34
= Selamat Membaca =
**************************
Shani berjalan dengan hati-hati sambil merangkul gracia ke arah parkiran. Tubuh gadis nya masih bergetar hebat, membuat shani semakin merasa bersalah. Harus nya shani tidak mengijinkan gadis nya menjenguk vienny, apapun alasan nya. Harus nya shani bisa menjaga gracia lebih baik lagi. Tapi semua nya sudah terlanjur terjadi.
Shani membuka pintu samping penumpang, menuntun gracia untuk masuk dan duduk dengan benar, sebelum shani menutup pintu lalu memutar ke depan untuk masuk ke pintu kemudi.
Shani hendak memasang sabuk pengaman untuk gracia, namun ia urungkan saat tubuh gadis nya bergeser dan memeluk lengan kirinya, Menyandarkan kepalanya di bahu kiri shani. Reflek shani mengelus kepala gracia dengan sebelah tangan nya, sambil mendaratkan ciuman-ciuman kecil di puncak kepala gracia.
Tak ingin berlama-lama karena hari semakin larut, Shani mulai menyalakan mesin mobil nya, posisi nya sedikit sulit untuk menyetir karena sebelah tangan nya di peluk erat oleh gracia, namun shani masih bisa menjamin mereka akan tiba di rumah dengan selamat.
Tujuan shani kali ini ke rumah Harlan, karena jarak ke rumah nya cukup jauh. Alasan shani membawa nya pulang adalah antisipasi jika esok gadis nya demam. Shani sudah belajar dari pengalaman yang pernah ia rasakan. Dulu saat gadis nya bertengkar dengan papa nya, dan berujung bentakan yang sangat keras dari sang papa. Gadis nya langsung demam selama satu minggu.
Jika di apartemen, shani akan kesulitan hanya untuk sekedar membeli makanan, karena gadis nya ini tidak mau ditinggal ketika sedang sakit. Jika dirumah nya shani tidak perlu repot-repot memesan makanan diluar.
Mobil mewah shani tiba dengan selamat di pekarangan rumah Harlan, shani mematikan mesin mobil. Lalu melepas rangkulan gracia perlahan karena gadis nya sudah terlelap.
Shani perlahan keluar, memutar ke pintu penumpang lalu membuka nya dengan perlahan. Shani mengangkat tubuh gadis nya menuju kamar, sementara mobil nya dibiarkan saja karena nanti akan ada yang mengurusnya.
"Loh shani?" Tanya Harlan saat melihat shani mengangkat tubuh anak nya. Sementara Sandra dan Chika masih menatap penuh tanya.
"Malam pah, nanti shani jelasin" ucap shani lalu berlalu ke kamar gracia.
Shani merebahkan tubuh gadis nya perlahan di atas tempat tidur. Keringat shani menetes cukup banyak akibat mengangkat tubuh gracia ke lantai dua. Ingatkan gadis nya untuk sedikit mengurangi porsi makan nya, karena jika langsung mengatakan dia gendut. Entah berapa lama omelan yang akan shani dapatkan.
Setelah memastikan gadis nya tidur dengan nyaman, shani menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sebatas leher. Shani mendaratkan sebuah ciuman di kening gracia, sebelum ia beranjak untuk membersihkan dirinya. Ingat kan shani juga untuk rajin olahraga angkat beban, karena jujur saja pinggang nya serasa mau copot saat ini.
20 menit berlalu shani keluar dari kamar mandi, tatapan nya berhenti pada sosok yang kini duduk di samping tempat tidur.
"Mama" sapa shani pada sandra yang sedang memperhatikan gracia tidur.
"Iyaa shan, gege kenapa?" Tanya sandra kawatir.
Shani menghela nafas nya sejenak "Vienny tadi ngelempar Vas bunga, hampir aja kena gege. Dia syok ma" ucap shani sedikit menjelaskan.
"Mama mau jagain dulu gege? Biar shani ngobrol sama papa"
Sandra mengangguk "iya gih, nanti mama aja yang nemenin tidur. Kamu dikamar sebelah ya" ucap sandra membuat shani mengangguk kecil. "Papa diruang kerja nunggu kamu".
"Iya ma, shani keluar dulu"
Shani berjalan keluar lalu menutup pintu, meninggalakan gracia yang di temani sandra. Shani sebenarnya ingin menolak permintaan sandra yang ingin menemani gracia. Tapi shani tau jika mamanya rindu dengan putri kesayangan nya itu. Apa boleh buat, shani harus mengalah.
"Malam pah" sapa shani pada Harlan yang kini duduk di sofa ruang kerja nya menunggu penjelasan shani.
"Hai sayang, sini duduk" ucap harlan lalu menepuk sisi kosong di samping nya.
"Iya pah"
Ucap shani lalu duduk.
"Jadi kenapa lagi Gracia?" Tanya Harlan tanpa basa basi.
Shani menceritakan dari awal apa yang terjadi, smabil sesekali melihat ekspresi Harlan yang tidak bisa diartikan.
"Maafin shani pah, shani kurang siaga Jaga gege" ucap shani merasa bersalah.
"Kali ini papa maafkan, karena papa yakin kamu udah jaga dia dengan baik. Anak nya aja yang ngeyel. Dan Papa harap orang tua Vienny segera mengambil tindakan. Jika masih seperti ini, mungkin papa sendiri yang akan mendatangi mereka, dan mengambil tindakan sendiri"
Shani menegang di tempatnya, ini bukan sesuatu yang baik kedepan nya. Jika sampai Harlan yang mengambil tindakan, entah hal apa yang akan terjadi nantinya.
"Shani akan mengurus semuanya Pah, papa tenang aja. Sekali lagi terimakasih udah maafin shani"
"Papa yang terimakasih, kamu sudah menjaga Gracia dengan sangat baik. Lebih dari papa dan mama. Kalau kamu bisa papa Copy, papa mau kamu jadi pacar Chika nanti " ucap Harlan membuat shani terkekeh.
"Keenakan papa nanti kalo gitu" ucap nya membuat Harlan gantian terkekeh. "Yaudah Chika buat aku juga gapapa" ucap shani membalas godaan Harlan.
"Kamu masih sayang nyawa kamu kan? Haha" ucap Harlan di akhiri tawa ringan
"Iya Pah, gege kalo ngamuk nyeremin"
"Sukurin! Udah gih, Kamu mending istirahat " titah Harlan
"Iya pah, mama katanya mau tidur sama gege. Shani pake kamar sebelah "
"Yasudah kalo gitu. Papa mau ngecek Chika dulu. Akhir-akhir ini main game terus sampe larut malem, beberapa kali kesiangan sekolah"
Shani meneguk ludah nya kasar, ini salah satu yang ia takutkan. Gracia terlalu pintar meracuni otak adiknya, shani harus segera ambil tindakan sebelum Chika tumbuh menjadi gadis absurd seperti kaka nya. Lebih parah mungkin.
"Shani pamit ya pah. Malam"
"Malam shan"
--
Shani berjalan melewati kamar gracia, menuju ke kamar yang akan dia gunakan. langkah nya terhenti saat shani ingin memastikan bahwa gadis nya tidur nyenyak.
Akhirnya shani membuka pintu perlahan, lalu menyembulkan kepala nya. Helaan nafas lega lolos saat shani melihat gadis nya tidur dipelukan mamanya. Hati nya seketika menghangat melihat pemandangan di depan nya.
Shani menutup pintu kembali, lalu berjalan menuju ke kamar samping kamar gracia. Menutup pintu dari dalam lalu berjalan ke arah balkon kamar. Hampir semua kamar memiliki balkon sendiri, sehingga shani memilih ke balkon untuk menghirup udara malam.
Lama shani terdiam mencerna setiap hal yang terjadi, akhirnya shani memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya.
__
Pagi datang terlalu cepat, sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah kecil, sementara seorang gadis cantik masih terlelap dalam tidurnya.
Tidur sang gadis terganggu ketika ia merasakan pergerakan disamping nya. Mata nya sontak terbuka melihat apa yang kini menelusup ke lehernya, membuatnya merinding seketika.
Senyum shani mengembang sempurna ketika melihat siapa pelaku utama yang membangun kan tidurnya.
Segera shani merengkuh lebih erat tubuh mungil disampingnya, yang kini sibuk mendusel-dusel hidung mancung nya di leher shani.
"Good morning Princess" sapa shani dengan suara khas bangun tidur nya.
"Morning Perfect girl"
Balas gracia yang bahkan hampir mirip gumaman.
"Gimana tidur nya nyenyak?" Tanya shani sambil mengusap kepala gracia, sementara sebelah tangan nya kini jadi bantalan kepala gracia.
"Nyenyak banget kek orang mati"
Shani terkekeh mendengar kalimat gadis nya ini. Shani bisa sedikit bernafas lega karena gadis nya tak sampai demam, bahkan suhu tubuh nya bisa di katakan normal.
"Gemesin banget sih, pengen nabok" goda shani membuat gracia menatap nya tajam.
"Mau morning kiiiss" ucapnya membuat shani terkekeh.
"Males"
"Jahat betul, apa tidak gemass pada dedeq lucu ini" ucap gracia yang membuat shani langsung menarik sebelah pipinya, dan membuat gracia mengaduh.
Shani mencium kening gracia cukup lama. Ciuman yang selalu Membuat hati mereka menghangat, tak ketinggalan debaran jantung nya yang kini bersautan dengan debaran jantung gracia.
Shani melepas ciuman di kening gracia, tangan nya terulur menarik pelan dagu gadis kesayangannya itu, lalu menempelkan bibir nya di bibir gracia. Membuat tubuh mereka serasa tersengat aliran listrik kala mereka mulai saling memagut mesra. Ciuman tanpa nafsu, hanya Mencurahkan semua rasa yang semakin hari semakin luar biasa.
Lama mereka saling memagut, mengulum dan saling mengecap rasa. Mereka harus merelakan ciuman mereka terlepas, untuk mengisi oksigen di paru-paru masing-masing.
"Maafin aku yang lalai jaga kamu ya" ucap shani membuat gracia tersenyum hangat sambil mengelus pipi shani.
"Gapapa, aku nya yang ngeyel kok" ucap gracia membuat shani semakin merasa bersalah. "Lain kali aku bakal nurut apa kata kamu"
Shani menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar kata lain kali dari mulut gadis nya ini, karena shani tau kata lain kali ini sudah gadis nya ucapkan puluhan kali, dan akhirnya tetap aja dia ngeyel sendiri.
"Aku baru tau kalo marah kamu seserem itu" ucap gracia membuat shani terkesiap "aku takut" ucap gracia dengan suara yang rendah.
Shani memejamkan matanya sejenak sebelum kembali berucap "maaf aku bikin kamu takut, aku gak maksud kaya gitu. Cuma kondisi nya aku udah muak aja sama kelakuan vienny yang hampir lukain kamu"
"Apa kamu akan melakukan hal yang sama jika suatu saat aku melakukan kesalahan yang fatal??" Tanya gracia membuat otak cerdas shani di buat kalang kabut saat akan menjawabnya.
Shani mendaratkan bibir nya di bibir gracia, membuat gracia kembali menutup mata, menikmati ciuman shani yang tak lama ia lepas kan. "Aku selalu berusaha menjaga kamu dari apapun, bahkan dari diri aku sendiri. Aku tidak mau menjamin sesuatu yang belum terjadi, yang jelas kamu sudah tau hal apa saja yang tidak bisa aku toleransi. Sekalipun aku tidak akan marah seperti marah aku sama vienny, tapi aku tidak yakin aku masih bisa bertahan apalagi mengenai penghianatan"
Gracia tertegun mendengar rentetan kalimat shani, ada rasa takut yang menelusup ke relung hatinya saat shani mengucapkan kalimat terakhirnya. Demi apapun gracia tidak pernah ingin berpisah dengan shani, gracia akan melakukan apapun untuk shani nya. Apapun asal sama shani.
"Ingatkan aku kalo aku khilaf shani, tegur aku jika aku salah. Dan kumohon tetap berada di sisi aku apapun yang terjadi, karena aku butuh kamu di setiap tarikan nafasku" ucap gracia diakhiri dengan ciuman lembut di kening shani. Membuat shani diam menikmati ciuman gracia.
Shani menatap dalam mata gracia, mengelus pipi kesayangan nya itu beberapa kali sebelum ia menarik nafas sejenak. Lalu mengucapkan kalimatnya.
"Gee....Jika kamu adalah api, Maka aku rela terbakar bersama mu"
"Jika kamu adalah air, Maka aku rela tenggelam bersama mu"
"Jika kamu adalah ombak, Maka aku rela terombang ambing bersama mu"
"Jika kamu adalah sebuah kesalahan
Maka aku rela menikmati kesalahan itu asal bersama mu"
"Karena Aku percaya pilihan ku, dan aku percaya itu kamu, Aku cinta kamu Shania Gracia" Ucap shani diakhiri dengan menempelkan bibir nya di bibir gracia, mencium lembut bibir yang selalu menjadi candu nya, dan tentunya langsung di balas oleh gracia. Lama mereka saling memagut dan mengecap rasa, membuat mereka hanyut dalam suasana yang cukup panas, membuat darah mereka berdesir hebat.
Erangaan tertahan terdengar dari bibir gracia, kala Ciuman shani beralih menuju leher jenjang gracia, membuat gracia mendongak sambil meremas lembut rambut shani. Gracia merasakan darah nya semakin berdesir hebat, tubuh nya serasa memanas kala shani mengecup, menjilat bahkan menggigit daerah dekat tulang selangkanya, yang sudah pasti akan meninggalkan warna yang sangat kontras dengan warna kulitnya.
"Shannhhh"
Satu desahan lolos dari bibir gracia, saat Sesuatu di tubuh nya kian memaksa melesak keluar. ciuman shani semakin turun, saat shani berhasil melepas beberapa kancing piyama Gracia. Tangan nakal shani bergerak mengelus perut rata gracia, membuat empunya mengerang hebat. Tangan shani masih bergerak seiring ciuman nya yang semakin gencar menjelajahi sekitar leher dan dada atas gracia, sebelum akhirnya Gracia menyadari sesuatu dan mendorong tubuh shani tiba-tiba.
"TRIPLEK BURU SEKOLAAH! BEGO IH, UDAH TELAT INI!"
"Gue bakar juga tu sekolah argghhh!!!"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro