29
= Selamat Membaca =
************************
Gracia menjatuhkan diri nya di sofa, hati nya sesak mendengar kalimat shani tadi, Sungguh ia tak menyangka jika shani akan berkata demikian. sebentar lagi Sudah di pastikan Air mata gracia akan segera keluar.
"Minum dulu sayang"
"Mama" ucap gracia saat melihat Sandra menyodorkan segelas air putih yang langsung di ambil oleh gracia.
Setelah minum gracia menyimpan gelas nya di meja, pandangan nya beralih pada sandra yang kini duduk di samping nya.
"Mau peluk??" Tanya sandra yang langsung membuat gracia menubrukkan tubuhnya pada mama nya itu.
"Mau cerita sayang?" Tanya sandra sambil mengelus kepala gracia.
Gracia diam menikmati usapan di kepalanya, membuat nya sedikit lebih tenang.
"Aku tau aku egois ma, aku selalu ingin jadi prioritas dan mama tau itu. Tapi jujur Aku sudah berusaha melawan semua rasa itu ma, dengan membiarkan shani menyelesaikan masalah nya, bahkan shani sampai harus beberapa kali ingkar janji. Tapi tetep aja hati aku sakit, apalagi tadi dia minta aku buat sekali aja ngertiin dia. Kesannya kaya aku gak pernah ngertiin dia sama sekali "
Sandra dengan sabar mendengar curahan hati anak sematawayangnya yang sekarang punya adik ini, sambil tetap mengelus kepalanya.
"Kamu masih inget kan kalo Pacar Kamu itu Manusia biasa?" Tanya sandra yang malah mendapat tatapan tanya dari gracia.
"Maksud mama?" Tanya gracia yang kini membenarkan duduk nya menjadi berhadapan dengan sandra.
"Shani itu manusia biasa yang punya kapasitas sayang, fikiran dan hatinya tidak selalu bisa diam memikirkan satu titik. Shani manusia biasa yang bisa sakit, yang bisa lelah, bahkan bisa saja menyerah.
Kamu tau kan dia dari kemarin bolak balik untuk nengok kamu, nyari kamu pas kabur, Bujuk kamu pas marah, disaat dia sendiri harus menghadapi masalah yang lain. Bayangkan seberapa berat beban yang dia tanggung sekarang."
Sandra mengusap pipi gracia sebentar, lalu kembali melanjutkan kalimatnya.
"Kalo kamu mencintai shani karena dia selalu memprioritas kan kamu, apa cinta kamu akan berkurang saat shani tidak bisa lagi menjadikan kamu prioritas?" Ucap sandra membuat gracia menggeleng.
"Kalo kamu mencintai shani karena dia selalu ada buat kamu, suatu saat dia sibuk dengan hal lain, apa cinta kamu juga akan berkurang?" Lagi gracia menggeleng
"Alasan-alasan klasik itu yang menjadikan cinta itu tidak lagi sebagai sebuah ketulusan sayang, karena Cinta itu tanpa alasan"
"Jika kamu memang mencintai dia, seberat apapun kondisi nya tetap lah menjadi seseorang yang selalu ada buat dia, menjadi bahu yang kuat jika ia sedang lelah. Menjadikan pelukan kamu tempat ternyaman saat dia goyah dan selalu menjadi tempat ia pulang ketika ia hampir menyerah"
"Minta maaf sama shani, karena mama yakin ini hanya sebuah kesalah fahaman biasa. Jangan sampai masalah ini membuat kalian menjadi semakin renggang karena sibuk saling menerka"
"Inget satu hal, shani itu manusia sekalipun hampir sempurna. Tapi dia bisa lelah dan nyerah. Jangan sampe kamu nyesel nantinya."
Gracia menghambur ke pelukan sandra "gege gak mau shani sampe nyerah ma, gege mau minta maaf sama shani"
"temuin shani gih, sebelum kamu nyesel"
"Iyaa ma, makasih mama selalu dengerin gege. Sekalipun gege bandel nya amit-amit tapi gege yakin, kalo mama ngerasa beruntung banget punya anak yang cantik nya kelewatan kaya aku ini"
"Iyain aja sayang, biar cepet"
Gracia berdiri dari duduk nya "dih suka gak ngaku, btw si adek kemana ma?" Tanya gracia karena tidak melihat keberadaan chika.
"Adek lagi kerja kelompok sayang"
"Yaudah, gege pamit ya mau ke kamar"
"Iya sayang"
----
Shani duduk di bangku taman rumah sakit tak jauh dari kamar inap vienny. Untung saja Vienny sudah tidur lelap setelah di beri obat oleh dokter, sehingga shani bisa sedikit menghirup udara segar untuk mengisi paru-paru nya. Sekaligus menjernihkan fikiran yang sebenarnya sulit untuk di lakukan.
Entahlah apa yang akan dia lakukan saat ini dan nanti. Fikiran nya buntu, otak cerdas nya seakan tak punya jawaban atas semua pertanyaan yang ia tanyakan.
Tentang Vienny yang masih selalu histeris dan melukai diri sendiri, membuat shani tak sampai hati jika harus meninggalkan nya. Tentang sang kekasih yang masih marah, yang bahkan untuk pertama kalinya shani tidak bisa meredakan amarah gadis itu. Shani sebenarnya ingin kesana detik ini juga, menarik gadisnya ke dalam pelukan sambil mengucapkan kata maaf yang sangat banyak.
Maaf Untuk Janji yang tidak bisa ia tepati, untuk hati yang ia lukai, untuk air mata yang sudah pasti menetes karena ulahnya. Untuk kalimat yang menyakiti hatinya, untuk semua hal yang diakibatkan oleh shani dan berujung pada kemarahan gadis kesayangan nya itu.
Jika boleh memilih, shani sama sekali tidak ingin berada disini. Di titik ini. Shani lebih memilih di apatemen saja memeluk gadis nya sambil mendengarkan ia bercerita banyak hal. Mendengar gibahan nya, celotehan nya, misuh-misuhnya. Tak lupa kelakuan absurd dan random yang selalu mampu membuat shani mengukir tawa.
Ini mungkin terdengar sangat berlebihan, tapi jangan lupa jika hidup shani sudah terpusat pada satu nama Gracia. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain memeluk gracia, tak ada yang lebih indah dari senyum gracia, tak ada yang membuat shani merasa hidup selain kehadiran gracia. Hanya Gracia.
Shani hanya ingin gadis itu disini, berada disamping nya. Menggenggam jemari lentik yang selalu membuat shani ingin mencium lalu menggigit ujung jari telunjuknya. Mengelus pipi gembul yang selalu menggemaskan, merapikan anakan rambut yang kadang menghalangi wajah cantik nya. Shani rindu hal-hal kecil tentang gadis nya.
Shani mendesah lelah, kepalanya ia tegakkan menatap langit cerah. Langit sore ini sangat cantik, tapi sayang mereka harus mengalah, karena bagi shani yang paling cantik tetap Gracia.
Bucin garis keras !!
Shani mengangkat sudut bibirnya, tertawa miris ketika mengingat beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini.
"Gue baru tau kalo bidadari ternyata bisa gila juga, senyum-senyum sendiri"
Indra pendengaran shani dibuat kaget dengan suara yang sudah jelas ia kenali, tubuh shani ikut tersentak tatkala menyadari bahwa suara barusan berasal tak jauh dari tempat dia berpijak.
Kepala shani reflek menoleh ke sebelah kiri. pupil mata shani sedikit melebar, fungsi jantung nya meningkat cepat, hatinya seketika menghangat, bahkan senyum miris yang sempat ia tampilkan berubah menjadi senyum yang mengembang sempurna.
Perubahan atmosfer yang terjadi begitu cepat bukan karena efek pemanasan global, tapi karena Seorang gadis cantik yang berdiri dengan jarak beberapa langkah dari tempat shani berpijak. Gadis itu berjalan dengan anggun sambil menenteng sebuah papperbag ukuran sedang, serta tas selempang kecil yang tersampir di bahu kanan nya.
"Gue kesini karena gak mau loe puasa 3 hari gara-gara gue diemin"
Kalimat sarkas itu menyapu telinga shani, membuat shani tak lagi bisa menyembunyikan raut bahagia nya.
Gracia mendekat ke arah shani, menyimpan papperbag yang ia bawa di samping tubuh shani. Lalu berdiri dihadapan kekasihnya yang masih menatap nya dengan intens. Gracia menarik shani dalam pelukan nya, mendekap kepala shani, membuat shani langsung memeluk erat pinggang gracia.
Gracia mengelus kepala shani dengan lembut, mendaratkan beberapa kecupan di puncak kepalanya. Berakhir dengan sebuah ciuman yang cukup lama di puncak kepala shani. Selalu seperti ini jika mereka sedang dalam masalah yang penyebab nya adalah shani.
Gracia tau jika shani tidak akan mau makan selama masalah mereka belum selesai, apalagi jika posisi nya gracia yang mendiamkan shani. Sudah pasti gadis itu tidak akan mau mengisi perutnya selain air putih saja.
Beberapa menit berlalu, gracia melonggarkan pelukan nya. Menatap dalam mata sendu yang kini memiliki kantung mata di bawahnya. Terlihat jelas karena sang gadis dihadapan nya tidak memoles wajahnya sama sekali. Bahkan gracia yakin gadis nya belum ganti baju dari semalam.
"Gue baru tau kalo bidadari bisa jelek juga" ejek nya membuat shani terkekeh.
Shani membenarkan kalimat gracia, karena saat ini penampilan shani memang sangat berantakan. Untung saja ia tak lupa mandi.
Shani kini berdiri sejajar dengan gracia, mengambil kedua tangan gracia lalu menggenggam nya.
"Aku mau minta maaf sama kamu, untuk semua hal yang aku ingkari. Untuk semua hal yang aku lalai, untuk kalimat aku yang nyakitin kamu. Aku mungkin salah pilih kalimat, tapi aku gak pernah salah milih kamu"
Gracia tersenyum mendengar penuturan shani "Aku juga mau minta maaf karena udah jadi manusia egois, bukan nya dukung dan bantu kamu ngurangin masalah, malah nambah masalah. Satu hal yang harus kamu tau, Selalu ada maaf buat kamu. Karena aku sayang kamu" ucap gracia sebelum sedikit berjinjit dan mendaratkan sebuah ciuman di kening shani. Membuat shani menahan nafas sejenak menikmati ciuman gracia yang membuat darah nya berdesir hebat.
"Aku gak mau kalah sama ego yang akhirnya membuat kita larut dalam masalah" ucap gracia "aku gak mau kehilangan kamu shani" lanjutnya.
Shani melepas genggaman nya, lalu mengusap pipi gembul gracia.
"Kamu kelebihan gula yank?"
"Hah?"
"Manis banget sih"
"Heh! Gombal mulu" ucap gracia sambil menoyor kening shani membuat shani terkekeh.
Gracia menggeser tubuhnya menjadi disamping shani.
"Aku bawa makanan buat kamu, aku gak mau kamu mati karena kelaparan. Malu aku, Mau di simpen di mana nanti muka aku yang cantik ini?"
Nah ini salah satu kalimat yang shani rindukan, kalimat-kalimat nyeleneh ngeselin yang selalu membuat shani ingin marah tapi malah tertawa.
Shani bahkan masih ingat saat shani tidak mau makan 3 hari karena di diamkan oleh gracia. Gadis itu datang tengah malam ke apartemen shani lalu mengeluarkan semua ocehan nya karena shani tidak mau makan.
Shani mendadak tertawa ketika mengingat sebagian kalimat yang di lontarkan gadis nya malam itu.
"Loe mau mati hah? So so an gak mau makan tiga hari. Kalo loe mati terus berita nya masuk tipi gimana ? Gak lucu kan nanti berita nya 'putri salah satu pengusaha ternama mati karena kelaparan'. Loe gak mikir apa, bapak lu nonton shan, kagak di sensor. mau di taro dimana muka nya ntar. Gada ahlak loe emang".
Shani ingat setelah kalimat itu terlontar, gracia masih mengeluarkan unek-unek nya selama 30 menit lebih. Membuat shani seketika merasa lapar dan langsung membuka makanan yang di bawa gracia.
"Heh malah bengong"
Lamunan shani terusik saat mendengar kalimat gracia. Kini Gracia duduk di samping shani, mengeluarkan sebuah kotak makanan dari paperbag yang ia bawa.
"Ini nasi goreng seafood kesukaan kamu, tadinya mau aku yang masak. Tapi calon mertua kamu maksa supaya dia aja yang masak. manusia biasa ini bisa apa kalo mama udah maksa"
Shani harus bersujud sekarang juga atas kalimat yang terlontar dari kekasihnya ini. Terakhir kali gadis nya belajar masak, dan menyuruh shani mencoba sekaligus menghabis kan masakannya, membuat shani harus mejadi penghuni kamar mandi dalam waktu yang lama. Entah bahan apa saja yang ia masukan dalam masakannya, hanya saja sejak saat itu shani berjanji tidak akan mengizinkan gracia belajar memasak lagi.
"Aku suapin ya" ucap gracia membuat
Shani mengangguk.
Dengan telaten Gracia menyuapi shani, sampai makanan nya habis.
"Yank gak bawa minum?" Tanya shani yang mulai merasa tenggorokan nya kering.
Gracia menepuk pelan jidatnya
"Duh! Lupa yank"
"Gimana sih, masa bawa makan tapi gak bawa minum" omel shani membuat gracia mendengus.
"Heh! Bersyukur ya aku bawain makan, dari pada kamu mati kelaperan"
"Iya gak mati kelaperan, tapi mati kesedak. Sama aja mati. Pinter banget sih"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro