48
= Selamat Membaca =
**************************
"SHANIII !!!!!"
Teriak Gracia saat terbangun dari tidur nya, matanya langsung siaga menatap sekeliling, memperhatikan dengan seksama dirinya sedang berada dimana saat ini. Nafas Gracia memburu, air matanya mengalir deras saat ia mengingat mimpi buruk nya barusan, disatu sisi ia lega karena hal buruk tadi hanya mimpi, tapi di sisi lain seakan semua mimpinya itu menampar keras diri Gracia.
"Hiksss Shani hiksss, jangan tinggalin aku"
Hembusan angin yang cukup kencang menyerbu tubuh Gracia, membuat tubuh nya sekarang terasa sangat dingin. Akibat terlalu lama ketiduran di balkon kamar nya.
"Hiksss shanii.."
Gracia menangis pilu, mengingat rentetan kejadian yang di alami nya bersama Shani. Ditambah mimpi buruk yang terasa sangat nyata sekali. Gracia memeluk lututnya, rasa takut semakin menjalar ke hati nya, takut bahwa Shani akan menyerah dan tak pernah memaafkan nya.
Gracia beranjak dari duduk nya, segera ia berjalan meninggalkan balkon kamar, sambil sesekali menyeka air matanya. Ia harus segera mencari Shani, sebelum ia benar-benar menyesal nanti.
Mata Gracia menatap seisi kamar nya, berhenti pada jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Gracia segera mencari keberadaan Shani, berjalan dengan tergesa menyusuri setiap sudut apartemen.
Nafas Gracia tersengal, lelah bercampur kawatir kini mendominasi saat ia tak menemukan Shani di manapun. Segera ia meraih kunci mobil miliknya, lalu segera keluar hendak mencari keberadaan sang kekasih.
Gracia mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang, menatap ke kiri ke kanan nya mencari keberadaan shani. Otak Gracia dipaksa bekerja ekstra, memikirkan kemana shani akan pergi malam-malam seperti ini.
Tak lama mata Gracia memicing, ia mempertajam pandangan nya saat melihat sebuah mobil mewah warna merah yang ia yakini milik Shani, terparkir di dekat taman tak jauh dari Apartemen nya. Taman yang dulu menjadi tempat Gracia dan Shani bertemu secara resmi, sekaligus tempat yang menjadi saksi menyatunya cinta mereka hingga bisa sampai di titik ini.
Gracia segera memarkirkan mobil nya di belakang mobil milik Shani, lagi ia menghapus air mata nya yang masih saja mengalir deras seolah tak ada habis nya.
Langkah Gracia langsung menuju pada tempat dimana dulu mereka mengikat janji, sebuah bangku yang terletak cukup jauh dari keramaian.
Gracia sedikit bernafas lega saat menemukan seseorang yang ia cintai ada disana, duduk termenung sambil menatap langit malam tanpa bintang dengan Tatapan kosong. Tangan nya seperti biasa ia lipat di depan dada.
Gracia segera berlari, lalu memeluk shani dengan tiba-tiba membuat tubuh Shani menegang beberapa detik lamanya.
"Shani hiksss.. maafin aku yang egois. Gak ngerti sama semua hal yang kamu lakuin buat aku hikss.. jangan tinggalin aku Shani. Aku gabisa tanpa kamu hikss"
Gracia menangis pilu sambil mengeratkan pelukan nya pada Tubuh Shani, hati nya semakin kalut saat Shani diam tak juga membalas pelukan nya.
"Shani hiksss.. maafin aku hiksss"
Shani menutup kedua matanya, menarik nafas dalam-dalam lalu kembali membuka matanya. Sudut bibir nya tertarik keatas, membentuk sebuah senyuman yang tak bisa dilihat Gracia. Kedua tangan shani mulai terangkat, membalas pelukan Gracia tak kalah erat membuat Gracia menangis sejadi nya.
Shani menarik tubuh Gracia, membuat Gracia duduk menyamping di pangkuan shani, dan menenggelamkan kepala nya di ceruk leher shani. Dengan sabar Shani mengusap lembut punggung Gadis yang tengah menangis hebat dipelukan nya, Shani tidak tau apa yang terjadi sehingga gadis nya terlihat ketakutan seperti ini.
Tak hanya usapan lembut di punggung nya, Gracia juga merasakan beberapa ciuman di puncak kepala nya, membuat tangis nya perlahan mereda. Menyisakan isakan kecil yang sesekali masih terdengar samar.
Malam semakin larut, Shani merasakan tubuh gracia sangat dingin, membuatnya takut jika Gracia akan demam jika tak segera pulang. "Kita pulang ya" ucap Shani lembut lalu membantu Gracia untuk bangun, berjalan sambil merangkul tubuh Gracia dengan erat.
Shani membuka pintu mobil penumpang milik nya untuk Gracia, menutup nya dengan cepat saat Gracia sudah duduk dengan benar. Segera ia masuk ke pintu pengemudi, lalu menyalakan mesin mobil dan melesat pulang ke apartemen. Meninggalkan mobil Gracia yang masih terparkir disana.
Sesampai nya di Apartemen, Shani menyuruh Gracia untuk duduk di sofa, sementara ia pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Shani kembali dengan dua gelas air putih di tangan nya, menyodorkan satu gelas pada Gracia, sementara satu lagi ia simpan diatas meja.
"Makasih" ucap Gracia lalu meneguk air mineral nya hingga habis setengah, mengembalikan nya pada Shani untuk di simpan diatas meja juga.
Shani duduk di samping Gracia, mengisyaratkan Gracia untuk duduk menghadap nya. Tangan Shani menarik pelan dagu Gracia, sedikit mencondongkan tubuhnya lalu mengecup kening Gracia lama, membuat mata Gracia tertutup menikmati kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Maaf, Aku gak bermaksud ninggalin kamu, aku cuma mau nenangin diri aku. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi, jika aku sudah tidak bisa mengendalikan diri aku sendiri" ucap Shani sambil menatap dalam bola mata Gracia. Tangan nya terulur mengusap pipi Gracia dengan ibu jari nya. "Jangan nangis, aku sakit kalo kamu nangis"
Gracia menghambur ke pelukan shani, mendekap erat tubuh kekasih yang ia cintai sepenuh hati nya ini. "Maafin keegoisan aku selama ini, tolong jangan tinggalin aku"
"Aku gak akan tinggalin kamu sayang"
"Kamu ninggalin aku Shani, aku mimpi kamu menyerah, aku mimpi kamu balikin aku ke papa. Aku takut shani aku takut"
Shani mendekap erat tubuh Gracia, kini ia mengerti penyebab kekasih nya seperti ini. "Aku takut mimpi itu jadi kenyataan, aku gamau shani"
Shani merenggangkan pelukan Gracia, mengecup sekilas bibir gracia yang kini terlihat pucat. "Itu cuma mimpi, aku disini sama kamu. Kamu gak usah takut".
"Maaf karena tadi aku kebawa emosi, harus nya aku bisa kendaliin diri aku. Tapi nyatanya aku gak mampu. Asal kamu tau, Aku ngelakuin ini semua karena aku punya alasan Gracia, Aku sibuk kerja setiap hari, meeting sana sini, semua aku lakukan Untuk memenuhi Syarat dari papa Harlan sama papa Kevin supaya aku bisa bawa kamu hidup sama aku"
Shani tersenyum sambil merapikan rambut Gracia, menyelipkan beberapa helaian nya kebelakang telinga gracia.
"Aku mau banget tiap hari sama kamu, nemenin kamu ke salon, ke mall, ke theater nonton Oshi kamu, anterin kamu sekolah, kerja kelompok bahkan hal lain nya. Aku mau banget gee, tapi aku punya tanggung jawab lain. Aku gak mau membuat kamu kefikiran tentang permintaan papa Harlan dan papa Kevin. Aku mau kamu menjalani semua nya seperti biasa, biar aku yang handle semua nya"
Gracia menggeleng lemah " kenapa kamu baru bilang sama aku hmm?" Tanya Gracia dengan suara lemah. "Kalo kamu kaya gini, kamu tuh cuma bikin aku jadi manusia paling egois Shani". Kedua tangan Gracia kini terulur menggenggam kedua tangan Shani.
"Kamu tau kan di hubungan ini bukan cuma ada kamu atau aku? Tapi kita Shan. Aku sudah cukup dewasa untuk bisa menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan, bisa kamu jadikan seseorang untuk berbagi beban. Tapi Jika menurut kamu aku belum dewasa, ajari aku Shani. Kita tanggung berdua semua beban ini, kita selesaikan semua masalah yang ada. Aku pernah bilang kan kalo aku mau bantu kamu kerja, dan sekarang aku sudah lulus Shani. Gak ada alasan lagi buat kamu mencegah aku."
Shani diam tak bergeming, mencoba mencerna semua kalimat Gracia.
"Syarat dari orang tua kita akan kita tanggung berdua Shani, bukan cuma tanggungan kamu. Kita akan jalani bersama, aku siap berada disamping kamu. Aku siap kerja bantuin kamu, aku siap kamu ajari banyak hal shani, aku sudah cukup dewasa untuk menerima semua hal yang kamu jalani saat ini. Ajari aku untuk tangguh seperti kamu, ajari aku untuk sekuat dan sehebat kamu. Ajari aku untuk bisa menjadi satu-satu nya tempat untuk kamu mencurahkan semua nya shani. Aku siap. Izinin aku buat bisa kerja bareng kamu, setidak nya sampai nanti aku benar-benar sibuk mengurus anak-anak kita di rumah. Jagain mereka, bersih-bersih rumah, masak buat kamu sama mereka, lalu bermain di halaman depan sambil menuggu kamu pulang kerja"
Gracia melepas genggaman tangan nya, menangkup sebelah pipi shani lalu mengelus nya dengan lembut. "Mari kita lewati proses nya sama-sama Shani, kita lalui setiap fase yang terjadi dengan saling merangkul satu sama lain. Kasih aku kepercayaan untuk bisa membantu kamu, mengurangi sebagian beban kamu sekalipun cuma 0.1% mungkin. Tapi tolong shan, percaya sama aku. Percaya sama aku bahwa aku mampu menjadi Gracia yang tangguh, kuat, dan sabar. Gak cuma jadi Gracia yang tukang nyari masalah, dan bar-bar. Kasih aku kepercayaan itu shani"
Senyum manis Gracia mengiringi air mata shani yang mengalir di pipi nya. Gracia benar, sudah saatnya Shani membagi semua nya pada Gracia, membagi semua hal yang selama ini ia tanggung sendiri, padahal Gracia sudah sering meminta nya. Shani sudah seharusnya percaya pada kemampuan Gadis di hadapan nya ini.
"Kamu curang" ucap Gracia tiba-tiba, membuat Shani mengangkat sebelah alisnya
"Kenapa?" Tanya shani pelan
"Nangis aja Cantik"
"Aneh juga ya digombalin kamu"
Kedua nya terkekeh lalu berpelukan, saling menyalurkan semua rasa yang semakin membuncah luar biasa setiap detiknya.
"Maaf kalo selama ini aku sering meragukan kamu, maaf kalo aku gak percaya sama kemampuan kamu. Harus nya aku tau, bahwa keturunan Harlan tidak bisa di ragukan kualitas nya" kalimat shani mengalun lembut di telinga Gracia, apalagi posisi mereka masih berpelukan "maaf kalo aku selalu ngerasa bahwa aku mampu sendiri, tapi ternyata tanpa kamu aku tetap saja rapuh Gracia"
Gracia melepas pelukan nya "Janji sama aku Shani, mulai detik ini kasih aku kepercayaan buat bantuin kamu, kurangin beban kamu. Ajari aku untuk tidak menjadi manusia egois, ajari aku menjalani hidup ini lebih baik. Kalo kamu mau, kita bisa bangun semua nya dari awal, bener-bener dari bawah. Kita bikin keluarga kita percaya bahwa selama kita bersama, kita mampu jalani semua nya"
Shani kembali menatap dalam mata Gracia, melihat pancaran kesungguhan disana.
"Kamu yakin sayang?" Tanya Shani memastikan
Gracia mengangguk "aku yakin, selama ada kamu, aku pasti mampu. Asal kamu janji sama aku, selalu berbagi apapun beban kamu"
"Aku janji sayang, makasih ya"
"I love you Shani"
"Love you more Gee"
__
"Sayang, aku mau bilang sesuatu"
Ucap Gracia membuat shani menatap Gracia dengan intens.
"Gak mau besok aja? Udah jam 2 loh" ucap Shani sambil mengelus rambut Gracia. Kini Keduanya sedang berbaring di tempat tidur dengan posisi saling berhadapan.
"Aku mau selesai sekarang"
"Ada masalah apa hmm?"
"Aku mau bahas tentang kak vienny, jangan potong kalimat aku ya"
Shani mengangguk, lalu merubah posisi nya menjadi duduk bersila, disusul oleh Gracia.
"Jadi gini...
Gracia menceritakan semua hal yang Vienny katakan tadi siang, membuat perubahan ekspresi di wajah shani terlihat jelas.
"Gitu sayang, makanya aku pengen kita hadepin bareng-bareng. Dan kalo emang kak Vienny gak terima sama keputusan aku, ya resiko dia, karena mencintai aku yang gak bisa bales perasaan nya. Aku gak mau hianatin kamu Shani, apapun alasan nya"
Shani merentangkan kedua tangan nya, sambil tersenyum manis "sini peluk, manis banget sih pacar Shani"
Gracia terkekeh lalu segera menghambur ke pelukan Shani "kita hadepin sama-sama ya. Aku janji mulai saat ini gak akan biarin sembarang orang masuk ke kehidupan kita" ucap Shani membuat senyum Gracia semakin mengembang.
"Makasih sayang, aku juga janji bakal dengerin semua kata kamu. Nurut sama kamu. Aku gak mau jadi calon istri yang durhaka"
Shani tertawa sambil mengeratkan pelukan nya pada gadis pujaan hati nya ini, gadis yang kini sudah lebih dewasa pemikiran nya. Gadis yang sudah siap Shani ajarkan banyak hal, gadis yang sudah siap belajar mencari makna hidup, gadis yang mau belajar agar lebih siap lagi jika ia bawa ke jenjang yang lebih serius nanti nya.
"I love U Shania Gracia"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro