Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22





= Selamat Membaca =

************************








Kabar mengenai apa yang terjadi pada Gracia menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru sekolah. Kabar itu sudah bisa di jamin kebenaran nya, karena hari ini resmi beredar berita tentang dikeluarkan nya seorang siswi yang menjadi pelaku utama dalam kejadian kemarin.

Bagaimana Kabar itu menyebar dengan cepat? Itu karena ulah salah seorang siswi yang kemarin tak sengaja melihat adegan shani meninju cermin kamar mandi. Dia menceritakan dengan antusias apa yang dia lihat pada teman-teman nya, berakhir dengan menyebarnya kabar tersebut dari mulut ke mulut. Sampai-sampai kasir Minimarket depan sekolah saja tau akan kabar tersebut. 

Bahkan sudah di pastikan deretan penjual bakso sampai telor gulung akan mengetahui kabar ini. Dan bisa jadi selama seminggu kedepan kabar itu masih akan berhembus menjadi topik utama setiap kali mereka mengadakan acara Gibah.

Reaksi dari mereka berbeda-beda, ada yang bergidig ngeri, ada yang takut bahkan ada yang menganggap sesuatu yang dilakukan shani itu keren. Mereka ingin merasakan bagaimana di posisi gracia.

Bahkan topik gibah mereka kini merembet ketika seorang siswi dengan sengaja membuka aplikasi Google nya dan memasukan kata kunci  dimana bisa pasang susuk untuk memikat gebetan ?

Hal itu sontak menjadi bahan candaan dan ledekan siswi lainnya, tapi entah kenapa diam-diam mereka melakukan hal yang sama dengan kata kunci yang berbeda. Bagaimana cara jadi Gracia. Bagaimana menaklukan hati gebetan yang cuek macam shani. Bagaimana cara kirim santet onlen agar shani bisa tertarik. Dan masih banyak lainnya.


Hello...2020 masih jaman pake susuk ama santet??

Kabar yang berhembus kencang tersebut, seolah menjadi ultimatum yang sangat nyata. Tanpa shani harus repot-repot berucap atau bertindak, mereka sudah pasti tau bagaimana cara menjaga sikap pada gracia dan shani tentunya.

Tak terkecuali Anin, gadis itu sejak kemarin murung. Fikiran nya terpusat pada satu nama yaitu Gracia. Anin merutuki kebodohannya saat dikamar mandi kemarin, kebiasaan nya memasang earphone dengan volume musik sangat kencang saat ke kamar mandi, membuatnya melewatkan kejadian yang menimpa gracia. 

Anin sempat menegang di tempatnya saat keluar dari kamar mandi dan mendapati kaca wastafel yang sudah pecah dan berlumuran darah. Anin mencari keberadaan gracia hingga penjuru sekolah, beberapa kali menghubungi gadis itu tapi tak ada jawaban. Hingga ada kabar bahwa gracia sudah pulang bersama shani.

Anin tidak bisa tidur semalaman, pesan nya tak kunjung di baca oleh gracia. hingga ia memutuskan untuk datang ke sekolah lebih awal, berharap gadis itu datang lebih pagi.

Kejadian kemarin seolah menampar anin dengan keras, mengembalikan sisi warasnya kembali pada kenyataan nya. Fikiran nya melayang ketika membayangkan bagaimana jika Anin yang melakukan itu pada Gracia, sudah bisa dipastikan bahwa shani tidak akan mengampuni nya.

Anin menggeleng di tempat duduknya, membuang semua fikiran-fikiran buruk yang hinggap di kepalanya. Anin masih ingin menghirup udara segar setiap pagi, Anin masih ingin makan siomay kesukannya, anin masih ingin menghabiskan waktunya untuk bermain cacing. Bahkan anin masih ingin memperdalam kemampuan bermain toktik nya.

Anin tidak boleh gegabah, anin tidak boleh bodoh. Lawan nya kali ini seorang shani indira dengan segala kehebatannya. Anin tidak mau mempertaruhkan nyawa nya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bahkan ia yakini tidak akan pernah bisa dia dapatkan. Apalagi anin yakin setelah kejadian ini, Shani tidak akan membiarkan gracia di sentuh seujung kuku pun oleh orang lain termasuk dirinya. 

Ruang kelas yang masih kosong menjadi saksi bisu dimana logika dan hati anin sedang berdebat saat ini. Haruskah ia mundur sebelum terlambat? haruskah ia mengikhlaskan gracia? haruskah anin berakhir sebagai pecundang? jawaban nya mungkin, iya!. 

Helaan nafas kasar anin lolos, sebelah tangan nya mengusap kasar wajah cantiknya. inikah akhir dari apa yang anin harapkan selama ini? 

Lama terkurung dengan fikiran nya, kini suara derap langkah sepatu membuyarkan seluruh lamunan anin, satu per satu murid melangkah masuk dan duduk di bangku nya masing-masing. di susul dengan derap langkah yang semakin mendekat, membuat wajah anin yang sempat menunduk kini mendongak, menatap pada dua sosok yang kini duduk di bangku depannya. 

bukan mereka yang anin harapkan.

kedua alis aya bertautan saat melihat anin dalam kondisi yang kurang baik.
"Loe sakit Nin?" Tanya nya

Anin menggeleng "enggak, cuma kurang tidur aja"

Angel memutar bola matanya "bukan karena mikirin masalah gracia?"

Anin diam, tak sedikit pun ia ingin mengelak.

"Nin, please ya. Gue gak mau cuma gegara kebodohan loe hubungan pertemanan kita jadi renggang. Gue tau loe suka sama gracia"

Tubuh anin menegang, kalimat aya kini menusuk telinga nya. Membuat nya semakin takut dengan apa yang akan terjadi jika anin masih nekat.

"Gue tau loe masih bisa berfikir waras nin, gue sayang sama loe. Sama gracia juga. Kita gak mau sampe loe kenapa-kenapa. Loe tau kan kabar yang terjadi kemarin?"

Kalimat aya kembali membuat anin mengangguk, anin bukan hanya tau mengenai kabar ini. Tapi anin sudah memikirkan nya semalaman.

"Gue bakal minta maaf sama gracia dan kak shani" ucap anin yang membuat aya dan angel bernafas lega. Mereka yakin bahwa anin bisa melupakan semua perasaan nya pada gracia.

"Gitu dong, ini baru Abin" ucap aya memberikan semangat pada anin.

Tak lama sosok yang anin fikirkan sejak kemarin terlihat diambang pintu. Gadis yang dicintai nya sedang tersenyum pada kekasih nya, pipi gembul nya di tarik membuatnya mengaduh. Membuat anin ingin melakukan hal yang sama.

Tak lama gadis itu mendekat, membuat anin langsung berdiri menyambutnya dengan penuh rasa kawatir.

"Loe gak papa kan ge?? Kak Okta gak nyakitin loe kan?" Tanya anin sambil meneliti penampilan gracia.

Gracia tersenyum simpul "gue gapapa nin, ada shani yang nolong gue kemarin"

Gracia duduk tanpa menghiraukan respon anin selanjutnya, seolah tak ada hal apapun yang harus di bahas saat ini. Anin menyadari itu, tak lama ia langsung menguasai diri nya.

Kembali anin duduk, mengumpulkan semua keberanian nya. "Gee..." panggil nya agak ragu.

Gracia menoleh, "hmm?" Gumam nya.

Anin menghela nafas, tekad nya sudah bulat  saat ini  "aku mau minta maaf untuk semuanya, maaf karena telah menjadi manusia yang egois saat ini. Makasih karena gak pernah benci sama aku. Aku janji akan menjaga sikap aku, aku janji akan melupakan perasaan aku buat kamu"
Hati anin lega selepas kalimat terakhirnya terucap. Seperti ini ternyata rasanya mengihlaskan.

Gracia diam sejenak, mengumpulkan semua kalimat yang di dengar nya di otak pas-pasan milik nya, sebelum benar-benar mencerna semua kalimat anin.

Senyum nya mengembang, seiring di genggam nya tangan anin "aku maafin kamu nin"

Senyuman gracia menular pada anin "makasih ge, nanti temenin gue minta maaf ke kak shani ya" ucap nya yakin

"Siap nin"

Gracia merasa lega saat ini, dua beban nya mulai berkurang. Pertama, okta yang menjadi biang masalah kemarin sudah di keluarkan dari sekolah, entah siapa yang melaporkan nya. Bahkan gracia tidak tau sejak kapan kakak kelas tangan kanan vienny itu menyukai nya?

Selama ini gracia merasa tidak ada yang aneh dengan okta, gadis itu terlihat biasa saja, sebelum benar-benar membuat gracia takut kemarin.

Kedua, masalah nya dengan anin, Gracia bisa melihat ketulusan di mata anin saat meminta maaf padanya, apalagi mendengar bahwa anin mau minta maaf pada shani.

Seketika gracia merasa beban hidup nya meluap, seolah berhembus terbawa hembusan nafas yang ia keluarkan.

"Selamat pagi semua !"
Sapa seorang guru yang kini di ikuti seorang murid perempuan di belakang nya.

"Selamat pagi bu"

"Hari ini kita kedatangan murid baru, perkenalkan nama kamu, dan nanti Kamu  duduk di belakang anin" ucap nya pada murid baru.

Gadis itu mengangguk, memperkenalkan diri sekilas.  lalu berjalan melewati gracia, langkah nya memelan seiring terangkat nya sudut bibir nya ketika tatapan nya jatuh pada anin, membuat anin salah tingkah di tempatnya.

--

Waktu berlau begitu cepat, hingga tak terasa jam istirahat sudah merapat.

"Ayo ke kantin" ajak anin pada gracia "gaess kantin kuy" ajak nya kini pada aya dan angel.

"Ayo" ucap gracia sementara angel hanya mengangguk dan aya mengangkat ibu jari nya.

Di koridor, Angel memimpin jalan, diikuti aya dan gracia sementara anin menyusul di belakang.

Langkah anin berhenti ketika sebuah suara menyapu telinga nya.
"Hai"

Anin diam, seolah tak yakin bahwa panggilan itu untuknya.

"Iya kamu"

Anin berbalik, mengangkat sebelah alisnya pada anak baru yang baru saja masuk tadi pagi.

"Ya ?" Jawab anin

Gadis itu tersenyum lebar, mengulurkan tangan nya pada anin seraya berucap
"Boleh kenalan?" Tanya nya

Anin menyambut uluran tangan tersebut "anindita Cahyadi"

Gadis itu menggeleng "belum lengkap"

Anin menaikkan sebelah alisnya "maksudnya"

"Belum lengkap karena belum ada nama aku dibelakang namamu"

Anin terkesiap, sedikit dibuat salah tingkah dengan gadis di depan nya. kenapa sama gadis aneh ini?

"Aku masa..." lanjut gadis itu

"Hah?" Kening anin mengkerut

"Aku masa.. masa depan mu"

Anin langsung menarik tangan nya, dan berlari menyusul teman-teman nya yang sudah jauh dari jangkauan nya. Sungguh anin tidak mengerti dengan gadis tadi.

"Stupid"

--

Anin menyusul  aya dan angel yang sudah duduk manis di tempat nya.

"Lelet banget, kek siput" sindir angel

Anin mendengus "sabar elah, gue di pesenin apa?"

"Di traktir bakso sama gracia " ucap aya

Anin hanya mengangguk, tatapan nya jatuh pada sosok yang tadi mengajak nya berkenalan. Sedang duduk persis di depan anin, hanya terhalang 1 meja. Membuat anin mengalihkan pandangan nya ke sembarang arah.

"Hai gaesss"
Gracia menyimpan nampan berisi 4 gelas jus strawberry, dan 1 gelas jus mangga. di susul dengan shani yang membawa nampan berisi 4 mangkok bakso. Dengan tangan kiri nya. Sontak membuat aya, anin dan angel merasa kaget sekaligus tak enak. Apalagi melihat perban yang masih melilit tangan kanan shani.

"Kak shani, maaf ngerepotin ya" ucap aya sambil mengusap lengan nya.

Shani hanya mengangguk lalu duduk tepat di samping gracia berhadapan dengan angel. Hal itu membuat angel semakin salah tingkah, hampir saja angel menumpah kan satu botol saus karena gugup.

"Gapapa kan gue gabung?" Tanya shani

"Gapapa banget kak hehe" jawab aya.

Anin yang sejak tadi sudah mengumpulkan
Keberanian nya, akhirnya angkat suara.
"Mm kak shani" ucap nya pelan.

Shani menoleh, meninggalkan kegiatan nya yang hendak mengambil sendok untuk gracia "hm?" Jawab nya.

Anin menghembuskan nafas nya sekali "aku mau minta maaf untuk sikap aku selama ini, maaf karena aku selalu bikin masalah. Dan aku mau bilang makasih udah jagain aku di rumah sakit waktu itu"

Shani mengangguk, menunjukkan sebuah senyuman yang hanya bertahan 2 detik, cukup untuk membuat aya dan angel gesrek melihat pemandangan langka itu  "gue udah maafin, sama-sama" jawab nya singkat.

Tangan nya kembali bergerak mengambil sendok, lalu memberikan pada gadis disamping nya.

"Sekali lagi makasih kak"

Shani kembali menatap anin "gak masalah"

"Kamu kok gak makan?" Tanya gracia setelah makan baksonya.

Shani tersenyum sebentar "gak makan sekali gak bikin aku mati"

"Ish! Lisan mu itu loh"

Shani terkekeh "abisin cepetan, ngomong mulu"

Gracia kembali mendengus. Melanjutkan makan nya dengan sedikit kesal.

Keheningan yang baru saja tercipta selama 1 menit itu harus terganggu saat sebuah suara menyapa telinga mereka.

"Hmm sorry"

Ke empat orang di meja itu langsung kompak menoleh, tapi tidak dengan shani. Dia malah sibuk mengusap rambut gracia. Seolah disini hanya ada dia dan gracia.

"Iya kenapa?" Tanya aya
Sambil menatap gadis yang berdiri tepat disamping anin, membawa satu gelas minuman.

Gadis yang mendapat predikat anak baru itu kembali bersuara. "Boleh minta tolong sama anin" ucapnya membuat anin menautkan kedua alisnya.

"Gue? Ngapain?"

Gadis itu sedikit membungkuk "boleh pegang gelas ini?" Ucap nya lalu menyodorkan gelas minuman yang ia pegang.

Anin masih mencerna maksud gadis di depan nya,  dengan ragu ia menggenggam gelas yang disodorkan gadis itu.

Sedetik kemudian, gelas itu kembali berpindah tangan pada pemilik nya.
Seolah mengerti tatapan heran anin, gadis itu langsung berucap.
"tadi gue beli soda gembira, tapi pas gue coba ternyata biasa aja"

Gadis itu menyeruput minuman nya, setelah itu senyum nya mengembang "nah sekarang baru gembira" ucap nya sambil tersenyum lebar
"mungkin karena di genggam kamu barusan, thanks ya"

Gadis itu melenggang tanpa dosa, meninggalkan anin yang kini menunduk dengan wajah memerah menahan malu, Bersama tawa yang menggema dari aya, angel dan gracia.

"Manusia gajelas, bikin malu"

--



Anin merapikan buku nya ke dalam tas, mengabaikan suara-suara gaduh yang tercipta saat bel pulang sekolah berbunyi di seluruh penjuru sekolah.

Anin mendesah lelah, hari ini ia terlalu banyak mengeluarkan energi, apalagi menghadapi ledekan-ledekan angel, aya dan gracia tentunya. Siapa dalang atas ledekan yang anin terima ? Yupss anak baru itu.

Seolah menghiraukan semua hal yang terjadi, anin beranjak dari duduk nya.
Hendak menyusul angel dan aya, karena gracia sudah di jemput shani lebih dulu.

"Anin tunggu"

Anin menutup mata nya sejenak, mau apalagi manusia ini? Tak cukup kah ia mempermalukan anin di depan teman-teman nya?

"Apalagi sih?" Kesal nya.

Gadis itu menampilkan wajah tanpa dosa nya, seolah dia tidak pernah melakukan apapun. "Kamu kenal mama aku gak?" Tanya

Anik kembali menautkan kedua alisnya "mana gue kenal" Kesal nya

Gadis itu tersenyum
"nanti aku kenalin sama mama papa sebagai calon mantu mereka ya" 

Anin mendengus, karena gombalan tak bermutu yang ia dengar lagi.  Tapi kenapa wajah anin kembali memerah? Anin tidak bisa mengendalikan semburat merah yang muncul di wajahnya itu. Segera ia memalingkan wajahnya, memutar balik badan nya, meninggalkan gadis yang masih betah berdiri menatap punggung anin.

"Malu banget astaga"






= Tbc =


-Semanis Gracia, Selembut Shani-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro