27
= Selamat Membaca =
***********************
Harlan munundukkan kepala nya sejenak, sambil sesekali memijat pelan pelipisnya. Tubuh nya kini terasa lelah mencari keberadaan anak sematawayangnya.
Niat Harlan untuk mengajak makan malam sambil menjelaskan tentang anak angkatnya dia urungkan ketika melihat kamar anak nya kosong.
Semua penjaga di rumah nya sudah ia kerahkan untuk mencari keberadaan putri nya itu, bahkan berapa kali ia memutar Cctv di rumah nya untuk mencari jejak langkah kepergian gracia.
Tapi semua usaha nya sia-sia, Harlan tidak bisa lagi meragukan skill melarikan diri yang gracia miliki. Bahkan kini Sudah satu jam berlalu dari awal ia mencari, hingga saat ini belum ada hasilnya. Harlan menghela nafas kasar nya sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menelpon shani.
Sejenak matanya terpejam, ia sedikit menyesali keputusan nya ketika memperkenalkan anak angkat nya saat mood gracia sedang buruk-buruk nya.
Sementara Sandra istrinya, kini sedang menenangkan chika karena anak angkat nya itu menangis saat mendengar kalimat gracia tadi.
20 menit berlalu, Harlan mendapati sosok yang ia tunggu sejak tadi. Sosok itu berdiri di hadapan nya dengan penampilan yang lumayan kusut. Tidak mencerminkan dirinya yang biasanya.
"Malam shan" sapa Harlan
"Papa jelasin aja dia kenapa" ucap shani lalu duduk di sofa yang terhalang sebuah meja kaca, berhadapan dengan Harlan.
Harlan menghela nafas, menatap lurus ke arah shani yang kini terlihat tanpa ekspresi.
"Pulang sekolah dia marah-marah kaya biasa karena kamu gak jemput dia, terus makin ngamuk karena dia gak bisa hubungi kamu"
Kalimat terakhir Harlan membuat shani sedikit terkesiap, shani akui itu memang itu kecerobohan shani.
"Papa yang salah karena mengenalkan chika saat mood nya hancur parah, makanya dia marah sama papa dan mama. Dia langsung lari ke kamar nya dan gak keluar sampai makan malam. Papa berniat mengajak nya makan malam, tapi dia gak ada di kamar. Papa sudah mencari nya tapi belum ketemu. Sekarang Anak buah papa masih mencari keberadaan nya"
"Maaf pah, soal Chika?"
"Kamu tau kan kalo gege anak papa satu-satunya, dan sekarang lebih sering tinggal sama kamu ?"
Shani mengangguk
"Makanya mama sama papa memutuskan untuk mengadopsi chika sebagai anak papa mama sekaligus menjadi adik gracia. Biar rumah gak kosong dan sepi banget shan, biar mama juga ada kesibukan ngurus chika dirumah"
"Papa niatnya mau membahas ini sama kamu dan gracia, tapi ternyata keburu kamu harus menjaga vienny di rumah sakit. Maafin papa"
Shani diam sejenak, otak cerdas nya berfikir kemana gracia akan kabur, karena di apartemen shani dia tidak ada.
Setelah menemukan cara yang mungkin saja memililki peluang berhasil 50%, kini Shani mengeluarkan hp nya, mencari kontak seseorang.
"Hallo nin, gracia sama loe?"
"Hai kak shani, gak ada kak"
Jawab anin disebrang telpon
"Oke thanks"
Shani mematikan sambungan telpon dengan anin, lalu menelpon aya.
"Hallo ay, gracia sama loe?"
"Gak ada kak, aya lagi di luar kota sama
papa mama. Ken-
"Oke thanks"
Shani mematikan sambungan telpon nya, tanpa berniat menunggu kalimat terakhir aya. Shani kembali mencari kontak terakhir yang akan ia hubungi.
"Gracia sama lo Angel?"
"Eh, ka-kak shani. Eng-enggak ada kak"
Jawab angel dengan gugup
"Gue anggap jawaban loe iya, gue minta loe kunci semua pintu dan jendela yang ada dirumah loe sekarang juga. Tutup semua akses keluar dari rumah loe. 15 menit gue sampe sana"
Shani mematikan sambungan telpon lalu berdiri dari duduk nya.
"Satu jam lagi shani bawa gege pulang, minta mama sama chika buat tunggu di ruang keluarga. Shani permisi"
Harlan menghela nafas lega setelah kepergian shani, setidaknya ucapan shani membuat dia sedikit tenang. Harlan tidak menampik jika ia kehilangan putri nya karena memilih tinggal bersama shani, tapi Harlan bersyukur jika shani bisa menjaga anak nya dengan baik, tidak sebaik dirinya.
-
Shani melajukan mobil nya dengan kecepatan diatas rata-rata, beberapa kali terdengar suara klakson dari kendaraan lain tapi tak ia hiraukan.
Shani fokus menginjak pedal gas nya, menuju rumah salah satu teman dari kekasihnya.
15 menit lebih sedikit shani tiba di halaman rumah angel, segera ia mengetuk pintu rumah dan disambut pemilik rumah. Shani menjelaskan pada papa mama angel untuk menjemput gracia dan untungnya langsung di antar ke kamar angel oleh mamanya.
"Ini kamar nya, ketuk aja ya. Tante tinggal dulu"
"Makasih tante, maaf merepotkan"
Shani segera mengetuk pintu kamar angel.
Tok..tok...
Ceklek..
Angel menegang di tempat nya, tubuh nya terasa lemas ketika melihat orang yang beridiri di hadapan nya, menatap nya tanpa ekspresi sama sekali.
"K-kak shani" sapa angel pelan dengan gugup
"Permisi, mau jemput gracia" ucap shani datar
"ANGEL LAMA BANGET INI FILM NYA MAU MULAI!!"
Shani langsung menggeser tubuh nya, tatapan nya sulit diartikan ketika melihat gracia yang sedang duduk memangku satu kantong cemilan sambil menatap ke layar tv.
"ANGEL CHIKI LOE GUE ABISIN!"
Angel menghela nafas berat, sungguh ini kondisi yang sangat tidak baik untuk kesehatan jantung nya. Seketika angel menyesal telah membantu gracia kabur dari rumah nya.
Shani segera melangkah menghampiri gadis yang kini terbahak sambil memegang perutnya. Entah lah apa yang ia tonton shani tak peduli.
"Kamu mau jalan sendiri, apa aku seret?"
Ucap shani datar.
Gracia menegang di tempat nya, ketika sebuah suara yang ia kenali masuk ke indra pendengaran nya. "Shani" batinnya.
Gracia merasa tenggorokan nya tercekat, terhalang oleh chiki yang bahkan belum ia telan sama sekali. Bahkan tayangan di tv yang ia tonton tak lagi selucu tadi.
Gracia berbalik, menatap horor pada shani yang kini menatap nya penuh arti.
"Sayang" ucap gracia dengan waswas.
Gracia segera bangkit dari duduk nya, sedikit berlari untuk memeluk shani. Namun langkah nya terhenti saat shani langsung berbalik meninggalkan nya, dan hanya mengucapkan terimakasih pada angel, hingga mengundang tatapan tanya dari angel juga gracia.
Gracia segera pamit pada angel, mengejar shani yang kini sudah duduk di kursi kemudi setelah pamit pada orang tua angel.
Hening..
Hanya suara mesin mobil yang mendominasi mobil mewah milik shani. Gracia tak berani menatap shani yang kini menatap lurus jalan raya. Jangan kan menatap, mengangkat kepala saja gracia tidak sanggup. Gracia hanya diam menikmati kesunyian yang shani ciptakan sejak tadi.
Mobil mewah shani berhenti di pekarangan rumah keluarga Harlan. Shani mematikan mesin mobil lalu keluar tanpa berniat menunggu gracia turun.
Dengan langkah gontai, gracia turun mengekor shani dari belakang. Terus mengikuti langkah nya hingga sampai di kamar milik gracia.
Shani berdiri menatap keluar lewat jendela kaca yang sengaja ia buka tirai nya. Melipat tangan nya di dada menunggu gadis nya berjalan menghampirinya.
Shani merasakan kehadiran gracia di samping nya, sedang menundukkan kepala menatap lantai keramik kamarnya.
"Aku tidak pernah mengajari kamu pergi meninggalkan masalah" Ucap shani sebagai pembuka, sukses membuat gracia kembali menegang di tempatnya.
Shani berbalik, menatap gracia yang masih menunduk dengan jarak 3 langkah di hadapan nya "Tatap lawan bicara kamu gracia" ucap shani masih dengan datar.
Gracia mendongak, ekspresi nya menyiratkan ketakutan yang sangat ketara.
"Aku tidak pernah mengajari kamu untuk egois dan tidak mendengarkan penjelasan orang lain dulu. Apalagi papa dan mama"
Tubuh gracia bergetar hebat, ini diluar perkiraan nya. Tadinya ia fikir jika ia kabur maka shani akan langsung mencarinya, memeluk nya erat sambil terharu saat menemukan nya. Bukan seperti ini, bukan bertanya tanpa ekspresi.
"Kalo kamu tidak mau ada anggota baru di rumah ini, silahkan kembali kesini dan menetap. Agar mama papa tidak merasa kesepian dan kehilangan"
Gracia menggeleng, sekuat tenaga ia menahan air matanya sambil menggigit bibirnya yang bergetar.
"Gak mau" ucap nya lirih.
"Bilang sama aku mau kamu apa?" Ucap shani masih memperhatikan ekspresi gracia.
Gracia menutup matanya, air mata nya ikut jatuh saat matanya kembali terbuka. Mengalir dengan deras di pipi nya. Membuat shani ikut menutup mata. Mengucapkan mantra yang selalu ia rapalkan ketika hati nya sedang tidak baik-baik saja.
Shani membuka matanya, melangkah dengan perlahan lalu menarik tubuh gracia dalam pelukan nya.
"Hikssss maaf"
Tangis gracia pecah membuat shani mengeratkan pelukan nya. Mengusap lembut punggung gracia yang bergetar sambil menjatuhkan beberapa ciuman di puncak kepala gadisnya.
10 menit berlalu tangis gracia mulai tak terdengar, gadis itu kembali tenang di pelukan shani. Membuat shani melonggarkan pelukannya, menghapus jejak airmata di pipi gracia.
Shani mengecup kedua mata gracia, lalu beralih mencium kening gracia cukup lama.
"Kita dengerin penjelasan papa sama mama, setelah itu silahkan kamu ambil sikap"
Gracia mengangguk lemah, lalu mendongak menatap shani. "Mau peluk" rengeknya seperti anak kecil.
Shani kembali menarik nya dalam pelukan.
"Keburu malem banget ayo" ajak shani setelah melepas pelukan nya. Menggenggam tangan gracia untuk berjalan beriringan dengan nya menuju ruang keluarga.
Ruang keluarga Harlan kini di isi oleh 5 umat manusia beda usia.
Di satu sofa diisi oleh Harlan, Chika dan juga Sandra. Sementara di sebrang nya ada shani dan gracia yang sejak tadi tidak melepas pelukan nya pada shani.
"Silahkan papa jelaskan" ucap shani membuka obrolan.
Harlan menatap penuh sesal pada gracia, sedikit was-was dengan apa yang akan ia ucap kan pada anak nya itu.
"Sayang liat papa" ucap harlan pada gracia yang masih menenggelamkan wajahnya dileher shani. Namun gadis itu hanya menggeleng.
"Tegakkin badan kamu, tatap lawan bicara kamu" tita shani yang langsung membuat gracia duduk dengan tegak. Pandangan nya jatuh pada Harlan, Chika, sandra lalu kembali ke Harlan.
"Papa mau minta maaf sebelumnya, mungkin harus nya papa langsung kasih tau kamu dan shani juga atas keputusan papa dan mama. Sedikit pun papa mama gak pernah mengurangi rasa sayang papa mama buat kamu. Papa mama tidak bermaksud membuat kamu merasa tidak dianggap, papa salah karena tidak menanyakan pendapat kamu dulu sebelum nya"
Harlan menarik nafas sejenak "dengan tidak mengurangi rasa sayang papa mama sama kamu, papa mama memutuskan untuk mengangkat chika menjadi adik kamu. Jadi bagian dari keluarga kita, karena jujur semenjak kamu tinggal sama shani, papa sama mama merasa kesepian di rumah. Papa harap kamu mengerti dengan keputusan kami ini"
Gracia hanya diam tanpa niat berkata apapun, gracia beranjak dari duduk nya menatap datar pada harlan. Membuat semua orang yang ada disana bingung dengan apa yang akan di lakukan nya.
Gracia terus melangkah hingga kini berada tepat di depan chika. Harlan, chika dan sandra tetap memperhatikan gerak gerik gracia. Sementara shani terlihat santai saja.
Gracia tiba-tiba tersenyum menampilkan deretan gigi putih nya, merentangkan kedua tangan nya lalu berkata
"Welcome sista"
Chika langsung berdiri dan menghambur kepelukan gracia, membuat harlan dan sandra tersenyum lega. Mereka tidak tau apa yang shani lakukan sehingga gracia bisa dengan mudah menerima chika. Yang jelas mereka harus berterimakasih pada shani.
Gracia melepaskan pelukan nya lalu menatap chika dengan penuh percaya diri.
"Aku Shania Gracia, panggil aja kak gre biar gampang. Aku ini termasuk calon kakak, istri dan wanita idaman pokonya. Jadi kamu harus banyak belajar dari aku" ucap nya dengan santai membuat harlan dan sandra meneguk ludah nya kasar, sementara chika malah antusias mendengar kan kalimat gracia.
"Nanti kita ngobrol-ngobrol cantik, aku bakal ajarin gimana caranya supaya bisa jadi kaya aku gini. Aku juga bakal kasih tau Visi Misi hidup aku sehingga bisa sekeren ini. Pokonya kalo kamu tau semua kelebihan aku, kamu pasti kagum deh"
"Mau kak mau, chika mau kaya kaka. Mau contoh kakak biar jadi wanita idaman"
"Anak pinter, sini peluk"
Gracia dan chika kembali saling memeluk, sementara harlan dan sandra hanya saling pandang dengan tatapan sulit diartikan.
"Pah mah, shani pamit dulu ya" ucap shani lalu berdiri dari duduknya, membuat gracia melepas pelukan nya pada chika dan menatap tajam shani.
"Kamu mau kemana?"
"Balik ke rumah sakit"
"Aku gak izinin ya, kamu disini pokonya"
"Gee... Ngerti ya. Aku balik ke Rumah sakit dulu, besok aku yang anter sekolah" bujuk shani membuat gracia mendengus sambil menghentakkan kakinya ke lantai.
"Apa jaminan nya hah? Tadi aja gak ngabarin kalo gak jemput"
"Kamu tau alasanya sayang"
"Ck! Serah loe lah"
Gracia pergi munuju kamar nya dengan perasaan kesal. Kaki nya terus melangkah cepat, ia tidak mau lari seperti tadi siang. Cape banget rasanya.
"Shan.." ucap Harlan
"Biar Shani urus pah"
Shani berjalan mengikuti gracia yang sudah berada di kamarnya, di buka nya perlahan pintu kamar lalu kembali ia tutup.
Shani menghela nafas ketika melihat gadis nya sedang dalam mode ngambek, kini ia membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
Shani mendekat, menghampiri gracia lalu duduk disamping nya.
"Sayang, dengerin aku dulu. Kondisi vienny lagi gak stabil. Aku takut dia malah menyakiti diri nya sendiri kaya tadi. Aku janji besok sekolah aku yang anter"
Shani mencoba menarik selimut gracia, namun gadis itu mencengkram nya kuat.
Shani menghela nafas lelah, sungguh jika boleh jujur fisik nya sangat lelah hari ini. Dia juga butuh tidur, dan ingin tidur memeluk kekasihnya ini, tapi apa boleh buat. Masih ada tanggung jawab yang harus ia selesaikan.
"Sayang liat aku" ucap shani namun gracia tidak bergeming membuat shani harus bersikap egois untuk kali ini.
"Yaudah Kamu tidur ya, aku pergi sekarang. Aku sayang kamu" ucap shani lalu berdiri dan beranjak keluar meninggalkan gracia yang kini mencak-mencak dalam selimutnya.
Seperginya shani, gracia masih diam dalam bungkusan selimutnya, mulutnya sejak tadi menggeram kesal. Hati nya sudah mengumpat banyak hal, jika dikumpulkan mungkin bisa jadi Cerita FF 40 part.
Satu jam sudah gracia berdiam diri, kini dia menyibak selimutnya lalu duduk sambil merapikan rambut nya. Menatap ke arah jam dinding, sudah jam 11 malam.
Gracia masih ingin mengucapkan sumpah serapah nya, ia masih ingin mengungkapkan seluruh isi hati dan unek-unek nya, akhirnya Gracia turun dari ranjang nya, berjalan gontai keluar dari kamar nya. Perlahan tapi pasti dia berjalan menuju keluar rumah. Membuka kunci pintu lalu keluar menuju teras depan.
"HEI KALIAN!!" Teriak nya pada para bodyguard yang bertugas menjaga rumah gracia "SINI KALIAN!!" Titah nya membuat 7 laki-laki berbadan tegap itu langsung mendekat.
"Ada apa nona?" Tanya salah satu dari mereka
"BERJEJER YANG RAPI" teriak nya "YANG RAPI, KEK GAK PERNAH BARIS AJA PAS ESDE" teriak nya lagi.
7 laki-laki berbadan tegap itu kini berjejer dengan rapi, sementara gracia berdiri di depan mereka, menyembunyikan kedua tangan nya di belakang punggung, lalu mondar-mandir seperti komandan yang sedang membreefing prajuritnya.
"Kalian semua diem baek-baek disitu ya, gue mau curhat" ucap nya lalu menarik kursi yang tersedia disana. Memposisikan nya di tengah-tengah, lalu dia duduk dengan manis "gue duduk ya pegel" ucap nya membuat mereka mengangguk.
"Kalian dengerin gue, gak boleh ada yang ngomong ya. KALIAN SIAP??"
"SIAP NONA!!"
"Bagus!!" Ucap gracia
Gracia kini menghela nafas nya, menyimpan sebelah tangan nya di dada. Merubah mimik wajahnya menjadi sedih, seolah dia adalah mahluk paling tersakiti di muka bumi. "Aku gak tau salah aku itu apa?" Shania Gracia Drama mode on
"Sampai-sampai bidadari triplek itu bikin aku kaya gini. Aku gak tau dosa aku apa Tuhan, sampai engaku memberi cobaan seberat ini " ucap nya lalu kembali menghela nafas, menatap sebentar pada ke 7 lelaki dihadapan nya.
"Tadi malem aku di oper dari rumah sakit ke rumah papa, terus berangkat sekolah gak di anter, pulang sekolah gak di jemput, dan kalian tau apa yang paling sakit?"
Tanya gracia membuat ke 7 lelaki itu kompak menggeleng.
"Dia gak kabarin aku selama 6jam, 6jam gaess. Kalian bayangin aja gimana rasanya" ucap gracia di akhiri dengan mengusap bawah mata nya, seolah dia sedang menghapus air mata.
"salah aku apa coba? Dia ngerti gak sih kalo aku itu kangen dia. Kalian juga pasti gak ngerti kan?" Tanya gracia lagi, membuat mereka menggeleng lagi.
"CK! jomblo mana paham sih" cibirnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Punya pacar makanya, ngerecokin hidup gue mulu sih" gumam nya pelan sebelum kembali mengucapkan kalimat nya.
"Kalian bayangin nih ya, Aku tuh udah susah payah kabur dari rumah, mendaki gunung lewati lembah. Biar dicariin gitu sama dia. Terus pas aku udah ketemu dia harusnya terharu terus meluk aku sambil kawatir. Sambil bilang sayang kamu baik-baik aja kan?, aku hampir aja mati kalo gak bisa nemuin kamu. Jantung aku hampir aja berhenti pas denger kamu kabur dari rumah harus nya gitu kan ??" Tanya gracia dan tentunya hanya di balas anggukan oleh ke 7 nya
"Eh ini mah dia malah marah-marah, kalian tau kan marah nya shani itu serem? Terus Aku gak tau dosa aku sebanyak apa sampe aku dapet tekanan batin kaya gini" gracia kembali mengusap matanya dengan tangan kirinya, padahal gak ada air mata sama sekali. sementara tangan kanan nya di simpan di dada nya, meremas kaos nya pelan seolah merasa hatinya remuk saat ini.
"Tadi abis marah dia malah pergi lagi, lebih milih jaga sepupunya dibanding bobo peluk-peluk aku. Apa tidak kasian sama mahluk cantik ini? Apa dia tidak memikirkan bagaimana kesepian nya aku ini?"
Lama gracia diam dengan posisinya, kembali ia menatap datar ke 7 lelaki di hadapan nya. Gracia kini mengubah posisinya menjadi berdiri.
"Kalian pasti gak ngerti apa yang gue omongin dari tadi kan?" Selidik gracia dengan mata memicing menatap satu-satu lelaki di hadapannya, dari ujung kiri berakhir di ujung kanan.
Mereka kompak mengangguk, mengundang amarah dari gracia.
"JADI GUE DARI TADI NGOMONG PANJANG LEBAR KALIAN GAK NGERTI??"
Ke 7 lelaki itu kompak mengangguk lagi dengan sedikit ragu, tidak sadar bahwa mereka sedang menyiram bensin ke atas api.
"Kalian ini keterlaluan, gue ngomong panjang lebar, kagak ada yang paham. kagak ada yang nyaut. Percuma gue curhat dari tadi sama kalian. Gak guna banget sih. Nyesel gue manggil kalian. Dah ah kalian pergi sana, ganggu waktu gue aja. Baayyy"
ucap gracia panjang lebar lalu dengan santai nya masuk ke dalam rumah meninggalkan ke 7 orang laki-laki berbadan tegap yang kini mengusap dada.
"Lah tadi dia yang nyuruh diem"
"Kalo bukan anak majikan, udah gue cincang"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro