46
= Selamat Membaca =
***************************
Angin malam semakin berhembus kencang, tubuh Gracia mulai menggigil, namun tak sedikit pun ia memiliki niat untuk bangkit dari tempat nya. Ia memilih memejamkan matanya dengan erat, menikmati sisa-sisa air mata yang hampir habis tak tersisa. Hingga akhirnya ia terlelap ke alam mimpi.
__
Shani menatap datar ke jalan raya di depan nya, sementara Gracia yang duduk disamping Shani, menatap shani penuh tanda tanya, mengenai apa yang terjadi pada kekasihnya ini.
Pasalnya acara perayaan kelulusan sekolah nya belum selesai, tapi shani menarik nya pulang. Bahkan tanpa pamit sama sekali pada teman-teman gracia. Lebih membingungkan lagi, sepanjang perjalanan shani tidak bicara satu kata pun.
Mobil mewah shani sampai di pekarangan rumah mewah milik keluarga Harlan. Shani mematikan mesin mobil, Tanpa berniat memarkirkan mobilnya di parkiran.
Pertanyaan di benak gracia bertambah, alis nya bertautan ketika ia melihat di mana posisi mereka saat ini. Bukan di apartemen shani.
Shani keluar lebih dulu, membuat gracia menekan dengan cepat sabuk pengaman nya. Mengejar gadis yang postur nya lebih tinggi darinya itu.
Gracia tidak menemukan shani di ruang tengah, hingga akhirnya shani muncul dengan segelas air putih di tangan kanan nya. Meletakkan nya diatas meja kaca, lalu mengisyaratkan gracia agar duduk disofa sebrang dirinya.
"Kamu kenapa?"
Sebuah kalimat tanya yang terdiri dari dua kata itu gracia lontarkan.
Sementara Shani berdiri di hadapan gracia yang duduk di sofa, terhalang satu meja kaca, tempat ia menyimpan segelas air putih yang sempat shani ambil dari dapur tadi.
"Kamu gak mau cerita sesuatu sayang?" Tanya shani dengan pembawaan yang masih tenang. Tapi malah menimbulkan pertanyaan di benak gracia.
"Maksud kamu apa sih shan? Aku gak ngerti?"
Shani terkekeh, tapi kekehan nya terdengar aneh di telinga gracia. Gracia mencoba menerka apa yang terjadi sebenar nya, sungguh gracia tidak sepintar shani dalam menebak sesuatu.
"Sejak kapan kamu jadian sama Vienny?"
Tubuh gracia menegang, wajah nya berubah pucat seketika, Hati gracia mencelos mendengar kalimat tanya tanpa intonasi yang shani lontarkan barusan.
Gracia masih menebak apa sebenarnya yang terjadi, sungguh ini diluar dugaan nya.
Apakah Shani tau bahwa ia sempat menerima vienny menjadi kekasihnya?.
"Ka- kamu tau mm.. dari mana?" Tanya gracia hati-hati. Seluruh tubuh gracia terasa kehilangan fungsi. Bahkan kini hanya sekedar menatap shani pun gracia tak sanggup. Jujur saja gracia sangat takut saat ini. Apalagi melihat kilatan amarah di mata shani, yang benar-benar membuat nya tak berkutik.
"Jawab aja sa-yang"
Gracia di buat kalang kabut, kata terakhir yang shani ucap kan seakan tak lagi menyimpan kehangatan. Kata sayang yang shani ucap kan kali ini. Tak mampu membuat hati gracia tenang.
"Kamu gak mau jawab?" Tanya shani, sambil memberi jeda kalimat nya "Aku yang bantu jawab aja" ucap shani sambil melipat tangan nya di dada.
Kalimat terakhir shani, kembali di akhiri Kekehan yang terdengar menyakitkan di indra pendengaran gracia.
"Aku mau sedikit membuka ingatan kamu, biar kamu gak lupa"
Shani merubah posisi nya, menjadi duduk bersebrangan dengan gracia, seperti biasa melipat tangan nya di dada.
Pembawaan shani masih tenang, seolah-olah mereka sedang membicarakan hal yang tidak penting, Sama seperti biasa. Tapi gracia merasa atmosfer di sekitar nya begitu mencekik, seolah shani menebar aura mencekam ke seluruh ruangan.
"Kamu tau kan, aku sangat membenci seorang pendusta? Bahkan kamu tau jika aku tidak akan memberikan toleransi untuk seseorang yang mendua"
Shani kini memperhatikan sejenak ekspresi gadis di depan nya, lalu melanjutkan kalimatnya.
"Aku tidak tau dia memberi perhatian sebesar apa sehingga kamu berani berdusta"
Gracia mengangkat kepalanya, tatapan matanya bertanya, dusta mana yang shani maksud.
"kamu bilang pergi sama teman-teman kamu, ternyata kamu pergi berdua bersama dia ke restoran sushi favorit kita. Aku tidak tau keberanian dia sebesar apa, sehingga Dia dengan mudah menggandeng erat tanganmu, sementara aku ada disana sedang meeting bersama klien ku gracia.
dan kamu tau akibat dari kelakuan mu? Proyek ku gagal, karena semua hal yang aku siapkan secara matang, sudah hilang berganti dengan semua hal tentang kamu"
Gracia menggigit bibir bawahnya, sungguh ini diluar dugaan nya. Sungguh ia tidak bermaksud membohongi shani. Gracia hanya berani menunduk, menyembunyikan raut takut serta bersalah nya. Keringat dingin nya mulai menetes, padahal gracia tau jika pendingin ruangan di rumah nya tak hanya satu.
"Aku tidak tau sehebat apa dia sehingga bisa mengajak mu pergi ke bioskop malam itu"
Kalimat shani terhenti, sebelum kalimat perintah meluncur dari bibir nya "Tatap lawan bicara mu Shania Gracia!"
Gracia kembali terkesiap, perlahan ia menegakkan kepalanya. Menatap shani semampunya. Sambil mempertahankan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata agar tidak jatuh.
"Aku tidak tau seenak apa popcorn caramel yang kamu nikmati, sehingga kamu terlena dan membiarkan seseorang di samping mu merebahkan kepala nya di pundak mu dengan mesra"
Suara shani mulai bergetar, shani hampir tak mampu menahan sesak yang menjalar di hatinya. sungguh ini bukan hal yang shani harapkan. Tapi lihat lah gadis di depan nya sudah dengan tega nya membuat shani seperti ini.
Shani melanjutkan kalimat nya, dengan intonasi cukup tinggi
"Aku disana gracia! tepat di belakang kamu. Menahan diri sekuat mungkin untuk tidak membunuh sepupu ku sendiri"
Satu Kedipan mata gracia membuat air mata yang menggenang sejak tadi jatuh tanpa hambatan. Bahu gracia naik turun. Suara isakan tangis mulai terdengar, membuat shani menutup mata nya sejenak, berusaha untuk pura-pura tidak peduli jika gadis nya sedang menangis.
Shani kembali menguasai diri. Ia beranjak dari duduk nya. Berdiri dengan tenang, sambil berusaha menarik sedikit sudut bibirnya.
"Aku gak tau dia memiliki magnet sebesar apa sehingga dia bisa menarik mu dalam pelukan nya"
"BILANG SAMA GUE GRACIA, GUE KURANG APA?"
Teriakan shani menggema, membuat jantung gracia bergemuruh. Rasa takut mendominasi seluruh hatinya. Kepala nya menggeleng. Guna Membantah kalimat yang shani teriakan, kalimat yang menusuk telinga dan hatinya.
"Hiksss... Ga-
"DIAM !!"
Tubuh gracia terlonjak, untuk pertama kalinya dalam hubungan mereka, shani membentak gracia. Ini bukan hal yang baik untuk kesehatan mental dan hati gracia,
Shani nya sedang marah di sana. Tepat Di hadapan nya. Tak ada lagi suara lembut yang selalu menyebut namanya dengan mesra. Tak ada lagi tatapan hangat yang biasa shani tunjukkan ketika beradu pandang dengan nya. Tak ada lagi sikap lembut yang biasa shani berikan pada gracia. Kemana shani nya?
Saat ini Shani nya disana, dengan semua amarah dan kekecewaan yang berasal dari ulah nya sendiri. Shani nya tak lagi mampu menggunakan otak cerdas nya untuk berfikir jernih.
Gracia ingin bangkit memeluk tubuh ringkih itu, gracia ingin mendekap tubuh yang baru gracia sadari, kini terlihat lebih kurus. Gracia ingin shani nya, gracia ingin shani memeluk gracia seperti biasa, Mendaratkan kecupan di bibir merah muda gracia. Bukan malah berteriak menusuk jantung nya.
"Diam disana Shania Gracia!! "
Tubuh gracia berhenti bergerak. Niatnya ingin bangkit dan berlutut di depan shani ia urungkan karena kalimat perintah shani.
Lagi, iya hanya bisa menunduk dengan tangis yang semakin kencang. Menumpahkan semua rasa sesal dan takutnya. Gracia memeluk dirinya sendiri sambil menunduk. Gracia tidak pernah berfikir jika akibat dari kecerobohan nya akan sefatal ini.
"Aku tidak tau Sehebat apa seorang Ratu Vienny hingga dia bisa membuatmu berkata 'iya' untuk ungkapan cinta nya. Aku tidak tau sebesar apa cinta yang ia tawarkan, sehingga dengan mudah nya kamu membiarkan dia memeluk tubuh mu sangat lama tanpa penolakan"
Shani mengepal tangan nya erat, semua beban harus ia keluarkan demi kesehatan hati, jiwa dan raga nya. Mata nya menatap datar, suara nya semakin tanpa intonasi, membuat semua ucapan nya terdengar menyakitkan.
"Salah aku apa shania gracia?"
"salah aku apa hingga kamu membiarkan dia mencumbu bibir mu dengan begitu mudah nya?" Shani menjeda kalimat nya, lalu menghela nafas kasar "aku disana shania gracia, melihat mu berciuman dengan seseorang yang bukan aku. AKU DISANA GRACIA!!!"
"hiksss.. shan...."
"Diam kamu!"
Nafas shani mulai terengah, kerongkongan nya terasa kering saat ini. Shani tak pernah semarah ini, se kecewa ini, bahkan se sakit ini sebelum nya. Ini sudah di luar kapasitasnya. Jangan lupa jika Shani juga manusia biasa.
Shani meraih gelas di atas meja yang menjadi satu-satu nya penghalang antara dia dan gracia. Meneguk air putih itu beberapa kali, hingga tak tersisa.
"Kamu tau dan sangat mengerti, bahwa aku paling benci penghianatan gracia. Kamu tau hati dan kepercayaan aku kaya apa sekarang? Kaya ini gracia..
Brakkk.
Kepala gracia menegak sempurna, membuat air mata di pipinya terlihat jelas. Mata gracia membulat sempurna. Tubuhnya semakin bergetar, tatkala ia melihat shani melempar gelas yang ia pegang tadi hingga menghantam tembok, dan pecah berhamburan di lantai.
Gracia semakin kalut, kala kaki jenjang shani mulai mengayun, berjalan menuju ke arah nya. Shaninya berlutut di hadapan nya tanpa ekspresi.
Pandangan mereka beradu. Tak ada kehangatan disana, tak ada kilatan cinta yang biasa shani tunjukkan padanya. Ini bukan shani nya.
Shani sedikit menunduk, menyimpan kedua tangan nya diatas paha gracia, sebelum kembali menatap nya.
"Ini sakit geee...
Seolah ada ribuan Belati menusuk hati gracia. Kalimat lirih shani membuat nya tak berdaya. Dirinya hanya bisa terus menangis. Hatinya semakin sakit tatkala tangan nya di tepis kasar saat ingin menyentuh tangan gadis di hadapan nya.
"Aku terlalu pengecut gracia, harus nya aku tarik tangan kamu saat kamu di gandeng oleh vienny, lalu menamparnya sepuas hati. Harusnya aku melepas rangkulan tangan vienny dan menyiram nya dengan minuman soda di samping mu, lalu melempar popcorn ke wajahnya"
Shani menghirup nafas dalam, sungguh nafas shani sudah tersengal saat ini.
"Harus nya aku menarik tubuhnya saat ia hendak mencium mu, mengikat kedua tangan nya lalu menggantung nya di tiang bendera. Atau aku pindah kan jantung nya ke tempat dimana ginjal nya berada"
"Bukan membiarkan semua nya terjadi, dan berharap kamu akan sadar jika sikap kamu ini salah. Kebodohan terbesar ku karena terlalu mencintai kamu, dan memberikan seluruh percaya ku sama kamu. Tapi seakan semua tidak cukup bagi kamu gracia."
"Aku lebih memilih kamu bunuh aku sekarang gracia. Silahkan kamu pilih cara apa yang akan kamu gunakan"
Gracia menggeleng, sungguh ia ingin mengucapkan jutaan maaf pada gadis nya. Tapi lidah nya mendadak kelu tak berdaya.
"Aku bisa ambilin pisau favorit kamu buat ngoles selai kalo kamu mau" shani menunduk, menghela nafas pelan "atau kamu realisasikan ancaman-ancaman kamu seperti melempar aku dari balkon, menendang aku ke jurang atau memberikan ku pada macan yang sedang kelaparan. Atau ancaman lain yang selalu kamu ucapkan jika aku tak membelikan eskrim matcha kesukaan mu"
Shani kembali mendongak, tangan kanan nya terulur mengusap pipi gracia. Mengusap air mata yang tak hentinya mengalir, walau seratus kali shani usap.
"Oh atau kamu pergi ke kamar papa kamu, ambil salah satu Senapan yang pernah kamu temukan disana. Arah kan ke kepala aku, tarik pelatuknya. Dan Biarkan aku mati dipelukan mu gracia"
"BUNUH AKU GRACI-
"ENGGAK SHANIII... HIKSSS"
"Hiksss Maafin aku shani hiksss" gracia menggeleng, sungguh jika ada yang harus mati saat ini adalah dirinya. Bukan shani.
"Ini gak hiss, gak kaya yang kamu bayangkan"
Shani menggeleng "aku gak pernah membayangkan kamu selingkuh di belakang aku gee"
Shani menutup mata sejenak, kembali menekan semua rasa sakit yang menjalar di hatinya.
Shani bangkit dari duduk nya ketika sebuah suara pintu rumah terbuka. Shani Memaksakan senyum nya kala melihat dua sosok muncul disana. Perlahan kaki nya melangkah dengan pasti, menghampiri seseorang yang akan menjadi tujuan akhir shani disini.
Shani harus menyelesaikan tugas akhirnya, tak ada lagi yang harus shani pertahankan. Shani bisa bertahan dengan semua hal yang gracia lakukan, shani bisa sabar menghadapi tingkah gracia yang bar-bar. Tapi shani tidak bisa mentoleransi jika gracia sudah berani menyia-nyiakan kepercayaan nya. Sungguh Shani benci dengan penghianatan.
"Papa....
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro