50
= Selamat Membaca =
*************************
Shani, Gracia dan Beby duduk berhadapan diruangan khusus yang menjadi ruang kerja Beby. Beby bergerak gelisah di tempatnya, pasalnya tiba-tiba saja Shani mengajak bertemu setelah acara kelulusan. Hal tersebut membuat beby tidak bisa memberikan alasan untuk menolak ajakan Shani kali ini.
"Ada apa ya kak?" Tanya beby sambil menatap Shani. Tatapan tersirat keraguan yang jarang beby tunjukkan "tumben mendadak gini?" lanjutnya seraya mengubah posisi duduk nya beberapa kali.
"Langsung aja, kasih saya alasan kenapa kamu merumahkan sebagian pegawai tanpa diskusi dengan saya?"
Kalimat tanya Shani membuat beby berfikir sejenak "bisa kah kita berbincang berdua saja kak?" Tanya beby yang seolah risih karena sejak tadi di tatap serius oleh orang di samping Shani, siapa lagi jika bukan Gracia.
Beby baru mengetahui satu hal tentang Gracia, gadis itu ternyata memiliki aura intimidasi yang sangat kuat, tidak jauh dengan Shani. Oh ayolah, Beby lupa jika Gracia terlahir dari keluarga Harlan. Itu artinya Beby harus lebih dan lebih waspada.
Gracia memainkan pulpen warna hitam yang dipegang nya, memutar-mutar nya berapa kali sebelum angkat suara "Kenapa dengan kehadiran saya?" Tanya Gracia dengan nada datar "Saya fikir Shani juga tidak keberatan" lanjutnya seraya menaikkan sebelah alisnya, membuat beby kembali merubah posisi duduk nya. Duduk tegap menatap keduanya.
"Iya gapapa" ucap Beby
"Jadi?" Tanya Shani singkat
"Mm Hotel kita sedang mengalami penurunan yang cukup drastis kak, jadi aku fikir pengurangan pegawai akan membuat pengeluaran hotel bisa dikurangi lagi"
Shani dan Gracia masih menyimak dengan seksama, namun sepertinya hanya Gracia yang tersenyum miring saat memperhatikan sikap Beby.
Shani yang sejak tadi melihat gelagat aneh dari Beby, kembali bertanya dalam hati. Apa yang sedang beby rencanakan saat ini, apa semua ini ada hubungan nya dengan okta, seperti kata Vienny?.
Tak ingin banyak menerka Shani langsung menanyakan perihal kedua "lalu, maksud kamu mencairkan dana cadangan sebanyak itu untuk apa?"
Pertanyaan Shani kembali membuat beby diam sejenak.
Gracia yang sejak tadi menyimak, kini tangan kiri nya beralih mengambil hp di kantong celana nya, lalu mengirim beberapa pesan pada seseorang. Setelah selesai, ia kembali menyimpan Hp nya.
"Aku hanya meminjam nya sebentar kak, nanti pasti langsung aku balikin lagi"
Shani menaikkan sebelah alisnya "untuk?" tanya Shani.
"Kayanya itu hal Privasi kak, aku punya hak untuk tidak harus menjawabnya"
Gracia yang mulai kesal kemudian angkat bicara "Yang kamu gunakan juga uang Shani, apa salah jika shani bertanya Uang nya di gunakan untuk apa?"
Beby terkesiap, memang benar uang yang dia gunakan juga uang Shani, sedetik kemudian dengan Ragu Beby berkata "Aku akan melaksanakan pertunangan aku sama anin minggu depan, dan itu biaya nya gak sedikit kak. Mohon pengertian nya"
Shani dan Gracia kompak tertawa dalam hati, sungguh ini alasan yang cukup aneh bagi Mereka.
Siapa yang tidak mengenal keluarga beby? Salah satu keluarga yang kekayaan nya tidak akan habis hanya karena membuat pesta. Bahkan jika Mereka mau, mereka bisa saja mengadakan pesta 7hari 7 malam tanpa harus mengandalkan uang dari hotel.
Satu hal Lagi yang Shani yakini, tidak mungkin tabungan beby seminim itu, karena ia tau proyek apa saja yang beby kerjakan, dan itu semua menjadi sumber uang yang cukup menjanjikan untuk beby.
Lalu apa sebenernya yang beby rencanakan?
Gracia mengetuk meja dengan ujung jari telunjuk nya dua kali, tersenyum tipis saat menyadari ekspresi beby. "Terimakasih untuk penjelasan nya, mulai besok saya akan bertugas mengawasi hotel disini, mewakili Shani"
Tak hanya beby yang terkejut dengan penuturan Gracia, Shani pun langsung menoleh, menatap penuh tanya pada kekasih nya.
Gracia menggenggam sebelah tangan shani di bawah meja, menatap dalam mata shani lalu sedikit mengangguk disertai senyuman tipis. Berkata lewat isyarat bahwa semua nya akan baik-baik saja.
"Saya kira itu saja, permisi. Selamat malam" pamit Gracia lalu berdiri.
Tanpa berniat pamit pada Beby, Shani langsung berdiri menyusul Gracia, anggap saja kalimat gracia tadi sudah mewakili. Shani menutup pintu ruangan beby dari luar, meninggalkan beby yang kini menyandarkan kepala nya pada sandaran kursi.
"Ckk!! Kenaapa jadi gini" gumam nya lalu meraih hp di atas meja. Mencari kontak seseorang lalu menghubungi nya.
"Kita ketemu setengah jam lagi di cafe biasa"
Ucap beby pada seseorang di sebrang telpon.
Tuut
Beby mengakhiri panggilan nya, segera ia meraih tas milik nya lalu meluncur ke tempat tujuan nya.
__
28 menit berlalu beby tiba di sebuah Cafe yang terletak di sudut kota, tidak terlalu besar namun cukup ramai oleh pengunjung yang datang.
Dengan langkah pasti beby berjalan ke Sudut ruangan di mana seseorang yang ia tuju sudah berada di sana.
"Udah lama?" Tanya beby sambil menarik kursi, menyimpan tas nya di atas meja, lalu duduk.
"Gak, baru aja gue duduk" ucap sesorang tersebut "loe gue pesenin kaya biasa" lanjutnya membut beby mengangguk, seraya berkata "thankyou".
"Tadi Shani sama Gracia nemuin gue, mereka kayanya curiga sama gue" kalimat beby membuat lawan bicara nya tersenyum tipis.
"Gue yakin ada hubungan nya sama Vienny, karena kemarin malem dia nemuin gue"
Beby menaikkan sebelah alis nya "terus? Dia bilang apa aja ta?" Tanya beby penasaran. Ia menatap intens lawan bicara nya, yang tak lain adalah Sahabat nya, Okta.
"Dia bilang gak mau lanjut deketin Gracia, karena dia udah pasti ditolak. Dia juga mau kuliah ke Luar negeri" okta merubah posisi duduk nya, mencondongkan kepalanya ke depan lalu sedikit memelan kan suaranya "dia sempet ngancem gue buat gak ganggu Shani sama Gracia lagi, untung aja gue gak kasih tau rencana utama gue sama dia. Kalo sampe dia tau dan bilang ke Shani, bisa gagal rencana kita"
Beby mengangguk paham "terus gimana masalah gue? Mana besok Gracia bakal turun tangan di Hotel. Gue gabisa bergerak bebas kalo Harlan sama Natio udah di satu tempat. Tadi aja gue merinding diliatin Gracia"
Penjelasan Beby membuat Okta berfikir cepat, mencari jalan yang akan mereka ambil nantinya.
"Loe tau kan duit yang gue kasih ke loe itu cadangan hotel? udah gue cairin banyak pula, posisi gue makin sulit aja " lanjut beby frustasi
"Jadi loe gak ikhlas nih?" Okta tersenyum miring sambil menaikkan intonasi nya "gue padahal pinjem nya duit tabungan loe" lanjutnya membuat beby terkesiap. Merasa bahwa kalimat nya memang salah dan menyinggung sahabat nya.
"Bukan gitu maksud gue, loe sahabat gue dan gak mungkin gue gak ikhlas. Masalah nya kalo pake tabungan gue, papa bakal curiga"
Okta mengangguk, menerima penjelasan beby yang masuk akal "Okee gini, masalah tu duit pasti gue ganti. Yang penting sekarang gimana kalo kita jalanin rencana B?" Ucap Okta membuat beby menatap penuh tanya "acara tunangan loe adain di rumah loe, dan gue bakal atur semua nya" lanjut Okta.
Beby diam tak bergeming, otak cerdas nya tak bisa menggapai apa yang okta rencanakan sebenarnya. Bahkan ia masih bingung kenapa sahabatnya ini sebegitu benci nya pada Shani?
Setau Beby, selama mengenal Shani, dia bukan tipe orang pembuat masalah. Namun jika masalah nya tentang Gracia, bukan kah Okta harus nya mengerti bahwa cinta itu gak bisa di Paksakan??
Tapi beby sudah terlanjut menyanggupi untuk membantu okta sahabatnya, sebagai balas budi karena okta sudah sangat berjasa di hidup Beby.
"Okee itu bisa kita atur" ucap beby sambil kembali berfikir, ada satu pertanyaan penting yang harus beby tanyakan pada Okta "kalo gue boleh tau, duit yang gue kasih kemarin buat apa?" Tanya beby.
Okta tersenyum miring, ia kembali mencondongkan tubuh nya ke arah beby lalu berbisik.
Beby menegang di tempat nya, satu kalimat Okta barusan sukses membuat beby kaget setengah mati. Sejauh ini kah rencana Okta untuk Shani? Bukan kah rencana awal nya hanya memberi shani pelajaran lalu kembali merebut hati Gracia?
Beby menatap Okta penuh tanya, ia ingin kembali memastikan bahwa apa yang di dengar kedua telunga nya tidak salah.
"Coba ulang kalimat loe barusan" titah beby membuat okta kembali tersenyum miring
"Gue sewa pembunuh bayaran buat lenyapin Shani"
"Loe gila okta!!"
__
Mobil Shani melesat menuju kediaman Harlan sesuai dengan keinginan Tuan putri di samping Shani.
Tiba di halaman depan, mematikan mesin mobil lalu melepas Sabuk pengaman. Dengan cepat Shani keluar lalu membuka pintu untuk Gracia seraya menunjukkan senyuman nya.
"Makasih cinta" ucap Gracia dengan senyum tak kalah manis dari shani.
Shani memberikan kunci mobil pada seorang bodyguard untuk di parkirkan di tempat nya, lalu berjalan sambil merangkul pinggang Gracia masuk ke dalam rumah.
"KAK GEGE !!!" Teriak Chika dari dalam rumah menyambut kedatangan Gracia, membuat seisi rumah meringis karena suara yang sangat kencang "KANGEN!!!" lanjut nya membuat Gracia terkekeh, sementara Shani, Harlan dan Sandra kompak menutup telinga dengan kedua tangan mereka.
"JANGAN TERIAK ASTAGA!!!" Teriak Gracia yang cukup membuat telinga Shani kembali berdengung hebat, harus nya Shani menutup telinga lebih lama tadi.
"Kaka juga teriak ih!" Protes Chika "mau peluk" rengeknya sambil langsung memeluk Gracia, membuat Shani sedikit menggeser tubuh nya, menjauh dari dua kakak beradik yang akhlak nya sama aja, gak ada kalem-kalem nya.
"Malem pa, ma" sapa Shani sambil mencium tangan Harlan dan sandra bergantian.
"Malem sayang, sehat?" Tanya Harlan basa basi
"Sehat banget pah, barusan aja sih telinga Shani mendadak gak sehat"
Harlan dan Sandra terkekeh
"Sudah lah, ayo makan malem" ajak Sandra lalu menoleh pada kedua putri nya yang masih berbincang entah membahas apa dengan posisi masih berdiri ditempat mereka berpelukan tadi.
"Kakak, Adek, makan malem yuk!!" Ajak Sandra membuat Gracia dan Chika kompak berteriak "SIAP MAMA!!!"
"Astaga pacar gue" batin Shani.
Suasana makan malam di keluarga Harlan terasa sangat hangat, dan sedikit rusuh (?).
Apalagi penyebabnya jika bukan Gracia dan Chika yang sibuk berbincang di tengah acara makan malam mereka.
Shani menggeleng pelan saat mendengar topik utama yang mereka bahas, topik yang sangat berfaedah, apalagi kalo bukan terkait Osha Oshi. Chika yang pernah Gracia ajak nonton Theater kini menjadi ketagihan, bahkan kata Harlan hampir setiap minggu dia akan menonton pertunjukkan Oshi nya, lebih sering dibanding Gracia.
Kenapa Virus osha oshi cepat sekali menyebar nya?.
Shani juga beberapa kali mendengar tentang kelakuan Chika yang cukup mencengangkan. Bagaimana tidak, Anak itu bercerita bahwa kapan hari saat di sekolah dia di labrak kaka kelas nya, bukan nya takut, anak itu malah menantang balik kaka kelas nya. Dia juga tak segan-segan menyiram seragam kaka kelas nya dengan jus alpukat.
Tapi lihat lah, sebagai seorang kaka yang baik, Gracia malah terbahak sambil memberikan kalimat motivasi seperti...
Lawan aja, gak usah takut!
Mereka berani nya bawa jabatan atau angkatan doang. Lepas seragam juga ciut nyalinya.
Cuma jus? Padahal kuah soto lebih menarik, cobain lain kali.
Kamu kalo di labrak gitu jangan nunduk, tatap matanya, tantang balik, jangan malu-malu in kakak.
Nanti kakak ajarin bagaimana cara melawan kakak kelas yang baik dan benar.
Harlan, Sandra dan Juga Shani kompak menelan saliva nya saat mendengar kalimat terakhir dari Gracia.
Yang lebih horor, Sandra juga pernah bercerita bahwa cita-cita Chika adalah menjadi perempuan seperti Gracia, anak itu seolah sangat mengidolakan kakak nya itu. Bahkan minggu lalu, chika belanja 1 lusin kaos dengan warna Ungu, supaya bisa couple sama kak gege katanya.
Sandra hanya pasrah, dengan semua hal yang putri bungsu nya itu lakukan, karena jika di larang Chika akan mogok makan seharian.
Selesai makan malam, kini Shani dan Gracia sedang berada di kamar Gracia. Mereka berdua memutuskan menginap atas permintaan si bungsu chika. Katanya mau ajak kak gege main game sampe pagi. Namun baru jam 9 saja anak itu sudah terlelap ke alam mimpi.
Shani membuka pintu balkon kamar Gracia, melangkah dengan santai sambil menatap sekeliling halaman rumah yang luas nya gak kira-kira. Sesekali bola matanya bergerak melihat beberapa anak buah Harlan yang sedang patroli bergantian.
"Sayang, ngapain?" Tanya Gracia membuat Shani menoleh "angin nya kenceng banget" lanjutnya sambil berjalan ke arah Shani.
"Kaya nya mau hujan deh" ucap Shani sambil menarik pinggang Gracia, memposisikan tubuh Gracia di depan, lalu memeluknya dari belakang. "Hujan-hujanan yuk!" ajak Shani membuat Gracia terkekeh.
"Kamu kalo beneran bolehin aku ujan-ujanan, aku langsung pensi ngidol yank"
Keduanya tertawa..
Gracia memang benar, tidak mungkin Shani membiarkan kesayangan nya itu hujan-hujanan dan malah berakhir sakit. Shani akan meminimalisir resiko-resiko yang bisa membahayakan gadis nya. Memang Sesayang dan secinta itu Shani pada Gracia.
"Maunya kamu, ujan-ujanan"
"Iyaa lah, seru tau yank"
Shani mengusap kepala Gracia, kembali menjatuhkan ciuman-ciuman gemas dipuncak kepala kekasih nya itu "Kamu yakin sama keputusan kamu tadi di hotel?" Tanya Shani memulai obrolan lebih serius dengan Gracia "tadi kamu kirim pesan ke siapa?" Lanjutnya.
Gracia mengusap tangan Shani yang melingkar di perutnya "aku yakin sayang, pokonya aku janji akan belajar buat bisa ngurus semua nya. Tadi aku udah chat kak Farah. Biar besok dia dateng ke hotel buat jelasin semua nya sama aku"
"Mau-maunya Farah di suruh-suruh kamu" ledek Shani
"Iya juga ya, padahal kan bos dia kamu bukan aku haha" ucap Gracia diakhiri dengan tawa "mungkin itu kode karena dia bosan punya bos kaya kamu"
"sembarangan" ucap Shani tak terima
"Santuy miss Indira" ucap Gracia meledek Shani "balik ke topik tadi, aku juga sengaja gak nanya-nanya apapun lagi ke beby. Aku pengen tau apa yang akan dia lakuin kedepan nya, sambil mempelajari cara kerja dia gimana. Kalaupun dia punya niat buruk, aku berarti harus lebih waspada"
Shani menarik nafas dalam seraya menghembuskan nya langsung. Sepertinya Gracia harus Shani beritahu mengenai hal yang berkaitan dengan okta "kata Vienny, beby dan okta itu sahabatan, mereka punya rencana gak baik, aku di suruh hati-hati. tapi Vienny gak tau mereka punya rencana apa, yang aku fikirin saat ini adalah, aku gak mau efek nya malah membahayakan ke kamu"
Gracia sedikit menegang di tempat nya, hal itu dirasakan dengan jelas oleh Shani "kak okta yang dulu naksir aku?" Tanya gracia memastikan.
"Iya, siapa lagi"
"Dia temen nya beby?" Tanya nya membuat shani berkata "iya" .
"Kamu harus waspada, aku gak mau sampe kamu kenapa-kenapa. Aku bakal suruh satu anak buah papa jagain kamu dalam radius dekat. Dan kamu gak boleh Protes"
Untuk kali ini Gracia mengangguk "okee aku gak protes, yang penting aku boleh kerja besok"
Shani mengecup sekilas kepala Gracia "kamu tau kan resiko yang bisa saja timbul untuk hubungan kita nantinya?"
Gracia sudah faham dengan sikap kekasih nya ini, segala sesuatu nya akan ia fikirkan sedetail mungkin jika bisa. Bahkan kadang pemikiran nya yang berlebihan membuat Gracia kesal sendiri. Tapi bagaimana pun Gracia tau jika yang di fikirkan shani adalah untuk kebaikan mereka berdua.
"Apa yang kamu kawatirin?"
Shani diam tak menjawab, hanya saja pelukan nya pada Gracia ia eratkan. Shani berfikir sebentar mencoba memilih kalimat yang tepat.
"Selain masalah beby dan okta yang entah merencanakan apa. kamu tau kan kerja sambil kuliah itu gak mudah?" Gracia mengangguk sambil menikmati semilir angin yang menerpa tubuh keduanya "nah, Cape adalah salah satu hal kecil dan klasik, yang akan menjadi alasan sebuah masalah besar muncul"
Gracia menarik diri dari pelukan Shani, membalik tubuh nya lalu menarik tangan Shani menuju ke kursi yang tersedia di sana. Keduanya duduk bersila dan saling berhadapan.
"Cape adalah masalah besar?" Tanya Gracia membuat Shani mengangguk.
"Ini Contoh kecil aja ya, dan kamu pasti pernah ngalamin. ketika kamu cape maka yang kamu ingin kan adalah di mengerti, kamu pengen sekitar mu tau bahwa kamu sedang cape. Kadang ketika sedang cape, emosi kamu juga gak akan stabil, ada yang ganggu dikit aja kemungkinan kamu marah"
Gracia mencoba mencerna semua kalimat Shani, benar juga apa yang dikatakan kekasih nya itu. Karena Gracia sendiri merasakan hal tersebut.
"Bayangkan aku pulang kerja cape, ketemu kamu yang juga cape. Aku yakin akan ada beberapa momen yang bikin kita ribut karena masalah si cape tersebut. Sesekali mungkin aku bisa ngerti, tapi aku juga manusia yang punya kapasitas. Contoh kaya malam itu kita tengkar, salah satu faktor penyebabnya karena aku lagi Cape banget mikirin semuanya dan gak bisa kontrol diri aku sendiri. Makanya aku lebih setuju kamu kuliah aja, sambil Ngidol dukung osha oshi kamu dari pada harus kerja"
Gracia memukul pelan bahu shani "yang terakhir itu konten sensitip, aku jadi inget kalo Aku belum bayar uang kas penbes, lupa akutuh" ucap Gracia membuat Shani terkekeh seraya berkata
"malu-maluin aku aja kamu tuh"
"Diem deh, nanti aku bayar!" Ucap nya cepat "balik ke si Cape tadi, aku tau yang kamu maksud itu baik, tapi aku juga pengen ngerasain gimana rasanya membagi waktu, belajar mengatur jadwal aku, belajar membagi konsentrasi aku, belajar mengendalikan emosi aku, Tapi tetep fokus nya aku 1000% ke kamu" ucapnya di akhiri dengan kekehan akibat merasa gemas sendiri dengan gombalan diakhir kalimatnya.
Shani ikut terkekeh sambil menoyor pelan kening gracia dengan telunjuk nya "Gayamu fokus ke aku" cibir Shani "ya terserah kamu, aku cuma kasih tau aja 1 kemungkinan yang sering terjadi dan bisa menimbulkan suatu masalah yang yaaa lumayan bikin kesel. Dan gak cuma itu, masih ada beberapa penyesuaian dan perubahan lagi nantinya yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kamu laksanakan"
Gracia menaikkan sebelah alis nya, memikirkan tentang penyesuaian dan perubahan yang Shani maksud "contohnya?" Tanya nya penuh tuntutan.
"Jangan susah Bangun pagi dodol" ucap Shani kembali menoyor kening Gracia, membuat Gracia cemberut.
"Rese loe shani!"
Shani terkekeh, kemudian mereka membahas hal-hal ringan dan cerita tentang apa saja yang dialami keduanya. Sekalipun banyak nya Gracia yang bercerita dan Shani jadi pendengar setia.
Angin malam menerpa keduanya, menyapa dua insan yang sama-sama saling menatap penuh Cinta. Rintik hujan turun perlahan membasahi bumi, namun tak sedikitpun membuat Shani dan Gracia bergeming dari tempatnya saat ini. Seolah hujan menjadi harmoni yang mengalun indah mengiringi percakapan keduanya.
"Sayang, gak mau masuk?" Tanya Shani "gak dingin hmm?" Lanjutnya membuat Gracia bergeser ke arah Shani. Memposisikan dirinya duduk membelakangi Shani, membuat Shani langsung memeluk erat tubuh Gracia.
"Kita gak keujanan, dan aku gak kedinginan" ucap Gracia "pelukan kamu lebih hangat di banding sepuluh selimut yang aku punya" lanjutnya membuat Shani terkekeh.
"Tiap kamu gombal tuh telinga aku kaya geli denger nya" jujur Shani membuat Gracia mendengus "untung aku gak mual" lanjutnya membuat Gracia cemberut.
"Diam deh gak usah rese" ucap nya dengn nada ketus namun sedetik kemudian kembali memanggil shani "sayang"
"Hmm" jawab Shani
Gracia kembali melayangkan sebuah pertanyaan pada Shani. "Kenapa setiap aku melakukan hal yang aneh, atau bahas hal yang random, kamu selalu dengerin aku, gapernah protes, ga pernah marah. Padahal aku tau itu gak ada faedah nya sama sekali buat kamu"
"Phone a friend ah yank, susah nih" Canda Shani membuat Gracia mencubit pelan tangan Shani yang memeluknya. "Sakiit ih bulu nya ketarik" protes shani
"Biarin, siapa suruh rese!" Sewot Gracia.
"Lagian nanya nya gitu"
"Ya masa aku nanya, siapa nama tukang somay di komplek depan. Mana kamu tau kan" Kesal Gracia mengundang tawa dari Shani.
Shani mengecup pipi kanan Gracia sekilas "gak usah kesel gitu, kamu makin gemesin tau gak, jantung aku gak kuat" ucap Shani membuat Gracia mengulum senyum nya "nih dengerin aku ya sayang nya Shani"
Shani kembali menambah kadar kegesrekan Gracia dengan kalimat terakhir nya, bibir gracia kembali membentuk senyuman lalu berkata "kamu uWuuu banget sih shani"
Shani menaikkan sebelah alisnya "apa itu uwu?" Tanya Shani yang sukses membuyarkan kegesrekan Gracia.
"Gapapa, orang kaya kamu mana ngerti uwu itu apa" cibir Gracia "lanjutin tadi mau ngomong apa"
Shani mengangkat bahu nya acuh, tidak tertarik mencari arti dari kata Uwu tadi. Shani menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan "aku pernah bilang kan kalo kita itu harus saling melengkapi, kamu dengan semua sikap kamu, aku dengan sikap aku. Kebayang kan kalo tiap hari kita bahas hal serius, belum lagi di kantor aku juga serius, kuliah juga serius, gak ada becanda nya, gak ada tingkah kamu yang aneh-aneh, gada kamu yang nyebelin. kayanya kalo gak mati muda, ya paling aku stress yank"
Gracia terkekeh mendengar penuturan Shani "kadang dalam suatu hubungan itu, obrolan santai, obrolan gajelas, obrolan yang aneh yang malah ujung nya bikin kita ketawa itu kadang di perlukan. Gak melulu bahas yang serius, biar kita lebih terbuka, dan tau karakter pasangan kita masing-masing. Aku gak tau sih pemikiran orang lain gimana, cuma kalo menurut aku, semua hal yang kamu lakuin, semua hal random kamu, itu malah jadi sesuatu yang bikin aku kangen terus sama kamu"
Shani menjeda kalimat nya, memberi kesempatan Gadis nya untuk berkomentar.
"Bucin banget anak pak Natio"
"Kurang ajar emang anak pak Harlan"
Keduanya kembali tertawa, di iringi hujan yang semakin deras setiap detiknya. Seolah hujan ikut bersemangat mendengar percakapan kedua insan manusia yang dimabuk cinta.
"Mama kamu pas lagi hamil kamu, ngidam apa ya?" Tanya shani terdengar serius
"Lah mana kutahu, gapernah kepo aku tuh. kenapa emang?" Tanya gracia heran
"Kok bisa gitu ya ngelahirin anak yang Cantik nya kelewatan"
"Ishhh!!! Resee" teriak Gracia sambil membalik tubuh nya, lalu menghadiahi cubitan di pinggang shani, sambil menunduk berusaha menyembunyikan wajah nya yang memerah.
Shani berusaha menahan tangan Gracia "Sakit loh sayang" rengek shani "duh beneran sakit" lanjutnya sambil tetap menahan tangan Gracia, namun sepertinya tidak berhasil.
"Haha sukurin, gendong aku masuk, baru aku berhenti" ucap Gracia sambil terus mencubit pinggang,perut bahkan bahu shani.
"Iyaaa duh, iyaa oke iya yank, sakiit"
Gracia berhenti lalu berdiri di kursi "nah kamu berdiri depan aku" titah Gracia membuat Shani mengangguk "aku siaap!!!" teriak nya sambil merentangkan kedua tangan nya dengan semangat.
Namun bukan nya berdiri di depan Gracia, Shani malah langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari ke kamar nya "Jalan sendiri wuuu!" Teriak shani lalu melesat ke kamar nya meninggalkan Gracia yang kini mencak-mencak di tempatnya.
"Aarrrgghhhh Indiraaa!!!"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro