Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

49






















= Selamat Membaca =

************************













Shani berdiri di balkon kamar nya, memberi jarak 1 meter dengan pagar pembatas balkon. Kepalanya mendongak, menatap lurus ke arah langit luas, seraya menghirup udara segar untuk mengisi paru-paru nya. Kedua tangan nya ia lipat di depan dada seperti biasa.

Untuk beberapa saat kedua matanya terpejam, menikmati udara pagi yang seolah ikut menyejukkan hati. Namun tak lama hembusan nafas kasar lolos dari mulutnya, Otak cerdas nya sepagi ini sudah bekerja ekstra, memikirkan beberapa hal termasuk masalah yang terjadi dengan gadis nya semalam. Ada beberapa hal yang harus ia dan gadisnya selesaikan nanti, dan itu mungkin akan kembali berdampak pada hubungan Vienny dan Shani, hubungan yang sebelumnya tidak baik, mungkin saja akan menjadi lebih buruk.

Namun, hal tersebut segera bisa Shani kesampingkan terlebih dahulu, karena Shani yakin bisa menyelesaikan masalah tersebut. Apapun hasil akhirnya, lihat nanti saja.

Otaknya berpindah haluan, memikirkan beberapa pesan singkat yang masuk ke ponsel nya subuh tadi, pesan yang dikirim oleh Farah asisten kepercayaannya. Sebuah pesan yang sukses membuat seluruh kesadaran Shani berkumpul sepenuhnya, hingga ia tidak bisa kembali memejamkan mata setelah nya.

Shani mengalihkan pandangan nya, menatap deretan pohon yang cukup jauh dari pandangan matanya. Lama-kelamaan tatapan nya mulai kosong, otak nya fokus memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi, berusaha untuk tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu, dan mencoba mencari jalan terbaik untuk masalah nya ini.

Setengah jam berlalu, hembusan angin kencang tak sedikit pun membuat shani bergeming dari tempatnya berpijak. Seolah jika hanya angin saja tak akan membuat Shani goyah. Bahkan hawa dingin yang menyerang tubuh nya tak sedikitpun ia hiraukan, semua rasa dingin itu seolah kalah dengan panas nya otak Shani saat ini.

Lama terhanyut dalam lamunan, tubuh Shani tiba-tiba tersentak, saat ia merasakan sebuah pelukan dari arah belakang. Kedua sudut bibir shani tiba-tiba terangkat saat menyadari siapa pelaku yang membuyarkan lamunan nya pagi ini.

"Aku bangun tidur kamu nya ilang"

Shani terkekeh pelan saat mendengar aduan dari gadis dibelakangnya. Tangan Shani menggenggam tangan yang melingkar di perutnya, perlahan menarik nya membuat Gracia bergeser ke hadapan Shani, lalu di peluknya erat.

Kedua tangan Shani mendekap erat tubuh gadis kesayangan nya, mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalanya "Aku cuma cari angin aja sayang" ucap Shani sambil kembali mengeratkan pelukan nya, pada gadis yang kini menenggelamkan wajahnya di ceruk leher shani.

"Kamu bodoh" Gumam Gracia membuat Shani menaikkan sebelah alisnya, seraya bertanya "kenapa?"

"Kamu sekarang cari angin, nanti pas masuk angin, angin nya kamu tolak. Jadi orang kok php mulu, Gimana si"

Shani kembali terkekeh saat mendengar kalimat kekasih nya ini "kamu bangun kepagian ya sayang" sindir shani namun hanya dijawab gumaman tak jelas oleh Gracia. "Apa masih ngelindur?" Lanjutnya membuat gracia mendengus.

"Aku udah sadar 100% tau" ucap Gracia lalu
menarik dirinya, menatap mata Shani dengan intens "kamu kurang bobo ya?" Tanya nya saat melihat mata Shani yang tidak seperti biasanya.

Shani mengangguk lemah, kedua tangan nya masih betah melingkar di pinggang Gracia. Sementara kedua tangan Gracia kini melingkar di leher Shani. "Tadi kebangun terus gak bisa tidur lagi" adu shani.

Sebelah tangan Gracia bergerak menyentuh pipi Shani lalu membelai nya dengan lembut "ada yang di fikirin hmm?" Tanya nya membuat Shani mengangguk "Mau bagi sama aku?" Lanjutnya namun malah membuat shani diam.

Untuk beberapa saat Shani masih tak merespon, mungkin untuk pertama kali nya ia berani membagi beban nya saat ini. Berusaha menceritakan kepada kekasihnya, penyebab dirinya berfikir keras pagi-pagi begini. Kedua mata shani terpejam beberapa detik, helaan nafas dalam disusul hembusan pelan setelahnya, membuat Gracia semakin penasaran dibuatnya.

Dikecup nya singkat pipi Shani oleh gracia sebelum kembali berucap "ceritain apa yang kamu rasain, apapun masalah nya kita selesaikan bareng-bareng".

Seutas senyum terbit di wajah shani, hanya beberapa detik sebelum berganti dengan ekspresi serius saat dirinya memulai mengeluarkan unek-unenya.
"Tadi pagi-pagi buta kak Farah kirim aku pesan, katanya tiba-tiba saja beby merumahkan beberapa pegawai, jumlah nya cukup banyak. Dan dia sama sekali gak kasih tau aku"

Gracia mengangguk, otaknya ia paksa bekerja untuk mencerna semua kalimat shani. Untung saja ia sekarang rajin minum vitamin, sehingga fungsi otak nya bisa dimaksimalkan dan bisa di ajak kompromi saat menghadapi masalah seperti ini.

"Tapi yang lebih aneh lagi, beby memindahkan sejumlah dana cadangan, dan mencairkan dana yang cukup besar entah untuk apa"

Gracia mengerti apa yang shani resahkan saat ini. Kedua Tangan Gracia kini kembali merangkul leher Shani "kapan kamu mau ketemu beby?" Tanya Gracia.

"Sore ini, selesai acara kelulusan kamu. Setelah masalah sama Vienny beres tentunya"

Gracia mengangguk, "aku ikut ya, aku mau ketemu sama beby. Kita selesaikan bareng-bareng . Kamu tenang aja, Ada aku yang pasti bantu kamu dan aku akan berusaha semaksimal mungkin"

Shani bisa melihat kesungguhan di mata Gadis nya ini, Gracia membuktikan ucapan nya, membuktikan bahwa dirinya mau belajar agar bisa menjadi seseorang yang bisa shani andalkan "Makasih sayang" ucap Shani tulus membuat Gracia tersenyum sambil memamerkan gigi gingsul miliknya, salah satu hal yang mampu membuat kadar kegemasan shani pada Gracia bertambah.

Semua beban Shani seolah meluap begitu saja saat melihat senyuman Gracia,
Shani langsung menangkup kedua pipi Gracia dan mendekatkan wajah nya, shani mengikis jarak dengan wajah gracia lalu menempelkan ujung hidung nya dengan ujung hidung Gracia, menggesekan hidung mereka lalu menggerakkan nya ke kiri dan kekanan beberapa kali "gemes banget sih" ucap shani membuat Gracia tertawa "idung kamu makin mancung deh kayanya" lanjut nya membuat Gracia tersenyum bangga.

"Aku emang gemesin dari dulu, Iyakan?"

Shani terkekeh.

Tanpa menunggu jawaban Shani, Gracia memajukan wajahnya, mengikis jarak dengan wajah shani lalu mendaratkan ciuman di bibir Shani. Shani memejamkan matanya, disusul oleh mata Gracia yang juga ikut terpejam saat mereka memperdalam ciuman mereka. Ciuman penuh kelembutan yang mampu membuat hati mereka menghangat, sehangat sinar mentari yang perlahan mulai menerangi bumi.

__

"Shanii!!!"

"Sayang!!"

"Shanii!!"

Kedua telinga shani langsung merespon cepat suara teriakan yang berasal dari kamar nya. Segera ia melangkah menuju sumber suara. Mengecek apa yang terjadi dengan tuan putri nya pagi ini.

"Kenapa Gee?" Tanya nya diambang pintu

"sayang kamu liat kaos aku yang warna ungu gak?" Tanya Gracia dengan tubuh yang masih terbalut handuk, karena dirinya baru selesai mandi.

Shani memutar kedua bola matanya malas "Yang mana sayang?" Tanya nya dengan nada malas.

"Kaos ungu, warna ungu itu loh. Masa kamu gak tau sih warna ungu itu kaya gimana" gerutunya sambil membuka lemari pakaian nya.

Shani mengusap wajahnya kasar "mohon maap tuan putri kesayangan Shani, kaos kamu itu hampir 90% ungu semua!!" Teriak shani tertahan di ujung kalimat. "Yang polos aja 2 lusin gee. Belum yang gambar bunga-bunga, belum yang gambar oshi kamu, belum yang-

"STOP!!!" sela Gracia sambil membalik tubuh nya, menatap Shani "gaboleh Riya kamu tuh ih. Jangan di sebutin semua, Gabaik!" ucap nya membuat Shani diam "maksud aku kaos ungu edisi terbaru yang oshi aku keluarin pas ultah nya yang ke 21"

Shani kembali mengingat beberapa hal tidak penting yang mau tidak mau harus ia simpan di otak nya. Dan bisa kembali ia ingat saat gadisnya melayangkan sesi kuis dadakan seperti saat ini. Apalagi obrolan seputar osha oshi ini tak jarang menjadi cerita pengantar tidur yang diceritakan oleh Gracia untuk Shani. Menggeser posisi dongeng sebelum tidur seperti cinderella atau pinokio yang dulu sering shani dengar dari sang mama saat dirinya kecil.

Shani bahkan masih ingat ketika Gracia menyebutkan beberapa member yang baru saja diangkat naik ke team. Dan beberapa diantaranya akan menjadi calon oshi Gracia. Shani juga ingat beberapa alasan Gracia saat memilih mereka menjadi kandidat oshi.

Calon oshi aku udah naik ke team loh, pasti kamu ikut seneng kan.

Dia cocok jadi oshi aku nanti, gemaaaasss banget tiap dia main toktik.

Dia satu team sama oshi aku loh, gila oshi aku ada semua di team itu. Makin sayangg ajaa ya ampun.

Calon oshi aku emang banyak, tapi tetep oshi utama aku gak akan bisa tergeser posisinya.

Banyak lagi yang bahkan shani malas mengingatnya. Tak lama Shani mengingat salah satu poin yang ia simpan di otak nya "Bukan nya kata kamu oshi kamu baru umur 20th ya? Dan Beberapa bulan lagi baru 21. Ya belum keluar lah kaos nya" jawab shani sambil berusaha mengingat beberapa cerita Gracia untuk meyakinkan jawaban nya.

Gracia menepuk jidat nya "kok aku lupa sih" gumam nya "gini nih kalo kebanyakan melipir. Jadi Lupa kan" gerutunya membuat shani menggeleng pelan "maafkan aku wahai oshi ku sayang" lanjutnya membuat Shani mendengus kesal.

"Makanya oshi tuh 1 aja" ucap Shani kesal

Gracia berbalik, menatap lemari pakaian nya "Kan aku juga satu" jawab Gracia santai.

"Iya satu, tapi satu jekate"

Brak.

Shani menutup pintu, meninggalkan Gracia yang terkekeh lalu kembali fokus ke isi lemari nya. "Pake kemeja aja lah" gumam nya.

Sementara Shani kembali ke dapur untuk melanjutkan membuat Sarapan, semalam Gracia sudah berpesan ingin sarapan roti saja. Gak mau makan nasi, katanya dia gendutan. Shani hanya bisa mengangguk, sambil memikirkan gendut Versi Gracia itu segimana, karena yang shani lihat gadis nya itu malah sedikit kurusan. Mungkin karena memikirkan ujian nya beberapa waktu lalu.
Tapi ya sudah lah turutin aja, dari pada ngamuk.

"Sayang, nanti katanya anin bakal satu kampus sama kita loh" Gracia membuka percakapan di sela sarapan nya.

"Oyah?"

"Iya, katanya sih gitu. Tapi aku kaya gak yakin juga. Karena beby selalu bilang gimana nanti, atau terserah aku, tiap aku sama anak-anak bahas kuliah"

Shani hanya mengangguk, dirinya tidak terlalu berniat bertanya lebih lanjut.
Fokus pada sarapan nya lebih penting dari pada membahas orang lain.

Selesai dengan sarapan mereka, kini Shani dan Gracia duduk di Sofa.

"Shani" panggil Gracia seraya menoleh kearah shani.

"Hmm" shani tak berniat menoleh sama sekali, fokusnya pada acara tv yang menampilkan berita tentang bursa saham. Salah satu tontonan wajib Shani.

"Nanti kamu jadi kan temenin aku ngomong sama kak Vienny?" Tanya gracia.

Mendengar nama Vienny di sebut, Shani langsung menoleh "iya, aku temenin" jawabnya penuh keyakinan.

"Bagus deh, biar gak ada salah faham"

Shani meraih sebelah tangan Gracia, lalu menggenggam nya. Ada satu hal yang mengganjal di hati shani sejak kemarin. Dan itu harus Shani tanyakan hari ini "kenapa kamu gak langsung nolak dia kemarin? Kalo kaya gini, kamu malah kaya ngasih dia harapan tau gak"

Gracia sedikit tertampar oleh pertanyaan Shani, ini yang Gracia fikirkan juga sejak kemarin. Karena shani pasti salah mengartikan sikap Gracia.

Gracia menghembuskan nafas kasar nya sebelum berkata "kamu tau kan aku itu orang nya gimana, bahkan kamu juga tau aku itu orang nya gak enakan. Aku juga gak kaya kamu yang  bisa ambil keputusan secara langsung. Kalo kamu mikir aku gak tulus cinta sama kamu karena aku gak langsung nolak dia, kamu keliru" Gracia merubah posisi duduk nya, menjadi bersila menghadap Shani.

Tatapan mereka beradu.

"Aku takut apa yang terjadi pada Anin dulu terulang lagi, apalagi ini menyangkut kak Vienny. Yang bahkan dulu pernah senekat itu saat kamu menolak dia, dan bahkan hampir nyakitin aku karena dia ngerasa aku ngerebut kamu. Aku bukan gak mau langsung nolak dia, aku cuma takut jika kemungkinan buruk terjadi, apalagi posisi nya kamu gak ada sama aku" Gracia menjeda kalimat nya, melihat respon kekasihnya yang menyimak penjelasan Gracia dengan seksama.

"Bayangin aja gimana hancur nya hati seseorang yang di tolak dua kali, sekalipun itu oleh orang yang berbeda. Aku takut dia nyakitin aku lebih dari yang aku bayangin, karena tidak menutup kemungkinan dia bisa melakukan hal yang lebih parah dari waktu itu. Aku bukan nya berburuk sangka, tapi selama aku masih bisa membuat keputusan yang aman kenapa enggak kan? Setidak nya aku bisa bilang dulu sama kamu, dan kita hadepin berdua"

Gracia ikut menggenggam sebelah tangan Shani, lalu menatap kedua bola mata Shani lebih dalam "kamu cuma perhatiin aku dr CCTV, ngeliat aku cuma diam seolah menerima semua yang vienny lakukan atau ucapkan. Padahal sebenernya aku sambil mikir gimana caranya keluar dari kondisi tersebut. Kamu tau, kalo ada sesuatu yang terjadi sama aku, kamu gak akan bisa langsung menghilang dan datang kesini buat nolong aku saat itu juga. Bahkan nih ya, bodyguard yang kamu suruh buat jagain aku gak akan langsung datang kaya di film-film, selain karena mereka berada di luar apartmen, mereka juga pasti tau kalo vienny sepupu kamu, dan sering pergi sama aku juga".

Gracia menarik nafas dalam, lalu mengehmbuskan perlahan. Sudut bibir nya terangkat membentuk sebuah senyuman, lalu menatap Shani dengan intens
"itu menurut aku sayang, menurut sudut pandang aku. Aku yakin kamu faham apa yang aku sampein barusan. Tapi kalo menurut sudut pandang kamu sikap aku salah, aku minta maaf. Tapi jujur aku gak pernah mikir untuk menerima Vienny, membayangkan kamu ninggalin aku saja aku sudah takut, sampe aku kebawa mimpi kaya kapan hari" 

Mata shani tak lepas sedetik pun menatap dalam mata Gracia. Shani melihat sebuah kejujuran di sana, dimata Gracia, yang tentu saja membuat hati Shani tenang. Satu pertanyaan yang mengganggu fikiran nya sudah terjawab, dan Gracia benar, Shani harus melihat dari beberapa sudut pandang, bukan hanya sudut pandang dirinya. Tapi diluar semua hal itu Shani tetap yakin bahwa Gracia tulus mencintai shani seperti shani mencintai Gracia.

Shani tersenyum hangat, diusapnya kepala Gracia sekilas lalu menjatuhkan ciuman di kening gadis nya cukup lama. "Aku mengerti, terimakasih karena sudah menjelaskan dari sudut pandang kamu".

Gracia membalas senyuman Shani, sedetik kemudian tubuh Gracia bergeser lalu memeluk Shani dengan erat.

"sayang Shaneee"

__

Acara kelulusan Gracia sepertinya tidak terlalu penting bagi Shani, fokus nya kini hanya pada seseorang yang ia akan temui sejak kapan hari. Setelah serangkaian acara selesai Gracia dan Shani segera menuju tempat di mana Vienny berada. Vienny sudah memberitahu Gracia, bahwa ia menunggu Gracia di Cafe dekat sekolah Gracia.

Vienny tersenyum manis saat melihat Gracia berjalan menuju ke arah nya, namun senyuman nya luntur saat melihat siapa yang berada di belakang Gracia saat ini.

"Haii Gre!" Sapa Vienny saat Gracia sudah berada di hadapan nya "mm Hai Shan" sapa nya pada shani dengan sedikit canggung.

Gracia dan shani kini duduk berhadapan dengan vienny. Suasana canggung sangat terasa saat mereka bertiga hanya diam tanpa ada yang berniat membuka suara.

Gracia menarik nafas dalam, lalu perlahan menghembuskan nya "Kak vienny maaf" ucap Gracia yang sudah tidak betah dalam situasi ini, ia mengerti bahwa pemeran utama disini adalah dirinya "untuk permintaan yang kemarin, aku gak bisa" lanjutnya penuh keyakinan.

Vienny mengangguk, memaksakan senyum nya ke arah kedua lawan bicara nya "aku tau dan aku sudah yakin kamu akan menjawab seperti itu"

Vienny menatap intens pada Gracia "makasih untuk beberapa bulan belakangan ini, maaf karena dulu pernah bertingkah bodoh dan hampir nyakitin kamu"

Gracia mengangguk "aku udah maafin kak vienny kok. Gak perlu di ingat-ingat lagi. " ucap nya membuat Vienny tersenyum lega.

Vienny beralih menatap Shani yang sejak tadi menatap nya dengan datar.
"Shan" vienny menjeda kalimat nya, ada rasa sesak di hati nya yang selalu muncul jika di tatap seperti ini oleh Shani. Sekalipun ia sadar bahwa sikap Shani seperti ini adalah karena ulah nya sendiri "aku minta maaf untuk semua kebodohan aku selama ini, untuk semua hal yang berakibat pada buruk nya hubungan kita, aku harap setelah kepulangan ku nanti, semuanya akan kembali baik-baik saja"

Shani dan Gracia kompak mengangkat sebelah alis nya saat mendengar kalimat terakhir vienny.

"Kaka mau kemana?" Tanya Gracia

Vienny menatap kedua nya bergantian
"Aku mau lanjutin sekolah di luar negri, aku harap setelah pulang dari sana, kamu sudah maafin aku shan" vienny menunduk sejenak, menekan rasa sakit yang kini membuat dada nya semakin sesak "aku pengen kamu bisa liat aku dengan tatapan hangat seperti dulu shan, bukan tatapan seperti sekarang. Aku pengen bisa ngobrol sama kamu lagi kaya dulu, jalan bareng lagi, liburan bareng lagi" air mata Vienny jatuh, namun segera ia mengusap nya dengan kasar. "Aku pengen bisa meluk kamu kaya dulu lagi, aku pengen dianggap sepupu kamu lagi, bukan seseorang yang harus kamu waspadai kaya gini" nada vienny semakin lirih diakhir kalimat.

Penyesalan bisa terlihat jelas di wajahnya, namun hal tersebut masih membuat Shani diam tak bergeming di tempatnya. Tatapan nya masih datar, seolah semua yang Vienny katakan hanya angin lalu baginya. Berbeda dengan Gracia yang sejak tadi mencerna semua kalimat Vienny dengan ekspresi sedih yang terlihat jelas di wajahnya.

Tangis vienny pecah, bahunya sedikit naik turun, membuat Gracia kini ikut meneteskan air mata. Gracia bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang vienny rasakan selama ini, sakit memang saat seseorang yang kita sayangi, seseorang yang dekat dengan kita, kini seolah tidak mengenal kita sama sekali.

Gracia hendak bangkit untuk menenangkan vienny, namun ia urungkan saat vienny langsung mendongak seraya berkata "aku pamit ya" ucap Vienny yang tak tahan lagi dengan situasi ini. Semua penolakan Shani dan diam nya Shani saat ini sukses membuat hati Vienny semakin nyeri.

Vienny bangkit dari duduk nya, berjalan melewati kursi yang shani duduki.

"Tunggu"

Tubuh vienny menegang saat ia merasakan cekalan di pergelangan tangan nya, disusul sebuah kata tunggu yang Shani ucap kan barusan.

Shani berdiri dari duduk nya dan langsung menarik vienny dalam pelukan nya, membuat tangis vienny semakin pecah dalam dekapan shani. Sikap dan kalimat Vienny yang penuh kesungguhan, membuat Shani tak bisa lagi membohongi diri nya, jujur ia juga sebenarnya merindukan sepupunya ini.

"Gue minta maaf vien. Sampe kapan pun loe tetep sepupu gue. Gue sayang sama loe "

Shani mengusap lembut punggung vienny yang kini bergetar, hati shani ikut sakit saat melihat sepupu yang dulu dan bahkan sampai detik ini ia sayangi menangis pilu seperti ini. Namun apa boleh buat, ini mungkin salah satu hal yang harus vienny tanggung akibat tindakan nya dulu.

Beruntung posisi mereka tidak terlalu terlihat, karena berada di pojok cafe. Sehingga tidak terlalu menjadi pusat perhatian pengunjung lain nya.

Shani masih setia mengusap punggung vienny, hingga vienny mulai tenang.
Shani melonggarkan pelukan nya, menatap wajah vienny yang berlinang air mata. Tangan shani terulur mengusap air mata itu dengan telaten "loe jelek kalo nangis vien" ucap Shani mengundang kekehan kecil dari vienny  "loe ngaca gih, make up lu luntur semua" lanjutnya membuat vienny memukul pelan bahu shani.

"Rese" ucap Vienny sambil tersenyum menatap Shani "thankyou shan, gue sayang loe"

Shani mengangguk "gue tau kok" ucap nya membuat Vienny mendengus.

"Pede loe kurang-kurangin"

Shani terkekeh "lah kan emang fakta"  ucap nya namun tak di hiraukan oleh vienny. Vienny sibuk menatap Gracia yang mata nya sembab.

"Kok kamu nangis?" Tanya Vienny heran

"Sedih kak, kaka mau pergi"
Jawab Gracia jujur

"Kenapa? Takut kangen?" Tanya Vienny namun Gracia menggeleng

"Gak ada yang bisa diajak theater"

"Nyebelin" ucap vienny sebal lalu kembali menatap Shani "boleh peluk Gracia buat yang terakhir?" Tanya vienny ragu

"Boleh, 5 detik tapi"  ucap Shani bercanda

"Astaga pelit!!"

Gracia terkekeh melihat shani dan vienny yang mulai bisa bercanda lagi, ada rasa lega dihatinya. Semoga saja nanti, mereka bisa bertemu lagi dengan kondisi yang lebih baik.

Gracia berdiri, mendekat kearah vienny lalu memeluknya "nanti pulang bawa bule cakep, kenalin sama aku ya"

Vienny terkekeh "pasti gre, makasih ya" ucap nya lalu melepas pelukan nya "jangan lama-lama peluknya, pawang kamu galak"

Gracia tertawa mendengar kalimat Vienny. "Kak vienny jaga diri di sana ya, nanti aku kasih tau perkembangan oshi kak Vienny gimana" ucap Gracia antusias

"Bagus bagus, biar aku gak ketinggalan info tentang oshi aku"

Keduanya terkekeh sementara shani hanya acuh. Tidak berniat ikut membahas osha oshi.

Setelah berpamitan, Shani mengantar vienny ke parkiran, karena vienny mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Shani sebelum pergi. Sementara Gracia masih menunggu di meja sambil memesan beberapa makanan karena dia sudah merasa lapar.

Tak lama shani kembali duduk, berhadapan dengan Gracia. Senyum tipis Shani tunjukkan pada Gracia di sertai anggukan lemah saat Gracia menyebutkan beberapa menu yang ia pesan untuk Shani.

Shani diam sejenak, mencerna beberapa kalimat yang vienny sampaikan sebelum dia masuk ke mobilnya, beberapa kalimat yang mampu membuatnya kembali berfikir keras. Tak hanya itu, satu fakta mengejutkan yang vienny ucapkan tadi, mampu membuat shani menegang di tempat nya.




Aku gak tau apa yang Okta rencanakan buat hancurin kamu sama Gracia, yang jelas kamu harus hati-hati. Waspada juga pada Beby, karena mereka berdua bersahabat sejak lama.











= Tbc =

-Semanis Gracia, selembut Shani-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro