Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

45





= Selamat Membaca =

************************









Waktu terus berlalu, musimpun telah berganti. Roda kehidupan terus berjalan sesuai takdir yang sudah di tuliskan oleh Tuhan.

Satu tahun sudah shani menjalani hari-hari sebagai Mahasiswa disuatu Universitas ternama. Selain sibuk dengan pendidikan nya, Shani juga sibuk dengan pekerjaannya yang semakin menggila, hal itu tak jarang membuat Shani dan Gracia terlibat pertengkaran karena Gracia yang selalu protes dengan kesibukan Shani, sehingga waktu mereka untuk berduaan semakin sedikit.

Beruntung Shani selalu bisa meredam amarah serta ego Gracia juga ego dirinya sendiri, sehingga tidak terjadi pertengkaran  hebat dan mengakibatkan sesuatu yang berpengaruh besar pada hubungan mereka. 

"Kita jadi ke rumah papa Harlan kan?" Tanya Gracia sambil membenarkan letak kerah kemeja Shani "katanya si adek libur" lanjutnya sambil mengelus pipi shani membuat shani tersenyum.

"Jadi sayang, mau nginep?" tanya shani lembut, sebelah tangan nya terulur menangkup sebelah pipi Gracia "kamu makin hari makin cantik aja" pujinya membuat Gracia tersenyum lebar.

"iyalah kamu tau kan skin care aku mahal, lagian aku cantik juga buat kamu. Biar kamu gak melipir sana-sini"

Shani terkekeh "Aku gak ada waktu buat melipir" ucap shani membuat Gracia menatap tajam shani sambil mengarahkan jari telunjuk nya ke hadapan shani.

"Awas aja kalo berani!" Ancam gracia membuat Shani kembali terkekeh "aku mau nginep soalnya mau ngobrol-ngobrol cantik sama si adek, boleh kan?" 

"iya sayang, nanti kita kesana ya"

"Makasih sayang"

Shani menarik pinggang Gracia agar semakin mendekat ke arah nya. "Aku sayang kamu" ucap Shani lalu menempelkan bibir nya di bibir Gracia, melumatnya dengan lembut tanpa nafsu. Gracia dengan senang hati membalas ciuman shani, kedua tangan nya ia lingkarkan di leher shani. Lama mereka saling memagut akhirnya shani melepas ciuman nya terlebih dahulu.

"Acara Kelulusan kamu lusa kan?" Tanya shani membuat Gracia mengangguk. "Jadi kuliah bareng aku kan"? Lanjutnya.

"Jadi lah sayang, aku udah mati-matian belajar biar nilai aku bagus, rasanya mau pecah tau gak kepala aku. Sekalipun aku pinter ya, tetep aja nilai aku harus maksimal. Aku juga udah bela-belain kurangin waktu buat Oshi aku, sampe aku batalin nonton theater, kurangin maen game. Itu semua aku lakuin Biar bisa satu kampus sama kamu"

Shani tersenyum hangat, kembali mendaratkan sebuah kecupan di bibir kekasih nya itu "makasih buat perjuangan nya, makasih karena gak pernah cape ngadepin aku"

Gracia membalas senyuman shani tak kalah hangat "harus nya aku yang bilang gitu, makasih karena kamu selalu sabar ngadepin aku yang barbar"

"Haha dasar, Yaudah aku ke kantor dlu ya"

"Siap boss"

__


Gracia duduk di sofa apartmen nya, bosan sekali rasanya jika ia ditinggal terus sendirian di apartemen. Tak ada kegiatan yang menarik bagi gracia, sehingga ia memutuskan untuk menonton film favoritnya.

Gracia menoleh ke arah samping dimana Hp nya berada, saat mendengar hp nya berdering menandakan ada panggilan masuk, kedua alisnya bertautan ketika melihat nama Vienny muncul di layar Hp nya. Ia meraih Hp nya, menggeser icon hijau, dan menempelkan hp nya di telinga.

"Hallo"
sapa Vienny di sebrang telpon

"Hallo kak"

"Lagi dimana gre?"

"Apartemen kak, kenapa?"

"Boleh main?"

Gracia diam sejenak, menimang-nimang pertanyaan Vienny. Disatu sisi ia belum meminta izin Shani, tapi disisi lain Gracia sering pergi bersama Vienny dan Shani oke oke aja tuh.

"Yaudah sini, kebetulan gak ada temen bete juga" ucap Gracia pada Akhirnya.

"Oke, aku kesana ya bye"

Tuut..

Gracia melempar asal Hp nya di sofa, tak berselang lama, Gracia mendengar bel Apartemen nya berbunyi "lah gercep amat" gumamnya. ia segera beranjak untuk membuka pintu.

Ceklek

"Hai kak" sapa Gracia pada Vienny "ayo masuk"

"Haii, makasih "

"Mau nemenin nonton ?" Tanya Gracia membuat Vienny mengangguk.

"Yaudah yuk"

Mereka berdua kini duduk di depan Tv, beralaskan karpet dan berteman kan cemilan milik Gracia yang entah berapa banyak. Mereka berdua hanyut pada film yang di tonton, sesekali mengomentari pemeran utama dalam film tersebut.

_



Shani memijat pelipis nya, akhir-akhir ini ia dibuat pusing dengan Hotel nya. Beberapa laporan dari Farah membuat shani memutar otak nya, berfikir keras mencari sesuatu yang salah pada Hotel nya ini.

"Kalo gini terus bisa tutup kak hotel aku, mana duit aku banyak banget disana" ucap Shani pada Farah.

"Kamu mesti turun tangan langsung Shan, liat sendiri Cara Beby kelola hotel kamu gimana"

"Tapi selama ini kerjaan Beby bagus-bagus aja kak"

"Buktinya akhir-akhir ini banyak banget masalah shan, entah itu laporan keuangan yang gak sesuai, komplenan customer, CCTV yang tiba-tiba gak fungsi, yang lebih parah ada biaya perbaikan atau biaya lain-lain yang aku gak tau itu buat apa. Karena pas aku Cek hotel baik-baik aja"

Shani menyandarkan punggung nya di sandaran kursi, menutup mata nya sejenak. Lalu kembali menatap Farah "aku akan ambil alih segera kak, kalo perlu aku bakal balikin semua modal yang udah Beby keluarin. Biar Hotel itu aku tangani sendiri"

Farah menggeleng "gabisa semudah itu Shan, duit beby juga gak sedikit. Apalagi hotel kamu udah agak jelek citra nya, bakalan susah lagi memperbaiki nama nya, Harus kerja ekstra. Bakal rugi besar kita, Dan kalo sampe pak Kevin tau, mampus kamu shan"

Shani kembali diam mencerna kalimat Farah, kepalanya sedikit pening memikirkan hal ini "lusa aku ke hotel deh, abis acara kelulusan Gracia. Sambil aku mikir langkah apa yang akan aku ambil"

"Okee, aku juga bakal evaluasi lagi para pekerja disana, kita gak pernah tau kan mereka gimana. Bisa aja ada beberapa yang sengaja dibayar buat jatohin hotel kita"

"Iya kak makasih"

Farah pamit dari ruangan Shani, meninggalkan shani yang kini diam mencerna semua nya. Mood nya sudah benar-benar berantakan, pekerjaan dan kuliah membuat shani benar-benar di buat stress kali ini. Shani juga manusia biasa yang bisa stress dan lelah bukan?

Shani mengambil ponsel nya untuk menghubungi Gracia. Dirinya butuh asupan Gracia saat ini juga, untuk mengembalikan mood nya.

Tuuutt..

Shani menatap layar ponsel nya dengan heran, beberapa kali ia memanggil no hp Gracia namun tak ada jawaban. Dia mencoba mengirim pesan namun hanya ceklis dua tanpa ada warna biru disana.

Tidak biasanya Gracia sibuk di jam-jam seperti sekarang ini, sedang apa Gracia hingga panggilan ke 10 shani tidak di gubris nya ? Padahal Gracia tipe manusia golongan bawa hape kemana-mana termasuk kamar mandi. Shani bahkan masih ingat ketika Gracia sedang berendam dikamar mandi dan Hp nya ikut terendam hingga beberapa jam lamanya,  tau lah bagaimana kondisinya.

Shani menarik kasar Laptop di samping nya, membuka aplikasi CCTV untuk memantau situasi Apartemen nya.

Brakk..

Shani menggebrak meja dengan keras, hingga beberapa benda diatas meja bergeser. Rahang Shani mengeras saat melihat salah satu layar cctv yang menampilkan Gracia dan Vienny disana. Tumben sekali Gracia tidak meminta izin Shani, apalagi sampai berdua di Apartemen seperti sekarang ini.

Shani semakin mendengus, saat melihat mereka sepertinya sedang tertawa bersama, namun yang paling membuat shani emosi adalah posisi mereka yang sangat dekat. Bahkan shani bisa melihat Vienny merangkul sebelah tangan Gracia tanpa ada penolakan.

Shani meremas rambut nya, niat nya ingin memperbaiki suasana hati dengan mendengar suara sang kekasih, namun yang ia dapat adalah hal yang membuatnya semakin frustasi.

Shani menutup kasar laptop nya, menggeser nya dengan cukup kencang, Untung saja tidak sampai jatuh dan rusak. Tangan shani terulur mengambil vas bunga kecil di meja, melempar nya asal ke lantai dengan kuat, menimbulkan bunyi cukup keras dan membuat pecahan kaca berserakan.

"Aarggghhh!!!"


Shani beberapa kali menggebrak meja nya, menumpahkan semua kekesalan nya. Namun seolah belum cukup, kembali Shani  menarik laptopnya, membuka kembali CCTV lalu melihat apa yang terjadi.

Sementara itu di apartemen, Gracia dan Vienny sudah selesai menonton film, Gracia beranjak dari karpet lalu duduk di sofa hendak melihat hp nya. Namun kegiatan nya terhenti saat Vienny berlutut di hadapan nya.

"Gre" panggil vienny membuat Gracia heran

"Kenapa?" Tanya gracia.

Tubuh Gracia menegang sesaat ketika kedua tangan nya di genggam oleh Vienny. "Makasih ya" ucap vienny membuat Gracia semakin bertanya-tanya.

"Untuk?"

"Untuk Semua nya, makasih udah maafin aku, padahal aku jahat banget sama kamu. Makasih udah selalu nemenin aku akhir-akhir ini, makasih udah jadi alasan aku semangat lagi. Makasih untuk semua hal yang kamu kasih buat aku, walaupun kamu gak pernah menyadari nya"

Gracia tersenyum hangat, membuat Vienny tertular senyuman nya "Sama-sama kak, makasih udah nemenin ketemu Oshi aku terus, tanpa kaka mungkin aku gak akan pernah MVP kak. Lagian kaka juga kan sepupunya Shani otomatis kaka akan jadi sepupu aku juga. Jangan berlebihan gitu"

Senyum Vienny luntur mendengar kalimat terakhir Gracia, namun ia tetap memaksakan senyumnya "aku boleh minta sesuatu gre? Itu juga kalo kamu gak keberatan.

"Apa kak? Pasti aku usahain"

Vienny mengeratkan genggaman pada kedua tangan Gracia "lusa ulang tahun aku, aku mau minta kado sama kamu"

Gracia terkekeh "kado apa sih? Ketemu Oshi? Diucapin ultah sama dia ? Atau apa, Bilang aja"

Vienny menggeleng "Jangan potong kalimat aku dulu sebelum aku selesai" ucap Vienny membuat Gracia mengangguk.

"Aku gak tau sejak kapan rasa ini ada, tapi kamu tau kan bahwa kita tidak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta? Aku gak mau ngulang kesalahan aku seperti dulu, yang malah bikin hubungan aku sama shani renggang. Tapi setidak nya aku juga pengen ngerasain bahagia, aku pengen  ngerasain rasa aku terbalas gre" vienny menarik nafas dalam lalu melanjutkan kalimatnya.

"Aku cinta sama kamu, dan aku mau minta kamu jadi pacar aku sehari aja pas hari ulang tahun aku"

Gracia menegang di tempat nya, ia menarik kedua tangan nya membuat Vienny tersenyum miris. Sungguh ini diluar dugaan Gracia, semua hal yang ia lewati bersama vienny itu murni karena Gracia menganggap Vienny sebagai teman saja. Tidak lebih.

Tapi melihat kesungguhan di mata Vienny, Gracia menjadi tidak enak untuk menolak permintaan nya secara langsung, ia takut hal yang dulu terjadi pada Anin, terjadi lagi pada Vienny.

"Kak-

"Kamu gak perlu jawab sekarang gre, aku mau jawaban kamu saat acara kelulusan kamu. Aku pasti datang"

Vienny berdiri, mengusap lembut pipi Gracia sekilas lalu keluar meninggalkan Gracia yang kini mematung di tempatnya.

"Bencana Apalagi ini Tuhan?" Batin Gracia.

Sementara itu dikantor, Shani menutup laptopnya dengan kasar, segera memasukkan nya ke dalam tas. Ia meraih kunci mobil beserta hp nya, tak lagi ia peduli dengan kondisi kantor nya, karena ada sesuatu yang lebih penting harus ia selesaikan.

__



Anin tersenyum menatap pantulan diri nya di cermin, memastikan semua nya sudah siap karena hari ini ia akan bertemu orang tua beby. Anin segera menghampiri beby yang sedang berdiri di balkon kamar anin sambil menempelkan hp di telinga nya.

Anin berjalan perlahan, samar-samar ia mendengar percakapan beby entah dengan siapa.

"Gue udah atur semua nya"

"......"

"Aman kok, bentar lagi kelar. Abis itu kita jalanin rencana loe"

"....."

"Gak akan curiga, kan tempat nya punya gue"

"Rencana apa sayang?" Tanya anin penuh tuntutan membuat beby langsung mematikan sambungan telpon nya, dan menyimpan nya di saku.

"Eh- hmm sayang, sejak kapan disitu?" Tanya beby gelagapan sambil mengusap tengkuknya.

"Kamu rencanain apa dan sama siapa?" tanya anin sambil melipat kedua tangan nya di dada, menatap beby dengan intens.

Beby meraih kedua tangan anin, menggenggam nya dengan erat "kamu tau kan kalo aku serius sama kamu, dan sayang banget sama kamu. Makanya aku udah rencanain pertunangan kita abis kelulusan. Itu salah satu alasan aku mau ajak kamu ketemu orang tua aku hari ini "

"Kok kamu gak bilang aku?"

"Kan tadinya buat kejutan sayang, eh kamu malah denger hehe"

Anin tersenyum, ekspresi nya kini berubah 180 derajat "makasih ya sayang"

"Seneng gak?" Tanya beby membuat Anin mengangguk antusias

"Banget" ucap anin lalu mengecup bibir beby sekilas "i love you"

"I love you too"

__

Shani membuka pintu apartmen dengan tergesa, melempar tas nya ke atas sofa lalu segera pergi ke kamarnya.

"Masa sih kak?"

"......."

"Hahaha kak vienny ada-ada aja"

"......"

"Lucu tau"

Shani mengepal tangan nya dengan erat, saat mendengar nama Vienny di sebut, ia yakin Gracia sedang menelpon Vienny, semua emosi shani kini menguasai dirinya sepenuhnya.

Shani berjalan ke arah Gracia yang duduk di pinggir ranjang dengan posisi membelakangi shani, segera ia merampas Hp Gracia lalu melemparnya kelantai dengan kencang.

Brakkkk!!

Gracia terlonjak, beberapa detik ia menegang di tempatnya.
"Kamu apa-apaan sih?" Kesal Gracia karena tak terima hp nya di rampas dan dilempar begitu saja. Bahkan kini hp nya hancur berantakan mirip kisah hidup mantan.

"Kamu yang apa-apaan, kenapa bawa Vienny masuk gak izin aku?" Tanya shani dengan nada datar, namun penuh emosi.

"Dia kan sepupu kamu, lagian kita sering jalan bareng, aku kira kamu gak akan protes"

"Aku gak akan protes kalo kamu cuma jalan, tapi kalo sampe dia pegang tangan kamu, itu kelewatan gracia? Apalagi dia sampe ngelus pipi kamu"

Semua kalimat shani terdengar penuh emosi, membuat Gracia bangkit dari duduk nya lalu berdiri di hadapan shani, menatap nya tajam sambil menegakkan kepala nya, seolah menantang Shani.

"Kamu tau dari mana Vienny kesini dan dia usap pipi aku?"

Shani menegang di tempatnya, bodoh kenapa ia bisa keceplosan mengatakan semua nya. Karena Gracia hanya tau bahwa CCTV terpasang di beberapa bagian saja, tidak di setiap sudut ruangan.

"Jawab aku Shani!!"

"Aku pasang cctv di semua sudut"

Gracia tercengang, jawaban shani membuat nya tak habis fikir. Bisa-bisa nya Shani tidak memberitahu Gracia tentang semua ini.

"Aku gak masalah ya shani kamu mau pasang CCTV dimanapun kamu mau, bahkan di Hidung aku sekalipun. tapi kenapa kamu gak bilang sama aku dulu?"

"Itu semua aku lakuin biar kamu aman Gre"

"Aman kamu bilang? AMAN ATAU KAMU GAK PERCAYA SAMA AKU HAH??!!!"

Shani menutup mata sejenak saat mendengar teriakan Gracia, rahang nya semakin mengeras. Kembali ia membuka matanya. "Kamu tau kan aku sibuk kerja dan kuliah?" Ucap shani menjeda kalimat nya "itu semua aku lakuin agar kamu aman Gracia" lanjutnya penuh penekanan.

"Kalo kamu mau aku aman, jaga sama diri kamu sendiri shani. Bukan cuma mikirin kerjaan kamu"

"Aku kerja buat kamu Gracia!!!"

"AKU GAK PERNAH MINTA SHANI!!!"

Shani dan Gracia saling melempar tatapan tajam, bahu kedua nya naik turun. Keduanya saling meluapkan emosi yang terpendam selama bebeerapa bulan ini.

"Tanpa kamu kerja pun, papa kamu gak akan miskin tujuh turunan. Tanpa kamu kerja pun, papa aku masih sanggup biayain aku. Jangan pura-pura lupa kalo aku terlahir dari keluarga Harlan. Aku cuma mau kamu bisa punya banyak waktu buat aku, bukan cuma pergi pagi pulang malem, minggu meeting. Aku juga butuh perhatian kamu shani!!"
Semua kalimat Gracia sarat akan emosi, mata Gracia memerah menahan tangis yang bisa saja keluar saat ini juga. "Kamu gak tau kan gimana rasanya bengong di apartemen sendirian tanpa kegiatan?? Kamu liat Cctv cuma pas ada orang-orang tertentu, bukan saat aku sendiri Shani, kamu gak tau kan rasanya gimana".

Shani menutup mata nya sejenak, sebelum kembali berucap "kamu tau kan aku ngelakuin semua ini agar di masa depan aku ga perlu sibuk kerja, biar fokus sama kamu, sama keluarga kita. Kamu ngerti gak sampe sana Gracia?"  Shani mengepal tangan nya kuat, ia harus segera mengendalikan dirinya sebelum semuanya semakin kacau karena kedua nya tengah emosi.

"Aku emang ga pernah ngerti sama jalan fikiran kamu shani, toh papa Kevin juga gak akan masalah kalo kamu fokus kuliah aja"

Shani semakin mengeratkan kepalan tangan nya, tidak taukah Gracia bahwa syarat pertama yang Harlan dan Kevin ajukan adalah bertanggung jawab atas diri Gracia sepenuh nya. Termasuk memenuhi kebutuhan materi. Shani juga tidak ingin cape-cape bekerja, namun shani ingin menunjukkan bahwa ia mampu menjaga Gracia, mampu memenuhi semua kebutuhan Gracia. Tapi kenapa kekasih nya ini tidak pernah mengerti ?

"Kamu gak akan pernah ngerti Gracia!" Satu kalimat penutup dari shani, membuat hati Gracia semakin nyeri.

Brak!!!

Gracia terlonjak saat shani menutup kasar pintu dari luar, meninggalkan Gracia yang kini memilih berjalan menuju balkon kamar nya. Duduk memeluk lututnya di kursi lalu menangis sejadi nya.

Air mata nya terus tumpah, seiring rasa sakit yang menjalar di hati nya. Niat hati ingin membahas masalah permintaan Vienny dengan Shani, sama-sama mencari solusi terbaik agar tidak menyakiti siapapun, termasuk vienny. Sekalipun akan mustahil jika vienny tidak sakit hati.

Tapi apa yang Gracia dapatkan saat ini? Hanya semua hal tak terduga yang membuat Gracia dan Shani bertengkar tanpa ada satupun yang ingin mengalah. Parahnya shani malah meninggalakan masalah, padahal itu bukan salah satu kebiasaan Shani.

Gracia semakin memeluk lututnya, tangisan nya semakin kencang, semua hal yang ia pendam memang sudah ia keluarkan. Namun bukan kelegaan yang ia dapatkan, hanya kemarahan, kekesalan dan mungkin penyesalan yang entah akan berakibat apa pada hubungan nya dengan Shani kelak.

Angin malam semakin berhembus kencang, tubuh Gracia mulai menggigil, namun tak sedikit pun ia memiliki niat untuk bangkit dari tempat nya. Ia memilih memejamkan matanya dengan erat, menikmati sisa-sisa air mata yang hampir habis tak tersisa. Hingga akhirnya ia terlelap ke alam mimpi.


= Tbc =

-Semanis Gracia, Selembut Shani-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro