38
= Selamat Membaca =
**************************
"Dia Okta Safira Mahesa"
"Keluarga Mahesa?" Tanya Harlan membuat shani mengangguk "Jadi apa yang mau kamu bahas tentang dia??" Lanjut Harlan sementara Kevin masih menyimak.
"Sebelumnya gini ya pah, shani gak tau sejak kapan shani punya musuh. Tapi pasti papa berdua tau kalo dunia bisnis itu kejam, beberapa diantaranya akan melakukan apapun agar bisnis nya berhasil." Ucap shani membuat kevin dan Harlan mengangguk.
"Tapi jika masalah nya pekerjaan dan mungkin yang diincar nya shani, shani gak masalah. Shani takutnya malah Gege yang jadi sasaran. Apalagi sebentar lagi shani lulus sekolah, shani gak bisa selalu awasi gege seperti sekarang"
"Kamu punya musuh di sekolah??" Sela Harlan membuat shani mengangguk.
"Mungkin iya pah, hanya saja mereka belum menunjukkan dirinya. Seperti yang tadi namanya shani sebut, dia pernah di keluarkan dari sekolah karena mencoba berbuat jahat pada gege. Shani yakin dia masih menyimpan dendam pada shani, karena shani yang membuat nya di keluarkan dari sekolah. Tadi saat pembukaan hotel S'BC, shani ngerasa ada seseorang yang memantau shani sama gee, gak cuma sekali. Beberapa kali entah itu di sekitar sekolah, apartemen bahkan mall yang pernah shani datangi sama gege. Shani sempat bertanya sama beberapa orang suruhan Papa Harlan, dan mereka juga beberapa kali menyadari bahwa ada seseorang yang mencurigakan"
"Kamu udah cari tau tentang dia?" Tanya Kevin.
"Shani pernah cari tau, hanya saja tidak banyak Info yang shani dapat kan. Makanya shani mau minta bantuan kalian untuk mencari informasi lebih lanjut"
"Baiklah kalo gitu, papa segera mencari informasi tentang orang itu" ucap kevin
"Apa papa perlu menambah pengawasan untuk kalian??" Tanya Harlan
"Sementara ini orang-orang papa sudah cukup, karena masih ada beberapa bulan sampai shani lulus sekolah. Shani masih bisa berusaha semaksimal mungkin menjaga gege"
"Gracia tau soal ini?" Tanya Harlan
"Enggak pah, jangan sampai tau. Shani gak mau dia malah parno sendiri dan malah bikin dia gak nyaman, biarin aja dia menjalani hari nya seperti biasa. Cukup kita aja yang lebih waspada"
"Baiklah kalo begitu" ucap Kevin "o ya, mengenai pembukaan hotel yang tadi kamu ceritain, apa ada hubungan nya sama kamu?" Tanya Kevin.
"Kalian tau kan Keluarga Chaesara?" Tanya shani membuat Harlan dan Kevin kompak mengangguk
"Papa inget kerja sama yang shani bahas sama papa minggu lalu"? Tanya shani yang kini menatap Kevin. Sementara kevin hanya menjawab anggukan.
"Shani kerja sama dengan Beby, anak bungsu keluarga Chaesara. Mengenai latar belakang keluarga nya pasti kalian lebih tau. Dan sejauh ini tidak ada masalah, apalagi sekarang beby satu kelas dengan Gege. Hanya saja untuk saat ini, publik tau nya hotel itu milik beby saja. Shani punya alasan sendiri untuk itu"
"Baiklah kalo gitu, o iya gimana mengenai Vienny?" Tanya Harlan yang seolah masih menyimpan kekesalan nya pada Vienny.
Shani menghela nafas sejenak "Kemarin shani telp om Mario, kata om mario kondisi vienny sudah mulai baik. Dia sudah tidak pernah histeris atau melukai diri sendiri. Bahkan kondisi fisik nya sudah sangat baik, hanya mungkin beberapa luka nya masih butuh perawatan intensif"
"Tapi apa kamu yakin vienny tidak akan menyakiti gracia lagi?" Tanya Harlan yang membuat Kevin menatap penuh tanya.
"Tunggu tunggu, vienny nyakitin gracia? gimana maksudnya?" Tanya kevin penasaran
"Iya pah, pas terakhir papa ketemu kita di taman itu, nah gege pengen nengok vienny. Tapi vienny malah ngamuk dan ngelempar gege pake vas bunga, untung nya gak kena"
"Apa perlu papa yang ingat kan Mario?" Tanya kevin dengan sedikit emosi
"Gak usah pah, om mario udah pastiin kalo vienny gak akan macem-macem lagi. Dan shani juga pasti jagain gee lebih baik lagi"
"Syukurlah kalo gitu" ucap Kevin
"Ada lagi yang mengganggu kalian selama ini?" Tanya Harlan
"semoga gak ada lagi pah. Shani cuma minta bantuan kalian untuk masalah tadi. Tentang hotel S'BC, shani sudah minta Kak Farah yang mengawasi"
"Baik kalo gitu, Papa ada meeting satu jam lagi" ucap kevin "papa harus balik kantor"
"Ya sudah, makasih ya pah" ucap shani
"Papa mau pamit sama cantik nya papa" ucap kevin.
"Bentar shani panggilin"
Shani beranjak dari duduk nya lalu berjalan ke ruangan dimana Gracia berada. Shani tersenyum simpul sambil menggelengkan kepala nya, saat melihat gadis nya sudah terlelap di tempat tidur. Bahkan pakaian nya sudah berganti menjadi kaos polos warna ungu dengan bawahan celana jeans selutut.
Shani memutar balik badan nya, lalu kembali ke ruangan Harlan.
"Gege tidur pah" ucap shani membuat kevin terlihat kecewa.
"Yaudah deh, papa pamit kalo gitu. Kamu juga lebih hati-hati ya shan, kalo ada apa-apa cepat kabari papa" ucap kevin
"Iya pah pasti"
Setelah Kevin berpamitan pada Harlan dan shani tentunya, kini kevin melangkah keluar dari ruangan Harlan.
"Kamu abis ini mau kemana?" Tanya Harlan.
"Gege bilang mau Malmingan di rumah papa, mau main sama adek"
"Oyah? Tumben malming mau kerumah. Biasa mesti berdua doang sama kamu. Gak mau di ganggu" ledek Harlan membuat shani terkekeh.
"Papa kaya gak tau anak nya gimana"
Ucap shani yang kini malah membuat Harlan terkekeh.
"Mm shan, apa Gracia merepotkan kamu selama ini??" Tanya Harlan hati-hati "papa bilang gini karena papa tau anak papa kaya gimana"
Shani tersenyum lalu menggeleng "gak sama sekali pah. Anak papa gak ngerepotin, shani seneng bisa jagain dia terus"
"Makasih ya shan, tanpa ada kamu Mungkin hubungan papa sama gege gak akan sehangat sekarang"
"Shani yang harus nya bilang makasih, karena papa udah Izinin Shani menjaga gege"
"Papa bangga sama kamu, semoga kalian selalu bahagia ya"
"Makasih pah, kalo gitu shani bangunin gege dulu ya"
"Iya gih"
____
Hujan mengguyur bumi sejak semalam, bahkan hingga pagi masih terlihat cukup deras. Untung saja hari ini hari minggu, sehingga Tuan Putri Shania Gracia tidak perlu repot-repot untuk bangun pagi dan berangkat ke sekolah.
Gadis itu masih betah diam di pelukan shani, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Sayang, gak laper?" Tanya shani yang kini sibuk mengusap kepala gracia, sesekali menyentuh ujung hidung gracia dengan telunjuk nya. "Perasaan ini idung makin mancung aja" ucap shani membuat gracia menggeleng kan kepala nya ke kanan kekiri, menjauhkan jari shani dari hidung nya.
"Aku gak laper, maunya peluk aja" ucap nya manja. Gracia semakin mengeratkan pelukan nya pada shani, sesekali menggesekan ujung hidung nya pada leher shani, membuat shani harus menahan nafas nya sejenak. Menahan desiran aneh akibat sentuhan di lehernya. Sekuat tenaga shani menahan diri agar kejadian di rumah Harlan tidak terjadi lagi.
"Aku mau ke kamar mandi sebentar" ucap shani yang membuat gracia cemberut.
"Jangan lama" rengeknya manja
"Aku lama, tinggal kamu susul ke kamar mandi" ucap shani santai lalu merubah posisi nya menjadi duduk.
"Bentar ya" ucap shani lalu berdiri, berjalan ke kamar mandi setelah mendaratkan sebuah ciuman di bibir gracia tadi.
Tak lama shani sudah keluar dari kamar mandi, wajah cantik nya terlihat sangat segar padahal ia tidak mandi. Heran, cuci muka doang cantik.
Shani menaikkan sebelah alisnya saat melihat gadis nya sudah memisahkan diri dengan selimut kesayangan nya. Gracia duduk sambil menyandarkan punggung nya dikepala ranjang. Tangan nya sibuk mengotak atik hp milik shani, sesekali kening nya berkerut seolah dia melihat sesuatu yang aneh di hp shani.
Shani melangkah menuju kasur nya, kemudian naik dan merebahkan diri dengan posisi kepalanya berada di atas paha gracia.
"Liat apa sayang??" Tanya shani, lalu mengubah posisi nya menjadi miring, menenggelamkan wajah nya di perut rata gracia. Sebelah Tangan shani terangkat lalu melingkar di pinggang gracia. Memeluknya.
"Liat-liat isi hp kamu" ucap nya santai
"Mmm" gumam shani bahkan hampir tidak terdengar.
"Ck! Gada yang seru" ucap gracia kesal lalu menyimpan hp shani di meja samping nya.
Tangan kanan gracia kini mengusap-usap kepala shani dengan lembut, sementara tangan kirinya asyk mengelus pipi shani. Shani memejamkan matanya menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan oleh gadis nya ini, sesekali gracia mendarat kan ciuman di kepala shani yang membuat hati shani menghangat. Momen seperti ini yang selalu shani rindukan, berada dalam dekapan hangat gadis nya. Merasakan getaran-getaran juga degupan hebat yang selalu ia rasakan hanya dengan gadis nya. Gracia.
Sentuhanya, belaian nya, ciumanya, bahkan dekapan nya selalu bisa membuat suasana hati shani membuncah luar biasa, hanya sesederhana itu memang. Namun membuat shani selalu ingin merasakan nya.
Lama dengan posisi seperti itu, kini shani mengubah posisi nya menjadi terlentang. Indra penglihatan nya menatap intens gadisnya dari bawah, membuat seutas senyum terbit dari wajah gracia, kala pandangan mereka bertemu.
"Sayang"
Suara lembut milik gadis nya menyapu indra pendengaran shani, membuat shani mengembangkan senyum sempurna.
"Kenapa hmm??" Tanya shani.
Tangan nya terulur untuk mengelus pipi gracia, sesekali menarik gemas hidung kesukaan nya itu.
"Kamu bahas apa sama papa Harlan sama papa kevin kemarin??" Tanya gracia.
"Kerjaan aja sayang" jawab shani santai.
Gracia mengambil sebelah Tangan shani dari pipi nya, lalu membawa nya ke depan bibirnya. Mengecup punggung tangan shani dengan lembut. Mengalirkan desiran hangat ke seluruh tubuh shani.
"Tumben sampe harus bareng?" Tanya nya lagi.
Gracia masih menggenggam tangan shani, sambil tetap menatap intens mata shani.
"Aku masih butuh banyak bimbingan dari mereka" ucap shani lalu merubah posisi nya menjadi duduk. "Tumben nanya?" Lanjut nya.
Gracia menggeleng, namun shani melihat ada yang berbeda di mata gadis nya itu.
Shani menarik dagu gracia, perlahan tapi pasti shani mengikis jarak wajahnya dengan wajah gracia. Bibir shani menempel sempurna di bibir gracia, menekan dengan lembut bibir yang selalu menjadi candunya itu, sebelum menggerakkan bibirnya seirama dengan gerakan bibir gracia. Mereka saling melumat, mengulum bahkan sesekali menggigit kecil. Saling mencurahkan perasaan mereka berdua yang tiada habisnya. Tautan kedua bibir itu terlepas, kala pasokan oksigen di paru-paru mereka menipis.
Shani mengusap bibir gracia dengan ibu jari nya. Lalu Tangan nya beralih mengusap pipi gembul gadis kesayangan nya ini. "Kamu ada masalah sayang??" Tanya shani lembut.
Gracia mengangguk, menghela nafas sejenak sebelum benar-benar menatap dalam mata shani. "Aku gak tau ini cuma perasaan aku aja apa gimana, yang jelas aku ngerasa gak berguna aja buat kamu"
"Aku ngerasa selalu bergantung sama kamu, tanpa pernah sekalipun kamu melibatkan aku dengan semua hal menyangkut kamu bahkan menyangkut aku sekalipun. Aku merasa jadi parasit yang selalu membebani kamu. Tanpa pernah sekalipun aku berbuat sesuatu hal untuk kamu"
Kalimat panjang lebar dari gadis nya membuat shani diam sejenak, otak cerdas nya mencerna setiap kata yang masuk ke indra pendengaran nya. "Enggak berguna dalam artian??" Tanya shani seolah memastikan kemana arah pembicaraan gadis nya ini.
"Kamu tau kan kamu sekolah sambil kerja, sambil jagain aku. Siapin apapun keperluan aku, penuhi semua kebutuhan aku. tapi aku sendiri tidak melakukan apapun untuk kamu. Bahkan aku yakin, tanpa aku disamping kamu, pasti kamu akan baik-baik saja. Bahkan lebih baik mungkin" ucap nya lirih diakhir kalimat.
"Hampir semua orang tau jika kamu itu sempurna dengan segala yang kamu miliki, dengan segala kelebihan kamu. sementara aku? Jika bukan karena menyandang Nama Harlan, mungkin aku hanya akan dianggap manfaatin kamu. Aku tau kamu pasti bilang, gak usah dengerin mereka semua. Tapi aku juga punya hati shani, apalagi saat mereka bilang kalo aku cuma manfaatin kamu. Aku gak tau diri karena selalu nyusahin kamu. aku emang gak bisa nutup mulut mereka semua. Tapi aku juga gak sanggup terus-terusan tutup kedua telinga aku"
Shani merubah posisinya menjadi ikut bersandar di samping gracia, tangan nya menarik gracia agar merubah posisi untuk duduk di depan nya. Gracia duduk bersila di depan shani. Membuat pandangan mereka beradu.
Shani menatap dalam mata gadisnya yang kini terlihat sendu, bahkan shani bisa merasakan bahwa gadis nya mencoba menahan tangis yang bisa kapan saja keluar.
"Mereka hanya tau Aku sempurna. Tanpa tau bahwa kesempurnaan aku itu kamu yang menyempurnakannya. Mereka tidak tau bahwa kamu yang sudah membuat aku bisa seperti ini. Seperti shani yang mereka lihat sekarang. Tanpa kamu, shani hanyalah seseorang yang dingin, tempramen, egois, tidak pedulian, gak sabaran ,dan gak banyak ngomong. Tapi sama kamu dan berkat kamu, Aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Kalo kamu mau aku bisa bungkam mulut mereka semua biar gak nyakitin telinga sama hati kamu"
Gracia menggeleng "tetep aja, aku ngerasa gak pernah kasih apapun buat kamu"
Shani tersenyum lembut, mengusap sekilas pipi tembem gracia sebelum berucap.
"Aku sudah sering bilang, kamu itu tujuan hidup aku. Aku tidak pernah merasa keberatan melakukan semua ini. Karena aku bahagia menjalani semua ini asal sama kamu. Jika kamu fikir tanpa kamu aku akan lebih baik, kamu salah. Bagaimana aku akan baik-baik saja jika aku sudah tidak punya tujuan hidup?"
Kalimat-kalimat lembut shani menyerbu indra pendengaran gracia, membawa setiap kata perkata nya ke otak gracia lalu mencerna nya.
"Jangan pernah merasa kamu gak berguna, jika pada kenyataan nya kamu adalah sumber kekuatan aku. aku bukan tidak ingin melibatkan kamu mengenai banyak hal apalagi masalah pekerjaan. Karena aku tau itu belum saat nya. Kamu cukup menjadi tempat aku untuk pulang, cukup menjadi sandaran aku saat aku lelah. Cukup mendengarkan keresahan aku dikala aku gundah, cukup memeluk ku dikala aku rapuh. Karena Tidak ada yang bisa membuat aku jauh dan jauh lebih baik, selain kamu. Tugas mu Cukup. Cukup membuat aku merasa cukup dengan keberadaan mu di sisi aku"
Shani sedikit mencondongkan tubuh nya, mendaratkan sebuah ciuman di kening gadis kesayangan nya. Mencurahkan semua rasa yang ia punya, pada gadis yang sudah berhasil menang atas diri shani seutuhnya.
"Makasih shani" ucap gracia lalu menghambur kepelukan shani. Sejenak gracia melepas pelukan nya. "Aku tidak tau bagaimana jadi nya aku tanpa kamu, yang jelas aku harus berterimakasih pada Tuhan, karena Tuhan telah mengirim kamu buat aku" kalimat terakhir gracia menjadi penutup sebelum ia kembali menghambur ke pelukan shani, mendekap erat raga yang selalu membuat nya merasa sempurna, sambil menghirup aroma tubuhnya yang selalu mampu mengalirkan ketenangan di jiwa Gracia.
Shani merasakan hembusan nafas hangat menerpa leher nya, tak hanya hembusan nafas, beberapa kali shani merasakan kecupan-kecupan di leher nya. Tubuh shani seketika menegang, dengan apa yang di lakukan gadis nya saat ini. Kedua Tangan shani beralih meremas sprei di samping nya, sementara kepalanya sedikit mendongak, kala ia merasakan sesuatu yang basah dan lembut menyapu daerah tulang selangka nya, menjilatnya dengan lembut lalu menghisap nya dengan kuat. Membuat shani setengah mati menahan desiran hebat di tubuh nya, menahan semua gejolak yang ingin segera dikeluarkan akibat ulah gadis nya ini. Nafas shani kian memburu, seiring kembali kuatnya hisapan di lehernya.
Tubuh shani memanas padahal hujan di luar semakin deras. Degupan jantung shani berpacu semakin cepat ketika gadis nya mengulangi kegiatannya, Tak hanya sekali, shani meraskaan beberapa kali jilatan, hisapan serta gigitan yang shani yakini akan menimbulkan warna yang sangat nyata. Sukses membuat gejolak di tubuh shani meningkat berkali lipat.
Perlahan shani melepas remasan nya pada sprei, kala gadis nya menjauhkan kepala nya dari leher shani. Meninggalkan shani yang kini terpejam bersama gejolak yang harus mati-matian ia padamkan saat ini. Seutas senyum shani terbit kala mata shani terbuka dan melihat Gadis nya tersenyum sambil mengusap lembut maha karya luar biasa yang ia buat di leher shani.
"Kamu milik aku shani"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro