40
= Selamat Membaca =
************************
Dipagi yang cerah di sebuah Unit Apartemen mewah yang di huni dua Mahluk Ciptaan Tuhan yang memiliki kecantikan di atas rata-rata, terlihat Sesosok bidadari cantik sedang menyibukkan diri di samping meja makan. Tangan nya dengan lihai mengoleskan selai rasa coklat ke atas selembar roti.
Disimpan nya roti yang sudah ia oles ke atas piring, lalu tangan nya beralih mengambil satu lembar roti lagi untuk ia olesi dengan selai rasa strawberry kesukaan sang Tuan putri.
"ARGGGHHH SHANII!!"
Belum selesai shani mengoles selai nya, sebuah teriakan menggema di seluruh penjuru apartemen membuat shani langsung berlari ke arah suara setelah melempar roti yang dipegang nya ke atas meja.
Langkah nya sempat terhambat karena kakinya menabrak kaki meja, membuat nya mengaduh.
"Shit!"
Tanpa menghiraukan rasa sakit nya, Shani melanjutkan lari nya menuju sumber suara, tepatnya berasal dari kamar nya.
Ceklek..
"Kenapa Sayang?"
Panik shani dengan nafas tersengal. Shani masih berdiri di ambang pintu. Sementara yang di tanya tidak menoleh sama sekali, malah sibuk menatap pantulan diri nya di cermin.
"LIAT JERAWAT AKU SHANI!!! GEDE BANGET"
"AKU GAK CANTIK LAGI!!"
Shani memejamkan kedua matanya, kepalan tangan kiri nya ia eratkan pada pisau yang masih ia genggam untuk mengoles roti tadi. Sementara tangan kanannya mencengkram daun pintu.
Emosinya tertahan, rahang nya ia katupkan rapat-rapat. Hingga urat-urat leher nya hampir terlihat jelas.
Tidak tau kah gracia betapa panik nya shani ketika dia berteriak? Tidak tau kah gracia, jika shani harus menahan sakit di kaki nya akibat terbentur kaki meja ?
Dan itu hanya karena jerawat? Ulangi JE.RA.WAT.
Apa gracia fikir nilai mata pelajaran nya akan berkurang jika ia memiliki jerawat?
Atau mungkin ia fikir dunia akan runtuh seketika akibat jerawat nya?
Shani tidak habis fikir dengan gadis di depan nya ini, apa gracia fikir masalah jerawat itu segenting masalah pandemi yang sedang merajalela di negri ini?
Bilang sama shani pacar siapa sih shania gracia ini?
Dan seolah tak terjadi apapun gadis itu sibuk menatap sambil menyentuh jerawat yang muncul di atas alis sebelah kirinya.
Gracia berbalik, alis nya bertautan menatap shani diambang pintu. Masih berdiri mematung menatap tajam ke arah nya. Jangan lupakan pisau di tangan nya, yang seolah siap menusuk siapa saja.
"Kamu ngapain berdiri di situ bawa-bawa piso? Mau bunuh aku?"
"BODO AMAT GRACIA !!!"
Brak....
Shani berteriak dengan satu tarikan nafas, meluapkan semua emosi yang sepertinya tidak bisa ia bendung lagi. Seiring di tutup nya pintu kamar dengan cukup keras. Membuat garcia diam dengan beberapa pertanyaan di otak lemot nya.
"Kenapa sih marah-marah, masih pagi juga" batin gracia.
--
"Shani"
"Shani"
"Sayaang"
"Kamu kenapa sih diemin aku terus dari tadi??"
Gracia mendengus, kesal sekali rasanya di cuekin shani. Padahal gracia merasa tidak punya salah apa-apa padi shani.
"Dari roti aku dua lembar sampai tinggal segigit, dari susu di gelas aku penuh sampe mau abis kamu masih diemin aku?"
Shani masih diam ditempat nya, sesekali tangan nya terulur meraih gelas berisi susu coklat yang baru habis setengah nya. Meneguknya sekali lalu menyimpan nya lagi.
Gracia mencengkram kuat gelas susu yang isi nya tinggal seteguk lagi.
"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini. Masih pagi dicuekin pacar"
"Apa tidak kasihan pada hamba yang tak berdaya ini?"
"Mama tolong lah anak mu dicuekin"
"Mama, aku ingin pulang"
Gracia masih menarik perhatian shani, padahal gadis triplek di depan nya tidak bergeming sama sekali. Tolong beri gracia pencerahan tentang apa salah nya pagi ini.
"Pepatah bilang, berakit-rakit kehulu berenang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, senang pun tak datang, Malah mati diacuhkan"
Pepatah siapa lagi yang ia modifikasi?
"SHANI INDIRA NATIO" teriaknya namun tak sedikit pun membuat shani menoleh le arahnya.
"Sudah lah hamba lelah" ucap nya lirih lalu berdiri dari duduk nya.
"Biarkan aku pergi, jangan tahan aku"
Ucapnya sambil berjalan namun Langkahnya berhenti 5 langkah dibelakang tubuh shani, yang masih duduk anteng di meja makan.
"Biarkan aku pergi shani"
Ucap nya lalu menoleh ke arah shani.
Sedetik kemudian dia kembali membuang pandangan nya. "Jangan tahan aku shani" ucapnya sambil mengulurkan tangan, mencegah shani menahannya. Padahal shani tidak menoleh sama sekali.
Gracia menggeram kesal, tubuh nya berbalik. Lalu merubah ekspresinya menjadi sendu. Membuat nya terlihat seperti mahluk paling tersakitu.
"Shani tahan dong" lirihnya
"Shan, masa gak ditahan sih? Mau pergi ini" ucap nya lagi, namun shani malah santai menghabis kan susu coklatnya.
Kesabaran gracia habis, muak rasanya ketika shani seolah tidak menyadari kehadirannya.
"Terserah lah shani, aku gak tau salah aku apa. Sampe kamu diemin aku"
"Aku berangkat naik angkot aja"
Gracia berjalan dengan kesal menuju pintu apartemen, jari nya terulur menekan kan salah satu jari nya ke mesin Fingerprint untuk membuka pintu apartemen.
Langkah gracia terhenti ketika menyadari sesuatu. Langsung saja ia memutar balik tubuh nya, kembali masuk ke apartemen.
Sementara shani dengan santai, menyelesaikan sarapan nya. Lalu mengambil tas nya dan menyampirkanya di bahu. Shani berjalan menuju pintu apartemen dan kebetulan gadis nya sudah berada diambang pintu.
"Minta ongkos" ucapnya membuat shani menaikkan sebelah alisnya. "Mau naik angkot, males di cuekin"
Shani tak bergeming di tempatnya, malah kini sibuk meneliti penampilan gracia yang semakin cantik saja.
"Dah lah, jalan kaki aja gue" kesal nya lalu berbalik. Namun tangan shani segera mencekal tangan gracia dan menarik nya kepelukan shani.
Grepp..
"Kamu tau sekhawatir apa aku sama kamu tadi?? Aku gak akan pernah maafin diri aku sendiri kalo sampe kamu kenapa-kenapa. Aku takut lengah, aku takut gak bisa jaga kamu. Aku takut gracia" lirih shani diakhir kalimat.
Seolah masih tak sadar dengan apa penyebab shani kesal pagi ini. Gracia malah menujukkan senyum tengil nya.
"Duh duh, kesayangan aku pagi-pagi manis banget sih! Kek madu sebotol" ucap nya santai.
Shani segera melepas pelukan nya, menatap dalam mata gracia yang malah disambut senyum tengil gadis nya.
"Aku sayang kamu" ucap shani membuat gracia semakin merasa diatas angin.
"Aku juga sayang kamu shani, tenang aja, kamu gak sayang sendirian kok" ucap gracia sambil menangkup kedua pipi shani. Menarik nya pelan lalu mendarat kan kecupan di bibir shani.
"Ayo berangkat ah, keburu khilaf nanti malah enak" ucapnya membuat shani terkekeh. "Jangan bikin netijen kentang mulu liat kita cium-cium tapi gak pernah beres" lanjutnya membuat keduanya terkekeh bersama.
Shani menggandeng tangan gracia menuju tempat dimana ia menyimpan mobil nya, sesekali ekor matanya menatap gadis yang berjalan dengan santai sambil mendendangkan lagu yang shani bahkan tak tau itu lagu apa. Karena setiap shani tanya lagu apa, dia hanya jawab Single original oshi aku yang cantik nya gak kira-kira.
Osha oshi lagi, shani mana paham. Yang jelas satu hal yang shani rasakan saat ini. Sekesal apapun shani dengan tingkah gadis nya, Ia tetap akan kembali jatuh pada gracia, hanya gracia yang mampu menang atas diri shani seutuhnya. hanya Gracia.
__
Shani dan gracia turun dari mobil, berjalan berdua di koridor, dengan tangan shani yang dirangkul manja oleh tangan gracia.
"Shan, gre tunggu!"
Shani dan gracia berhenti seketika, saat sebuah suara meneriakkan nama mereka. Bahkan shani merasa tubuh gracia menegang di tempat nya. Sampai rangkulan pada tangan shani langsung terlepas.
Shani hafal suara siapa yang memanggilnya, bahkan shani masih hafal wangi yang samar menerpa indra penciuman nya. Wangi dari parfum yang sering orang itu gunakan sejak lama.
Gadis yang memanggil shani dan gracia semakin mendekat, membuat shani berbalik diikuti oleh gerakan gracia yang juga ikut berbalik.
Shani langsung menggenggam tangan gracia, menarik sedikit tubuh mungil gadis nya, menyembunyikan nya di belakang tubuh shani.
"Mau apa?" Tanya shani datar, nyaris tanpa ekspresi. Membuat gadis di depan nya seketika mati gaya.
Sementara gracia masih diam di belakang shani, sesekali indra penglihatan nya meneliti gadis di depan nya. Tangan nya masih terbalut beberapa perban, namun wajah nya sudah terlihat lebih segar, jauh berbeda dengan terakhir gracia melihatnya.
"Mau apa Vin!?" Bentak shani membuat Vienny dan gracia terkesiap.
"Gue cuma mau minta maaf sama kalian, gue sadar gue salah"
"Cih! Segampang itu loe bilang maaf??"
Gracia mengang di tempatnya mendengar kalimat shani. Ini bukan shani nya yang hangat, bukan shani nya yang sabar, bukan shani nya yang pengertian.
"Gue nyesel shani, gue nysel hampir nyakitin gracia. Maafin gue hiksss" ucap vienny penuh penyesalan, di iringi dengan isakan yang membuat hati gracia sedikit iba.
"Maaf loe gak berlaku buat gue"
"Please shani maafin gue"
Mata gracia membulat sempurna ketika ia melihat seorang Vienny yang dulu penuh wibawa, kini berlutut di hadapan shani sambil menunduk.
Hal ini sukses membuat mereka bertiga menjadi tontonan banyak siswa, dan sudah pasti akan menjadi santapan gibah hingga menyebar ke penjuru sekolah.
"Gue bakal lakuin apapun asal kalian maafin gue" lirih vienny "hiksss please shani, hikss kasih gue kesempatan"
"Jangan harap!" Ucap shani tegas.
Gracia bisa melihat rahang shani mengeras, bahkan gracia bisa merasakan genggaman tangan shani makin erat, membuat gracia sedikit meringis. Gracia tau jika saat ini shani sedang Menahan semua amarah nya agar tidak meledak saat ini juga.
"Please shani, maafin gue hiksss"
Viennys semakin terisak. Membuat gracia semakin tidak tega melihatnya. Sementara shani, masih mempertahankan tatapan datarnya. Gracia tidak ingin shani menjadi lebih marah lagi.
"LOE GA-
"sttttt.. sayang" suara lembut gracia menyapu indra pendengaran shani, membuat shani berhenti berucap. Entah sejak kapan gadis nya melepas genggaman shani lalu berdiri di hadapan shani.
Gracia mengelus pipi shani dengan lembut, menatap dalam mata yang kini memancarkan amarah tertahan.
"Jangan tatap aku kaya gitu, kamu nakutin aku" kalimat gracia sukses membuat shani menutup kedua matanya. Shani mengatur nafas perlahan, mengucap mantra penenang hati, sambil mengendalikan diri agat tidak memaki vienny dihadapan gadis nya.
Gracia menarik shani dalam pelukan, mengelus kepala shani dengan lembut beberapa kali, memberikan sedikit ketenangan agar shani tidak semakin lepas kendali. Gracia kembali mengelus kepala shani sekilas sebelum melepaskan pelukan nya.
Gracia kembali mengusap pipi shani, menatap mata yang kini menyiratkan penyesalan."maaf" lirih shani membuat gracia tersenyum.
"Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, termasuk kak Vienny. Jadi tolong kasih dia kesempatan" ucap gracia yang tentunya mendapat protesan dari shani.
"Tapi dia udah nyakitin kamu"
"Aku tau sayang, tapi bukan kah setiap manusia bisa berubah? Tuhan saja maha pemaaf shani".
"Tap-
"Lakukan ini buat aku sayang"
Shani selalu lemah jika berhadapan dengan gadis nya, seketika ia mengangguk mengiyakan permintaan gracia. Gracia berbalik, menghampiri Vienny yang masih berlutut di tempat nya.
"Kaka bangun ya" ucap gracia lembut membuat vienny langsung mendongak "aku sama shani udah maafin kaka" lanjutnya membuat mata vienny berbinar.
"Beneran shan?" Tanya vienny menatap shani untuk memastikan. Sementara shani hanya menjawab anggukan sekilas.
Gracia mengulurkan sebelah tangan nya, yang langsung di sambut senyuman oleh vienny. Vienny meraih tangan gracia lalu bangkit dan kini berdiri berhadapan dengan gracia.
"Makasih gracia" ucap vienny
"Sama-sama kak, aku duluan"
Gracia berbalik, lalu kembali menghampiri shani, mendaratkan kecupan sekilas di pipi shani, sebelum merangkul tangan shani kembali. Menariknya meninggalkan kerumunan yang sejak tadi menonton drama pagi mereka bertiga.
Sementara itu vienny masih berdiri di tempat nya, menghapus air mata di pipinya sambil tersenyum miring menatap punggung gracia dan shani yang semakin menjauh dari pandangan nya.
= Tbc =
-Semanis Gracia selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro