28
= Selamat Membaca =
*************************
Shani menghentikan mobilnya diparkiran rumah sakit. Langkah nya sangat tergesa dan membuat nafas nya sedikit ngos-ngosan.
Ceklek..
"Shaniiii" teriak vienny yang kini sedang di pegangi tangan nya oleh papa dan mama nya "loe ninggalin gue hiksss" ucapnya lalu menangis.
Shani memejamkan mata sejenak, mengontrol emosi serta nafas nya sebelum menghampiri vienny. Orang tua vienny mengabari shani jika vienny ngamuk lagi karena shani tidak ada disampingnya, itu sebabnya shani langsung berlari kesini.
"Gue ada urusan sebentar vin" ucap shani mendekat kearah vienny. Vienny segera melepas cekalan kedua orang tuanya dan menghambur ke pelukan shani.
Shani mengelus lembut punggung vienny, mencoba memberi ketenangan yang bahkan shani pun tidak memilikinya, karena saat ini fikiran nya tertuju pada gadis kesayangan yang ia tinggal kan di rumah nya.
"Tidur ya" titah shani yang membuat vienny menggeleng.
"Nanti gue ditinggal lagi" ucap vienny
"Enggak, gue temenin tidur ya"
"Disini tapi ya" ucapnya sambil menepuk sisi kasurnya.
Shani mengangguk, membantu vienny menggeser tubuhnya, lalu shani berbaring di sisi vienny. Membuat vienny langsung melingkarkan tangan nya memeluk perut shani. Sementara papa dan mama vienny keluar dan kembali ke tempat mereka untuk istirahat atas permintaan shani.
Shani tidak punya pilihan lain, selain tubuhnya yang memang lelah, Fikiran dan hati nya juga ikut lelah. Shani memilih menatap langit-langit sementara vienny kembali memejamkan matanya.
Mata shani sudah mulai mengantuk, tapi fikiran nya masih fokus pada satu nama Gracia membuat shani lagi-lagi terjaga. Gadis nya marah disana, dan pasti sedang membungkus tubuhnya dengan selimut sambil kumur-kumur.
Shani ingin sekali tidur sambil memeluk gadis pemilik hatinya itu, memberi nya ciuman-ciuman kecil, mengucapkan selamat malam lalu terbangun dengan melihat kekasihnya masih tidur dengan posisi absurd.
Lama shani tenggelam dalam lamunan, tak terasa waktu semakin larut. Sudah jam 4 pagi dan shani masih terjaga. Energi nya seolah terserap habis, sungguh shani ingin lari sejauh mungkin dari kondisi ini. Tapi shani tak bisa.
Lamunan shani terhenti, tatkala matanya mulai tertutup. Nafas nya mulai teratur dan shani terlelap.
---
Kepala anin berdenyut hebat di satu titik, tepatnya sebelah kiri yang kini terasa sekali. Kalau biasa orang-orang bilang itu migrain.
Jangan salahkan Anin yang begadang, salahkan cacing anin yang seolah mendapatkan kejayaan nya hingga tak bisa mati, dan membuat anin bermain sampai jam 4 pagi. Tidur hanya dua jam membuat kepala nya kelimpungan.
Anin bahkan heran, setiap game yang ia main kan. Selalu saja menang jika sudah lewat pukul 1 malam, anin selalu dilema dalam menentukan pilihan nya. Lanjut main game mumpung menang, atau memaksakan diri tidur karena harus sekolah ??
Otak pintar anin masih cukup bekerja, kalau hanya untuk memilih. Anin tidak mungkin memilih yang tidak baik, hingga akhirnya anin memutuskan maen game sampai pagi. Hey tunggu, memaksa itu bukan sesuatu yang baik kan? Jadi maksa tidur termasuk hal kurang baik bagi anin. Jadi pilih maen game aja.
Anin kadang kesal sama diri nya sendiri, malam nya anin begadang sampe pagi, pagi nya anin menyesal dan berniat tidak begadang. Malam nya malah di ulangi, begadang lagi sampe pagi. Pagi nya nyesel lagi. Gitu aja terus sampe mampus.
Anin beranjak dari tempat tidur untuk mandi, anin harus tetap sekolah. Kapok rasanya ketinggalan banyak tugas akibat sakit waktu itu. Anin sampe gak sempet main toktik gara-gara tugas numpuk.
Anin sudah rapi dengan seragam nya, mengambil tas hitam di atas meja. Lalu melangkah dengan pelan menuju meja makan.
Matanya membulat, kaki nya mendadak kaku. Bibirnya mengatup rapat. Seolah semua kata hilang dari fikiran nya, ketika mendapati seonggok mahluk yang kemarin menguntit nya sampai ke gerbang rumah.
Dia disana, duduk di satu meja bersama mama dan papa. Tertawa bersama. Entah apa yang mereka bicarakan sampai-sampai papa anin terbahak, sambil sesekali papa memegang perut nya. Dan mama menyeka sudut matanya yang mengeluarkan air mata.
Satu pertanyaan di benak anin. Ngapain manusia aneh itu di rumah nya pagi-pagi gini?
Anin menyesal tidak memiliki pintu yang menghubungkan kamar dan halaman langsung. Jadi anin tidak bisa kabur. Tapi anin jadi memiliki ide untuk membuat jalan pintas, nanti lah kalo mama papa nya keluar kota.
Sungguh dengan seluruh keterpaksaan yang anin rasakan saat ini, ia melangkah gontai. Menekuk wajahnya sambil sesekali membenarkan letak tas nya.
"Pagi ma, pa" sapa nya pelan.
Ketiga orang di meja makan sontak menoleh "pagi sayang, kok beby gak di sapa?" Tanya sang mama.
Anin memutar bola matanya, memaksakan senyum nya sepersekian detik "pagi" sapa nya "ngapain pagi-pagi kesini?" Lanjutnya
"Loh kamu kok gitu sama Beby, dia udah baik mau jemput kamu. Lagian kayanya kamu juga kurang fit kalo nyetir sendiri. Main cacing sampe pagi pasti? Atau main toktik lagi? Please daster mama jangan di acak-acak"
Anin menghela nafas, migrain yang sempat hilang kembali menerjang kepalanya. Pagi-pagi sudah kesal, semakin kesal karena mama nya harus ceramah tentang daster dan cacing-cacing kesayangan anin.
"Anin sarapan di sekolah aja" ucap nya lalu meraih segelas susu, meneguk beberapa kali. Hingga isi gelas nya kosong tak tersisa.
Setelah berpamitan, kini anin berada di dalam sedan milik seseorang yang sangat menyebalkan bagi anin.
Anin bungkam semenjak pintu mobil tertutup, bahkan sejak tadi beby disamping nya mencoba membuka obrolan anin seolah tak mendengar nya.
Baru saja mobil sedan itu meninggalkan pekarangan rumah anin sejauh 50 meter. Beby meraih sesuatu di jok belakang nya.
Beby menyodorkan Satu tangkai bunga mawar warna merah, yang masih sangat segar. Seolah baru saja dipisahkan dari tangkai nya. Aroma khas bunga menyeruak masuk ke indra penciuman anin, membuat nya sedikit rilex lalu menoleh pada sang gadis.
"Aku gak tau kamu suka bunga apa, tapi satu hal yang aku tau, aku suka kamu"
Anin sedikit menyesal karena memiliki kulit yang putih, karena kini semburat merah tercetak dengan jelas di wajah cantik nya.
Wajah anin terasa memanas, kala setangkai bunga tersebut di letakkan di pangkuan anin, karena tangan gadis disamping nya harus kembali menyetir.
Anin membuang pandangan nya ke arah jendela, memandang kemanapun asal tidak pada gadis disamping nya. Jemari lentik nya perlahan meraih tangkai bunga di pangkuan nya, menjepitnya dengan jari telunjuk dan jempolnya.
Ini kah rasanya ketika kita disukai seseorang ?
Inikah rasanya jadi gracia yang selalu mendapat perhatian-perhatian kecil seperti yang ia dapat kan tadi ? Mungkin hanya sekedar membukakan pintu mobil, tapi itu sukses membuat hati anin kalang kabut.
Anin tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas dirinya masih dalam suasana menikmati momen-momen setelah mengikhlaskan gracia. Bodo amat lah sama gadis disampingnya.
--
Mobil sedan mewah itu berhenti di parkiran sekolah, sang pemilik langsung mematikan mesin nya. Dengan buru-buru dia melepas sabuk pengaman, dan menoleh ke arah anin.
"Tunggu" ucap nya.
Tanpa menunggu jawaban anin, beby keluar dari mobil nya. Memutar ke depan lalu berhenti di pintu penumpang.
Anin cukup kaget dengan gadis ini, karena dengan santai nya membukakan pintu untuk anin.
"Silahkan cantik" ucap beby membuat anin tersipu.
"Lebay banget sih" ucap anin. Sementara hati nya mengatakan 'manis banget'. Gak konsisten emang.
Anin berjalan dengan langkah sedikit cepat, ingin sekali anin menjauhi gadis yang kini selalu berusaha mepet ke arah nya. Anin risih ketika jadi pusat perhatian anak-anak lain, apalagi ketika melihat anin membawa setangkai bunga tadi, membuatnya menjadi santapan gibah pagi hari. Bodohnya anin lupa kenapa tadi tidak disimpan saja.
"Loe tuh bisa gak sih kagak mepet-mepet jalannya" kesal anin.
Beby menggeleng "enggak bisa, aku takut kamu di pepet orang lain"
Anin memutar bola matanya, langkah nya semakin cepat. Dan gadis di samping nya ikut mempercepat langkah nya, seolah mereka sedang berlomba siapa cepat masuk kelas.
"Acieeeee udah barengan aja nih"
Ledek aya yang disambut gelak tawa oleh gracia dan angel.
"Aciee bawa kembang, mau nyekar loe?" Ledek gracia
"Loe nyolong kembang dimana"? Tanya angel membuat mereka kembali terbahak
"Rese loe pada" kesal anin "dan loe!"tunjuk anin pada gadis yang kini berdiri disamping nya "jangan ngikutin gue mulu. Serasa ketempelan jin tomang tau gak" geram anin.
Beby tersenyum "iya sama-sama, nanti pulang sama aku" ucap nya santai lalu berlalu ke bangku nya. Membuat anin menghentakan kaki nya ke lantai.
"Acieee dianter jemput, dah kaya anak Paud hahahahaha" tawa angel menggema, mengundang aya dan gracia untuk ikut menggoda anin.
"Acieeee.. dianter jemput, kek anak Teka"
"Acieee.. dianter jemput, kek anak-...
"BERISIK!!!!"
---
Shani mengemudikan mobil nya dengan cepat, bulir-bulir keringat terlihat menetes di kening hingga lehernya. Beberapa kali terdengar umpatan dari mulutnya, menggeram kesal, sambil sesekali memukul-mukul kemudi mobil mewahnya.
Shani merutuki kebodohan nya siang ini. efek dari tidur hampir pagi, Juga karena energi yang hampir habis, shani malah tidur dengan nyenyak dan bangun kesiangan. Bodohnya lagi ia kesiangan untuk mengantar gadis kesayangan nya ke sekolah, padahal semalam ia sendiri yang berjanji untuk mengantar gracia pagi ini.
Shani semakin di buat kalut ketika no hp gracia tidak bisa di hubungi sejak tadi, shani sempat menghubungi Harlan, dan Harlan bilang bahwa hp gracia dilempar dari lantai dua ke kolam renang yang berada di dekat taman belakang.
Tidak hanya satu, 3 hp yang biasa gadis itu gunakan untuk bermain game ikut menjadi korban kemarahan nya. Semua bodyguard yang menjaga ikut kena amukan sarapan pagi gracia. Tidak ada yang boleh berada dalam jarak kurang dari 10 meter, jika ada yang berani melanggar, sudah pasti gadis itu ngamuk.
Shani semakin dibuat merasa bersalah karena masalah itu, karena ia tau sumber kemarahan gadis nya adalah shani sendiri.
Mobil mewah shani berhenti tepat di depan gerbang sekolah, shani tidak peduli jika ada guru yang melihat dia izin lagi hari ini.
Shani berdiri di samping pintu kursi penumpang menyandarkan punggunganya disana. Sambil sesekali melirik ke arah jam tangan nya.
Tatapan shani jatuh pada sosok yang ia tunggu sejak tadi, berjalan dengan anggun sesekali menyibak rambut panjang nya. Pesona nya menebar di udara tanpa perlu ia repot menebarnya nya, kecantikan nya yang mempesona mampu membuat banyak jiwa bertekut lutut padanya. Dia kesini, berjalan ke arah shani.
Shani menampilkan senyum tulus nya, walaupun hatinya masih takut dan kawatir karena gadis nya masih marah.
Gadis itu berjalan dengan tatapan datar, wajahnya hampir tanpa ekspresi. bahkan tidak ada senyum hangat, senyum tengil, sapaan sayang atau rengekan yang biasa ditujukan pada shani.
Tanpa menghiraukan semua sikap tak biasa dari gracia, Shani dengan sigap membuka pintu dan mempersilahkan gracia masuk. Tak ada godaan atau ledekan yang ia dengar dari gadis nya, padahal biasanya shani akan mendengar banyak godaan jika ia bersikap manis seperti saat ini.
Shani melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang, ekor matanya sesekali melirik pada gracia yang sejak tadi hanya menatap lurus kedepan.
"Kamu mau makan dulu sayang?" Tanya shani membuka obrolan
Gracia hanya menggeleng, membuat shani menghela nafasnya.
"Mau beli eskrim dulu atau mampir kemana dulu?" Tanya nya yang lagi-lagi di jawab gelengan.
Suasana kembali hening sampai mobil shani tiba di halaman rumah Keluarga Harlan.
Shani melepas sabuk pengaman nya lalu menggeser tubuhnya kearah gracia. Namun sayang belum sempat tangan shani menyentuh tangan gracia, suara gracia menghentikan nya.
"Kamu balik ke rumah sakit aja, kasian kak Vienny. Makasih udah jemput aku" ucap nya datar membuat shani langsung menahan tangan gracia yang hendak membuka pintu mobil.
"Aku minta maaf udah beberapa kali gak nepatin janji aku, aku yang salah. Tadi pagi aku bangun kesiangan jadi telat jemput kamu kesini, maafin aku sayang" ucap shani dengan tenang.
"Makasih penjelasan nya, aku turun ya" ucap gracia masih dengan sikap yang sama.
"Liat aku sayang, tolong maafin aku dulu. Aku gak tenang kalo kamu masih marah"
Gracia menatap dalam mata shani, mengelus pipi nya dengan lembut membuat shani menutup mata sejenak. "Selalu ada maaf buat kamu, kamu balik ke rumah sakit aja. Hati-hati"
"Ge.. jangan gini, kamu belum ikhlas maafin aku kalo sikap kamu masih kaya gini. Please ngertiin aku sekali ini aja"
Gracia terkekeh mendengar kalimat terakhir shani, namun kekehan itu malah terdengar menyakitkan di telinga shani "Ucapan kamu itu seolah menegaskan bahwa aku gak pernah ngertiin kamu sekalipun, padahal kamu denger sendiri kan kalo aku tadi bilang kamu ke rumah sakit aja gapapa. Apa itu bukan sebuah pengertian" ucap gracia lalu menghela nafas sejenak "aku minta Maaf kalo selama ini aku gak bisa ngertiin kamu. Aku sayang kamu"
Shani membenturkan kening nya di stir mobil sesaat setelah gracia menutup pintu dari luar, hati nya sesak mendengar penuturan dari gadis nya itu. Shani merutuki kebodohan nya karena salah menggunakan kalimat yang malah membuat gadis nya semakin marah.
Belum selesai dengan kebodohan nya, hp shani bergetar, menandakan ada telp masuk.
"Ya om??"
"Kamu dimana? Ada yang mau om bahas sama kamu"
"Shani kesana sekarang"
Tuuttt
"Aaarggghhhhh"
Shani memukul stir nya dengan kuat, lama-lama shani bisa gila jika kondisi nya seperti ini. Mau tidak mau shani menghidupkan mesin mobil nya, lalu melesat ke rumah sakit.
---
Anin fokus menatap layar ponselnya, kedua ibu jari nya tak henti bergerak di atas layar benda persegi panjang itu.
Sesekali berdecak kesal ketika cacing nya dengan tak sengaja terbentur lalu mati.
Anin kesal ketika score permainan nya masih belum bisa naik dengan signifikan. Kekesalan nya semakin menjadi ketika telinga nya mendengar suara ketukan dari arah pintu. Mengganggu konsentrasi nya.
"Abin!"
Tok..tok..
"Sayang"
"Yes, maa" jawab anin.
Anin melock ponsel nya sebelum beranjak membuka pintu kamar nya.
"Kenapa ma?" Tanya
"Di depan ada Ojek online, kamu pesan sesuatu?" Tanya sang mama.
Anin menggaruk kepala nya yang tak gatal "anin gak pesen apa-apa" ucap nya "kenapa gak mama tanyain aja "
"Udah, abang nya bilang harus yang bersangkutan yang terima. Kalo enggak takut kena suspend katanya"
Anin melangkah ragu, ada apa lagi ini Tuhan. Banyak sekali hal yang tiba-tiba hari ini.
"Sore non" sapa kang ojek online
"Iya sore pak"
"Dengan Non anin?" Tanya nya sopan
Anin mengangguk.
Kang ojek menyodorkan satu kantong cukup besar, berisi sebuah kotak yang mungkin anin kenali.
"Martabak nya manis, tapi kata yang beliin jauh lebih manis non anin"
Mulut Anin menganga, menatap tak percaya pada apa yang di dengar nya. Bagaimana bisa anin di gombali oleh kang ojek onlen? Sekalipun anin yakin dia hanya di suruh, tetap saja malu.
"Siapa yang pesen pak?"
Tanya anin setelah menguasai diri.
"Akun nya namanya calon suami anin"
Mulut anin semakin menganga lebar, demi apa itu nama pengirim martabak yang masih dipegang kang ojeknya?
"Ini non di terima"
Anin menerima kantong tersebut dengan ragu, "makasih pak"
"Permisi non"
Anin hanya mengangguk, tak ingin lama-lama diam diambang pintu, segera ia masuk dan menutup pintu agak kasar.
"Siapa yang kirim?" Tanya mama anin
"Orang gila baru di sekolah ma" ucap anin tanpa ragu, anin yakin pengirim martabak ini sama dengan orang yang hari ini menambah daftar panjang kekesalan anin.
"Ada-ada aja kamu tuh. Apa isinya?"
"Martabak katanya, mama mau?"
Mama anin menggeleng "enggak, mama baru makan puding. Kamu makan aja"
Anin mengangguk, kembali masuk ke kamar nya, menyimpan kantong martabak di meja belajarnya, tanpa berniat membuka nya.
Anin hendak melanjutkan kembali game nya, namun sayang harus tertunda karena ada panggilan masuk.
"No siapa nih?" Gumam nya
Anin segera menggeser icon hijau di hp nya.
"Haloo"
"Haii"
Ucap seseorang di sebrang telp
"Siapa?"
"Calon suami anin"
"Loe tau no gue dari mana hah?"
"Cuma cari no hp itu gampang, yang susah cari tanggal pernikahan kita nanti"
"Sumpah loe bikin gue mual"
"Kamu hamil? Aku pasti tanggung jawab kok"
"Aargghh,, mau loe apa sih?"
"Mau Cinta kamu"
"Ngimpi Loe. Ngapain sih, so so kirim martabak segala"
"Ya kalo aku kirim seserahan nanti kamu kaget"
"Serah loe"
"Dimakan martabak nya, abisin"
"Loe mau gue gendut?"
"Aku mau calon ibu dari anak ku sehat"
"Serah loe beby, byeee"
Tuuttt
"Arrgghhhhh.. apa sih maunya dia?"
Anin melempar hp nya ke kasur, sudah hilang mood nya untuk bermain game. Kaki nya ia hentakkan ke lantai, sesekali meremas rambutnya frustasi.
Matanya melirik ke arah bungkusan martabak. "Gak dimakan mubazir" gumam nya dengan kesal.
Untung saja anin belum makan, jadi anin masih sanggup jika menghabiskan setengah martabak ini.
Lumayan lah rejeki anak solehah.
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro