada nya "Kamu sudah lebih dari cukup. Mari saling menyempurnakan, karena kehidupan yang sesungguhnya baru saja di mulai. Satu hal yang harus kamu tau, Sejak awal bertemu dengan kamu aku sudah yakin, bahwa Tuhan memang mengirim kamu untuk aku. Semua hal yang kita lewati selama ini, semakin menambah keyakinan aku tentang kamu. Dan semenjak aku meminta kamu jadi milikku, aku Percaya dengan pilihan ku, yaitu Kamu. Shania Gracia"
Kalimat Shani ditutup dengan Ciuman di kening Gracia cukup lama, menghantarkan rasa yang luar biasa pada diri kedua nya.
Semua hal yang terjadi di masa depan, akan mereka jalani sebaik mungkin. Dan selama mereka saling percaya, kebahagiaan itu pasti selalu menyambut mereka.
Kasih andai anganku bersuara dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Hingga sang bumi (tak berputar lagi)
Kasih andai anganku bersuara dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Hingga sang bumi
Enggan berputar lagi.
-Rapsodi Jkt48-
-END-
💙SEMANIS GRACIA SELEMBUT SHANI💙
Cerita ini berakhir sampai disini.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro