Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

42



= Selamat Membaca =

****************************







Gracia menatap intens wajah cantik Shani di hadapan nya, tangan nya terulur merapikan anakan rambut yang sedikit menghalangi wajah cantik kekasihnya itu.

Senyum Gracia mengembang kala jemari lentik nya mengusap pipi tirus milik shani, pipi yang memang tidak segembul pipi miliknya, namun selalu sukses membuat Gracia gemas dan selalu ingin menghujani nya dengan kecupan kecupan manja.

Jemari lentik nya perlahan naik, mengusap lembut kening, lalu turun ke hidung. Beberapa kali gracia menyentuh ujung hidung shani, mengetuk-ngetuk nya dengan ujung telunjuk, membuatnya terkekeh sendiri, melupakan fakta bahwa kekasihnya baru saja terlelap, dan mungkin bisa membuat tidur shani terganggu. Namun Gracia tidak peduli.

Telunjuk Gracia kembali turun, mengusap bibir atas milik shani yang kini sedikit pucat dan kering. Telunjuk nya beralih ke bibir bawah kekasihnya, mengelus nya sebentar sebelum mendaratkan bibir nya sendiri di atas bibir ranum milik shani, tak hanya menempel, Gracia bahkan melumat bibir bawah milik shani cukup lama, merasakan manis nya bibir yang selalu menjadi candunya itu. setelah cukup puas Gracia melepas ciuman nya, lalu mengusap bibir shani dengan ibu jari nya.

Gracia membenarkan letak selimut yang mereka gunakan berdua, menariknya sebatas pinggang. Gracia bersiap menutup matanya, menyusul sang kekasih ke alam mimpi. tak lupa Gracia memberikan sebuah kecupan dikening shani sebelum ia benar-benar menutup mata, lalu terlelap.

--





Pagi menjelang, sinar mentari menyapa dengan riang. Membuat bumi menghangat sehangat dekapan Gracia pada kekasihnya.

Shani perlahan mulai menunjukkan pergerakan, matanya perlahan terbuka lalu beberapa kali mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya. Senyum shani mengembang sempurna kala indra penglihatan nya langsung terfokus pada gadis yang masih mendekap nya. Hati Shani menghangat, disertai degupan jantung nya yang berdetak tidak seperti pada normalnya.

sebelah tangan Shani terulur merapikan helaian rambut Gracia, menyelipkan beberapa helaian nya ke belakang telinga, membuat mata shani bebas memandang wajah Gracia tanpa penghalang. Shani mengelus lembut pipi Gracia, membuat sang empunya terusik lalu perlahan membuka matanya.

Pandangan mereka beradu, membuat Gracia tersenyum malu.
"Good Morning my Shanee" sapa Gracia lalu mendaratkan sebuah ciuman di kening Shani. "udah baikan sayang?" tanya nya membuat shani tersenyum hangat.

"aku selalu baik jika bersama mu" jawab shani tulus membuat Gracia terkekeh

"gombal nya besok lagi ya, simpen dulu energi nya" kini kalimat Gracia yang membuat shani terkekeh.

tanpa berniat membalas kalimat Gracia, Shani memilih melingkarkan sebelah tangan nya ke pinggang Gracia, memeluknya erat sambil menenggelamkan wajahnya dileher Gracia. Reflek Gracia langsung mengusap lembut kepala Shani.

Gracia tersenyum lega kala merasakan suhu tubuh kekasihnya yang sudah normal kembali, sehingga membuat Gracia tidak cemas lagi. Tangan Gracia masih betah mengelus kepala Shani membuat Shani hampir saja terlena untuk kembali bermimpi jika saja Gracia tidak angkat suara.

"jangan bobo lagi sayang, sebentar lagi dokter kesini" ucap Gracia namun tak di pedulikan shani, Shani malah  sibuk menghirup aroma tubuh Gracia, sesekali mengecup leher kekasihnya  dengan lembut.

"kamu gak usah mancing-mancing, ngajak yang iya iya kok di rumah sakit" ledek Gracia membuat shani langsung menarik dirinya, menatap Gracia dengan senyum tengil nya

"di apartemen boleh dong?" tanya shani membuat Gracia mengangguk antusias

"boleh!! tapi izin KUA dulu" ucap gracia membuat shani mendengus

"kelamaan" cibir shani membuat gracia terkekeh

Pletak

Sebuah sentikan mendarat di kening shani, membuat shani mengaduh.

"Mesum!!"

"Jahad banget astaga, pacar nya lagi sakit"

"Siapa suruh pagi-pagi udah mesum aja, dah lah aku mau cuci mukaa" Gracia hendak merubah posisi namun tangan shani segera menahannya.

"morning kiss dulu" ucap shani bahkan hampir mirip rengekan yang membuat Gracia hampir terbahak

Gracia dengan senang hati mengikis jarak, sambil menangkup pipi shani dengan sebelah tangan nya. Perlahan wajah gracia semakin mendekat, membuat shani menutup matanya. Namun belum sempat bibir mereka bersentuhan, suara pintu yang di ketuk membuat gracia langsung menarik diri, membuat shani menggeram kesal.

Tok..

Tok..

ceklek

"selamat pagii, saya periksa dulu ya" sapa sang dokter dengan ramah

"aku turun ya sayang, skip dulu morning kiss nya" bisik Gracia membuat shani semakin kesal

"saya sudah sehat" ketus shani saat sang dokter sudah berada disamping nya. Seperti nya shani sudah menyimpan dendam pada dokter ini, akibat mengganggu acara kissu-kissu morning nya.

"Tetap saja harus saya cek keadaan nya"

"Terserah lah" jawab shani ketus. Sementara Gracia sudah berlalu ke kamar mandi.

10 menit berlalu sang dokter sudah menyelesaikan tugas nya, lalu pamit untuk menjalan kan tugas yang lain. Sang dokter menutup pintu dari luar, bertepatan dengan Gracia yang sudah keluar dari kamar mandi.

"Loh udah kelar? Kamu di periksa apa cuma di kepoin?" Heran Gracia lalu menarik kursi disamping Ranjang shani "cepet amat" lanjutnya.

"Gak usah lama, aku sehat kok"

"Kamu bangun ya sayang, Aku suapin sarapan biar cepet sehat" kalimat lembut Gracia mengalun lembut di telinga shani, membuat shani tidak bisa menolak. Seolah kata tidak, sudah lenyap dari kamus nya. Shani hanya mengangguk sebagai jawaban.

Gracia berdiri, lalu membantu shani menaikkan kepala ranjang nya, membuat shani bisa duduk sambil bersandar.

"Kamu sarapan juga sayang" ucap shani membuat gracia mengangguk.

"Gak usah mikirin aku, sebentar lagi pasti pada nongol bawa makanan"

Tangan Gracia terulur mengambil segelas air putih di meja, menyodorkan nya pada Shani "minum dulu biar seger kaya aku"

Shani kembali menurut, meneguk beberapa kali lalu memberikan gelas nya kembali pada Gracia.

Tangan Gracia beralih mengambil semangkok bubur di meja, mengambil bubur dengan sendok tanpa mengaduknya. karena shani termasuk team makan bubur gak diaduk. Dengan telaten Gracia meniup bubur di atas sendok, lalu mulai menyuapi shani.

Beberapa kali kegiatan tersebut berlangsung, hingga pada suapan ke lima, shani menyerah. "Udah yank, ga enak"

Gracia mengangguk "payah banget sih, makan aja susah" cibir Gracia.

"Nih minum dulu obat nya" gracia menyodorkan beberapa tablet obat, namun malah di tolak oleh shani.

"Kenapa sayang ?" Tanya gracia lembut sambil mengelus rambut shani.

"Cium dulu" lirih shani membuat gracia hampir saja terbahak.

"Ya ampun masih inget aja"

Sebelah tangan Gracia mengepal, menggenggam obat yang harus shani minum agar tidak jatuh. Perlahan Gracia mencondongkan tubuhnya, mengikis jarak dengan wajah shani. Membuat hembusan nafas mereka saling beradu.

Shani sudah siap menerima bibir candu nya itu, hingga kepala shani bergerak miring seiring tertutup nya mata shani.

Ceklek..

"Pagi sayang!"

"Astaga!!" Gumam shani pelan dengan emosi tertahan. "Mau cium doang susah" gumam nya lagi. Sementara Gracia tertawa melihat shani yang frustasi.

"Skip dua kali ya sayang" ledek Gracia membuat shani menekuk wajahnya.

"Pagi papa Kevin" sapa Gracia menyambut kevin

"Nih papa bawain sarapan" ucap kevin sambil menyimpan sebuah bungkusan di meja.

"Makasih papa sayang"

"Iya sayang, udah baikan shan?" Tanya kevin membuat shani mendengu.

"Mmm" jawab shani dengan gumaman, mengundang teguran dari Gracia.

"Heh! Gak sopan di tanya papa malah gitu" omel Gracia lalu mengulurkan tangan nya "ni obat nya diminum"

Shani dengan terpaksa meminum obat nya membuat kevin terkekeh melihat shani yang seolah takut pada Gracia.

"Kenapa pagi-pagi badmood?" Tanya Kevin sambil menunjuk shani dengan dagu nya.

"Pms kali pa" jawab Gracia dengan ledekan.

"Haha pantes galak"
Ucap nya membuat keduanya terkekeh, sementara shani membuang pandangan nya ke arah lain, guna meredam kekesalan nya.

"Papa pulang dulu ya, nanti agak siang mama kesini. Kalo ada apa-apa kabarin ya" ucap kevin membuat Gracia mengangguk.

"Shan-

"Pulang aja sana!!" usir shani dengan kesal. Sepertinya selain dokter, kini shani menyimpan dendam pada papa nya juga.

"Dih, ketus amat, yaudah papa pamit ya sayang"

Kevin mengelus kepala gracia sekilas lalu berjalan ke arah pintu, dan menutup nya dari luar.

Gracia mendekat ke arah shani yang kini memunggungi nya. Menarik pelan lengan shani membuat shani merubah posisinya. Menghadap Gracia.

"Kenapa sih marah-marah hmm??" Tanya Gracia sambil mengusap kepala shani dengan lembut.

"Kesel!" Ketus shani

"Duh duh, gitu doang kesel." Ledek Gracia membuat shani cemberut.

"Jangan di tekuk gini muka nya, cantik nya ilang" bujuk Gracia membuat shani sekuat tenaga menahan senyum nya. Ingat Shani masih kesal.

Sementara Gracia mengulum senyum nya melihat kekesalan kekasih nya ini. Gracia menarik kepala shani, membuat tubuh shani ikut condong ke arah Gracia. Dengan cepat Gracia mengikis jarak namun lagi suara ketukan menghancurkan momen mereka.

Tokk

Tok

Ceklek

"Apalagi Tuhan!!" Geram shani membuat Gracia tertawa cukup keras kali ini.

"Anda belum beruntung anak muda" ledek Gracia lalu menghampiri mama nya datang.

"Pagi Shan, Gee" sapa Sandra yang kini masuk membawa sebuah papperbag.

"Pagi maa" sapa Gracia.

"Udah sarapan sayang?"

"Shani udah kok, gege aja yg belum"

"Yaudah sarapan dulu gih" ucap sandra sambil menyodorkan papperbag nya.

"Aku makan dulu ya sayang" gracia dengan sengaja menarik hidung shani, lalu mengedip kan sebelah matanya sebelum berlalu menuju sofa, sontak membuat shani semakin kesal.

Sandra duduk di kursi samping shani, membuat shani dengan cepat merubah ekspresi di hadapan calon mertua nya ini. Berbincang ringan sambil sesekali matanya menatap Gracia yang sibuk mengunyah makanan nya.

-

"Sayang, makan siang ya" titah Gracia membuat shani menggeleng.

"Masih kenyang" ucap nya pelan

"Yaudah aku ke kamar mandi sebentar ya" pamit Gracia lalu berlalu setelah mengusap lembut pipi shani.

Tokk..

Tok..

Ceklek.

"Siang Shan"

Shani menoleh, menatap pada dua orang yang baru saja masuk ke kamar inap nya.

"Loh kak Farah" heran Shani "kok tau aku disini?" Tanya shani.

Farah menyimpan sekeranjang buah yang ia bawa, lalu menarik kursi disamping seseorang yang sudah lebih dulu duduk di samping Shani.

"Pak Kevin yang bilang, makanya aku Sama dia mampir setelah makan siang tadi"  jelas Farah membuat Shani mengangguk lalu beralih pada seseorang yang duduk disampingnya.

"Gimana keadaan nya Shan?" Tanya Orang tersebut.

"Baik kak" jawab nya dengan senyum tipis.

Gracia keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar, rambut nya sudah tersisir rapi, ia biarkan tergerai begitu saja.

Mata Gracia memicing melihat siapa yang duduk di samping kekasihnya. Gracia melangkah dengan pasti menghampiri shani.

"Loh kak Farah, udah lama"? Tanya Gracia yang kini duduk di samping shani, bersebrangan dengan seseorang yang tak ia kenali. 

"Belum lama cantik, kamu apa kabar?" Tanya farah.

"Aku baik kak" jawab Gracia diringi senyum khasnya.

"Syukurlah, ah iya ini Kak Veronica. Sekertaris shani yang baru"

Seseorang yang diperkenalkan oleh farah tersenyum tipis pada Gracia. "Haii aku Veronica, panggil Vero aja"

"Shania Gracia" jawab gracia

"Senang bertemu dengan mu Gracia"
Ucap nya membuat gracia tersenyum tipis. Sedetik kemudian senyum gracia luntur, saat Vero memandang shani lalu mengucapkan kalimat tanya nya.

"Kamu udah makan siang shani?"

Gracia menaikkan sebelah alisnya, Gracia tidak bodoh untuk menyadari arti dari tatapan Vero kepada Shani. Ada tatapan memuja di sana, dengan binar yang berbeda saat menatap shani. Hal itu membuat Gracia menatap penuh arti pada shani.

"Belum kak" ucap Shani "nunggu Gege"lanjutnya.

"Mau kaka suapin?" Tawar Vero membuat shani diam, sementara Gracia menaikkan kembali sebelah alisnya. Lalu menatap dengan tatapan tidak suka.

Farah merutuki kebodohan rekan kerja nya ini, bisa-bisa nya bersikap seperti itu dihadapan Gracia.

"Gak usah kak, aku aja"

Bukan shani yang menjawab, tapi Gracia dengan nada yang sangat Datar.

"Kamu makan ya" titah Gracia membuat shani mengangguk.

"Aku bantu duduk"

Gracia segera membantu shani untuk bangun, namun tatapan tak suka Gracia layangkan kembali saat orang di hadapan nya juga ikut berdiri untuk membantu shani duduk.

"Aku bisa sendiri kak" tolak shani sambil menepis tangan Vero lalu menatap nya dg datar, namun vero malah tersenyum.

"Kamu masih lemah shan" ucapnya "aku bantu ya"

Gracia menggeram dalam hati, sambil mengambil sepiring makan siang yang sudah di sediakan untuk shani. Tak ingin menghiraukan mahluk menyebalkan dihadapan nya, Gracia mulai menyuapi shani. Dengan telaten gracia menyuapi shani, sesekali mengusap sudut bibir shani yang terkena noda. Hali itu Membuat perubahan ekspresi terlihat jelas di wajah Vero. Vero kini malah menatap tak suka Pada Gracia.

Gracia ingin sekali menumpahkan semua makanan dipiring yang di pegang nya ke wajah vero. Namun gracia masih sadar dan tidak ingin menunjukkan sisi bar-bar nya sekarang. Gracia tau wanita seperti apa yang sedang Gracia hadapi, bukan wanita biasa yang sering ia temui. Vero lebih elegan, lebih bermartabat, bahkan sejak tadi senyum nya tak pernah luntur, sekalipun gracia masih bisa melihat kekesalan di mata nya. Tak bisa Gracia pungkiri, kecantikan Vero bahkan hampir bisa menyaingi dirinya, namun lebih terlihat dewasa karena memang umurnya berbeda jauh dengan Gracia. Mungkin sekitar 24 tebaknya.

Seorang dari keluarga Harlan juga akan bersikap lebih baik di banding lawan nya sekarang, maka dari itu Gracia harus bisa lebih menguasai dirinya.

Gracia kini menatap penuh arti pada farah.

"Kaka abis ini ke kantor?" Tanya gracia pada farah "jam istirahat mau habis"

Farah mengangguk "Iya Gre, bentar lagi kita balik kok" ucap farah tak enak. Namun siapa sangka Vero malah menolak.

"Aku izin aja ya Fa, mau jagain shani disini"

Kalimat vero membuat shani dan farah saling pandang, bahkan farah mengucapkan kata maaf lewat gerakan bibirnya pada shani.

"Shani sudah ada yang menjaga, tidak perlu repot-repot" sela gracia yang masih menyuapi shani, tanpa menoleh sama sekali pada Vero.

"Gak repot kok"

"Kita balik Vero, banyak kerjaan" sela Farah lalu berdiri.

"Bukannya udah beress ya?" Kukuh Vero

"Dadakan" ucap Farah cepat.

"Aku izin aja"

Gracia tersenyum miring, menghentikan suapan nya pada Shani, lalu Menyimpan piring nya di meja. Gracia menatap Vero dengan intens.

"Maaf Jam besuk sudah habis, shani harus istirahat. Dan hanya satu orang yang boleh menjaga Pasien. Terimakasih sudah menjenguk shani" ucap Gracia nyaris tanpa ekspresi, namun diakhiri dengan senyum penuh arti Mengundang tatapan tidak suka dari Vero.

"Saya mau disini, seperti nya Shani juga tidak keberatan?" Ucap Vero berusaha kembali santai sambil menatap ke arah Shani.

"Oyah?" Gracia menaikkan sebelah alis nya, sedetik kemudian menatap shani dengan lembut, mengusap pipi shani sekilas.

"sayaang" gracia menekan kata sayang "kamu mau kaka itu disini?" Tatap Gracia dengan posisi tangan masih mengelus pipi shani, membuat shani meneguk ludah nya kasar, lalu menggeleng.

"Enggak!! kalian pulang aja makasih"

Gracia tersenyum miring "udah denger kata Shani?"

"Ayo ver balik" ajak Farah sambil menarik lengan Vero, membuat vero berdiri dari duduknya.

"Kenapa sih Fa, kan aku mau jagain shani, biasanya shani aku temenin mau-mau aja"

Kalimat Vero membuat pupil mata Farah membesar, bisa-bisa nya dia bicara seperti itu. Bukan kah tadi Gracia sudah menunjukkan kode keras nya?  Tidak tau kah dia bahwa yang ia hadapi adalah Putri dari keluarga Harlan, sekaligus calon menantu dari keluarga Natio.

Bunuh diri sepertinya menjadi pilihan terbaik untuk vero saat ini.

Tidak hanya farah yang kaget mendengar kalimat vero barusan, Gracia juga kesal setengah mati setelah mencerna kalimat terakhir yang vero ucapkan.
Menyadari ketidaksukaan Gracia, shani segera menyuruh mereka pulang.

"Kalian pulang aja" Ucap shani datar, membuat Vero terkesiap.

Vero kembali tersenyum lalu mengusap lengan shani sekilas, sebelum shani menarik tangan nya, membuat Vero kecewa dengan tindakan shani "Yaudah aku pulang, kamu cepet sehat ya" vero melirik tak suka pada gracia, sebelum meninggalkan kamar inap.

"Aku pamit ya shan, gre" pamit Farah yang hanya di bahas anggukan oleh Gracia dan shani.

Sepeninggal Farah dan Vero, gracia masih menampilkan wajah tanpa Ekspresi. Membuat shani sedikit bergidig, kala pandangan mereka bertemu.

Tanpa menghiraukan tatapan shani, gracia beralih mengambil obat dan segelas air mineral yang ia sodorkan pada Shani. Tanpa perlawanan apapun  Shani langsung meminum obatnya.

Shani menyimpan gelas nya di meja, tatapan nya beralih pada Gracia yang kini melipat tangan nya di depan dada. Berdiri persis di depan shani, menatap shani penuh tuntutan.

"Sejak kapan dia jadi sekertaris kamu?"

Shani diam di tempat nya, menyadari bahwa kekasih nya sedang melakukan sesi introgasi "Baru 1 minggu sayang, kak farah sekarang bertugas jadi tangan kanan aku"

"Mata Kamu gak buta kan buat liat kalo dia suka sama kamu?" Kalimat sinis gracia membuat shani semakin waspada.

"Aku gak pernah merhatiin sayang"

"Kak Farah aja sadar, masa kamu enggak? Lagian, gak biasanya kamu mau di temenin sama orang yang belum lama kamu kenal"

Shani masih berusaha untuk sabar, menjelaskan se jelas mungkin apa alasan dia menerima kehadiran Vero disekitar nya.
"Aku gak enak sama papa yang udah nugasin kak Vero buat bantu kerjaan aku, biar kerjaan aku gak terlalu banyak. Biar punya banyak waktu juga sama kamu,  sejauh ini sih kerjaan nya bagus-bagus aja"

"Aku gak suka!!"

Satu kalimat gracia membuat shani diam seketika. Memang benar sejauh ini kinerja Vero bagus, dia juga sangat teliti. Terlepas dari dia suka pada shani, shani tidak peduli. Yang penting pekerjaan shani selesai tepat waktu.

"Kamu gak usah cape-cape kerja, berapa kali aku bilang?"

"Nanti aku telp papa, suruh pindahin Vero ke divisi lain" jawab shani membuat Gracia langsung mengambil hp nya di atas meja, lalu menghubungi seseorang.

"Haloo papa kevin"

"....."

"Gege mau minta sesuatu"

"...."

"Kirim surat pemberhentian kerja untuk Vero, kasih ke Farah segera" 

"....."

"Gege gak suka"

"...."

"Makasih pah"

Shani menatap horor pada Gracia, mudah sekali ia meminta sesuatu pada Kevin, sementara dirinya saja tidak berani.  Apalagi dengan nada yang benar-benar bukan dia sekali, benar-benar menunjukkan sisi lain dari Gracia. Ingatkan shani kembali bahwa darah keluarga Harlan mengalir deras di tubuh kekasihnya ini.

"Maaf" lirih shani ketika melihat Gracia yang kini terlihat menahan emosi.

"Kalo kamu ngerasa kerjaan kamu banyak dan butuh bantuan, biar aku aja yang kerjain" tegas Gracia membuat shani menggeleng. "Atau sekalian aja kamu gak usah kerja, papa Harlan gak bakal keberatan kalo aku ngabisin duit dia yang pada bosan rebahan di Brankas"

"Gak gitu sayang maksud aku, kamu tau kan seminggu lagi Ujian. Dan aku mau fokus sama ujian aku"

"Alasan kamu gampang berubah, aku gak ngerti lagi. Atau jangan-jangan sayang kamu ke aku juga bakal berubah?"

"Sayang" shani berusaha menarik tangan Gracia, membuat gracia duduk di hadapan shani dengan posisi miring.
"Aku cuma mau nilai aku bagus, tanpa harus mikirin kerjaan aku yang banyak. terlepas dari gimana sikap Vero sama aku, aku gak peduli" 

Shani menarik gracia dalam dekapan nya, mencium lembut kepala Gracia beberapa kali.

"Aku minta maaf, aku janji kedepan nya cuma kak farah aja yang bantu aku. Aku juga janji gak banyak ambil kerjaan"

Gracia melepas dekapan shani, kembali berdiri menatap shani dengan intens, tangan nya terulur memegang pipi shani. "Aku maafin" ucap Gracia tulus "aku cuma minta kamu inget kalimat kamu sendiri, jangan biarin siapapun berharap sama kamu. Apapun alasan nya" lanjutnya membuat shani mengangguk.

Shani merentangkan kedua tangan nya "peluk" rengek nya pelan. Namun bukan sebuah pelukan yang shani dapatkan, shani malah mengaduh saat merasakan pinggangnya terasa memanas akibat di cubit Gracia.

"Enak yaa dua minggu liat yang cakep hah?" Omel Gracia

"Aaww sshhh sakiit sayang" rengek shani.

"Pantesan rajin kekantor, biasa juga males!" Lagi, Gracia mencubit pinggang shani. Membuat shani meringis.

Shani mencoba menahan cubitan panas di pinggang nya, kekasihnya sudah kembali menemukan sisi bar-barnya, membuat shani sedikit kewalahan.

"Aduh! Ini pacar nya lagi sakit jangan di siksa"

"Awas aja ya, kamu kaya gini lagi. Gak usah ada sekretaris-sekertaris segala, kak Farah aja cukup, enak banget di temenin cewek cakep"

"Awww.  Iyaa iyaa shhh sayang sakiit" 

Setitik air mata muncul di sudut mata shani, yang lama kelamaan mengalir cukup banyak, sungguh cubitan Gracia terasa sangat perih. Hal itu membuat Gracia langsung panik.

"Duh sayang, jan nangis. Aku pelan perasaan cubit nya"

Bilang sama Shani, kalo pelan nya kaya gini, keras nya kaya gimana?

"Sakiit" rengek shani sambil mengusap pingganga nya.

"Sini aku lihat" ucap Gracia lalu menyingkap baju shani, melihat pinggang yang tadi ia cubit tadi.

"Eh biru yank, maaf haha"

"Malah ketawa, sakit ini" omel shani membuat gracia semakin terbahak.

"Duh duh, baru juga biru. Belom lecet " ledek nya membuat shani cemberut. "Maaf ya, kelepasan. Abisan kamu ngeselin"

Gracia mengusap air mata shani dengan lembut, berakhir dengan menangkup sebelah pipi shani. "Maaf yaa" lanjutnya membuat shani menggeleng.

"Morning kiss nya belom"

Gracia terkekeh.

"Astagaa, masih inget aja. Udah siang loh ini"

"Gapeduli"

Gracia menangkup kedua pipi shani. Menariknya perlahan.

Cup

Cup

Gracia mencium kedua mata shani bergantian, sebelum mengikis jarak antara wajah nya dengan wajah shani. Shani menutup matanya, setelah yakin bahwa tidak akan ada yang mengganggu aktifitas kissu nya kali ini.

Hembusan nafas mereka semakin terasa di wajah masing-masing.

Ceekleekk.

"Siang, saya cek dulu ya pasien nya"

"Aaargghhh..!!! Mati aja lu dokter!!"


= Tbc =





-Semanis Gracia selembut Shani-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro