51
= Selamat Membaca =
*********************
Beby mengemudikan mobil nya dengan kecepatan tinggi, tak peduli sederas apa hujan malam ini. Ia butuh seseorang untuk membuatnya tenang kembali, siapa lagi jika bukan kekasihnya Anindita Cahyadi.
Sepulang bertemu dengan okta, beby merasa sangat gusar, hati nya mulai resah memikirkan rencana apa yang okta beritahu tadi. Ada banyak hal yang harus beby cari tahu mengenai hal apa saja yang sebenarnya terjadi dengan Okta, Gracia dan juga Shani, ia sangat berharap semoga kekasihnya bisa memberi sedikit pencerahan padanya nanti.
Mobil Beby masuk ke pekarangan rumah Anin setelah meminta izin penjaga keamanan. Segera ia mematikan mesin mobil nya lalu keluar menemui Anin yang sudah menunggu di ambang pintu.
"Tumben sayang tengah malem kesini?" Tanya Anin sebelum mengecup pipi Beby "dari mana sih, basah semua ini baju, ayo ganti dlu" lanjutnya membuat beby mengangguk pasrah tanpa berniat menjawab apapun.
Keduanya masuk dan berjalan menuju kamar Anin.
"Kamu bersih-bersih dulu, aku siapin baju" titah Anin yang lagi-lagi tak di bantah oleh beby.
Anin sedikit heran dengan sikap kekasih nya ini, tidak biasanya beby hanya diam saat bertemu Anin. Biasanya ia selalu mencari alasan untuk mencium, memeluk atau bahkan menggoda anin lebih lama lagi.
Mungkin Beby Chaesara lelah. Fikir Anin.
Segera anin mengambil pakaian untuk beby di lemari nya, menaruh nya diatas kasur lalu beranjak ke dapur untuk membuat minuman hangat untuk kekasih nya.
Beberapa menit berlalu, Anin kembali ke kamar nya dengan membawa segelas susu hangat untuk beby.
Anin menyodorkan gelasnya pada beby yang sedang duduk di ujung kasur. "Minum dulu sayang" ucap Anin
"Makasih" ucap beby seraya tersenyum tipis.
Beby menyimpan gelas nya di meja setelah menghabiskan setengah isinya, lalu menatap anin yang kini duduk di samping nya.
"Kamu ada masalah sayang?" Tanya anin sambil mengelus pipi beby, namun bukan nya menjawab, beby malah menghambur ke pelukan anin, menenggelam kan wajahnya di ceruk leher anin.
Anin membalas pelukan beby, tangan nya terulur mengusap punggung sesekali beralih mengelus kepala beby.
"Sayang?" Panggil Anin lembut
"Aku cuma kangen kamu aja" ucap Beby membuat anin diam dan kembali melanjutkan kegiatan nya mengelus-ngelus kepala beby cukup lama.
"Sayang" panggil beby sambil merenggangkan pelukan nya, lalu menatap Anin "Aku boleh tanya sesuatu?" Lanjutnya membuat anin mengangguk.
"Silahkan sayang"
Beby membenarkan letak duduk nya, kembali menatap anin dengan Intens "kamu kenal sama Okta kan?" Tanya beby membuat Anin sedikit terkejut, sedetik kemudian mengangguk pelan.
"Coba ceritain apapun yang kamu tau tentang Okta, Shani dan gracia" Tanya nya yang lagi-lagi membuat anin semakin di buat bingung.
"Bentar... bentar deh. Kamu kok bisa kenal kak okta?" Selidik anin membuat beby diam sejenak.
Beby sedikit bingung harus menjawab apa, tapi karena beby sudah terlanjur bertanya, Mau tidak mau ia harus menjawab jujur "dia temen aku" jawab beby singkat.
Merasa jawaban beby cukup masuk akal, Anin mulai menjelaskan "Setau aku, kak Okta itu temen sekelas kak Shani, sama kak Vienny. Bahkan sering kok mereka bareng-bareng kalo disekolah. Kadang kak okta bantuin kak Vienny buat Bully Gracia, karena Gracia dulu langganan bully nya kak Vienny"
Beby diam mencerna, kini banyak tanya muncul di benak nya. Bagaimana bisa seorang Shania Gracia menjadi korban bully? Apa Shani tidak murka karena hal itu? Kembali beby dibuat bingung oleh cerita anin. Oh ayolah, putri sematawayang Pak Harlan, seorang pengusaha ternama jadi korban bully? Lelucon macam apa ini?
Namun tanpa berniat menyela terlebih dahulu, ia lebih memilih kembali fokus pada cerita Anin.
"Nah pas aku sama Gracia ke kamar mandi. Katanya kak Okta kaya mau macem-macem gitu sama Gracia, tapi keburu ketauan Shani, ternyata kak okta itu udah lama suka sama Gracia. Katanya juga Kak Shani ngasih peringatan ke kak okta sampe kak Shani mukul kaca wastafle. Besok nya kak okta langsung di keluarin dari sekolah. Aku gak liat langsung pas kejadian, karena aku lagi didalem bilik kamar mandi, pake headset pula, aku juga kaget pas keluar dan langsung liat pecahan kaca sama bercak darah gitu. Ngeri banget pokok nya kak Shani"
Anin menjelas kan sesuai apa yang ia tahu dan dengar dari teman-teman nya, namun ia tidak menceritakan bahwa semenjak kejadian itu Anin jadi berhenti berharap dan berhenti mendekati Gracia. Biarlah itu menjadi rahasia ia dan semesta.
Beby masih diam, sungguh ini diluar perkiraan nya. Semua cerita yang ia dengar Versi Anin, sangat berbeda dengan cerita Versi okta. Beby kini dalam dilema besar, siapa disini yang harus ia percaya? Anin kekasihnya, atau okta sahabatnya?
"Sayang kok diem?" Tanya anin membuyarkan lamunan beby
"Eng-engak papa. Makasih ya udah cerita"
"Emang kenapa sih? Tumben kamu tanya-tanya"
"Mm aku cuma mau tau aja kenapa okta di keluarin dari sekolah"
Anin mengangguk, namun ia tak sepenuh nya yakin pada ucapan kekasih nya ini. Anin merasa bahwa beby menyembunyikan sesuatu dari Anin, dan Anin sepertinya harus mencari tau nya nanti.
Tanpa berniat bertanya apapun lagi, Beby menarik Anin dalam pelukan nya, mencium beberapan kali puncak kepala Anin, berusaha mencari ketenangan lewat pelukan kekasih nya, sambil berusaha memikirkan cara untuk mencari kebenaran atas semua hal yang terjadi.
__
Seorang gadis berperawakan tinggi sedang mengendarai motor besar nya dengan kecepatan diatas rata-rata. Dengan lihai ia mengendarai motor kesayangan nya membelah jalanan kota yang masih cukup ramai, menembus rintik hujan yang mengguyur bumi sejak sore, hingga tengah malam ini.
Tanpa berniat menepi ke tempat yang bisa melindungi, gadis itu tetap melajukan motornya, padahal jaket nya sudah basah hingga menembus kaos yang ia kenakan di dalam nya.
Tiba di depan gerbang rumah nya, gadis itu menekan Klakson tiga kali. Pintu gerbang otomatis terbuka saat di tekan tombol nya oleh penjaga.
Gadis itu memarkirkan motor kesayangan nya di antara deretan mobil mewah milik keluarga nya, melepas helm kesayangan nya lalu menyimpan di tempat yang tersedia.
Setelah memastikan motor nya aman, Gadis itu berjalan melalui pintu samping dengan kunci cadangan miliknya. kebetulan pintu ini langsung menghubungkan ke ruang tengah di rumah nya, jadi ia tidak perlu berputar terlalu jauh ke pintu utama.
"DARI MANA KAMU BARU PULANG JAM SEGINI HAH?!"
Suara bariton dari seorang laki-laki paruh baya menggema di seluruh ruangan, menyambut kedatangan gadis yang kini menutup matanya sejenak, guna meredam keterkejutan nya.
"DASAR ANAK GAK TAU DI UNTUNG!"
lanjutnya tanpa menurunkan intonasi suaranya.
Gadis itu masih diam di tempatnya, tak berniat sedikit pun menjawab tanya yang bahkan lebih cocok di sebut bentakan dari sang papa.
"Mau jadi apa kamu hah? pengamen? Tukang corat-coret tembok?" Ucapnya sambil melipat kedua tangan nya di depan dada "Malu-maluin nama keluarga aja" lanjutnya sambil menatap remeh gadis di depan nya.
"Ck!! Bisa gak Sekali aja kamu tuh ngelakuin hal yang bener kaya dia" kembali sang papa mengeluarkan kalimat nya sambil membuang muka. Seolah sudah sangat muak melihat kelakuan anak bungsu nya.
"Paah udah ya, kasian okta baru pulang"
Lerai sang mama yang sejak tadi berdiri di samping sang papa, sambil menatap kawatir pada anak bungsu nya.
"Belain terus anak gak tau diri itu" ucap nya lalu pergi meninggalkan okta yang kini menahan emosi sambil menekan rasa sakit yang selalu ia terima dari sang papa.
"Kamu udah makan sayang?"
Tanya sang mama sambil mengusap pipi okta, membuat okta mengangguk lemah.
Ditarik nya tubuh okta ke dalam pelukan, tanpa mempedulikan pakaian nya yang akan ikut basah, mencoba memberi ketenangan kepada anak bungsu yang selalu saja mendapat perlakuan tidak mengenakan dari suaminya ini.
"Maafin mama ya, Kamu sekarang ganti baju terus istirahat ya sayang, udah malem" ucap sang mama lalu melepas pelukan nya, memberikan senyuman yang sedikit di paksakan, seolah memberi ketenangan dan sedikit kekuatan yang sebenarnya ia pun tak memiliki nya.
"Iyaa ma makasih"
Okta berlalu menuju lantai dua, dimana kamar nya berada. Menutup pintu dari dalam dengan cukup kencang.
"Arghhhh!!!" teriak nya penuh emosi
"Semua ini gara-gara loe" tunjuk nya pada sebuah foto yang menempel di Dart Board. Tak hanya satu, ada beberapa foto orang yang sama menempel di sana. Foto yang selalu membuat okta menatap penuh benci dan ingin segera melenyapkan nya dari muka bumi.
Untuk Saat ini okta hanya bisa melempar anak panah, atau memaki foto-foto tersebut untuk meluapkan emosi, namun bukan hanya anak panah yang biasa okta lempar pada foto tersebut, ada juga pisau kecil yang ia lempar dan tepat mengenai salah satu foto tersebut.
"Ini semua gara-gara loe, dan loe harus terima semua akibat nya, Shani!! "
___
Pukul 05.00
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎🎶
Stroberi, Pisang, Apel
Tercium aroma yang manis
Melon, Ceri, Jeruk
Ku jadi ingin menciumnya
Saat itu aku bingung, aku si buah alpukat
Tapi bukan alpukat, iya deh alpukat...
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎🎶
||
Pukul 05.15
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
Ah hanya dengan menatap
segala yang ada di dirimu
Ah hatiku ini terpuaskan,
perasaan pun menjadi nyaman
Ah malam musim panas
yang seperti radiasi panas cinta
Ah ciumanmu di siang ini
masih tersisa di kulit pipiku
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
||
Pukul 05.30
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
Saka Agari
Aku hentakkan kaki ke tanah
Matahari pun terlihat ikut berputar
Saka Agari
Jika kita t'lah tumbuh dewasa
Segalanya akan terlihat berbeda
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
||
Hari ini, hari pertama Gracia berniat pergi ke Hotel. Sejak semalam dirinya sudah sangat bersemangat dan berniat untuk bangun lebih awal. Selain itu Gracia bilang bahwa ia yang akan menyiapkan sarapan pagi, menggantikan tugas Shani selama ini.
Tapi kenyataan nya sudah beberapa alarm dengan lagu yang berbeda berbunyi, tak satupun yang berhasil membuat Gracia bangun.
Tapi ya sudah lah, yang penting Gracia sudah memiliki niat, dan itu harus Shani apresiasi.
Namun jika kondisi nya seperti ini, apakah Shani harus membawa satu team idol grup kesayangan Gracia ke kamar nya untuk membawakan satu Setlist agar gadis nya itu cepat bangun?
Pukul 05.45
🎶▪︎🎶▪︎🎶
Walau ku sangat ingin bertemu
Walau ku menyukaimu
Kau jalan berlalu di depan mataku
Walaupun jadi begini
Aku tetap melihatmu dari tempat ini
▪︎🎶▪︎🎶
Oke abaikan lagi bunyi alarm Gracia, shani ingin tau apa gadis nya bisa bangun sendiri atau tidak. Shani lebih memilih beranjak ke dapur untuk membuat sarapan, dari pada menunggu sesuatu yang tak pasti, seperti kalian yang mengharap kepekaan dari do'i.
Saking sering nya mendengar nada alarm pagi dari hp kekasih tercintanya, ada satu lagu yang membekas di ingatan Shani, dan hal itu mulai mengganggu fikiran Shani. Shani sering bertanya dalam hati tentang lagu buah-buahan yang selalu terngiang di otak cerdas nya itu.
Shani ingat saat pertama kali mendengar lagu dengan lirik strawberry, pisang, apel dan Shani hanya berkata dalam hati lagu apasih!. Sambil berusaha untuk tidak mengingat nya lagi.
Hari kedua, kembali Shani mendengar lagu tersebut, dan kali ini lirik yang terngiang di ingatan shani bertambah strawberry pisang apel, melon cerry jeruk, kiwi persik alpukat. Oke Shani masih mengabaikan nya. Berusaha menghilangkan lirik tersebut di otak Shani.
Hari seterus dan seterus nya, kembali Shani mendengar lagu tersebut, saking sering nya lagu itu di dengar saat pagi, dan sering di putar oleh Gracia jika ada kesempatan, kini otak nya mampu mengingat lebih banyak lagi, bahkan tak hanya lirik, nada lagu nya pun Shani sangat hafal.
Gila nya, Shani pernah menyanyikan lagu tersebut di kantor nya secara tidak sadar, kepala nya mengangguk-angguk menikmati lagu yang ia nyanyikan sendiri, bahkan jemarinya ikut mengetuk-ngetuk meja sesuai irama yang dilantunkan nya strawberry pisang apel,
Tercium aroma yang manis,
melon cerry jeruk,
ku jadi ingin mencium nya,
Saat itu aku bingung,
aku si buah alpukat,
tapi bukan alpukat,
iyadeh alpukat.
Diakhir lirik Shani terkesiap lalu menoleh ke sekeliling nya, ia terkekeh menertawakan kelakuan nya, sambil mengusap tengkuknya sendiri dan menggumam dalam hati..
"Ya Tuhan, kenapa otak hamba isi nya malah alpukat tapi bukan alpukat, eh iya alpukat"
Untung saja ia hanya sendiri di ruangan nya, mungkin jika ada yang tau Shani melantunkan lagu buah-buahan itu, entah bagaimana nanti kabar pamor Shani.
Sekarang Setiap mendengar lagu tersebut shani sering terkekeh dan malu sendiri, untung saja Gracia tidak tau hal tersebut. Jika Gracia tau, mungkin saja ia akan mengajak shani untuk menari mengikuti gerakan lagu tersebut sesuai dengan yang di peragakan oleh Oshinya. Bisa pusing kepala Shani jika berputar-putar seperti itu.
Oh Tidak!
Selesai membuat sarapan, seperti biasa Shani akan membangunkan Tuan putri yang katanya ingin menjadi manusia produktif yang diawali dengan bangun pagi.
Tapi tetap saja realita nya tak sesuai ekspektasi, ada-ada saja memang kelakuan anak Pak Harlan ini.
Pukul 06.00
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
Kasih andai anganku bersuara
dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara
di fajar hati
Kelingking kita berjanji
Jari manis jadi saksi
Bahagia
Hingga sang bumi
Tak berputar lagi
🎶 ▪︎ 🎶 ▪︎ 🎶
||
Nah ini lagu terakhir yang menjadi nada alarm Gracia, Shani tidak tau ini lagu apa. Hanya saja saking sering mendengar lagu ini, ia jadi lumayan suka lagu ini selain lagu alpukat tadi.
Bahkan Gracia sering bilang bahwa jika ia menikah nanti, ia ingin mengundang satu team idol grup nya dan menyanyikan lagu tersebut. Seperti nya Shani harus menyediakan tempat yang luas, seperti menyewa stadion sepak bola mungkin, untuk resepsi pernikahan nya nanti, sekalian mengadakan handshake Event untuk para Fans garis keras nya.
Virusss osha oshi memang bahaya. Menyebar lebih cepat dari yang Shani bayangkan. Shani wajib siaga.
"Sayang bangun yuk!"
Shani menggoyang bahu Gracia beberapa kali. "Sayang!!"
Shani tersenyum mengejek melihat tidak ada pergerakan dari kekasih nya ini
"Katanya mau jadi manusia produktif, ayo bangun" lagi, shani berusaha membangun kan Gracia.
Shani berkacak pinggang, sedetik kemudian menarik selimut Gracia, serta merebut Boneka kesayangan Gracia dari pelukan nya. Hal tersebut sukses mengundamg pergerakan dari Gracia, tangan nya bergerak di kasur mencari keberadaan boneka nya, namun tidak ia dapat kan, dan mau tidak mau Gracia membuka matanya perlahan.
"Pagi sayang, hehe" sapa Gracia saat kedua mata nya terbuka sempurna dan melihat orang yang sempurna juga sedang berdiri di hadapan nya "jam berapa?" Tanya nya lalu menatap jam yang menggantung di tembok kamarnya.
"Aduh!!! Kok udah jam segini?" Paniknya lalu mengubah posisi menjadi duduk "kok alarm aku gak ada yang bunyi sih yank?" Tanya nya namun Shani tak berniat menjawab, hanya mengangkat bahu nya acuh.
"Aku mandi dulu deh, takut gak keburu bikin alis, bahaya nanti"
Gracia beranjak dari kasur nya, berjalan cepat menuju kamar mandi, meninggalkan Shani yang kini menggeleng pelan sambil bergumam dalam hati...
"masalah hidup pacar gue cuma sebatas bikin alis doang"
__
"Sayang!!"
"Sayang!!"
"Sayang ooh sayang!!"
Shani menyimpan cangkir kopi yang baru saja ia nikmati isi nya seteguk ke atas meja, berjalan menghampiri tuan putri yang tak pernah tidak rusuh setiap pagi.
Apalagi yang ia cari pagi ini?
Shani membuka pintu, seperti biasa ia hanya diam diambang pintu.
"Iyaa sayang?" Jawab Shani "kenapa hmm?" Tanya nya.
"Sayang cincin aku kok gak ada ya?" Tanya nya panik sambil membuka beberapa kotak aksesoris, laci serta lemari miliknya.
"Cincin yang mana?" Tanya Shani
"Cincin aku sayang" ucap nya sambil membongkar isi laci nya
"Iyaa, cincin yang baru beli minggu kemarin, atau beli kapan hari? Atau yang baru kamu pesen kemarin sore?" Lanjutnya membuat Gracia berbalik.
"Kok kamu tau aku pesen cincin?" Tanya nya menyelidik.
Shani tersenyum mengejek "mohon maap sebelum nya, yang kamu pake Transaksi itu kartu kredit aku, jadi kecil kemungkinan kalo aku gak tau" jelas shani membuat Gracia terkekeh.
"Suka gitu ih yank, jadi enak kan aku nya" ucap Gracia masih menunjukkan senyum malu nya "jadi mana cincin aku?" Lanjut nya kembali pada topik utama
"Yang?"
"Yang dari kamu sayang, sekarang kan udah gak sekolah, jadi aku mau pake tiap hari kaya kamu, biar meminimalisir korban patah hati dan biar dunia tau kalo aku udah ada yang punya"
"Ohh"
"Jangan oh aja, aku lupa terakhir nyimpen nya dimana"
"Kamu masih pake handuk sayang, jadi cincin nya gak keliatan"
"Maksudnya?" Tanya Gracia bingung
Shani menghembuskan nafas kasar nya. "Kan cincin nya kamu jadiin bandul kalung Gracia, Astagaa"
Gracia menepuk pelan dahi nya, lalu menarik kalung nya "hehe iya ternyata, salahin handuk nya nih yang ngalangin cincin aku" ucap nya tanpa dosa.
Shani hanya memaksakan senyum nya lalu berbalik hendak menutup pintu, namun belum sempat ia melangkahkan kaki nya, suara Gracia seketika menghentikan nya.
"Eh sayang!!"
Shani kembali membalik tubuhnya
"apa lagi astaga!" Tanya Shani kesal.
"I love you"
___
Mobil milik Shani tiba di parkiran khusus milik nya. Setelah mematikan mesin mobil dan melepas sabuk pengaman, kedua mata Shani kini menatap Gracia.
"Udah siap sayang?" Tanya Shani sambil tersenyum hangat.
"Siap Capt!" Jawab Gracia antusias.
Shani tersenyum, tangan nya terulur mengusap pipi Gracia sekilas, matanya beralih menatap cincin di jari Gracia yang bentuk nya sama dengan milik Shani.
Cincin yang menjadi saksi cinta mereka, cincin yang akan selalu menghiasi jari keduanya, sampai nanti diganti dengan cincin pernikahan mereka.
"Kamu kuliah sampe jam berapa?" Tanya Gracia membuat fokus shani beralih pada mata Gracia.
"Sampai sore, aku nanti langsung jemput kamu"
Gracia mengangguk, lalu mencondongkan tubuh nya, mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir Shani. "Iya Shani nya aku, ayo turun ah, gak sabar aku mau jadi bos" ucapnya diakhiri kekehan yang menular pada Shani.
"Sakarepmu lah yank" gumam Shani.
Shani dan Gracia berjalan menuju kantor yang berada di lantai 4 hotel nya, sesekali Shani membalas sapaan pegawai nya dengan senyuman tipis, begitupun dengan Gracia.
"Selamat pagi Miss Indira" sapa Farah yang sudah tiba terlebih dahulu "Selamat pagi Miss Gracia" lanjutnya menyapa Gracia.
"Pagi kak" jawab Shani
"Pagi kak Farah" jawab Gracia "kaka apa kabar? Lama gak ketemu" lanjutnya
"Aku baik kok, masih waras-waras aja ngadepin dia " jawab farah sambil menatap Shani dengan ekor mata nya, sukses membuat Gracia tertawa pelan, sementara Shani hanya mendengus.
"Aku gak lama kak, titip Gracia ya" ucap Shani yang diangguki oleh Farah "jangan sampe lecet" lanjutnya membuat Gracia melotot.
"Pakein buble wrap yank, biar gak lecet" cibir Gracia, membuat Shani terkekeh pelan.
"Kamu kerja yang bener ya, aku berangkat ke kampus" ucap Shani yang membuat Gracia mengangguk semangat.
"Bye" pamit Shani setelah mengelus kepala Gracia sebentar.
"Bye sayang" balas Gracia.
Sepergi nya Shani, kini Gracia dan Farah duduk saling berhadapan di satu meja. Farah mulai fokus menjelaskan beberapa hal pada Gracia, sementara Gracia fokus memperhatikan sekaligus mencerna apa yang Farah jelaskan.
Untung saja tadi pagi Gracia sudah minum Vitamin yang di siapkan oleh Shani, sehingga otak nya bisa berfungsi dengan baik. Sekalipun Gracia terlahir dari keluarga Harlan, namun tetap saja ia menemui banyak kesulitan karena ini pertama kali nya ia mengurus hal-hal seperti ini. Gracia bukan Shani yang memang sudah terlatih sejak lama, namun Gracia tetap yakin bahwa ia mampu membuat Shani bangga pada nya nanti.
"Kerjaan ternyata lebih susah dari pada bikin alis. Shani bener, mending aku mikirin osha oshi aja" batin Gracia.
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro