52
= Selamat Membaca =
*************************
Senja menyapa, menjingga di angkasa, Angin sepoi-sepoi membelai manja, menyapa dua mahluk ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.
Nostalgia di sebuah tempat bermakna,
Menjadi sebuah kesenangan tersendiri,
Bagi beberapa orang yang ingin kembali, merasakan indahnya kenangan di masa dulu lagi.
Seperti hal nya Shani indira dan Shania Gracia, dua insan ini tengah duduk di sebuah bangku taman, menikmati senja yang memanjakan mata sepulang bekerja.
Shani tak keberatan sama sekali ketika kekasihnya mengajak nya kesini, dengan alasan yang cukup membuat Shani tersenyum geli saat mendengar nya.
"Aku pengen jalan-jalan ke taman favorit kita, sekalian pengen hilangin cape aku, biar gak kebawa pulang ke apartemen.
Aku gak mau si Cape bikin aku sensi dan malah marah-marah ke kamu, karena aku tau kamu juga cape.
Berterimakasih lah pada Tuhan, karena kamu dikasih pendamping yang pengertian kaya aku".
Shani menyetujui semua kalimat kekasih nya itu, hanya saja ada beberapa yang harus ia revisi terutama dibagian kata pengertian tadi.
"Kamu inget pertama kali kita ketemu disini?" Gadis Cantik bernama Shania Gracia itu membuka percakapan dengan kekasih nya.
Shani tersenyum tipis seraya berkata
"Iya, yang kamu kabur dari sekolah. Terus ngerampok duit dan nyuruh aku buat beli eskrim, terus eskrim aku malah kamu yang abisin juga"
Gracia menatap tak percaya, bagaimana bisa kekasih nya ini mengingat momen yang menyebalkan seperti itu. Walaupun kenyataan nya memang begitu, harus nya Shani mengingat dan menyebutkan hal-hal yang manis saja, agar suasana romantis nya semakin terasa.
"Ck!! Sebutin tuh yang romantis nya, yang berkesan gitu loh yank. Jangan yang jelek-jelek nya" gracia mencebik, bibir nya mengerucut membuat Shani terkekeh.
Tangan Shani terulur menarik hidung mancung milik kekasih nya, sontak membuat Gracia semakin mengerucutkan bibir nya "saking banyak nya, aku gak terlalu inget momen apa aja yang berkesan, karena setiap detik sama kamu itu udah punya kesan tersendiri buat aku"
Gracia tak mampu menahan kegesrekan nya akibat kalimat Shani, ia kini mengulum senyum nya lalu memeluk Shani dari Samping "uwu syekali Shanee, jangan sering-sering buat aku kelebihan gula" ucapnya membuat Shani kembali terkekeh "tapi kalo kamu ngomong manis kaya gitu, aku jadi pengen yang manis-manis kaya eskrim itu yank" tunjuk Gracia pada penjual eskrim setelah melepas pelukan nya, hal itu justru membuat Shani mendelik.
"Bilang aja minta di beliin eskrim"
Gracia mengedipkan sebelah mata nya "kamu emang paling the best Shanee" puji nya membuat Shani langsung berdiri, mengacak rambut Gracia sekilas lalu menghampiri tukang eskrim yang berada tak jauh dari tempatnya.
Gracia menatap punggung Shani yang berlalu pergi, sebelum mendongak menatap langit sore yang kini memanjakan mata nya. Seutas senyum terbit di wajah Gracia, menyadari sesuatu yang memang sebenarnya harus ia lakukan setiap waktu.
Yaitu, Bersyukur kepada Tuhan, karena telah mengirim seorang Shani untuk dirinya. Seseorang yang memiliki kesabaran diatas rata-rata, yang selalu saja mampu membuat Gracia merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia.
"Jangan ngelamunin aku, tau kok aku cantik" Shani duduk di samping Gracia, menyerahkan 1 cup eskrim rasa Strawberry, salah satu rasa kesukaan nya selain Matcha.
"Tingkat kepercayan diri anda wajib di kurangi Miss Indira" ucap Gracia lalu mengambil eskrim nya "makasih sayang, eh kok cuma satu sih?" Tanya Gracia heran.
"Liat kamu aja kadar gula aku udah naik, aku gak mau mati diabetes kalo ditambah keseringan mengkonsumsi makanan yang manis"
Kalimat Shani sukses membuat hati Gracia ketar-ketir, namun ia hanya bisa mengulum senyum nya sambil pura-pura melayangkan protes "gombal mulu kaya kang pantun" ucap Gracia lalu mengalihkan pandangan nya pada eskrim digenggaman nya.
"Gak usah pantun kamu udah cakep" lanjut Shani yang lagi-lagi membuat Gracia mati-matian menahan senyum gesrek nya.
Gracia padahal sering mendengar kalimat manis dari Shani, namun tetap saja semua kalimat-kalimat manis yang Shani ungkapkan selalu sukses membuat Gracia salah tingkah begini.
"Kamu mau acara tunangan kita dilaksanain dimana?" Tanya Shani, mengubah obrolan mereka kearah lebih serius, membuat Gracia menaikkan sebelah alis nya, heran karena topik nya berubah tiba-tiba.
"bukan nya udah di bahas ya sayang, Aku sih gimana kamu aja" jawab Gracia, sambil sesekali menyuap eskrim nya "tapi langsung lamaran terus nikah kayanya lebih baik yank, gak buang-buang duit"
Shani mengangguk mantap, kedua matanya menatap Gracia dengan intens. Tangan nya terulur mengusap sudut bibir Gracia yang terdapat noda dengan ibu jari nya "bocah" ledek Shani.
"Diyam! Gak usah ledek-ledek" ketus Gracia "eh tapi shan, kok acara Beby sama Anin di pindah ya nanti?" Tanya Gracia saat teringat sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan topik mereka.
"Maksudnya?" Tanya Shani heran
"Pas aku jalan-jalan di hotel kan, ngecek-ngecek gitu lah" Gracia menjelaskan sambil sesekali memakan eskrim nya, seolah takut eskrim nya akan segera mencair "nah aku denger beberapa karyawan yang lagi tutorial memperbanyak dosa" lanjutnya membuat Shani semakin penasaran.
"Maksudnya?" Tanya Shani, sungguh otak cerdas nya tidak dapat mencerna kalimat terakhir Gracia.
"Gibah yank, kan banyakin dosa itu" ucap Gracia membuat Shani mendengus "Mereka bilang gini, eh bos Beby katanya gak jadi ngadain acara pertunangan nya disini" Gracia menirukan gaya bicara orang tersebut "padahal udah seneng mau makan Gratis. Katanya sih gara-gara ada bos baru itu, Miss Gracia" lanjut nya sambil melirik ke arah Shani "aku gak tau itu bener atau enggak, tapi ya masa sih mereka bohong. Tapi gak tau ah" lanjut Gracia lalu menghabis kan eskrim nya. Menyimpan cup kosong di samping tubuh nya.
"Nanti aku cari tau" ucap Shani "soal-
"Bentar yank" sela Gracia saat merasakan getaran di hp nya "si Abin yank" ucap nya sambil menunjukkan layar hp nya.
"Angkat aja, loudspeaker" titah Shani dan segera di laksanakan oleh Gracia
"Hallo bin" sapa Gracia
"Hallo gre, loe sibuk?" Tanya anin di sebrang telpon
"Kenapa? Kangen?" Ledek Gracia
"Iyaa mau cium" goda Anin mengundang kekehan dari gracia, namun berbeda dengan Shani yang kini menampilkan ekspresi datar nya "serius bege, loe sibuk gak?" Lanjut Anin.
"Untuk sekarang sih enggak, kalo pagi sampe sore baru gue sibuk" jawab Gracia santai "maklum lah bos baru" lanjutnya penuh kesombongan.
"Banyak gaya anda" cibir Anin "Bisa ketemu di Cafe FX jam 7 gak malem ini ?" Tanya Anin penuh harap "sama Kak Shani, ada yang mau gue sampein"
Gracia menatap Shani, meminta jawaban atas permintaan anin. Sementara Shani hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Oke siap"
"Thanks ya, sampe ketemu ntar. Bye"
Tuutt...
"Tumben ni anak ngajak ketemu" tanya Gracia heran "kangen beneran kali ya sama aku" kekeh nya di akhir kalimat.
Sementara Shani langsung berdiri dari duduk nya, menatap datar pada Gracia yang masih menatap hp nya "balik atau gue tinggal" ucap nya lalu meninggalkan Gracia yang kini malah tersenyum tengil.
"Si triplek cemburu" gumam Gracia lalu berlari menyusul Shani setelah membuang cup kosong bekas es krim nya "tungguin triplek, jahat bener ninggalin pas lagi laper-lapernya"
"Ora ngurus!!"
__
Sesuai janji, Shani dan Gracia datang ke Cafe yang di sebut Anin tadi. Mereka langsung menuju ke sebuah meja di mana Anin sudah duduk disana.
"Sombong kali kau Cahyadi" ledek Gracia lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Anin, disusul Shani disamping nya.
"Loe anjir yang sombong Harlan, masih satu Peta juga susah banget mau ketemu" ucap Anin sambil memasang wajah kesal, sedetik kemudian tersenyum ke arah Shani "kaka apa kabar?" Tanya nya lembut.
Shani tersenyum tipis "baik" jawab nya singkat.
"Hidup ini keras ya brader, Beda spesies beda perlakuan nya" cibir Gracia "mentang-mentang ngomong sama yang lebih cakep, lembut bener itu lisan" lanjutnya mengundang tawa Anin.
"Orang biasa diem aja, jangan banyak komen" ucap Anin.
"Serah loe Cahyadi, jadi ada apa nih?" Tanya Gracia tanpa basa-basi lagi.
"Loe pesen aja dulu Harlan" ucap Anin sementara Shani hanya berkata dalam hati..
"Dua pengusaha ternama gak ada harga diri nya depan ni anak dua".
"agak ribet masalah nya. Takut loe haus terus malah ambil minum gue" ucap Anin yang mendapat tatapan tajam dari Gracia "gue udah tau ahlak loe minus" lanjutnya membuat Gracia semakin menatap tajam.
"Masih mending minus, dari pada loe Gak ada ahlak nya sama sekali" ucap Gracia lalu memanggil pelayan dan memesan minuman untuk dirinya dan Shani.
Setelah selesai dengan pesanan nya, kembali Gracia memfokuskan diri pada Anin "Jadi?" Tanya Gracia.
Anin menghembuskan nafas kasar, sebelum berkata "jadi gini, Gre kak Shani" ucap nya lalu menatap Gracia dan Shani bergantian "akhir-akhir ini gue ngerasa aneh sama pacar gue, bukan gue gak percaya ya, cuma gak tau kenapa Beby tuh kaya nyembunyiin sesuatu gitu"
Kalimat Anin membuat Gracia dan Shani kompak menyimak dengan seksama "gue sering pergokin dia pas telpon tapi gak tau sama siapa, dan bahas masalah rencana-rencana gitu" Anin menjeda kalimat nya "tiap ada gue selalu telpon nya langsung dimatiin, terus kaya salah tingkah gitu. Nah kapan hari tiba-tiba aja dia nanya-nanya hubungan loe, kak Shani dan Kak Okta"
Shani dan Gracia kompak menaikkan sebelah alis mereka saat mendengar nama okta disebut "gue sempet kasih tau dia masalah di kamar mandi dulu, abis itu beby langsung diem dan gak bahas apapun lagi" lanjutnya.
Sejenak fokus Gracia teralih pada pelayan yang mengantar minuman, tersenyum tipis sambil mengucap "terimakasih" lalu kembali fokus ke anin.
"Loe gak nanya hubungan okta sama beby apa?" Tanya Shani.
"Gue nanya kak, tapi dia cuma jawab 'okta temen aku, dan aku cuma mau tau kenapa dia dikeluarin dari sekolah'"
"Loe gak coba minta penjelasan atau apa gitu?" Tanya Gracia
Anin menggeleng "gue gak berani nanya karena dia kaya mikirin beban yang berat banget, dan gue mau dia tenang dulu saat itu"
Shani dan Gracia diam sejenak, sedetik kemudian Gracia kembali bertanya "Gue jadi keingetan, kenapa acara pertunangan loe di pindah nin? Bukan nya awal nya mau dilaksanain di hotel?" Tanya Gracia penasaran.
"Nah itu dia, acara pertunangan gue sama beby tuh semua dia yang urus. Dia bilang biar gue gak usah cape-cape, tau beres aja. Dan gue baru dikasih tau kemarin kalo acaranya pindah ke rumah beby"
"Jadi loe emang gak dilibatin sama sekali?" Tanya Shani membuat Anin menggeleng
"Enggak kak"
"Masalah ini gue gak bisa nanya langsung sama beby, jadi gue minta tolong sama loe buat cari tau lagi apa yang akan di lakukan sama okta dan beby. Kalo ada apa-apa hubungi gue secepat nya"
Kalimat dari Shani membuat Anin mengangguk paham "iya kak, nanti gue coba tanya lagi ke Beby, siapa tau dia mau cerita"
Mereka bertiga melanjutkan percakapan, sesekali membahas kegiatan mereka masing-masing, tentunya di dominasi Anin dan Gracia. Karena Shani seperti biasanya hanya menyimak saja.
__
Sementara Shani, Gracia dan Anin asyk berbincang, beby tengah mengemudikan mobil nya menuju kediaman Okta. Dia harus segera mencari kebenaran atas semua yang terjadi.
Tiba di depan Gerbang, Mobil Beby langsung di persilahkan masuk. Beby bergegas berjalan ke pintu utama setelah memarkirkan mobilnya. Setelah di persilahkan masuk oleh asisten rumah tangga keluarga Okta, beby segera berajalan menuju kamar Okta.
tok..tok
beby mengetuk pintu, segera ia melangkah masuk setelah pintu di buka oleh Okta. menutup nya dari dalam lalu berjalan menyusul okta yang berjalan ke arah balkon kamarnya.
Langkah beby sempat terhenti, sekilas pandangan Beby mengedar ke setiap sudut kamar sahabat nya ini, ia dibuat terkejut saat melihat banyak Foto Shani yang tertancap anak panah bahkan pisau di Dart board. Selain foto Shani ada beberapa foto Gracia juga yang terpampang di tembok tak jauh dari Foto Shani.
Berapa lama Beby tak berkunjung kesini, hingga ia tidak menyadari semua ini ?
Tanpa berniat membuang waktu lebih lama, ia segera bergegas menyusul Okta, untuk menanyakan semua nya.
"Mau apa loe kesini malem-malem?" tanya Okta to the point. Okta melipat kedua tangan nya di depan dada, meneliti dengan seksama sahabat lama nya ini.
"Gue cuma mau loe jujur sama gue, apa yang terjadi sebenarnya antara Loe, Shani dan Gracia. Juga tentang Foto-foto itu"
Okta terkekeh "maksud loe?" tanya nya santai.
"Anin udah cerita masalah loe, Gracia dan Shani. Juga penyebab loe dikeluarin dari sekolah" Jelas Beby namun malah membuat Okta tersenyum miring.
"terus mau loe apa sekarang? Loe udah tau cerita nya dari pacar loe, dan gue yakin loe bakal lebih percaya sama pacar loe itu, dibanding sama gue".
Beby menaikkan sebelah alisnya "jadi semua yang anin bilang itu bener?" tanya Beby memastikan "Loe yang mau macem-macem sama Gracia, sampe loe di peringatin Shani dan loe di keluarin dari sekolah"
"Gue gak bakal maksa loe buat percaya sama gue, yang jelas gue bakal tetep sama rencana awal gue. Dan apapun yang loe tau, gak akan merubah apapun"
"Loe gila ta" beby menggeleng pelan, sungguh ia tak habis fikir pada Sahabat nya ini. Padahal jelas-jelas Okta mengatakan bahwa Shani yang merebut Gracia, dan Shani juga yang menjebak okta, hingga ia dikeluarkan dari sekolah. Tapi semua itu terbantahkan oleh cerita Anin "please jangan bodoh ta, gue harap loe bisa mikir ulang dan batalin rencana loe itu"
Okta tertawa hambar "udah gue bilang, loe gak bakal bisa ngerubah apapun beby" Okta kini menatap beby dengan tajam. Bahkan nada bicara nya sudah tidak santai sama sekali.
"bilang sama gue, loe punya masalah apa sama Shani, karena gue yakin bukan Gracia penyebab utama nya"
Okta diam sejenak, mengalihkan pandangan nya kesamping, sedetik kemudian kembali menatap beby dengan tajam "loe gak ngerti dan gak akan pernah ngerti apa yang gue rasain"
kalimat Okta membuat beby semakin bingung "maksud loe apa sih?!" tanya beby mulai tidak sabar "kalo loe nganggep gue sahabat, harus nya loe cerita semua masalah loe sama gue, dan jujur sama gue. Bukan ngarang cerita murahan kaya gini" lnjutnya membuat Okta tertawa miris.
"Sahabat kata loe?" Okta memaksakan tawa nya.
"loe emang sahabat gue beb, tapi apa loe sadar kalo loe udah banyak berubah?" okta mengubah posisi nya, membalik tubuh nya membelakangi beby "loe berubah beb, gue bahkan gak kenal sama loe lagi semenjak loe terjun buat ngurus bisnis keluarga loe" okta terkekeh, kedua tangan nya ia lipat di depan dada "bahkan loe semakin berubah saat loe mulai ngejar Anin, loe sibuk sama dunia loe, loe sibuk sama semua hal tentang Anin sampe loe lupa sama keberadaan gue"
Beby terkesiap, ia akui semua kalimat Okta memang benar, tapi sungguh ia tidak bermaksud melupakan Okta. Ia hanya fokus pada apa yang ingin ia capai.
Tangan Beby terulur menyentuh bahu Okta namun segera di tepis kasar oleh Okta "gue minta maaf ta, gue gak pernah maksud ninggalin atau lupa sama loe. gue cuma-
"CUMA APA HAH?!!" okta berbalik menatap beby, pancaran emosi kini terlihat jelas di mata nya "loe bahkan tau gimana kehidupan gue sejak kecil beb, loe tau gimana perlakuan orang tua gue sama gue, dan ketika gue butuh seseorang buat berbagi, loe kemana hah?!"
beby menutup mata nya sejenak, kembali ia mengingat beberapa hal tentang sahabat nya ini. tentang bagaimana kehidupan yang ia jalani, tentang bagaimana sikap sang papa yang selalu menuntut nya menjadi yang terbaik. Ia menyadari bahwa beberapa tahun terakhir ini ia sibuk dengan dunia nya sendiri, ia sibuk dengan hal-hal yang membuat nya lupa bahwa ada seseorang yang membutuhkan nya juga.
Tapi kembali lagi pada permasalahan utama nya, apa hubungan semua ini dengan Shani?
"gue minta maaf ta, sungguh gue gak bermaksud bersikap kaya gini"
"udah lah beb, mending loe pergi aja dari sini. gue muak liat loe"
"please ta, jangan kaya gini" beby menatap penuh sesal, bagaimana pun ia menyayangi okta, dan tidak ingin terjadi suatu hal yang malah bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
"Loe gak bakal pernah ngerti beb"
"GUE GAK AKAN NGERTI KALO LOE GAK NGOMONG!!"
Beby kehilangan kesabaran nya, teriakan nya mengundang emosi Okta. Kedua mata okta membalas tatapan beby tak kalah tajam.
"Shani!" ucap okta menggantung. Ia melangkah maju, mengikis jarak dengan Beby "Loe tau siapa orang yang sejak dulu selalu dibandingin sama gue?" Okta menjeda kalimat nya, menghelas nafas dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.
"ORANG ITU SHANI!"
Beby terkesiap, sungguh ia tidak menyangka jika Shani adalah orang yang sejak dulu di benci oleh okta. Bodoh nya Beby tak pernah bertanya siapa yang selalu di bandingkan dengan dirinya, padahal Sejak dulu okta selalu bercerita tanpa pernah menyebut nama, dan sekarang ia tau kenapa Okta begitu membenci Shani.
"Ta dengerin gue" ucap Beby yang kini merubah intonasi menjadi lebih lembut "gue minta maaf sama loe karena gak pernah ada buat loe akhir-akhir ini. Tapi gue mohon, jangan nyelakain diri loe sendiri, loe tau yang loe lawan itu Shani. Gue gak mau loe kenapa-kenapa ta"
"Cih!! Emang kenapa kalo lawan gue Shani?" Tantang okta sambil tersenyum miring "oh gue tau, loe juga meragukan gue kan? Sama kaya papa yang selalu meragukan gue, selalu bandingin gue, dan selalu memuja Shani dengan segala kesempurnaan nya?"
"Bukan gitu maksud gue ta--
Beby terkesiap saat menyadari bahwa ia salah dalam menggunakan kalimat.
"Gue muak denger omongan kalian semua, mending loe pergi sebelum gue lempar dari sini"
Beby bergidig ngeri dengan ancaman sahabat nya ini, sungguh ia tidak menyangka jika okta memiliki sikap semenakutkan ini. Okta itu pribadi yang hangat setau beby, selalu bersikap baik, lembut bahkan setau beby dia tak pernah menyakiti siapapun.
"Gue gak peduli loe mau lempar gue kemanpun, yang jelas gue mau loe urungin niat loe. Karena gue tau yang loe benci itu bokap loe, bukan Shani"
"Haha gak usah sok tau"
Beby menunjuk bahu okta "kalo loe sampe lanjutin rencana loe, jangan salahin gue kalo gue bakal ikut campur dan berada di pihak Shani" ucap nya mengundang murka dari okta.
Ditarik nya kerah baju beby dengan kedua tangan nya, tatapan nya semakin menajam "kalo loe berani ikut campur, loe bakal tau akibatnya" ancam nya lalu melepas kerah baju beby sambil sedikit mendorong tubuh beby, membuat beby mundur beberapa langkah.
"Gue gak bakal diem" Ucap beby lalu bergegas meninggalkan okta yang masih berdiri dengan tatapan tajam nya,
Menatap punggung beby, hingga tak terjangkau lagi oleh kedua matanya.
"Loe liat aja nanti beb!"
__
"Sayang, hari minggu mau ngajak aku nonton theater gak?" Tanya Gracia yang kini merebahkan diri disamping Shani, sementara Shani masih duduk bersandar di kepala ranjang "katanya Oshi aku kangen sama aku" lanjut Gracia penuh percaya diri.
"Ayo aja" ucap Shani singkat
"Tumben banget langsung di iyain?" Tanya Gracia lalu memiringkan tubuh nya, sambil menatap Shani "biasanya aku harus ngerengek dulu 3 jam sampe kuping kamu panas, baru mau" lanjutnya.
"Aku bakal khususin hari minggu itu buat kamu, karena aku mau..ada satu hari dimana aku cuma fokus ke kamu"
"Ya Tuhan Shani" panik Gracia sambil menyimpan sebelah tangan nya di depan dada "Jiwa gesrek aku seketika bergejolak denger kalimat kamu" ucap Gracia membuat Shani dengan cepat merubah ekspresi nya dari heran menjadi tertawa.
"Sakarep mu lah Gee" ucap Shani lalu mengelus kepala Gracia "kamu nanti mau beli rumah dimana hmm?" Tanya Shani
"Waduh mbak, kok tiba-tiba jadi sales perumahan gini sih, gak tau apa jantung aku masih bergemuruh" goda Gracia lalu merubah posisi nya, menjadi duduk menghadap Shani, sementara Shani menggeleng pelan seraya berkata "rese banget" membuat Gracia tertawa lalu melanjutkan kalimatnya "emang kenapa kalo disini hmm? Ini kan rumah kita juga"
"Ini kan apartemen gee, beda sama rumah"
"Hmm sebentar, biar nona cantik ini mikir dulu" ucap Gracia lalu menyimpan telunjuk nya di kening Shani, membuat kepala Shani mundur.
"Kok ke kening aku?" Protes Shani.
"Hehe kan kamu lebih cantik dan pinter, jadi kamu aja yang mikir" ucap nya sambil cengengesan.
"Jawaban macam apa itu" cibir Shani
"Hehe canda sayang, Kamu keberatan gak kalo kita tinggal sama mama papa?" Tanya Gracia
"Mama papa kamu, apa mama papa aku?" Tanya Shani memastikan
"Ya mama papa kita"
"Kamu mau kumpulin semua keluarga kita?" Tanya Shani, membuat Gracia mengangguk.
"Biar rame aja sih yank, lagian nanti kalo kita punya anak kan mama-mama kita bisa bantu aku jagain anak-anak kita"
Shani diam sejenak, mencoba mencerna kalimat Gracia, dan menebak alur percakapan mereka ke arah mana.
"Emang kamu mau punya anak berapa sih?" Tanya Shani, yang malah mengundang senyuman tengil di wajah Gracia.
Gracia mengecup sekilas bibir Shani, lalu berkata "gak banyak yang, aku mau 7 aja. Sesuai angka favorit aku"
"Astaga!!"
= Tbc =
-Semanis Gracia, selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro