Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

44




= Selamat Membaca =

***************************







"Lama banget loe gak mampir, sehat loe?" Tanya seorang gadis pada Okta.

"Sehat lah, gue kan sibuk buat ngejar sekolah biar bisa lulus taun ini. Loe tau kan kalo gue di keluarin dari sekolah" jawab okta.

"Iya brengsek emang si Shani, kenapa gak sekalian aja loe ilangin sih" kesal sang gadis membuat Okta terkekeh

"Sabar lah, Shani bukan lawan yang mudah"

"Jadi Gimana rencana loe?"

"Udah mulai jalan, thanks banget udah mau bantu gue" okta tersenyum hangat sambil menepuk bahu lawan bicara nya.

"Gue bakal bantu apapun buat loe ta, karena loe sahabat gue. Loe yang udah bikin gue dan keluarga gue bisa berdiri kaya sekarang" 

"Itu gunanya Sahabat. Gue mau makasih juga sama loe udah mau bantu gue"

Sang gadis mengangguk lalu menyeruput minuman nya sedikit sebelum kembali menyimpan nya diatas meja.
"Gue kira loe mau deketin Gracia langsung"

Okta terkekeh "gak segampang itu, loe tau kan Shani kemana-mana nempel mulu sama Gracia" ucap okta membuat sang gadis mengangguk "untung nya ada si Vienny yang bisa gue manfaatin buat deketin gracia. Jadi gue bisa punya ruang  buat ngancurin shani pelan-pelan"

"Tapi loe gak takut Vienny macem-macem sama Gracia?? Setau gue kan vienny pernah benci banget sama tu anak"

Okta kembali terkekeh "kan gue bilang si Vienny itu bodoh, gampang banget gue hasut. Gue jamin dia gak akan macem-macem tanpa instrksuksi dari gue"

"Terserah loe lah, selama gue bisa bantu. Gue pasti bantuin loe"

"Pantau terus situasi, kabarin apapun tentang Gracia. Karena saat ini cuma loe yang bisa pantau dia tanpa di curigai"

Sang gadis mengangguk "yaudah, gue mau balik dulu. Pacar gue kasian nunggu di ruangan gue"

Okta mengangguk lalu tersenyum "okedeh, thanks ya"

___




Shani kembali ke Kantor nya, fikiran nya sejak tadi hanya diam memikirkan satu nama, Gracia. Kemungkinan-kemungkinan yang tidak baik mulai memenuhi isi otak shani, berapa kali ia menepis, namun tetap saja fikiran itu menghantui nya.

Tokk

Tokk

Ceklek..

"Shan"

Shani mendongak, menatap ke arah seseorang di ambang pintu.

"Ya kak?" Tanya nya datar

Farah sedikit ragu untuk berucap, dia faham bagaimana kondisi shani saat ini. Namun tetap saja Farah harus bicara pada Shani "Vero mau ketemu" ucap Farah hati-hati membuat shani menghembuskan nafas kasarnya.

Belum selesai dengan Gracia, kini masalah baru datang menambah beban fikiran nya. Namun mau tidak mau Shani harus menghadapi nya, karena Vero pasti butuh penjelasan tentang pemindahan nya ke kantor papanya.

Papa shani memang tidak jadi memecat vero, karena alasan kinerja yang bagus. Namun hal itu tentu tidak diketahui Gracia, bisa diamuk berjamaah Shani dan Kevin oleh Gracia kalo Gracia tau Vero masih bekerja untuk Kevin.

"Suruh masuk"

Farah mengangguk, kembali menutup pintu. Namun tak lama ia kembali ke ruangan shani, bersama Vero tentunya.

"Shan, kaka tinggal ya" izin Farah membuat shani mengangguk sambil tersenyum tipis.

Setelah pintu di tutup dari luar oleh Farah, pandangan Shani kini beralih pada Vero. Shani sedikit menaikkan sebelah alisnya, saat melihat tatapan yang berbeda dari Vero. Tatapan marah dan kecewa, bukan tatapan hangat yang biasa ia lihat.

"Bilang sama aku, kerjaan aku yang mana yang gak bener sampe kamu harus minta Pak Kevin buat pindahin aku?"

Kalimat penuh tuntutan dari Vero membuat shani menarik nafas dalam, sejenak ia menutup matanya untuk meredam emosinya yang bisa saja terpancing.

"Kaka duduk dulu, kita ngobrol baik-baik" ucap shani namun tak di hiraukan oleh Vero.

"Jawab aku shani!" Ucap Vero dengan nada cukup tinggi "kalo kamu gak suka sama cara kerja aku, atau cara aku memperlakukan kamu, kamu tinggal bilang. Gak gini caranya Shan" mata Vero mulai berkaca, ia akui Satu minggu bekerja bersama Shani, membuat ia tak mampu menahan pesona Shani. Shani terlalu sempurna untuk di lewatkan, bahkan semua sikap nya selama satu minggu ini membuat Vero berharap lebih.

Namun belum sempat ia berjuang, ia sudah harus menerima kenyataan bahwa ia tiba-tiba saja di pindah tanpa pemberitahuan dari awal.

Shani beranjak dari Kursi kebesaran nya, berjalan menghampiri Vero yang kini terlihat menahan emosi sekaligus menahan air matanya. Shani sadar itu.

Shani berhenti di depan Vero, menatap dalam seseorang yang seminggu ini mempermudah semua pekerjaan nya. Membuat nya tak lagi harus lembur hingga tengah malam, membuat Shani bisa memiliki waktu banyak untuk memikirkan Ujian nya serta kekasihnya, Gracia.

"Kak, Shani minta maaf kalo keputusan ini malah bikin kaka seperti ini. Ini keputusan Papa, Shani tidak bisa berbuat banyak. Dengan kemampuan kaka yang diatas rata-rata, Kaka lebih di butuhkan di kantor utama milik Papa" semua kalimat shani lontarkan dengan hati-hati, berharap Vero bisa mengerti.

Shani terpaksa harus membohongi Vero, dia tidak setega itu untuk memberitahu Vero bahwa Gracia yang meminta dirinya untuk tidak lagi bekerja dengan Shani.

"Tapi gak gini caranya Shan, aku tau kamu butuh aku. Kenapa kamu gak mempertahan kan aku?" Tanya Vero sambil memegang tangan shani. Mengguncang nya perlahan seolah menyalurkan emosinya. "Kamu harus nya bisa bilang sama Pak Kevin  aku yakin pak kevin bisa ngerti" lanjutnya membuat shani semakin tak tega.

"Shani tidak bisa berbuat banyak kak, maaf"

Vero diam di tempat nya, masalah pekerjaan mungkin bisa ia kesampingkan dulu. Hal sebenarnya yang ingin ia tanyakan adalah perihal sikap Shani yang tidak pernah menolak perlakuan Vero padanya, hal itu yang membuat Vero yakin bahwa shani bisa membalas perasaan nya.

"Aku terima keputusan ini Shan" ucap Vero dengan lirih "tapi ada hal lain yang ingin aku tanyakan" lanjutnya membuat shani menatap heran.

"Apa kak?" Tanya shani

"Kamu pasti sadar dengan semua hal yang aku kasih ke kamu, dan aku yakin kamu ngerasain gimana perasaan aku ke kamu"

Ini yang Shani takutkan, lagi masalah perasaan. Kenapa segala sesuatu harus melibat kan perasaan sih? Jika hal ini di bahas, maka otomatis akan membawa nama Gracia. Shani tidak ingin gadis kesayangan nya mendapat masalah lagi.

"Maaf kak, Shani hanya berusaha profesional aja. Gak mau ngelibatin perasaan"

"Lalu maksud kamu nerima semua perlakuan aku selama ini apa?" Vero mulai Frustasi, menghempas tangan shani yang di genggam nya tadi.

"Kaka aja yang salah mengartikan"

Vero terkekeh, namun kekehan nya terdengar menyakitkan "aku yang salah? Apa aku gak salah denger Shan?" Tanya Vero memastikan.

Shani berusaha tetap tenang, namun jauh di lubuk hatinya ia juga merasa bersalah pada gadis yang lebih tua dari nya ini.

"Maaf kak"

"Kasih aku kesempatan shani, aku yakin aku bisa dapetin hati kamu"

Shani menampilkan senyum tenang nya "Jangan membuang waktu kaka, percuma saja. karena sampai kapan pun gak akan pernah bisa kak, maaf"

"Kenapa shani??" Vero mulai meneteskan air mata yang dia tahan sejak tadi, nafas nya mulai tersengal. Dada  nya sesak akibat penolakan yang terlalu cepat ini.

"Maaf kak, aku gabisa"

"KASIH AKU ALASAN SHANI!!!" Vero menunduk, sebelah tangan nya ia simpan di dada. Mencoba menekan rasa sakit di hatinya.

Sementara Shani saat ini sedang meringis, telinga nya terasa sakit saat mendengar teriakan Vero. Namun tak sesakit hati Vero saat ini.

Shani menghembuskan nafas kasar nya sekali, Sebelum berucap.  "Gracia pacar aku kak, gak ada yang bisa geser posisi dia sedikit pun"

Vero langsung mendongak, menatap tajam mata shani. Sedetik kemudian ia terkekeh pilu. "Gracia?" Tanya Vero memastikan.
Membuat shani mengangguk.

Vero mengusap kasar air matanya sambil kembali terkekeh "sekarang aku tau alasan dia gak suka sama kehadiran aku pas di rumah sakit" vero menghela nafas sejenak "aku juga sekarang ngerti kenapa aku di pindah secepat ini, tanpa pemberitahuan apapun. Gadis itu rupanya penyebabnya"

"Kak-

"Saya mengerti Nona Shani, Maaf sudah menganggu waktu anda"

Vero memutar tubuh nya dengan cepat, keluar dari ruangan Shani tanpa menunggu respon shani untuk semua kalimat terakhir nya. Shani mematung di tempat nya, lagi ia harus menyakiti perasaan orang lain di luar kendali nya.

Shani membiarkan Vero pergi tanpa berniat mengejarnya, percuma saja dikejar toh tidak ada yang harus shani jelaskan. sekalipun di jelaskan, Shani yakin vero tidak akan mau mendengarnya.

Shani menghempas tubuhnya di kursi kerja nya, menatap sekilas jam yang menggantung di tembok, menunjukkan pukul 6 sore.

Shani mengusap kasar wajahnya, sambil sesekali meremas rambut nya mencoba meluapkan kekesalan nya.

"Aarrgghhh!!!" Teriak shani tertahan.

Tak ingin memperparah situasi, shani mencoba menyibukkan dirinya dengan setumpuk file di hadapan nya. Melupakan sejenak semua hal tentang rasa cemburu nya pada Gracia, melupakan sejenak masalah yang terjadi dengan vero barusan. Hingga tak sadar bahwa daya Handphone nya sudah habis sejak setengah jam yang lalu.

__



Shani mematikan mesin mobil nya di parkiran apartemen. Sejenak ia diam untuk berfikir langkah apa yang harus dia ambil. Di fikiran Shani saat ini adalah Pertanyaan yang sejak tadi berkecamuk,  Kenapa Gracia hanya berdua dengan Vienny, dan Kenapa kekasihnya tidak menolak semua hal yang di lakukan vienny kepadanya ?.

Shani sempat melihat Gracia kaget karena Vienny bersikap manis saat menarik kursi dan mempersilahkan nya duduk, namun setelah itu Gracia terlihat biasa saja, dan terlihat senang-senang saja dengan sikap manis Vienny lainnya. Tak hanya itu, Shani juga tidak mendapat kabar apapun dari kekasihnya itu, biasanya dia akan menelpon shani satu jam sekali. Kali ini tidak! Sesibuk apa Gracia bersama Vienny?

Tidak bisa Shani pungkiri hati nya saat ini sedang di landa cemburu, kesal dan marah. Ditambah pekerjaan nya yang malah berantakan karena ditinggal Vero, diperparah oleh Laporan Beby tentang Hotel mereka yang mengalami masalah.

Shani memukul stir nya beberapa kali, emosinya semakin tak terkendali saat bayangan Vienny menggandeng mesra tangan Gracia kembali melintas di fikiran nya.

Shani tak lagi bisa mengendalikan dirinya, nafas nya kini mulai memburu, rahang nya sedikit mengeras, kedua tangan nya mengepal cukup kuat.

Shani meraih tas nya, segera keluar dari mobil. Menutup pintu nya dengan kasar, tak peduli jika ada kerusakan yang terjadi akibat ulahnya barusan.

Shani melangkah tergesa, ingin segera bertemu dengan gadisnya. Meminta semua penjelasan atas apa yang terjadi hari ini. Shani tak peduli dengan semua rasa lelah nya saat ini, shani hanya peduli tentang perasaan nya yang sedang cemburu setengah mati.

Shani memasukkan password apartemen nya, membuka lalu menutup pintu dengan kasar. Shani melempar dengan asal tas nya ke sofa, tak peduli jika semua barang-baranya akan rusak.

"Gracia !!!" Teriak shani dengan langkah yang masih tergesa menuju kamar nya.

"GRACIA !!!" lagi shani berteriak semakin keras, sambil terus mencari keberadaan Gracia di dalam kamar. Shani tak menemukan kekasihnya di sana, segera ia menuju kamar mandi, namun tak ada tanda-tanda kehadiran Gracia juga disana.

Shani semakin menggeram kesal, ia mencoba mencari ke balkon kamar nya. Namun tetap tak ada Gracia, kemana gadis nya itu??

Satu pertanyaan terlintas di kepala Shani, Apa Gracia belum pulang sejak pergi bersama Vienny tadi? Jika memang iya, maka sudah dipastikan akan ada perang malam ini.

Shani meremas rambutnya Frustasi, kembali mengambil kunci mobil yang sempat ia lempar ke sofa tadi. Namun sebelum itu ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum, ia butuh asupan air putih untuk mendingin kan hati serta otak nya saat ini.

Belum sempat shani mencapai apa yang ia tuju, tiba-tiba langkah nya terhenti. Tubuhnya seketika lemas dan langsung luruh dengan posisi berlutut di lantai, semua emosi yang tadi sudah menguasai dirinya, kini meluap entah kemana. Berganti dengan rasa bersalah yang luar biasa saat melihat apa yang ada di hadapan nya, tepat nya di meja makan.

Gadis nya disana, tertidur pulas  menelungkupkan kepala nya diatas meja.

Shani melirik jam di tangan nya, sudah lewat 2 jam dari waktu makan malam. Shani memejamkan kedua matanya, merutuki kebodohan dirinya sendiri atas kelakuan nya hari ini. Segera ia bangkit dari posisinya, menghampiri gadis kesayangan nya.

Hati shani sesak saat ia melihat diatas meja terdapat makanan kesukaan nya yang tak lagi hangat, beberapa lilin warna putih yang sudah sempat di nyalakan lalu kembali ditiup, terlihat dari beberapa tetesan dimeja. Lilin-lilin itu berjejer rapi ditengah meja.

Pandangan Shani teralih pada satu bouqet bunga mawar putih kesukaan Gracia yang tergeletak asal seolah dihempas begitu saja.
Gracia menyiap kan ini semua untuk Shani, tapi Shani malah sibuk menerka dan membuat nya berasumsi sendiri.

Shani bodoh!!

Shani beranjak mendekati Gracia, berlutut di samping Gracia yang masih tertidur pulas di kursi meja makan.

Shani menghapus kasar air mata yang tak sanggup lagi tahan, sungguh shani menyesal karena membiarkan kekasihnya menunggu entah berapa lama.

"Sayang" panggil shani

"Gracia sayang"

Tidur Gracia terusik, kepalanya mulai tegak, tangan nya perlahan mengucek kedua matanya, lalu menoleh kesamping. Menatap Shani yang kini menangis di hadapan nya.

Gracia yang kaget segera merubah posisinya menjadi menghadap Shani.
"Sayang, kok nangis?" Panik Gracia membuat shani langsung menjatuhkan kening nya di atas paha Gracia.

"Maaf" lirih shani membuat Gracia menangkup kedua pipi shani, menariknya pelan agar wajah shani menghadap gracia.

"Sayang hei liat aku, kok pulang-pulang nangis? Ada masalah apa hmm?" Tanya lembut Gracia.

"Maaf" kembali shani menjatuhkan kepala nya di paha Gracia, air mata nya terus mengalir sebagai bentuk penyesalan dirinya.

Gracia kembali menangkup pipi shani, membuat kepala shani tegak sempurna. kini ia merubah posisinya ikut berlutut di hadapan Shani setelah menggeser kursi dengan tubuh bagian belakangnya.

Gracia tidak mengerti apa penyebab kekasih nya ini menangis, segera ia merengkuh tubuh shani dalam pelukan nya. Mengusap lembut punggung shani, lalu beralih mengusap kepala shani, mendaratkan ciuman dipuncak kepala kekasihnya itu.

Gracia melonggarkan pelukan nya, menghapus air mata di pipi shani dengan ibu jari nya. Shani menutup mata nya saat Gracia mendaratkan ciuman di kedua matanya secara bergantian.

"Bilang sama aku siapa yang nyakitin kamu, biar aku samperin sekarang juga" ucap Gracia membuat shani semakin merasa bersalah.

"Aku minta maaf karena udah bikin kamu nunggu sampe ketiduran gitu"

Gracia menatap heran, sedetik kemudian terkekeh kecil saat melihat Shani nya yang seperti sedang merengek "aku kira kamu kenapa sayang, aku kawatir banget pas aku bangun tiba-tiba kamu nangis"

"Sayang Maaf"

"Aku gak masalah nunggu kamu berapa lama pun, aku tau kamu sibuk. Buktinya kamu gak respon satu pun chat aku, bahkan nomor kamu juga gak aktif. Aku sengaja gak hubungin kamu lagi karena aku yakin kamu pasti pulang kaya biasanya, aku tadinya mau kasih kejutan buat kamu, beli makanan di resto kesukaan kamu buat makan malam, eh aku malah ketiduran"

Shani menegang di tempatnya, setau shani hp nya tidak berbunyi sejak tadi sore, dan shani pun tidak mengecek nya sama sekali.  Shani merogoh saku nya, melihat hp nya dan kembali merutuki kebodohan nya karena lupa mengisi daya hp nya.

"Hp aku mati sayang, maaf sumpah aku gak maksud bikin kamu nunggu dan malah bikin kacau kejutan kamu"

"Yang penting kamu baik-baik aja, jangan nangis aku gak suka" 
Kalimat lembut gracia membuat hati shani kembali menghangat, Shani menutup matanya menikmati elusan tangan Gracia di pipinya, sedetik kemudian Gracia menjatuhkan ciuman di bibir shani, hanya menempel, namun sukses membuat perasaan Shani membuncah karena perlakuan sederhana yang di berikan Gracia.

Shani berjanji setelah ini dia akan menggunakan akal sehat nya lebih kuat lagi, memberikan kepercayaan penuh pada gadis yang kini tersenyum hangat kepadanya. Shani tak mau bodoh lagi, shani tak mau hal ini terjadi untuk kedua kalinya.

"Kamu mandi gih, aku pesenin makan malem ya. Itu udah dingin"

Shani menggeleng "aku mau makan yang udah kamu siapin, biar aku panasin dulu"

Kedua nya bangkit, lalu berpelukan sebentar sebelum keduanya kompak membawa makanan dari meja makan, untuk di hangatkan kembali di dapur.

__


Shani terlelap dalam dekapan hangat Gracia, menjadikan tangan Gracia sebagai bantalan kepala Shani. Gracia tidak tau apa yang dialami kekasihnya seharian ini. Yang jelas kekasihnya terlihat sangat kelelahan membuat Gracia enggan bertanya apapun selain memeluk Shani nya itu.

Tidak bisa Gracia pungkiri ada rasa kesal yang timbul di hatinya, entah berapa puluh Chat dan panggilan nya yang tak direspon Shani. Tak hanya itu, Gracia juga di buat kesal karena Shani yang tidak pulang tepat waktu, tanpa kabar dan malah membuat Gracia menunggu entah berapa lama.

Shani tidak tau berapa lama Gracia mempersiapkan makan malam romantisnya itu, Shani tidak tau berapa lama Gracia mengukir alis nya di depan cermin agar tampak sempurna di mata shani.

Gracia sebenarnya ingin mengeluarkan semua sumpah serapah nya, semua kekesalan nya. Namun saat ia melihat shani menangis dihadapan nya karena rasa bersalah nya, semua rasa kesal itu meluap begitu saja.

Gracia mengelus lembut rambut hitam shani, mendarat kan beberapa ciuman di puncak kepalanya. Menyalurkan semua rasa cinta nya, rasa sayang nya, rasa rindunya, dan semua rasa yang ia miliki hanya untuk Shani.

Gracia membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh nya dan shani, menatap kembali wajah polos shani yang semakin cantik setiap hari nya, membuat Gracia menyunggingkan senyum manis nya.

Gracia mengecup sekilas bibir shani, lalu ikut memejamkan mata setelah berbisik

"I love you triplek jelek"

__

"Sayang, ujian km udah selesai semua kan?" tanya Gracia sambil memainkan kancing piyama Shani.

"Udah" jawab shani

"Aku mau ajak kamu ke teather liat oshi aku perform"

Shani mengalihkan pandangan nya dari layar hpnya.
"Kapan?" Tanya shani

"Kak vienny ngajak siang ini, sekalian refresh otak aja abis ujian katanya"

Shani menimang sebentar, ingin rasanya ikut bersama gadisnya, namun ada hal yang harus ia urus bersama beby.

Shani tidak mau kejadian seperti kapan hari terjadi, ia harus percaya sepenuh nya pada Gracia. Shani percaya jika Gracia bisa menjaga diri juga hati nya hanya untuk shani. 
"Siang ini aku ke hotel beby, ada kerjaan sayang"

Gracia terlihat kecewa, kini ia mengubah posisi nya menjadi duduk "Yaudah aku gak jadi deh, aku di kamar aja"
Gracia menunduk lesu, pasalnya iya tau jika shani tak akan mengijinkan nya pergi berdua saja  bersama vienny. Gracia tau jika Shani masih tidak suka pada Vienny.

"Kamu berangkat aja, hati-hati tapi ya. Kalo sempat aku susul" kalimat Shani membuat Gracia menoleh cepat ke arah shani yang kini ikut duduk disamping nya.

"Beneran?" Tanya nya memastikan.

Shani mengangguk, menampilkan senyum nya yang manis membuat Gracia menghambur ke pelukan Shani.

"Makasih ya sayang"

Shani mengelus lembut kepala Gracia, mendaratkan ciuman-ciuman kecil di puncak kepala Gracia dengan Gemas.
"Mandi gih, kita sarapan di luar"

Gracia menarik diri, mendaratkan sebuah kecupan di bibir shani.

Cup

"Morning kiss triplek" ucap nya lalu kabur ke kamar mandi, shani hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Gadisnya itu.

Shani mengambil ponsel nya, mengirim pesan pada beberapa orang suruhan Harlan untuk menjaga dan mengawasi Gracia siang ini. Bagaimanapun Shani harus memastikan Gracia aman dimana pun dia berada.

__

Gracia meneliti penampilan nya di cermin, memastikan bahwa alis kebanggaan nya sudah terbentuk dengan sempurna.

"Cakep banget pacar si Shani" pujinya pada diri sendiri "gak sia-sia ngabisin duit Shani buat beli skin care satu lemari" lanjutnya lalu membuk laci, mengeluarkan sebuah Lightstick yang baru saja ia beli kapan hari.

"Duh semoga dapet wink dari oshi" gumam nya lalu menyimpan lightstick nya di tas

Gracia mengambil hp nya, mencari kontak shani lalu menelpon nya.

"Hallo sayang"

"Iyaa ?" 
tanya shani di sebrang telpon

"Bentar lagi aku berangkat, kak Vienny jemput aku di depan"

"Iya hati-hati, kabarin aku terus ya"

"Iyaa triplek, awas aja kalo kamu pulang malem, aku suruh tidur diluar"

"Enak dong, aku booking hotel ah"
Canda shani dengan nada tengil sambil tertawa

"Gue bom elu sama hotel-hotel nya, dah lah bye"

Tuuttt..

Gracia segera keluar dari apartemen, lalu menghampiri vienny yang sudah menunggu di depan.

Mata vienny seketika berbinar saat melihat penampilan Gracia, senyum nya mengembang mengiringi langkah kaki Gracia yang berjalan ke arah nya.

"Kenapa gue baru sadar kalo Gracia cantik banget" batin Vienny


"Hai kak, kok bengong?" Sapa Gracia membuat vienny mengerjap

"Eh! Gak apa. Kamu cantik banget" puji nya membuat Gracia besar kepala.

"Udah gak aneh kak, kalo aku jelek baru aneh" jawab nya membuat vienny terkekeh

"Selain cantik dia juga lucu" batin Vienny lagi.

"Kan bengong lagi, ayo berangkat ah" Gracia segera merangkul sebelah tangan Vienny membuat vienny menegang sebentar karena tak siap dengan perlakuan Gracia.

Waktu terus berlalu, Gracia dan Vienny kini duduk di salah satu restoran.

"Gila kak vienny jantung aku gak kuat pas dia nengok terus senyumin aku" ucap Gracia antusias "oshi aku emang gada Tandingan nya kalo bikin gesrek" lanjutnya.

"Liat oshi aku tadi pas unit song dong, keren banget penampilan nya" timpal vienny tak kalah antusias

"Iya astaga kak, jiwa ambyar ku meronta. Mereka cakep bangetsi"

Vienny tersenyum melihat Gracia yang bercerita dengan antusias. Ada sesuatu yang mengusik hati nya saat melihat senyum Gracia, sikap gracia, bahkan semua hal random yang ia tunjukkan beberapa kali saat bersama Vienny. Vienny tenggelam dalam pesona Gracia.

"Jadi lupa, mau makan apa kak ?" Tanya Gracia sambil mengibas rambut nya dengan gerakan slow motion, hal itu tak luput dari pandangan vienny.

Vienny meraba dada sebelah kirinya, Jantung nya berulah saat melihat gerakan Gracia yang terlihat manis di mata nya.
Untuk sejenak vienny lupa bahwa tujuan utama nya adalah mendapatkan kembali shani dengan cara menjauhkan shani dari Gracia. Namun sepertinya ia terlena dengan permainan nya sendiri.

"Mm Gree" panggil vienny hati-hati

"Ya kak?" Tanya Gracia

"Abis ini temenin nonton mau gak? Ada film baru di bioskop" ajak nya ragu

Gracia menimang sebentar, melihat jam tangan nya. Harus nya shani sebentar lagi pulang, namun ia tak mengabari sama sekali. Gracia langsung berfikir, mungkin shani sibuk dan akan pulang larut seperti tempo hari.

"Gasss lah kak, dari pada bengong di apartemen"

Vienny mengangguk, kembali tersenyum manis melihat tingkah Gracia yang kembali fokus pada makanan nya. Sejak tadi vienny hanya sibuk melihat Gracia makan, memperhatikan dengan seksama semua hal yang ia lihat dari gadis di hadapan nya itu. Sesekali terkekeh melihat Pipi Gracia yang menggembung akibat penuh dengan makanan.

"Kenapa tiba-tiba gue ajak dia nonton ya? Rencana nya gak gitu" Batin vienny

__

Shani membuka pintu apartemen nya, kening nya sedikit berkerut saat melihat kondisi apartemen nya yang sepi, tidak ada tanda-tanda Gracia disana.

Harusnya kan Gracia sudah pulang, mengingat teather hanya sampai jam 5 sore. Bahkan shani sengaja pulang lebih cepat tanpa memberitahu Gracia, Shani berniat memberi kejutan dengan mengajak gracia jalan-jalan.

Shani menghempas tubuh nya di sofa, merogoh saku celana nya lalu menelpon Gracia.

"Haii sayang"
Sapa Gracia disebrang telpon

"Kamu dimana?" Tanya shani sambil berusaha mengatur emosi nya.

"Aku masih di mall,
mau nonton dulu sama kak vienny nanti"

"Kok gak kabarin?" Tanya shani kesal

"Aku takut kamu sibuk, buktinya kamu gak bales chat terakhir aku. Aku fikir kamu bakal pulang malem lagi sayang"
Kalimat lembut dari Gracia membuat shani diam sejenak, menutup mata sambil memijat pelipisnya. Kenapa akhir-akhir ini mereka sering salah komunikasi seperti ini sih.

"Sayang kamu masih dikantor kan?"
Tanya Gracia membuat shani membuka matanya.


"Iyaa sayang, masih banyak kerjaan. Maaf ya aku gak nemenin nonton"

"Yaudah makan nya jangan lupa, inget jangan pulang malem banget, jam 8 aku pasti udah balik. I love u"

"Love u more Gee"

Tuuttt

Shani meraih kunci mobil nya, segera ia beranjak untuk menyusul gadis kesayangan nya. Tak ingin lagi ia berasumsi negatif, dan malah sibuk menerka-nerka apa yang belum ia ketahui.

"Kamu bikin aku gila Gracia"




= Tbc =


-Semanis Gracia, selembut Shani-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro