Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24




= Selamat Membaca =

*************************



Shani bangkit dari tempat tidur nya, segera ia mengambil jaket untuk dirinya dan juga gracia. Feeling nya ternyata benar, ada hal buruk yang terjadi, dan tidak mungkin gracia akan ia tinggalkan sendirian.

Setelah berhasil mengambil dan memakai jaket nya shani segera membangunkan gracia.

"Geee sayang" panggil shani yang sebenarnya tidak tega membangun kan gracia.

"Sayang hey"

"Nghhhh.. ngantuk shanii, bolos aja sekolah nya. Udah pinter akutuh" ucap nya sambil menaikkan selimutnya.

Shani masih berusaha bersikap tenang. bagaimanapun jika shani panik. Maka tidak akan berakhir baik.

"Bangun dulu yuk, belum pagi ini"

"Kemana sih?" Kesal nya

"Rumah sakit, nanti aku jelasin"

Mata gracia langsung terbuka mendengar ucapan shani "siapa sakit?"

"Pake jaket nya, aku jelasin nanti"
Gracia menurut, mulai memakai jaket yang shani berikan.

Shani menuntun gracia keluar dari apartemen nya, berjalan ke arah parkiran lalu mengemudikan mobil nya ke rumah sakit.

--


Jalanan cukup kondusif, mengingat hari memang sudah tengah malam. Tidak ada kata macet jam segini, sehingga shani bisa tiba lebih cepat.

Shani mematikan mesin mobil nya setelah tiba di parkiran rumah sakit. Dengan langkah tergesa ia segera keluar dari mobil diikuti gracia.

Shani menggenggam erat tangan gracia selama berjalan di koridor rumah sakit, shani sesekali melirik ke arah gadis nya yang kini berjalan sambil ngantuk. Jika tidak di genggam takutnya malah nyasar ke kamar yang tidak di inginkan.

Setelah berjalan cukup lama, shani dan gracia akhirnya sampai di depan pintu sebuah kamar inap, yang sebelumnya sudah diberi tahu kan padanya. Dengan perlahan shani mengetuk pintu, lalu membuka pintu kamar tersebut. Shani masuk diikuti gracia, yang langsung disambut oleh seorang Lelaki paruh baya.

"Maaf shan, ganggu malam-malam gini"

"Gapapa om, ini gimana Vienny bisa kaya gini?" Tanya shani pada lelaki tadi yang ternyata papa Vienny.

Seolah mengerti diam nya Papa vienny, shani segera menyuruh gracia untuk duduk disofa.
"Kamu tunggu di sofa ya, bobo lagi, pasti kamu ngantuk. Aku ngobrol di depan biar gak berisik" ucap shani memberi gracia pengertian, sambil mengelus kepala nya.

Untung saja gadis itu langsung mengangguk dan menuruti apa kata shani.

Seperginya shani dan papa Vienny, gracia duduk di sofa. Matanya Menatap lurus pada Gadis yang dulu hampir tiap hari bertemu dengan nya. Pergelangan tangan kiri vienny terlihat di balut dengan perban, sementara di tangan kanan nya tertancap jarum infus.

Gracia beranjak dari duduk nya, menghampiri sosok yang kini terlihat lemah tak berdaya. Jika saja gracia ingin balas dendam, sudah pasti saat ini waktu yang tepat. Setidak nya gracia bisa menarik jarum infus vienny, atau mendekap wajahnya nya dengan bantal hingga kehabisan nafas lalu mati. Seperti di film yang pernah ia tonton. Tapi untunglah gracia tidak berminat sedikit pun untuk melakukan hal bodoh itu.

Gracia duduk di kursi samping vienny. Gracia sedikit meringis ketika melihat banyak nya luka bekas sayatan di tangan kanan vienny, luka yang mirip garis-garis dengan silet.

Pandangan gracia beralih pada wajah vienny yang pucat, pipi nya semakin tirus, kantung mata nya terlihat jelas. Bahkan gracia bisa melihat tubuh vienny yang lebih kurus, entah berapa kg berat badan nya turun. Saking kurusnya, Kalo saja gracia mau, dia bisa saja menggendong vienny lalu membuang nya ke tong sampah depan, tapi untung gracia tidak sejahat itu.

Sementara itu diluar, shani dan papa vienny sedang berbincang di kursi tunggu depan kamar inap.

"Vienny kenapa om?" Tanya shani membuka obrolan.

Papa Vienny menghela nafas kasar nya
"Semenjak kamu terakhir kerumah itu, dia makin mengurung diri nya, bahkan seharian gak mau makan. Sering juga dia tiba-tiba histeris, lalu tiba-tiba menangis kencang. Om juga kaget saat melihat tangan nya penuh luka sayatan, mama nya bahkan tidak tau sejak kapan dia mulai menyakiti dirinya sendiri. Tadi saat mama nya hendak mengecek keadaan nya, vienny sudah tergeletak di lantai dengan berlumuran darah, dia mencoba memotong urat nadi nya. Om bersyukur kami belum terlambat, karena sedikit saja kami terlambat, kami akan kehilangan vienny"

Shani menutup matanya, mengeratkan cengkraman tangan nya pada kursi yang dia duduki. Dia tidak pernah menyangka jika vienny akan senekat ini.

"Maafin shani om"
Ucap shani yang kini menunduk dengan rasa bersalah.

"Bukan salah kamu shan, semua sudah takdirnya. Om minta maaf karena harus merepotkan mu. Om takut vienny akan ngamuk besok pagi, makanya om hubungi kamu"

"Gapapa om, shani ngerti. Shani mau telpon papa sebentar, suruh jemput gracia, besok dia harus sekolah"

Papa vienny mengangguk sebagai jawaban.

Shani merogoh hp nya disaku, mencari kontak papa Gracia yaitu Harlan lalu menelponnya.

"Hallo pa, maaf shani ganggu"

"....."

"Tolong jemput gege di Rumah sakit Jkt"

"......"

"Vienny pah, shani mau nginep soalnya. Shani gak mau gre nginep juga. Besok sekolah

" ......"

"Makasih"

Setelah selesai menelpon orang tua gracia, shani kembali masuk ke ruang inap.
Shani terlihat sedikit kaget ketika melihat gracia tidur dengan posisi duduk, kepalanya dia rebahkan di tempat tidur samping vienny.

Shani menghampiri gracia, tak tega rasanya ketika harus membangun kan kembali gadis nya ini. Akhirnya shani membiarkan gadis nya seperti itu dulu.

20 menit akhirnya papa Gracia sampai di rumah sakit bersama beberapa bodyguardnya. Setelah menerima kabar dari papa gracia, Shani segera menghampiri papa gracia yang kini berdiri di depan kamar inap.

"Papa mau tawuran?" Sarkas shani ketika melihat papa gracia di kawal lebih dari 5 orang. "Papa sehat kan? " lanjutnya lalu memeluk harlan sebentar.

"Kamu tau kan, 5 bodyguard gak cukup buat jaga gracia" ucap Harlan sambil terkekeh "papa sehat sayang, kamu gimana?"

Shani mengangguk  "seperti yang papa lihat. ayo masuk, anak kecil papa udah tidur"

Papa gracia mengangguk "papa yang angkat aja"

"Yakin kuat?"

"Sembarangan, kuat lah"

"Dia makin berat pah"

"Kedengeran dia, dipenggal kamu"

Shani terkekeh pelan, akhirnya membiarkan papa nya menggendong gracia ke mobil, tentunya setelah berpamitan pada papa vienny. Setidak nya shani bisa sedikit lega karena kini gracia aman bersama papa nya.

Harlan dan rombongan pulang membawa gracia, meninggalkan shani yang kini termenung di kursi tunggu sambil melipat tangan di dada,  tanpa berniat masuk ke dalam kamar inap.

Setelah setengah jam merenungi apa yang terjadi, shani masuk ke kamar inap vienny. Shani sengaja menyuruh papa vienny untuk pulang saja, biar vienny shani yang jaga.

Shani duduk di kursi samping vienny, mengambil dengan perlahan sebelah tangan vienny yang kini dibalut perban.

"Gue lebih suka loe bikin ulah vin" ucap shani yang hampir menyerupai gumaman

"Loe inget kan gue dulu berusaha buat jagain loe, biar gak ada yang nyakitin loe? Gue gagal ternyata vin. Malah gue sendiri yang nyakitin loe"

Shani mengusap pipi tirus vienny "gue mesti jelasin gimana lagi biar loe ngerti"

Shani menunduk, menahan sesak yang kini membuat nya sulit untuk bernafas. Kepala shani mulai pusing memikirkan hal ini.

Shani kembali menatap vienny sebelum ia melepas genggaman nya dan berdiri. Shani berjalan ke sofa untuk sekedar merebahkan tubuhnya, energi nya hampir habis, matanya sudah sangat berat. Shani harus tidur.

Tak berselang lama, vienny terlihat gelisah dalam tidurnya, bahkan keringat dingin sudah terlihat menetes di kening nya.

"Shaniii.. jangan tinggalin gue shan"

"Shaniii"

"Jangan tinggalin gue hikss"

"Shanii!"

Mata shani sontak terbuka ketika mendengar sebuah teriakan memanggil namanya, shani langsung duduk dan itu membuat kepalanya berdenyut.

Shani segera menghampiri vienny, setelah menguasai diri.

"Vin, gue disini vin"

Shani mencoba mengguncang bahu vienny.

"Shani hiksss shani'

"Vien, gue shani vin"

Vienny membuka matanya, airmata nya langsung jatuh di sudut matanya.
"Hikssss shani"  vienny langsung bangun dengan posisi duduk dan menghambur ke pelukan shani.

Shani membalas pelukan vienny, mengusap pelan punggung vienny agar gadis itu tenang.

"Hiksss shani, jangan tinggalin gue"

Shani masih mengusap punggung vienny, sesekali mengusap puncak kepala nya "gue disini, tenang dulu ya"

Vienny diam di pelukan shani, menangis sesenggukan membuat shani semakin mengeratkan pelukan nya.

"Minum dulu ya"

Vienny menggeleng di pelukan shani
"Takut loe pergi"

"Gue gak kemana-mana, jagain loe disini. Ga usah takut"

"Janji"

Shani melepas pelukan nya, mengusap air mata di pipi vienny, shani tersenyum meyakinkan
"Gue jagain loe disini, oke" ucapnya tanpa berniat untuk berjanji, karena ia takut tak bisa menepati.

Shani meraih segelas air putih, lalu memberikan nya pada vienny "minum dulu biar tenang" titah shani, vienny hanya menurut.

"Tidur lagi ya"

"Jangan tinggalin gue"

"Gue disini gak kemana mana, sekarang loe tidur ya" ucap shani lembut, membuat vienny menuruti perkataan nya.

Shani membantu vienny tidur kembali, kemudian membenarkan letak selimut vienny. "Tidur yaa"

Vienny tersenyum ketika mendengar nada lembut dari shani "iyaa"

Vienny menutup matanya, sementara shani duduk di kursi samping vienny. Menajaga vienny hingga tak sadar ia terlelap.

---

Gracia terbangun dari tidur nya, kedua tangan nya di rentangkan guna merenggangkan otot-otot nya. Mata nya perlahan terbuka, kedua alisnya bertautan kala pandangan nya mengedar ke sekitar.

Pupil matanya melebar kala kesadaran nya sudah terkumpul semua, gracia menyadari satu hal, dia tidak di apartemen atau pun Rumah sakit.

"SHANIIII!!!!!!"

teriak nya menggema membuat beberapa orang yang berjaga di luar panik dan langsung mendobrak pintu kamar.

"Ada apa Nona, ada masalah" ? Tanya seorang bodyguard yang kini menatap penuh tanya sementara yang 3 hanya bengong menatap gracia yang kini berkacak pinggang di atas kasur.

"Ada apa sayang" Harlan tiba-tiba datang dengan raut panik nya "kenapa teriak?"

"Kenapa aku disini?" Tanya gracia dengan cemberut "mama mana?"

"Malam shani telpon papa, kasian katanya kalo kamu tidur di rumah sakit, mama nyiapin sarapan"

Gracia mendengus mendengar penuturan papa nya. "HEH, KALIAN KELUAR!" teriak gracia membuat 4 bodyguard nya terlonjak kaget termasuk Harlan. "MAU GUE CINCANG HAH?!!"  Lanjutnya.

"Kalian keluar sana" usir harlan yang langsung di jawab anggukan.

"Kamu kenapa pagi-pagi marah-marah sih?" Ucap harlan sambil mengusap kepala gracia yang masih mode ngambek.

"Mana Hp papa ?" ucap nya yang membuat Harlan reflek merogoh saku kemeja nya lalu menyodorkan nya pada gracia.

Gracia meraih hp papa nya, lalu menyandarkan tubuh nya pada tubuh harlan, membuat harlan harus menahan berat badan anak nya itu. Sekaligus memeluk nya agar tidak jatuh.
"Shani bener makin berat ni anak" batin nya.

Gracia hendak mencari kontak shani, tapi belum sempat ia menekan panggilan, mata gracia membelalak ketika ada panggilan masuk yang berasal dari shani.
"Panjang umur" batin nya.

"Sayaannng" rengeknya membuat harlan mengerutkan kening nya.

"Kamu baru bangun ya? Ngamuk gak?"
Ucap shani di sebrang telpon

Gracia terkesiap "Eng-nggak lah enak aja, mana ada aku ngamuk. Aku bangun tidur anggun gini, cantik"
Ucapnya sambil menunjukan kepalan tangan ke pada Harlan, mengancam papanya harus sekongkol dengan gracia. Membuat Harlan mengagguk patuh.

"Percaya banget akutuh" ledek shani "kamu sekolah dianter supir ya"

Gracia menggeleng padahal shani gak bisa lihat gelengan nya "Gak mauuu, mau nyusul kesitu" ucap nya "mau sama kamu"

"Sekolah dulu, pulang sekolah aku jemput ya" bujuk shani dengan tenang.

"Tapi gak mau di ikutin" rengek nya membuat sang papa mengusap kepala anak nya itu.

Harlan sangat faham jika anak nya ini tidak mau diikuti oleh orang suruhan nya, bahkan harlan harus memberi perintah para bodyguard nya untuk menjaga gracia dan shani dari jarak jauh. Itupun sudah kesepakatan dengan shani, karena gracia tidak tau jika sampai detik ini ia masih di awasi.

"Sekali ini aja nurut sama papa, aku gak bisa jagain soalnya"

"Yaahhh. Shaniii"

"Kamu mandi, abis itu ke apartemen ganti seragam ya. Jangan bandel. I love you"

"Lov-

Tuutt...

"Argghhhh triplek... belom juga di jawab, gak romantis banget sih" teriak nya membuat harlan reflek memundurkan kepalanya.

Gracia menatap tajam sang papa, menumpahkan semua amarah nya pada papa yang tak berdosa "Apa? Papa mau protess?" Tanya nya dengan kesal "awas ah jangan peluk-peluk, mau mandi"

Harlan hanya bisa menggeleng kan kepala sambil mengelus dadanya.

Satu pertanyaan yang muncul di benak Harlan shani kok betah sama anaknya??.

--

Sementara itu di rumah sakit, shani baru saja menyimpan hp nya di saku celana. Dirinya sudah faham bagaimana tingkah gadis nya jika berada di rumah, karena dulu saat shani terpaksa mengantar gracia pulang karena suatu hal, gadis nya itu ngamuk-ngamuk gak jelas. Jadi shani harus antisipasi agar hal itu tak lagi terjadi.

Shani duduk di kursi tunggu, sesekali memijat pelan keningnya. Kepala nya terasa sakit, karena efek tidur yang kurang maksimal. Sementara vienny masih terlelap.

Sejenak shani menatap ke arah langit, sepertinya akan turun hujan lagi pagi ini. Dan sudah pasti gadis nya tidak akan mau pergi ke kantin. Shani harus menugaskan salah satu suruhan papa gracia untuk mengantar makanan ke kelas.

Shani menghela nafas berat, kini kepala nya berdenyut hebat karena memikirkan sepupu nya yaitu Vienny. Entah sikap seperti apa yang akan shani ambil nantinya, di satu sisi shani tak mau memberikan harapan untuk vienny, tapi disisi lain kondisi vienny cukup menghawatirkan, sehingga shani tak boleh gegabah.

Shani kembali beranjak masuk ke kamar inap, menatap vienny yang sepertinya mulai terusik.

"Shanii" panggil vienny saat matanya terbuka

Shani melangkah mendekat "Gue disini vin" jawabnya. 

"Boleh peluk?" Ucap vienny penuh harap, membuat shani tak tega untuk menolak.

Shani mendekat kearah vienny lalu menarik nya dalam pelukan shani. Mengusap lembut kepala vienny, membuat vienny memejam kan matanya menikmati usapan shani.

"Jangan tinggalin gue" lirihnya

"Gue gak tinggalin loe vin"

"Gue sayang sama loe shani"

"Gue juga vin"

"Kenapa loe gak cinta sama gue? Kenapa shan hiksss"

"Ssstttt.. udah ya, kita bahas nanti. Sekarang fokus sama kesehatan loe dulu"

"Tapi hiksss...

"Jangan nyakitin diri loe kaya gini vin, jangan buat gue makin ngerasa bersalah"

"Gue mesti apa lagi buat narik perhatian loe?

"Loe gak harus lakuin itu semua vin, kita masih bisa kaya dulu. Tanpa harus melibatkan perasaan, tanpa ada embel-embel apapun. Karena jelas gue punya gracia vin"

Tangisan vienny semakin keras, membuat shani dilema. Yang bisa ia lakukan hanya memeluk dan menenangkan sepupunya ini.  Shani belum menemukan cara bagaimana menghadapi vienny.

Shani tak boleh gegabah kali ini.

--

Gracia menghentakkan kaki nya ke lantai, kekesalan nya meningkat tiga kali lipat ketika melihat deretan mobil yang terparkir di belakang mobil papanya.

"Papaa... ish! Gege mau sekolah bukan pawai agustusan, satu aja mobil nya" omel gracia yang tak di hiraukan oleh Harlan.

"Sayang, nurut sama papa ya. Sekali ini aja kok" ucap sang mama sambil menarik gadis kecilnya itu dalam pelukannya.

"Tapi maaaa... "

"Gih berangkat, nanti telat. Kamu gak mau dihukum di lapangan terus kulit mu item kan?"

"Gak! Gamau"

Sang mama terkekeh "yaudah gih, papa udah duluan tuh"

"Love you mama" ucap gracia lalu mencium pipi sang mama.

"Love you more sayang"

Mama gracia menampilkan senyum lebar, menatap kepergian anaknya dengan penuh haru. Sungguh mama nya sangat beruntung karena anaknya bisa mengenal shani, shani bisa merubah sikap nya menjadi lebih baik, bahkan mama nya sempat kaget saat gracia mengucapkan kata love you barusan.

-

"Selamat pagi!!"
Ucap seorang gadis ketika melewati bangku anin, membuat anin mendengus.

"Pagi" jawab anin ketus.
Sepertinya anin masih menyimpan kekesalan pada anak baru ini.

"Kamu tau gak, kenapa diluar mendung??" ucap nya dengan senyum yang sempat membuat anin terlena.

anin menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa?"

Gadis itu tersenyum tenang.

"Ya Karena emang musim hujan"
Jawabnya santai lalu pergi ke bangkunya membuat anin menggumamkan sumpah serapah di hati nya.

"Kirain mau gombal ish"

= Tbc =



-Semanis Gracia, Selembut Shani-










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro