23
= Selamat Membaca =
***************************
Hujan deras mengguyur bumi sejak sore tadi, membuat seorang gadis betah membungkus tubuh nya dengan selimut ungu kesayangan nya.
Mata gadis itu tidak terpejam, hanya fokus memperhatikan sang kekasih yang sedang membolak balik kertas di meja kerja di kamarnya. Dari pulang sekolah hingga saat ini masih belum selesai.
Sesekali gracia mendengus kesal, harapan gracia untuk bermanja-manja pada shani pupus sudah. Dia malah sibuk sendiri dengan dunia nya. Padahal gracia ingin sekali membuat adegan seperti di film korea yang sering di tonton nya.
Gracia ingin saat Hujan deras begini bisa satu selimut bersama shani, memeluk erat tubuh kurusnya. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher shani, lalu mendusel-dusel padanya. Padahal setiap hari juga gracia bisa memeluk shani. Tapi kalo hujan-hujan begini, feel nya beda. Romantis banget katanya.
Atau jika tidak, gracia ingin sekali shani memutar lagu-lagu romantis, berjalan kearah nya lalu mengulurkan tangan dan mengajak nya berdansa sambil menikmati suasana romantis ditemani hujan deras yang langka.
Tapi bidadari triplek itu malah anteng dengan kertas dan laptopnya, membuat gracia ingin melempar atau mematahkan laptopnya itu. Gracia bahkan ingin sekali membawa shani ke Lab rumah sakit untuk meneliti isi otak shani. Apa sebenarnya isinya selain sekolah dan kerja? Karena kalo isi hati sudah pasti semua nya Gracia. Tak usah di ragukan lagi.
Gracia ingin sekali menarik tubuh shani untuk gogoleran bersamamya sekarang juga, bercerita banyak hal. Tertawa bersama. Minimal gibah gitu. Sekalipun shani hanya akan jadi pendengar setia tanpa mau ikut menimpali gibahan nya.
"CK!"
Decak nya cukup keras, sebagai tanda ia kesal.
"Haisss!!!!"
"Nanananannaaa"
"Lalalalaala"
"Kacang kacang, akua akua, mijon"
"Haisssshh"
"Ya Tuhan, berilah hamba kesabaran dalam menghadapi pacar hamba yang kerajinan itu, amin" ucapnya diakhiri dengan menutup wajah dengan kedua tangan nya.
Ekor mata gracia melirik ke arah shani, gracia semakin kesal karena kekasihnya itu tak bergeming sedikit pun. Bahkan menoleh saja tidak. Untung masih nafas.
Sungguh gracia ingin sekali memberikan gelar pacar Durhaka pada shani saat ini.
"Ck!" Decak nya lagi.
"Ya Tuhan, semoga hamba tidak mati karena kesal"
Gracia menggigit ujung selimut nya, sungguh ia ingin menarik kerah baju shani, menyeretnya di lantai dan melempar nya keluar balkon.
"Setau gue, Bidadari juga bisa cape. Sesekali rebahan aja gitu gak usah nyari duit terus" gumamnya lagi dengan keras.
"Setau gue, bidadari itu PEKA. Kagak diem bae kek triplek lapuk"
Shani mengulum senyum nya dalam hati, sebenarnya dia sudah tau bahwa gadis nya itu bosan, dan minta perhatian nya sejak tadi. Tapi ada yang harus shani bereskan dulu sebelum gadis itu memonopoli diri shani nantinya, dan malah membuat shani tidak bisa melakukan apa-apa selain memeluk gadis nya itu.
Shani membiarkan gracia misuh-misuh, mencak-mencak atau apapun namanya itu. Selama masih dalam batas wajar biarkan saja. Jika hanya bergumam atau yang shani sebut kumur-kumur, gigit selimut, nendang bantal atau guling gapapa, biarin aja. Kecuali kalo dia sudah melempar hp nya ke jendela kaca, baru itu bahaya.
"Ya Tuhan, mengapa cobaan hamba begitu berat, hamba tidak kuat Tuhan. Tolong cabut saja nyawa tetangga jika seperti ini terus "
Shani tak bisa lagi menahan senyum nya, sungguh gadis nya ini sangat berbakat untuk urusan akting. Apalagi peran orang paling teraniaya, sudah pasti dia jagonya.
Shani menghela nafas lega, pekerjaan nya selesai tepat waktu. Segera ia menekan Ctrl+S dan mematikan laptopnya. Tak lupa merapikan beberapa kertas yang berserakan tadi. Setelah semua selesai, shani sudah siap meladeni kegajelasan gadis yang kini berguling-guling di tempat tidur nya.
Shani membalikkan tubuhnya, alisnya terangkat ketika melihat pemandangan di depan nya. Semua bantal sudah tergeletak tak berdaya di lantai, guling nya sudah tergeletak di dekat pintu. Bahkan yang paling parah, gadis itu kini membungkus semua tubuhnya dengan selimut, lalu meringkuk di pojokan kasur.
Shani menggelengkan kepalanya, entah apalagi yang akan gadis itu lakukan jika saja shani belum selesai dengan pekerjaan nya.
Perlahan shani berjalan, mengangkat bantal guling yang berserakan, menyimpan nya di ujung kasur.
Shani memilih keluar dari kamarnya lebih dulu, dari pada membujuk gadis nya itu. Shani lebih memilih membuat dua coklat panas untuk mengisi energi nya. Karena shani tau, membujuk gadis itu akan menguras energi cukup banyak. Shani tak mau pingsan di tengah jalan.
Tanpa berniat berlama-lama lagi, shani berjalan ke dapur. Membuat dua cangkir coklat panas untuk nya dan untuk gadis yang ngambekan tukang drama.
Shani menyimpan cangkir coklat nya di meja ruang tengah, langkah nya kini menuju ke kamar.
Shani terkekeh ketika melihat gadis penyuka warna ungu itu masih di dalam selimut, jika shani yang ada di posisi itu, sudah pasti ia pingsan karena kehabisan nafas.
Shani berjalan ke arah pojokan kasur dimana gadis nya berada. Dengan sekali gerakan shani membawa tubuh gracia, menggendong nya ala bridal, membuat gadis itu tersentak dan berteriak.
"HUWAAAA MAMA!!"
Shani meringis ketika indra pendengaran nya berdengung hebat. Membuat nya menutup mata sejenak guna meredam dengungan di telinga nya.
"Gada ahlak emang, ngagetin aja"
Omel gracia sementara shani tetap membawa sebungkus gracia ke sofa ruang tengah.
Shani mendudukan tubuh gracia yang masih terbungkus selimut itu disofa, disusul shani yang kini duduk di belakangnya. Mengatur posisinya senyaman mungkin lalu Menarik tubuh gracia agar bersandar padanya.
Shani mendekap erat tubuh gracia yang berada di dalam selimut, ia sengaja tidak melepas selimut gracia, agar gadis itu tidak berontak. Karena jika gadis itu berontak, entah lah apa yang akan terjadi selain aksi cubit-mencubit atau pukul memukul yang sering ia lakukan jika kesal.
"Maaf ya, tadi aku beresin semua kerjaan dulu. Biar bisa banyak waktu sama kamu"
Ucap shani dengan lembut, sambil sesekali mendaratkan ciuman di puncak kepala gracia.
Gracia hanya diam menikmati debaran yang selalu saja muncul jika sedang dalam kondisi seperti ini. Shani selalu bisa meluluhkan nya, shani selalu bisa menang atas dirinya. Shani selalu punya cara membuat nya jatuh cinta berulang kali padanya.
"Kamu sibuk terus, aku nya gak di perhatiin" adunya yang kini lebih mirip anak kecil ketika tidak dibelikan mainan.
Shani mengusap kepala gracia, membelai nya dengan lembut. Memberi kenyamanan pada gadis yang masih mode ngambek di pelukan nya. "Kamu lebih milih aku kerja tengah malem atau kaya tadi?" Tanya shani membuat gracia menggeleng.
"Aku mau nya kamu gak usah kerja"
"Apartemen ini listrik sama air nya harus dibayar, uang sekolah kamu mesti dilunasi. Bensin mobil mesti di beli, dan jajan kamu di kantin, di supermarket, dimall harus di bayar. Jangan lupa tagihan kartu kredit kamu yang sering kamu pake belanja online"
"Ish! Loe emang kagak ada romantis-romantis nya kalo ngomong"
Shani terkekeh "aku realistis sayang"
Shani mencium puncak kepala gracia cukup lama "kamu tau kan, tujuan hidup aku itu kamu. Aku harus memastikan masa depan kamu terjamin dengan baik, aku harus memastikan kamu bahagia, Karena aku tau cinta saja tidak cukup. Ada beberapa hal penunjang suatu hubungan yang harus aku penuhi"
Shani mengeratkan pelukan nya pada tubuh gracia.
"Tapi kan bisa minta papa" ucap gracia
"Aku ingin melatih diriku dan kamu agar di masa depan kita tidak bergantung pada orang lain"
Gracia diam sejenak, memikirkan kalimat apa lagi yang akan ia lontarkan.
"Tapi ya, kan nanti aja mikirnya. Sekarang cinta-cintaan dulu aja"
Shani terkekeh mendengar penuturan gadis nya ini.
"Bohong jika orang bilang cinta saja cukup. Karena semua orang bisa mengatakan dengan lantang bahwa ia mencintai. Tapi apakah kamu tau bahwa Cinta itu harus dibangun dengan pondasi yang kokoh? Pondasi yang Mencakup tentang keJujuran, kesetiaan, kepercayaan, perhatian, kepedulian dan masih banyak lagi. Termasuk materi"
"Cinta itu bukan hanya tentang melakukan semua hal bersama, bukan tentang sebuah pelukan, ciuman atau hal-hal yang sering kita lakukan bersama. Cinta itu lebih dari itu semua. Aku ingin cinta kita di bangun dengan pondasi sekokoh mungkin, karena hal yang paling aku takutkan adalah ketika cinta mu mulai berkurang karena alasan-alasan klasik. Karena Kehilangan mu itu sama hal nya seperti aku mematikan fungsi jantung ku"
Gracia diam di pelukan shani. Tidak, ia tidak tidur. Dia mencerna semua kalimat shani. Sejauh itu kah pemikiran shani tentang hubungan mereka ? Sementara ia hanya fokus menikmati masa-masa pacaran yang menurut nya harus selalu manis dan romantis.
Sementara dirinya hanya Menuntut semua hal tentang shani, hanya untuk nya, hanya tentang dirinya. Sementara shani menanggung beban sebesar itu sendiri? Sungguh gracia merasa sangat tidak berguna saat ini.
"Kamu jangan pernah berfikir jika aku terbebani dengan semua ini. Aku tidak sedikit pun merasa seperti itu, aku juga tidak menyesal sedikit pun atas keputusan aku. Aku menikmati setiap prosesnya, menjaga kamu, perhatiin kamu, bujuk kamu kalo marah. Aku menikmati setiap hal itu. Aku bicara seperti ini bukan karena aku ingin menunjukkan seberapa besar tanggung jawab aku, aku hanya ingin kamu mengerti alasan-alasan dibalik sikap so sibuk nya aku"
Shani mengehela nafas, menjeda kalimatnya sambil mengusap kepala gracia. "Tetap jadi kamu apa adanya, dengan semua sikap absurd dan random kamu, Jangan pernah merubah apapun. Cukup percaya bahwa semua yang aku lakukan pasti punya alasan"
Hujan mengguyur semakin deras, sederas rasa sayang seorang shani indira yang akan selalu ia curahkan pada gadis nya. Banyak hal yang harus ia ajarkan pelan-pelan, banyak hal yang harus ia bangun untuk hubungan mereka kedepannya.
"Shanii"
"Hmmm"
"Aku nyusahin gak sih? Kamu cape gak sih ngadepin aku? Kamu bahagia gak sih sama aku?" Tanya gracia membuat shani hampir saja menjitak kepalanya.
"Kalo aku gak bahagia, ngapain aku masih meluk kamu sekarang. Bodoh banget sih"
Gracia mendengus "ish! Shani mah, ngerusak suasana "
"Kamu tau aku bukan orang yang suka buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting kan? Jadi kalo aku gak bahagia atau kamu gak bahagia, buat apa di pertahanin?"
"Ya tapi kan kesan nya kaya kamu yang berjuang banget disini, aku bagian jelek-jelek nya, bagian bikin masalah terus"
Shani terkekeh, sumpah ya ini orang gemesin banget.
"Cinta itu saling melengkapi, aku bagian cantik kamu bagian biasa aja. Aku sabar kamu bagian bar-bar, aku baik kamu bagian kurang baik nya. Aku Sempurna ka-
"Aww sayang sakit yank, shh"
Shani mengusap pinggang nya yang terasa panas, entah kapan gadis itu bisa melepaskan tangan nya dari gulungan selimut dan dekapan shani, sehingga tangan nya bisa bebas mendaratkan cubitan panas di pinggangya.
"LOE EMANG RESE!!"
"Hahaha.... makasih, aku tau aku sempurna"
"Bodo amaaat"
Shani tertawa cukup keras ketika gracia mulai misuh-misuh dan meronta-ronta di pelukan nya. Membuat shani harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menahan amukan gadisnya.
Cuaca semakin dingin, membuat shani mengeratkan pelukan nya pada gadis tercinta nya. Semua kalimat-kalimat yang ia ucapkan pada gracia, membuat nya lupa bahwa coklat mereka tak lagi hangat.
Gracia mulai anteng dipelukan shani, melupakan semua kekesalan nya tadi. Sesekali mereka bercerita banyak hal, tak jarang membuat mereka tertawa bersama.
Malam itu mereka habiskan untuk saling memahami, saling mengerti dan saling berjanji untuk berusaha mempertahankan semua yang mereka bangun. Memperkokoh pondasi yang akan mempengaruhi kuat atau tidak nya cinta mereka di masa depan.
Shani harus lebih bersiap dengan segala sesuatu nya, bukan hanya demi gracia, tapi juga demi kebahagiaan mereka.
"Shaniiii"
"Hmmmm?"
"Lapeeerrr"
---
Malam semakin larut, gracia semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher shani, mencari kehangatan di pelukan kekasih nya itu.
Gracia sudah terlelap sejak satu jam lalu, sementara shani masih betah mengelus kepala gadis di pelukan nya. Sesekali mengelus pipi tembem yang selalu membuat nya gemas ingin mencubitnya.
Shani terkekeh ketika mengingat ucapan gracia di sofa tadi. Shani tidak mengerti lagi apa sebenarnya yang ada di kepala gracia. Setiap kalimatnya membuat shani tak bisa menahan tawa nya. Kalimat-kalimat nyeleneh itu kembali menguasai fikiran nya.
"Kamu pokonya harus inget, prioritas kamu itu yang pertama Shania Gracia, yang kedua aku, dan yang ketiga pacar kamu yang cantik ini. Yang ke empat sama ke sekian silahkan aja buat kerjaan kamu".
"Kamu juga harus bisa bagi waktu seadil-adilnya, pokonya kamu jangan sibuk-sibuk banget. Aku gak mau ya tekanan batin karena kurang perhatian"
"Aku juga gak pengen kamu cape-cape terus, aku bakal bantu kamu. pokonya setelah aku lulus sekolah, aku bakal kuliah bisnis biar bisa jadi artis. Kamu jangan salah loh, banyak artis sekarang yang jago bisnis, termasuk aku nanti"
"Aku mau cetak foto aku sama tanda tangan yang banyak, supaya pas nanti terkenal aku gak cape-cape tanda tangan, aku cicil dari sekarang deh"
"Pokonya kamu harus inget, kamu itu cuma punya aku. Kalo perlu aku tempel di kening kamu tulisan Sold out"
Shani bahkan hampir terbahak ketika mendengar Motto Hidup seorang Shania Gracia. Yaitu..
"Pokonya motto hidup aku itu, jadi Istri Shani Indira, Hidup bahagia, kaya raya, masuk surga"
Shani kembali terkekeh mengingat bagaimana antusias gracia saat menjelaskan tujuan hidup nya. Shani tidak mengerti lagi kenapa hidupnya harus sebucin ini pada gracia, sejatuh ini pada gracia, dan secinta ini pada gadis pecinta ungu yang kini berada di pelukan nya.
Lamunan shani terusik, kala mendengar getaran hp nya yang berada diatas meja. Biasanya shani malas mengangkat panggilan jam segini, lebih parah lagi dia akan mematikan hp nya agar tidak mengganggu. Tapi feeling nya mendadak tidak enak, segera ia meraih hp dan melihat siapa yang menelpon nya tengah malam seperti ini.
"Halooo..."
"......"
"Shani ke Rumah sakit sekarang"
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro