Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

41





= Selamat Membaca =

*************************



















Bel tanda jam istirahat telah mengalun merdu, membuat sebagian besar siswa bersorak bahagia. namun entah mengapa, alunan suara bel tersebut tak sedikit pun membuat Gracia bahagia seperti  biasanya. Bahkan Gracia sangat malas untuk pergi ke kantin saat ini. Alasan utamanya karena shani nya tidak ada. Mendadak shani ada urusan di kantor, alhasil Gracia ditinggalkan.

Betapa kasihan nasib gurasiya.

"Ngantin gak??" Tanya anin yang sudah berdiri, bersiap untuk pergi ke kantin.

Tapi Gracia masih betah menempelkan sebelah pipi nya di meja "mayess" ucap nya alay "gada yayang shanee" lanjutnya.

"Duh duh bucin, buru kantin lah. Ntar loe kelaperan malah berabe" kesal anin "loe pingsan gue kena amuk shani gimana?"

"buruan lah Gre, biasa juga paling khusu" ajak aya yang sudah berdiri dari bangku nya bersama Angel.

"tau nih, susah amat ngantin doang" cibir Angel

"Kalian Bawel banget kek papa gue, sana lah pergi aja. Gue mager"

"Loe bilang sana-sana, tapi loe kagak geser. Gimana gue lewatnya pinter? Lompatin meja??" Kesal anin sambil memukul pelan meja dengan telapak tangan nya.

"Hissh!! Kagak sabaran amat" ucap Gracia lalu berdiri dari duduk nya "sono kalian ngebucin, gue mau minggat"

"Heh kemana loe?" tanya Aya

"Minggat!" Gracia bergegas meninggalkan kelas, tanpa menghiraukan teriakan teman-teman nya. Dia berjalan menyusuri koridor, sesekali melirik ke kanan kiri, siapa tau ada hal menarik. Namun nihil.

Langkah gracia terhenti di depan pintu perpustakaan, entahlah kenapa kaki nya melangkah sampai kesini, gracia pun tak tau. Namun karena sudah terlanjur, gracia segera membuka pintu perpustakaan dan masuk ke dalam nya. Gracia berhenti di bangku paling pojok, membuatnya tidak terlalu menjadi fokus murid lainnya. Tangan nya kini bergerak membuka password Hp nya, membuka salah satu sosmed yang sering ia gunakan.

Senyum gracia mengembang sempurna, ketika melihat sesuatu yang muncul di layar hp mahal miliknya "Oshi gue makin hari makin Cantik aja, bangga gue jadinya" gumam gracia dengan mata berbinar "duh, ni video nya harus banget gigit bibir? Apa tidak kasihan dengan jantung hamba?" lanjutnya.

Tanpa mempedulikan sekitar nya, Gracia tenggelam dalam dunia yang ia ciptakan sendiri, mata nya fokus melihat sosmed Oshi nya yang akhir-akhir ini sering membagikan kegiatan sehari-harinya. Tak hanya itu, Gracia  tak henti-henti nya dibuat kagum karena Oshi nya yang semakin hari makin cantik dan keren di mata Gracia. Tak jarang gracia tersenyum simpul, terkekeh, bahkan menggebrak meja saking gesrek nya, untung saja pelan, sehingga tidak membuat nya di tegur oleh siswa lain. Jika Gracia ditanya siapa perempuan paling Cantik Versi Gracia, maka Oshi nya akan jadi salah satu pilihannya.

Saking Fokus nya, Gracia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan nya sambil tersenyum penuh arti.

"Hai gre, tumben disini?" Tanya seorang gadis yang membuat gracia terlonjak kaget. 

"Huwaaaa!!!" Teriak Gracia yang hampir saja terjengkang dari duduk nya.

"eh Kaget ya? Maaf hehe" lanjut gadis itu sambil terkekeh.

"Ngagetin aja kak Vienny" ucap gracia sedikit kesal "Kaya Jin tomang tiba-tiba nongol"

"enak aja jin tomang" ucap vienny tak terima

 "kok kaka ada disini?" Tanya Gracia Heran. Seolah kehadiran Vienny di perpustakaan menjadi hal yang aneh, padahal kehadiran Gracia di perpustakaan juga termasuk hal yang amat sangat aneh. Bahkan Kehadiran Seorang Shania Gracia di perpustakaan itu bisa dihitung jari.

Vienny kini memilih duduk di bangku samping Gracia "lagi pengen aja, kamu sendiri tumben disini?"

"Lagi gabut aja kak" jawabnya asal

"Kenapa?"

"Gak ada shani" jawab gracia jujur

Vienny tersenyum tipis, pandangan nya teralih pada layar hp gracia yang masih menampilkan salah satu Foto Oshinya "Kamu oshiin dia?" Tanya vienny membuat mata gracia berbinar lalu mengangguk antusias.

"Iya kak, dia mirip banget sama aku. Makanya aku oshiin dia" jawab nya penuh percaya diri "kak vienny juga suka ngidol?" Tanya nya antusias.

Kali ini vienny yang mengangguk semangat "iya, dia juga salah satu oshi aku"

"Wah keren, ada temen ternyata. Kak vienny sering nonton dia kalo theater?"

"Sering kok, tapi sendirian aja sih"

"Enak bener, aku jarang-jarang. Shani gak terlalu suka, katanya berisik" adu Gracia membuat vienny terkekeh.

"Wah kapan-kapan kita bisa theater bareng nih"

"Mau mau, nanti aku ajak Chika deh. Aku mau menebar virus buchinin oshi, Biar dia suka ngidol juga" ucap gracia semangat.

"Chika siapa??" Tanya vienny

"Adek aku kak" jawab nya membuat vienny mengangguk.

Obrolan Gracia dan  Vienny terus mengalir, topiknya tak jauh seputar Osha Oshi yang ternyata membuat mereka seolah lupa bahwa mereka pernah terlibat masalah. Apalagi respon Gracia yang selalu antusias saat menceritakan Oshinya, seolah memang lupa bahwa vienny adalah seseorang yang hampir melukainya.

Tak lama Gracia merasakan hp nya bergetar, tertera nama shani disana, membuat Senyum gracia langsung mengemban. Jemari lentiknya langsung mengeser icon hijau, dan segera menempelkan hp nya di telinga.

"Iya sayang?" Tanya Gracia dengan semangat

"Kamu dimana? Kok gak ke kantin?"
Tanya shani di sebrang telpon
dengan nada kawatir

"Gak ada kamu" rengek nya "Aku Di perpus, kenapa ?"

"Jangan kemana-mana"

Tuutt

"Ish gajelas bangeet" gumam gracia sambil menatap layar hp nya. sedikit kesal karena Shani mematikan panggilan begitu saja.

"Kenapa gre?" Tanya vienny penasaran.

"Gak apa kak, shani nanya aku dimana" jawabnya membuat vienny mengangguk sambil tetap menatap intens Gracia.

Tak berselang lama, Shani sudah berada di hadapan Gracia. Membuat Gracia mendongak seketika. 

"Loh shani?" Tanya Gracia heran sekaligus kaget, karena sejak tadi ia fokus pada Layar Hp nya dan juga fokus pada percakapan  nya dengan Vienny.

"Hai Shan" sapa Vienny namun Shani hanya tersenyum tipis, tanpa menoleh sama sekali ke arah Vienny.

 Shani mengulurkan tangan nya. "Ayo" ajak nya membuat Gracia langsung menyambut uluran tangan shani.

Namun Gracia merasa ada yang aneh dengan shani, sejak tadi pandangan nya tak sedikit pun beralih dari Gracia. Padahal ada Vienny disamping gracia dan menyapa nya tadi, Seolah memang Vienny adalah mahluk tak kasat mata. Mungkin shani masih kesal dengan Vienny, fikirnya.

"Kak vienny aku duluan ya"
Pamit Gracia sementara vienny hanya tersenyum sambil mengangguk. namun tak bisa di pungkiri, ada raut kecewa dimata Vienny karena kehadiran nya tak dihiraukan oleh shani. Dan itu disadari oleh Gracia.

Tangan Gracia tak lepas dari genggaman shani, membuat gracia harus berjalan agak cepat agar mengimbangi langkah shani yang lumayan cepat "Shani pelan-pelan, kaya mau ke dukun beranak aja jalan nya" keluh nya membuat shani berhenti tiba-tiba, lalu menatap gracia. "Aku cape tau gak, kamu jalan nya pelanan napa" lanjutnya sambil sedikit mengatur nafasnya yang terengah.

Shani mengulurkan tangan nya, mengusap bulir keringat yang muncul di kening gracia. "Maaf ya" ucap shani sambil tersenyum "ayo" ajaknya lalu kembali menarik tangan gracia, namun kali ini berjalan dengan lebih santai.

"Shani stop!!" Ucap Gracia tiba-tiba. Sontak membuat Shani berhenti lalu kembali menatap Gracia.

"Kenapa?" Tanya nya.

Gracia mengikis jarak dengan shani, mengangkat tangan yang tidak di genggam shani lalu menempelkan punggung tangan nya di kening shani. "Kamu demam?" panik gracia "panas banget astaga, pantes muka kamu pucet kaya gamakan seminggu"

Shani hanya tersenyum tipis "enggak apa, perasaan kamu aja"

Gracia mendengus kesal dengan jawaban Shani "Kamu jangan meragukan kemampuan analisa aku ya, gini-gini aku calon artis. Aku tau mana yang akting dan mana yang sakit beneran" ucap gracia yang mengundang kekehan dari shani "Aku tau kamu sakit, jadi gak usah banyak bohong".

"Ikut aku" ajak gracia yang kini berbalik menarik tangan shani, membawa nya ke UKS.

"Kamu rebahan dulu" titah gracia saat mereka sudah tiba di UKS.

Shani menuruti ucapan Gracia. Sebenarnya tubuh shani memang sedang tidak Fit saat ini. Shani benar-benar merasa tidak bertenaga sama sekali, namun ia tetap berusaha terlihat baik-baik saja agar Gracia tidak kawatir. Namun sia-sia saja, karena Gracia tidak mudah dibohongi.

Shani merebah kan tubuh nya di Bangsal yang tersedia, dibantu oleh Gracia. Shani segera memejamkan mata nya sejenak, karena kepala nya sudah berdenyut hebat sejak ia tiba di kantor tadi. Beruntung Shani masih bisa selamat sampai sekolah.

"Kamu diem dulu bentar ya" ucap Gracia lembut membuat shani bertanya.

"Kemana?" namun dengan suara yang sangat lemah.

"aku ke Ruangan Guru sebentar" ucap Gracia diakhiri dengan ciuman lembut di kening shani. "Sebentar ya sayang, jangan kangen" Lanjutnya Membuat shani tersenyum tipis dan kembali memejamkan mata.

Tak lama Gracia sudah kembali dengan membawa tas milik shani, dan juga milik dirinya. Gracia menatap penuh kawatir pada gadis yang kini sepertinya sudah tidur dengan nyenyak, terlihat dari tarikan nafas nya yang teratur. Gracia sebenarnya menyadari bahwa sejak pagi shani sudah tidak baik-baik saja, hanya saja gadis itu akan terus menerus mengelak jika di tanya sakit atau tidak. Batu emang!.

Gracia menyimpan tas milik mereka di kursi kosong, sementara dirinya menarik kursi satu nya untuk duduk di Samping bangsal tempat shani terlelap. Sebelah tangan gracia terulur mengusap kepala shani dengan lembut, sesekali mengusap pipi shani dengan punggung tangan nya. Gracia terus mengelus kepala Shani dengan lembut sambil berfikir apa yang harus ia lakukan saat ini, menunggu shani bangun tapi sekarang suhu badan nya semakin panas. Atau bangunkan saja agar bisa cepat dibawa ke rumah sakit. tapi kasihan karena shani tidur dengan nyenyak, aahh Gracia dilema.

Belum sempat gracia menetukan pilihan nya, Shani membuka mata nya perlahan. Senyum tipis shani tunjukkan pada gracia saat pandangan mereka bertemu, shani menikmati elusan lembut di kepalanya yang selalu membuat ia nyaman dan ingin selalu diperlakukan seperti itu oleh gadisnya.

"Aku udah Izin bawa kamu pulang, kamu bisa jalan sendiri atau mau aku gendong?" Tanya Gracia serius, namun hanya mendapat kekehan pelan dari shani.

"So banget mau gendong aku" cibir shani dengan suara pelan.

"Kamu jangan meragukan kemampuan aku ya sayang, gini-gini aku punya kekuasaan buat datengin pasukan pawai agustusan papa buat gendong kamu ke rumah sakit" bangga nya. Lagi, membuat shani terkekeh.

"Aku jalan aja mendingan"

"Yaudah, aku bantu bangun" Gracia beranjak dari duduknya, membantu shani untuk bangkit dari tidur nya. Mengubah posisi menjadi duduk.

Shani diam sebentar, guna menekan rasa sakit di kepalanya yang barusan berdenyut hebat "Tenaga aku kaya habis" keluh shani membuat Gracia menangkup sebelah pipi Shani. 

"Sini aku transfer energi" ucap Gracia yang langsung mendaratkan ciuman di bibir Shani.

Cup

"Nah udah"

Shani tertawa pelan melihat tingkah gadis nya ini "kamu jangan nyosor aku, ketularan demam kapok kamu"

"kamu Jangan meragukan kemampuan daya tahan tubuh aku ya sayang, imun aku itu bagus. Karena aku makan nya banyak. Gak kaya kamu yang makan nya senin ketemu kamis" ledek Gracia sementara shani hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Aku mau peluk" ucap shani tiba-tiba, membuat Gracia tersenyum penuh kesombongan.

Gracia sangat faham bagaimana tingkah shani saat dia sakit.  sekuat apapun Shani, secuek bahkan sedatar apapun gadis di depan nya ini. Tetap saja jika sedang sakit dia berubah seperti anak kecil yang suka merengek. Hal itu membuat Gracia selalu saja ingin menertawakan gadis yang kini merentangkan kedua tangan nya, Menunggu gracia memeluk nya.

Gracia dengan senang hati menarik shani dalam pelukan nya, mengelus lembut punggung serta kepala shani. mendaratkan beberapa kecupan di puncak kepala gadis yang kini menenggelamkan wajahnya di leher Gracia. Bisa gracia rasakan panas nya tubuh shani yang kian bertambah, apalagi kening nya menempel sempurna di leher gracia. membuat Gracia semakin yakin bahwa dia harus membawa shani ke Rumah sakit sekarang juga.

"Duh duh anak Pak Natio manja bener" ledeknya sementara shani hanya diam menikmati pelukan Gracia.

"Ayo aku bantu jalan, nanti keburu di gerebek petugas UkS bahaya" ucap Gracia lalu melonggarkan pelukan nya, membuat shani memberengut tak terima. Gracia sengaja mendarat kan sebuah ciuman di kening shani, membuat shani langsung mengubah ekspresi menjadi senyum lagi.

"Ayo sayang, jangan sampe aku bisa masak telur di kening kamu, saking panas nya" kalimat gracia membuat shani kembali terkekeh. Ada-ada saja tingkah nya yang membuat shani ingin tertawa.

Shani turun di bantu oleh gracia, mereka pamit pada petugas UKS, lalu berjalan menyusuri koridor menuju parkiran. Koridor sekolah terlihat sepi, karena kegiatan belajar mengajar sudah kembali di laksanakn sejak 30 menit lalu, sehingga membuat Shani dan Gracia tidak perlu menjadi tontonan warga sekolah.

"Kunci mobil sayang" pinta gracia saat mereka tiba di parkiran. Namun dijawab gelengan oleh shani.

"Aku yang nyetir"

Gracia menatap tajam shani sambil melipat tangan nya di depan dada "Cukup kamu masuk rumah sakit karena demam, jangan nambah karena kecelakaan" lanjutnya, membuat shani meneguk ludah nya kasar.

"Aku masih kuat kok" kukuh shani yang kembali membuat gracia menatap nya lebih tajam dari sebelumnya.

"Yaudah pergi sendiri" ancam gracia lalu berbalik hendak meninggalkan shani "aku gak mau mati konyol"

Shani menghembuskan nafas kasarnya, Tak ingin menambah perdebatan yang tidak faedah, dan malah membuat kepala shani semakin nyeri. Akhirnya shani mengeluarkan kunci dari kantong seragam nya.  "Iya ini kunci nya sayang, jangan ngambek" pasrah shani.

"Nah gitu dong" ucap gracia lalu mengambil kunci dari tangan shani, membuka pintu penumpang lalu mempersilahkan shani masuk. "Silahakan anak pak Natio masuk" ucap nya membuat shani kembali pasrah.

"Kamu mau bawa aku kemana??" Tanya shani yang kini memandang ke arah gracia yang fokus menyetir.

"Rumah sakit"

"Pulang aja yaaa" pinta shani membuat Gracia menggeleng.

"Aku gak mau kecolongan lagi ya, terakhir kali kamu gak mau ke rumah sakit. Ujung-ujung nya kita nginep di rumah sakit seminggu"

"Kali ini enggak akan, aku butuh tidur aja"

"Kamu jangan meragukan semua analisa aku tentang kamu ya, gini-gini aku selalu perhatiin kamu. aku tau bentar lagi suhu tubuh kamu bakal meningkat. Terus kamu bakal pingsan kalo gak buru-buru ke rumah sakit" kalimat gracia seolah menampar shani dengan keras, pasalnya semua kalimat gracia memang benar, shani tidak bisa menyangkal sedikitpun.

"Kamu bobo aja sayang, aku pastiin kita sampe dengan selamat" ucap gracia sambil mengulurkan tangan kiri nya mengelus rambut shani. Lagi, membuat hati shani menghangat, hanya karena sebuah perhatian dan sentuhan kecil dari kekasihnya. Hal itu membuat Shani tidak mampu melayangkan protesan nya lagi.

__

Gracia mematikan mesin mobil nya di parkiran depan UGD rumah sakit, kepalanya menoleh ke arah shani yang sejak tadi memejamkan matanya. Feeling nya sudah tidak bagus semenjak tadi, namun ia berusahan tetap fokus mengemudikan mobilnya.

"Sayang, bangun" gracia mengguncang bahu shani beberapa kali. "Sayaaang" panggil nya lagi. Feeling gracia benar, shani pingsan saat ini, karena suhu tubuh nya benar-benar tinggi, membuat Gracia panik. Gracia segera keluar lalu mencari bantuan, memanggil beberapa suster untuk membantu membawa shani ke UGD.

Gracia terlihat gelisah, sesekali dia menggigit kukunya sambil bolak-balik di depan Ruangan menunggu Shani yang sedang ditangani dokter. Gracia kini memilih duduk dan mengabari keluarga nya tentang kondisi Shani. tangan  nya bergerak mengambil hp dikantong seragam nya. Mencari kontak Harlan lalu menelponnya.

"Haloo papa" sapa nya dengan panik

"Hallo sayang, kenapa panik gitu?" tanya Harlan di sebrang telpon

"Pacar gege masuk rumah sakit papa kesini buruan" adunya membuat Harlan menaikkan sebelah alisnya di sebrang sana.

"Loh shani bukan??"

Gracia mendengus "Papa fikir pacar gege siapa lagi selain shani? Suka ngadi-ngadi ya sepuh satu ini" 

"eh Iya sayang iya, tunggu ya papa berangkat"

"Ehh tunggu" ucap gracia cepat

"kenapa lagi?"

"mampir ke restoran beli makanan. Gege hampir pingsan karena kelaparan ini pah" rengeknya diakhir kalimat.

"Oke sayang"

Tuut

Gracia mengakhiri panggilan nya, kembali jari nya menggeser icon hijau saat gracia sudah menemukan kontak kedua yang ia hendak hubungi.

"Hallo papa Kevin"

"Iya sayang, ada apa?" jawab Kevin di sebrang telpon

"Yayang shanee masuk rumah sakit pah, papa kesini cepetan"

"Loh, shani kenapa? Bentar papa kelarin kerjaan ya. Abis itu papa berangkat" tanya kevin kawatir

"Bawa eskrim ya pah, papa gak mau kan mantu papa ini dehidrasi karena kepanasan?" ucapnya membuat Kevin tidak bisa menolak permintaan pacar anaknya itu. Sempat-sempatnya lagi panik minta eskrim.

"Iya sayang iya" jawab kevin 

"Bye papa"

Tuutt..

Gracia sesekali menoleh ke arah pintu UGD, namun belum ada tanda-tanda suster atau dokter yang keluar. Gracia kembali dilanda kecemasan yang luar biasa karena sudah lama sekali Shani berada di dalam sana.

Gracia kembali mencari kontak seseorang lalu menelpon nya.

"Hallo mama "

"Iya gee kenapa?"

"Mama dimana?"

"Mama lagi arisan sayang"

"Arisan nya entaran lagi, mama ke rumah sakit ya, mantu mama masuk UGD"

"Shani kenapa ? Kamu sama siapa disitu?"

"Mantu mama pingsan, gege sendiri. Buruan maama kesini, bawa makanan ya, kalo arisan biasa suka banyak makanan. Mama Jangan pelit-pelit " ucapnya membuat Sandra mendengus di sebrang telpon.

"Makan mulu, udah mama kesana sekarang" 


Tuutt

"Ish, dimatiin. Baru mau minta es cendol" gumam Gracia.

Gracia kembali mencari kontak yang akan ia hubungi selanjutnya. Setelah menemukan nya, gracia langsung menggeser icon hijau.

"Hallo mama sinta"

"Iya gee, kenapa sayang?"

"Mama dimana?"

"Dirumah sayang "

"Mama, kesayangan gege masuk rumah sakit. Mama cepetan kesini bawa cemilan yaa"

"Loh shani sakit? Mama kesana sekarang ya. Mau dibawain apa lagi?"

"Apa aja yang penting makanan"

"Iya sayang, tunggu ya"

Tuut..

Setelah gracia selesai menelpon sinta, kini ia mencari kontak terakhir yang akan ia hubungi.

"Halo kak in"

"Kak indra jangan in doang, kebiasaan!!" kesal indra di sebrang telpon

"jangan galak-galak sama adek iparnya, lagian Sama aja mau In mau Dra serah aku. kaka dimana?"

"terserah lah, kaka di Bandara, baru aja mau pulang kerumah"

"Kaka dari mana?"

"Ada kerjaan di bali"

"Kaka buruan ke rumah sakit deh, adek kaka yang kaya triplek itu masuk rumah sakit. Jangan lupa bawa oleh-oleh buat aku. Byee"

Tuutt

Seolah menyadari sesuatu, Gracia diam sejenak sambil berfikir.
"Ngapain gue cape-cape telpon orang satu-satu ya, kan gue punya Grup keluarga?" Gumam Gracia sambil menatap layar hpnya. "Pinter banget anak nya Harlan" lanjutnya meledek diri sendiri.

Ceklek.

Gracia mendongak ketika mendengar suara  pintu terbuka. bertepatan dengan ia menyimpan hp nya di kantong seragam.

"Adek keluarga nya pasien?" Tanya seorang suster

"Iya" jawab gracia 

"Mari urus administrasi dulu, sambil nunggu pasien di pindah ke ruang rawat inap"

"Gamau, mau disini aja"

"tapi kami butuh data pasien" ucap suster yang masih sabar

"Suster tulis aja nama Shani Indira Natio. Nanti papa saya yang urus" jawab Gracia

"Gak bisa dek, administrasi nya harus diurus dulu. Mari ikut saya" kukuh sang suster yang sepertinya sudah sedikit kesal.

"Gamau suster, suster gabole maksa-maksa. dosa tau. saya mau disini aja"

"Tap-

"Tulis aja Jhonatan Harlan, itu papa saya.  kalo gak kenal sama papa saya nanti saya kenalin. tapi jangan naksir, mama saya galak!!" kalimat Gracia membuat sang suster menghela nafas kasar. 

"Baik, saya permisi" pamitnya tanpa ingin memperpanjang masalah.

Tak lama gracia melihat shani sudah di bawa keluar untuk dipindahkan, langsung saja Gracia bangkit dan mengekor para petugas yang hendak memindahkan shani.

Selesai dipindahkan, gracia kini duduk di samping ranjang di mana shani berada. "Bangun dong shani, tumben banget kamu kebo gini?" Gumam gracia sambil mengelus pipi shani. "Shanii, banguuun. Aku lapeerr" lanjut gracia yang kini hampir mirip rengekan "kamu tega biarin aku meronta-ronta sendiri hikss" 

Tak lama shani mulai menunjukkan pergerakan nya, mata nya perlahan mulai terbuka. Hal itu sontak membuat gracia bahagia dan langsung bangkit dan memeluk shani. "Sayaaang" panggil gracia "kamu lama bangun nya, aku udah kawatir. Hampir aja aku serangan jantung karena kamu gak bangun-bangun" kalimat Gracia membuat Shani tersenyum tipis, tubuh nya sangat lemah saat ini. Bukan tidak ingin merespon kalimat Gracia, bahkan membalas pelukan gadis nya saja shani tak sanggup.

Gracia melonggarkan pelukan nya, menatap dalam mata yang kini terlihat sayu. Wajah shani masih pucat, namun suhu tubuh nya sudah tidak sepanas tadi. Gracia mendaratkan ciuman di kedua pipi, hidung, kening, lalu bibir sebagai penutup. Membuat shani mengulum senyum nya karena perlakuan Gracia. "Bilang sama aku apa yang sakit hmm?" Tanya gracia lembut diiringi dengan usapan di pipi shani dengan ibu jari nya, namun shani hanya merespon dengan menggeleng pelan. 

"Mau peluk" ucap shani lemah

Gracia menampilka senyum mengejek nya "Duh aduh anak pak Natio, kalo sakit manjanya ngalahin anak pak Harlan" ledek Gracia sesaat sebelum memeluk shani kembali dengan senang hati, kali ini dibalas oleh shani walau hanya dengan sebelah tangan nya.

"Kamu mau makan sayang?" Tanya gracia setelah melepas pelukan nya.

"Enggak mau, maunya kamu" ucap Shani membuat gracia terkekeh.

Ceklek..

"Sayang, kamu gak papa kan?" Tanya Sandra kawatir, sandra lebih dulu masuk, disusul oleh Harlan di belakang nya.

"Gini nih kalo bandel" ledek Harlan "dibilangin ngeyel" lanjutnya.

Sementara gracia kini berdiri menyambut kedua orang tuanya. Tepat nya menyambut apa yang dibawa keduanya. "Mana makanan gege??" Tanya nya to the point

"Salam dulu, peluk dulu baru tanya makanan" ucap harlan "heran, lebih sayang makanan dari pada papa nya"

"Papa gausah drama jelek gitu, aku laper" ucap nya sambil mengambil alih bungkusan dari tangan Harlan "anaknya belom makan dari jaman majapahit" ucapnya membuat Harlan menggeleng pelan. "Mama jagain mantu nya sana, papa tanya dokter itu yayang shani sakit apa, sekalian urus administrasi. Gege gamau ya diomelin suster rese lagi" ucap nya lalu berjalan ke arah shani.

"Sayang aku makan dulu ya, peluk-peluk kamu itu butuh energi. Nanti abis aku makan, aku suapin kamu makan ya" ucap Gracia yang Mengundang kekehan dari Shani, harlan dan sandra. Gracia mendaratkan sebuah ciuman di kening shani, sebelum berjalan ke arah sofa. Untuk mengeksekusi makanan nya.

Sandra menghampiri shani dan duduk dikursi samping ranjang shani, sementara Harlan keluar untuk menemui dokter.

Ceklek..

"Siang" sapa Kevin yang kini masuk disusul oleh Sinta, Indra Juga Fiony di belakang nya.
Hal itu membuat shani menaikkan sebelah alisnya.

"Ini mau pada kemana?" Tanya shani heran "lebay banget pada dateng semua" lanjutnya membuat mereka terkekeh. Sementara Gracia hanya menoleh sebentar lalu melanjutkan makan nya. "Ini yang sakit disini" protes shani karena semua anggota keluarga nya malah menghampiri Gracia.

"Nih eskrim nya" ucap Kevin sambil menyodorkan satu cup eskrim yang langsung disambut antusias oleh Gracia, tentunya setelah menyimpan makanan nya di samping.

"Makasih papa Kev, pengertian banget." ucapnya membuat kevin mengelus kepalanya sekilas sambil tertawa.

"Ini cemilan buat kamu" kali ini Sinta yang menyodorkan sekantong cemilan.

"Makasih mama cantik. calon mertua idaman emang" puji nya membuat Sinta menarik pipi gracia. entah karena gemas atau kesal.

"Nih oleh-oleh nya" kali ini indra menyimpan sebuah papperbag di hadapan Gracia.

"Aahh kak in terbaik" ucapnya semangat 

"Kak Indra Gee, astaga!"

"Repot amat sih" gracia mencebik, lalu tatapan nya beralih pada Fiony  "Dedek Fio pasti gak bawa apa-apa kan? kasih  Peluk aja sini"

Fiony tersenyum lebar lalu menghampiri Gracia dan memeluknya. "Kak gege makin cantik aja, nanti kasih tau aku ya, kaka pake skinker apa"

"Gamps itu mah, nanti kerumah ya. Ketemu chika juga"

Sementara itu shani kini menoleh ke arah sandra "Mama, yang sayang shani kayanya cuma mama aja" kalimat shani membuat Sandra terkekeh.

"Gatau lagi shan, tu anak pelet nya kuat banget. Tapi kalo dituker sama kamu mama rela bayar mahal deh" kalimat sandra membuat keduanya terkekeh.

Kevin, sinta dan Indra kini menghampiri shani. Bergantian memeluk shani kecuali Fiony yang memang anteng berbincang dengan Gracia, membahas masalah perawatan wajah dan lain-lain. Tak lupa Gracia juga meracuni Fiony dengan virus Buchinin Oshi yang siapa sangka membuat Fiony ikut tertarik, dan langsung melancarkan aksi kepoin oshi sekaligus memfollow semua sosmed yang akan menjadi kandidat calon oshinya.

sementara Kevin kini berdiri disamping shani bersama indra, dan sinta duduk di kursi bersebrangan dengan sandra.

 "jarang makan sih, terus kecapean. Ya gini nih" ledek  sinta yang memang sudah sangat hafal watak anak nya ini. 

"Kerjaan kamu makin banyak aja kayanya. salah sendiri sih" ledek Kevin yang malah membuat shani memutar bola matanya.

"kerjaan banyak? Butuh bantuan kaka ganteng??" kini Indra ikut meledek shani yang hampir saja membuat shani mengeluarkan sumpah serapahnya. namun ia urungkan karena kondisi nya tidak memungkinkan untuk berdebat.

"Kalian mending balik deh, gak penting banget kalo kesini cuma mau ngeledek" protes shani yang malah membuat mereka tertawa.

Mereka mengobrol ringan, sesekali meledek shani yang hanya dibalas tatapan tajam yang membuat mereka semakin terbahak.

__

Malam semakin larut, seluruh anggota keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing atas permintaan Shani dan Gracia. Mungkin nanti hanya Indra dan Kevin yang akan kembali ke Rumah sakit, karena Harlan ada uruasan. Namun Harlan tetap menyuruh beberapa bodyguard nya untuk berjaga di depan kamar inap Shani, Tak tanggung-tanggung, sekitar 5 laki-laki berbadan tegap berjejer di depan kamar inap shani. 

"sayang makan dulu ya" bujuk Gracia namun di jawab gelengan oleh shani.

"aku gak laper" ucap shani pelan

"kamu gak makan, jangan harap bisa peluk atau cium aku selama sebulan" 

Ancaman Gracia membuat Shani tak berkutik, segera ia menganguk pasrah. Karena Shani tau jika Gracia tidak main-main dengan ucapannya.

"gitu dong nurut, anak baik" ucap Gracia lalu membantu menaikkan kepala Ranjang agar shani bisa duduk bersandar.

Dengan telaten Gracia menyuapi shani, namun tak jarang shani protes karena suapan nya terlalu banyak atau terlalu cepat. Jangan lupakan jika shani tipe orang yang kalo makan itu pelan-pelan, apalagi jika sedang sakit seperti ini. Tidak seperti Gracia yang bisa makan dengan bar-bar sekalipun sedang sakit.

"udah ya sayang, perut aku penuh" keluh shani membuat gracia mengangguk.

"baru 5 suap padahal sayang, kamu itu cuma aku suruh makan bukan nyangkul. susah banget sih"

"pait yaank" rengek shani membuat gracia terkekeh.

"yaudah minum obat dulu ya"

Gracia menyodorkan beberapa butir obat, dan air mineral yang langsung di sambut terpaksa oleh shani. Gracia kembali menurunkan kepala ranjang agar shani bisa rebahan lagi.

"sayang sini bobo" shani menepuk tempat kosong di sampingnya, menyuruh Gracia untuk tidur

"bentar sayang, aku nengok keluar dulu " ucapnya lalu berjalan dan membuka pintu, melihat keadaan sekitar.

"eh! kelen lagi, baris mulu kaya upacara" ledek Gracia sambil terkekeh saat melihat para bodyguard suruhan papanya. "kelen nanti gantian aja tidur ya, begadang itu gak baik untuk kesehatan, jangan mentang-mentang lagi di rumah sakit, kalian bisa langsung berobat. Biaya berobat mahal, ekonomi sedang lemah, banyak orang lagi susah, belum lagi semua harga naik, sampe cabe setan aja naik.  ngerti kelen semua?"

"mengerti nona" kompak mereka

"yaudah jangan berisik gue mau bobo ya" ucapnya lalu kembali ke dalam dan menutup pintu dengan rapat.

Gracia naik ke tempat tidur lalu memposisikan tubuhnya miring menghadap shani. Gracia menarik shani dalam pelukan nya, kali ini tangan Gracia yang dijadikan bantalan kepala shani. "kamu bobo ya sayang" titah Gracia sambil mengelus kepala shani. Shani tersenyum sambil melingkarkan sebelah tangan nya di penggang ramping gracia, menutup matanya perlahan sambil menikmati usapan dikepalanya. Sungguh ini pemandangan yang cukup langka, karena shani yang kini berada dalam dekapan hangat kekasihnya, Gracia. Sesekali Gracia mengelus rambut panjang shani, mencium puncak kepala nya sambil menghirup aroma shampo milik kekasihnya itu. Lagi, perlakuan-perlakuan kecil tersebut membuat shani merasa menjadi manusia paling bahagia saat ini.

"kamu tau kan aku sayang kamu, aku gak mau kamu sakit, aku gak mau kamu kecapean. aku gak tau apa yang sedang kamu alami atau jalani saat ini, yang jelas kamu gak biasanya sampe acuh sama pola makan kamu sendiri. Jangan bikin aku jadi pasangan yang gak berguna karena gak bisa merhatiin kondisi kamu, jangan bikin aku ngerasa gagal buat ingetin kamu masalah kesehatan. kamu sendiri yang bilang kalo aku harus mencintai diri aku sendiri, lah kamu sendiri sekarang malah acuh, apa tidak malu sama ucapan kamu sendiri?" 

Gracia dengan lembut memberi shani siraman rohani, sambil terus mengelus kepala shani. 

"kamu harus nya bersyukur, punya pacar yang perhatian banget kaya aku. yang cantik kaya aku. yang manis kaya aku, pokonya jarang banget deh yang udah paket komplit kaya aku gini. Iya kan sayang?" tanya Gracia namun tidak di jawab oleh shani. 

"Dosa loh sayang aku nanya ga di jawab" ucap Gracia yang kini melonggarkan sedikit pelukan nya lalu menatap shani yang sudah terlelap entah sejak kapan. Hal itu membuat Gracia mendengus kesal.

"gue ngomong cape-cape malah ditinggal tidur, Pacar durhaka"





= Tbc =







- Semanis Gracia, selembut Shani -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro