Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

21



= Selamat Membaca =

*************************



Matahari telah kembali ke peraduan nya, tanpa sempat pamit pada gadis yang kini berdiri di depan pembatas balkon kamarnya. Hembusan angin bergerak sepoi-sepoi menerpa wajah gadis cantik bak bidadari ini dengan lembut. Sesekali jemari lentik nya menyampirkan rambut yang menghalangi pandangan nya akibat tersibak angin.

Gadis itu mulai melipat tangan nya di dada, sebuah ritual yang selalu ia lakukan sebagai pembuka, jika otak cerdas nya mulai memikirkan sesuatu.

Entah kenapa senja sore ini membuat sang gadis sedikit terlena untuk membuka lembaran-lembaran memori nostalgia yang bahkan masih terekam jelas dalam otak yang memiliki kapasitas di atas rata-rata miliknya.

Sudut bibir nya terangkat, kala otak nya mulai menayangkan perjalanan awal ketika dia bertemu dengan gadis pemilik hatinya.






Flashback ON ●







Shani berjalan dengan langkah santai, pandangannya sesekali menoleh ke kiri dan kanan nya. Menatap satu persatu deretan mobil yang berjejer rapi di parkiran sebuah mall ternama di ibu kota.

Tangan kanan nya terangkat, menelusup ke kantong celana jeans nya. Mengambil sebuah kunci mobil mewah yang baru dibelikan papa nya seminggu yang lalu.

Mobil dua pintu berwarna hitam legam itu terparkir dengan cantik di tengah-tengah antara mobil sejuta umat.
Dengan sekali klik, terdengar suara yang berasal dari mobil mewah nya, diiringi lampu mobil yang berkedip dua kali.

Sebuah kerutan di kening Wajah cantik yang selalu terlihat datar sedatar ubin masjid itu terlihat, tatkala indra penglihatan nya mampir sebentar pada seorang gadis yang nampak berlari dengan cepat dari pintu keluar mall ke arah parkiran.

Merasa tak ada yang aneh, dan merasa bahwa gadis itu mungkin hanya sedang buru-buru, shani mengendikkan bahu nya. Jemari lentik nya kompak membuka pintu mobil, membuat pintu mobil mewah itu terbuka ke atas.

Dengan sekali gerakan, tubuh shani sudah duduk dengan manis di kursi belakang kemudi. Pintu mobil tertutup seiring terbuka nya pintu penumpang di samping nya, lalu kembali tertutup cukup kencang. Membuat shani terlonjak.

"Please, buruan jalan"
Sebuah kalimat keluar dari mulut gadis yang tadi tidak shani hiraukan keberadaan nya.
Alisnya bertautan, ketika melihat gadis itu menatap shani dengan tatapan memohon.

Melihat shani hanya diam, gadis itu mulai kesal. "Please, tolongin gue. Buruan!!"

Shani seolah tersadar, tangan nya menyalakan kontak mesin mobil. Kaki jenjang nya menginjak pedal gas lalu meluncur keluar dari parkiran mall.

Gadis disamping shani masih terengah, shani bahkan sampai berfikir apa gadis ini berlari mengelilingi mall atau bagaimana? Dia Terlihat sangat kelelahan.

Tangan shani bergerak mengambil sebotol air mineral, menyodorkan nya dan langsung di sambut dengan suka cita oleh gadis asing itu. "Makasih" ucap nya pelan.

Dengan sekali minum, setengah dari isi botol itu berkurang. Shani sampai sedikit bergidig dengan cara minum gadis ini.

Tatapan shani kembali menghianati jalan raya, menatap sekilas gadis yang kini terlihat mengeluarkan keringat yang cukup banyak. Hingga mengalir melalui leher jenjang nya yang terekspos jelas. Membuat shani kesulitan menelan salivanya.

Shani mengambil satu kotak tissue dan kembali di sodorkan pada gadis itu. Lagi, ia menyambutnya dengan suka cita.

Seolah baru menemukan kembali kesadaranya, shani angkat suara.
"Mau kemana ?" Tanya nya. Jujur saja shani bingung karena gadis ini terlihat malah bersandar mencari posisi yang nyaman.

Gadis itu cemberut lalu menggeleng "gak tau, cape banget kek dikejar satpol pp" ucap nya polos, membuat shani hampir saja terkekeh.

Ada perasaan asing menelusup ke hati shani ketika mendengar ucapan yang lebih mirip aduan dari gadis disamping nya ini.

Gadis itu menoleh "loe cantik banget, mirip bidadari. Btw gue Gracia"

Kalimat lembut itu menyapa indra pendengaran shani, sebuah pujian mengalun indah di telinga shani. Menghantarkan perasaan aneh menuju hati nya yang mulai menghangat. Ini bukan pujian pertama yang shani dapatkan, bahkan mungkin pujian ke sekian ribu. Tapi kali ini berbeda, terdengar lebih, Manis?.

"Gue shani" jawab shani sekena nya. Shani memang bukan tipe yang bisa basa basi.

"Wajah loe mirip bidadari, bahkan malaikat. Gue yakin hati loe juga kaya malaikat. Gue harap loe berniat ngajak gue makan. Karena Sumpah gue laper banget shaniii" ucap nya diakhiri dengan intonasi mirip sebuah rengekan yang terdengar seperti alunan merdu di telinga shani.

Ingatkan shani memeriksa fungsi indra pendengaran nya nanti.

Indra penglihatan shani kini lebih berani meneliti gadis disamping nya. Dari apa yang ia pakai, shani sudah bisa menyimpulkan bahwa gadis ini bukan anak orang sembarangan. Shani harus tanya apa maksud dia tiba-tiba masuk mobil shani.

"Mau makan apa?"

Shani bodoh!, bibirnya bahkan berani menghianati otak nya. Bukan itu pertanyaan yang harusnya ia lontarkan.

"Apa aja, asal jangan mengandung kacang. Gue gak mau masuk rumah sakit" ujarnya yang lagi-lagi lebih mirip aduan.

Shani hanya mengangguk menanggapi nya. Tangan nya dengan lihai memutar kemudi ke arah sebuah restoran sushi. Alasan nya, kemungkinan besar gadis disamping nya ini tidak bisa makan nasi padang atau makanan angkringan pinggir jalan.

"Loe kok tau gue suka sushi, loe emang malaikat" ucap nya lagi.

Shani mematikan mesin mobil nya, tanpa paksaan apapun shani keluar dari mobil nya. Diikuti gadis disamping nya yang kini mensejajarkan langkahnya.

Shani menahan senyuman nya sekuat mungkin agar tidak muncul ke permukaan wajahnya. Hampir saja pertahanan shani goyah ketika melihat kembali gadis di depan nya yang sibuk mengunyah dengan mulut yang penuh makanan.

Shani mengeratkan kepalan tangan nya, takut-takut tangan nya terangkat dan menarik pipi gembul itu karena gemass.
Shani yang pandai mengendalikan diri dibuat sedikit kewalahan oleh gadis yang baru 30 menit lalu ia temui.

Gadis bernama gracia, yang baru shani sadari memiliki gigi gingsul yang membuat senyum nya semakin manis, senyum yang tercipta ketika gadis itu menatap dengan berbinar beberapa piring yang terisi sushi di meja tepat di hadapan nya.

Mata shani tak lagi bisa bertahan, otak nya sudah meronta-ronta, hati nya sudah berteriak agar shani segera menarik pipi menggemaskan itu. Namun shani urungkan ketika gadis itu menelan sekaligus makanan di mulutnya sebelum berucap.

"Setau gue, bidadari itu murah senyum. Loe malah datar kek triplek"

Shani dihempas dari angkasa lalu jatuh di tanah jawa.

Kalimat barusan membuat shani menaikkan sebelah alisnya. Tidak tau kah dia bahwa shani berusaha mati-matian untuk tidak tersenyum barang 1 detik pun.

"Setau gue juga bidadari itu ramah, sering ngobrol. Lu doang kaku kek triplek"

Sekali lagi shani dihempas kedalam sumur yang dalam nya mungkin sedalam samudra.

Gadis itu dengan santai nya, mengunyah kembali sushi dengan salmon mentah diatasnya. Yang sebelum nya ia masukan ke mulut mungil nya dengan sekali suap.

Bayangkan betapa sesak nya didalam mulut gadis itu.

"setau gue, bidadari itu selain murah senyum, ramah juga pinter. Tapi lu, udah datar kek triplek, kaku kek triplek. Terus malah melongo aja diem kek triplek nempel di plafon"

Shani menarik semua hal yang ia ucapkan tadi dalam hati. Gadis di depan nya tidak menggemaskan, sekali lagi shani katakan. Tidak! Gadis ini menyebalkan, membuat shani ingin menambah kadar pedas ucapan nya dengan menyumpal bibir nya dengan satu sendok penuh wasabi, yang kini dia geser ke samping piring nya.

Shani sudah kehilangan selera makan nya, tangan yang tadi hendak menyentuh sumpit untuk mencapit sushi di depannya, ia tarik kembali.

"Loe gak tau diri"

Satu kalimat shani membuat gracia menatap tak terima, bibir nya ia lipat ke bawah. Membuat shani mengerjap dan kembali menemukan definisi lucu dari gadis cemberut di depan nya.

"Sekalinya ngomong jahat betul, kasian loh aku yang gemesin ini di jahatin"

Shani kehilangan kata-kata, baru saja tadi gadis itu mengeluarkan rentetan kalimat sarkas, kini dia bersikap seolah dia yang paling tersakiti. Bilang sama shani, apakah gadis di depan nya adalah seorang artis Ftv?
Akting dan pembawaan ekspresi nya wajib shani acungi jempol.

"Gue udah gak nafsu makan gara-gara kalimat pedes loe"

Shani kembali menambah rentetan ketakjuban nya, gadis di depan nya sudah menghabiskan hampir 3 piring menu berbeda, ditambah dengan segelas Jus strawberry tanpa gula. Lalu diakhiri dengan eskrim rasa matcha. Dan kini dengan sungguh manis nya dia bilang bahwa nafsu makan nya hilang.

Shani sudah bingung akan berkata apa, shani memilih beranjak dari duduk nya menuju kasir. Sejenak mengalihkan konsentrasi nya dari gadis yang membuatnya menggeleng kan kepala sambil mengelus dada.

Beberapa menit berlalu, shani kembali duduk manis di belakang kemudi. Ditemani gadis yang kini terlihat sangat kesulitan bernafas karena kekenyangan.

"Loe mau gue buang kemana?"
Shani sepertinya masih menyimpan dendam kesumat pada gracia.

"Gue gak tau mau kemana" jawabnya acuh

"Rumah loe dimana"?

Gracia menoleh "setau gue bidadari itu selain baik juga pemaaf, maaf tadi udah bikin loe kesel. Jadi boleh gak ajak gue jalan-jalan sebentar. Gue bisa mati bosan di rumah"

Kalimat yang sarat akan rayuan kembali shani dengar, lagi-lagi shani tak mampu menolak permintaan gadis disebelahnya.

Seolah takdir memang sudah mengatur semuanya, shani memang berniat pergi kepantai sore ini. Sendirian aja. Tapi sepertinya Tuhan tidak mengijinkan shani terkena tekanan batin jika nanti melihat banyak nya pasangan di pantai, sementara dirinya jomblo.

Seolah Tuhan memang sengaja mengirim mahluk di samping nya ini untuk melengkapi rencana nya sore ini. Setidaknya jiwa kejombloan shani tidak akan meronta-ronta.

Tanpa bantahan, tanpa penolakan, tanpa paksaan, bahkan tanpa beban. Shani mengemudikan mobil nya menuju tujuan utama nya, bersama gadis absurd kiriman tuhan. Yang kini dengan santai nya memejamkan mata tanpa mempedulikan jawaban shani atas pertanyaan yang di lontarkan nya.

Senja sore menjadi saksi, dimana gadis asing yang shani bawa berlari kesana kemari tanpa henti. celana jeans panjang yang membalut kaki nya, sempat ia naikkan sebatas betis. kini dengan semangat, kaki yang lebih pendek dari kaki shani itu berlari mengejar ombak, lalu kembali melangkah mundur ketika ombak berbalik mengejarnya.

Senyuman terus merekah di wajah cantik nya, membuat shani yang sejak tadi menatap nya ikut menunjukkan senyum nya. Senyum gadis itu lebih indah dari senja. Lebih manis dari pada gula. Bahkan terlihat Lebih menarik dibanding sebuah lukisan cantik.

Hati shani menghangat tatkala gadis itu mengayunkan lengan nya diatas air. Membuat gerakan mengalun, menyapu air laut. Wajah cantik nya terkena pantulan sinar surya yang hendak kembali ke peraduan nya.

Kedua Tangan shani masih betah ia sembunyikan di kantong celana nya, sejak terakhir ia melipat jeans panjangnya.

Mata indah shani mengerjap ketika ia merasakan cipratan air mengenai wajah nya. Segera ia melihat ke arah pelaku utama.

"Ngelamun aja mbak nya, kesambet dugong mampus anda"

Efek dari wasabi sepertinya masih menempel di bibir nya, rentetan kalimat nya masih terdengar begitu pedas.

"Setau gue, bidadari itu selalu melindungi. Jadi gue harap loe mau melindungi gue yang mau jalan-jalan di pinggir pantai ini"

Tangan kiri gracia terangkat, dikaitkan pada tangan kanan shani. Merangkul nya dengan erat seraya di tarik nya tubuh shani agar menempel dengan bahu nya.
Gracia melangkah, sedikit tarikan kuat membuat shani mau tak mau ikut melangkah mengikuti gracia. .

Langkah keduanya terayun menyusuri bibir pantai, sesekali tangan gracia terangkat, menunjuk ke arah langit yang memang terlihat sangat cantik. Sesekali gracia dengan sengaja menendang-nendang pasir pantai dengan kaki telanjangnya.

Sungguh shani merasa seperti mengasuh anak kecil kali ini.

"Loe kenapa lari-lari di mall?"

Akhirnya pertanyaan itu sukses shani lontarkan.

"Gue cape kemana-mana di kawal bodyguard papa, makanya gue kabur"

Sebelah Alis shani terangkat, "kok bisa?"

"Hidup gue udah di atur sejak kecil, bahkan untuk hal sekecil apapun. Contoh kaya milih pulpen buat nulis. Kalo gak sesuai sama yang papa pengen ya gak boleh." Helaan nafas lolos dari bibir gracia, menjeda kalimat nya sejenak sebelum kembali berucap
"Gue bosen dari kecil di atur, di kawal kemana-mana, hidup gue monoton banget. Gak ada seru-serunya. Pengen gitu sesekali nonton tawuran pelajar, bolos sekolah buat nongkrong di kantin sambil duduk angkat kaki. Atau minimal ribut sama kaka kelas karena rebutan cowo "

Kalimat terakhir gracia sukses membuat shani tertawa pelan. Shani bisa membayangkan bagaimana terkekang nya gadis di sebelah nya ini.

"Gue bahkan lupa kapan terakhir kali gue senyum di rumah, gue bahkan gak inget kapan terakhir kali gue ngeluarin lebih dari 10 kata kalo ngobrol sama orang lain. Dan hebat nya, loe pengecualian"

Boleh kah shani bangga atas prestasi ini ?

"Loe pendengar yang baik ya shani, masih sama kaya terakhir kali gue liat loe"

Kening shani semakin berkerut, otak nya bekerja ekstra. Mencari dan membuka memori yang mungkin ada gracia di dalam ingatan nya. Nihil!

"Gak usah kaget gitu, kita pernah ketemu di pembukaan hotel bulan lalu, tepatnya di Jogja. Papa gue sama papa loe kan ada kerjasama. Itu alasan terkuat gue, kenapa gue berani masuk mobil loe tadi"

Pertanyaan shani perlahan terjawab. Mungkin ia saat itu tidak memperhatikan sekitar, lebih tepat nya tidak peduli.

Langkah mereka semakin jauh dari tempat awal shani berpijak. Berjalan dengan rangkulan gadis asing yang belum shani tau asal usulnya.

Senja pulang tanpa pamit, meninggalkan dua insan yang kini kompak memutar tubuhnya, kembali ke pijakan awal.

Tubuh yang merangkul shani sedikit gemetar, terlalu lama bermain air membuat nya merasa kedinginan. Dengan cepat shani melepas rangkulan ditangan nya. Membuat langkah mereka terhenti.

Shani Membuka jaket denim yang sejak tadi ia gunakan. Menyisakan kaos lengan panjang warna maroon yang cukup menahan hempasan udara dingin yang menyerbu tubuhnya.

Shani memakaikan jaket nya ke tubuh gracia, membuat gracia sedikit menegang di tempatnya. Dengan langkah pasti, shani bergeser ke hadapan gadis yang lebih pendek dari nya. Memakaikan jaket itu dengan sempurna di tubuh mungil gracia, shani terkekeh geli ketika melihat gracia hampir tenggelam karena jaket nya yang lumayan longgar. Membuat gadis itu semakin lucu saja.

Perlakuan shani sukses membuat jantung gracia berdebar kencang, bahkan dia sempat menghela nafas ketika wajah shani percis di depan wajahnya, saat gadis jangkung itu menaikkan resleting jaket nya.

Gracia meraba dada sebelah kiri nya, memastikan bahwa ia tidak terkena serangan jantung di usia muda. Belum selesai dengan urusan jantung nya, kini ia merasakan tangan nya di genggam lalu di tarik oleh gadis cantik yang kini menuntun langkah nya menuju tempat dimana mobil nya di parkirkan.

Membuat desiran-desiran aneh menjalar di hatinya, meresap ke setiap syaraf di tubuhnya yang kini terasa hangat sehangat genggaman tangan gadis di sampingnya.

Waktu berlalu terlalu cepat, sudah saatnya shani mengantar gracia karena hari sudah malam. shani memaksa gracia memberitahu alamat rumah nya, ada tanggung jawab yang harus shani selesaikan. Yaitu mengantarkan gracia dengan selamat.

Mobil mewah shani berhenti di depan gerbang warna putih yang menjulang tinggi. Kaca mobil shani turun, membuat penjaga menunduk melihat siapa yang bertamu kerumah tuan nya malam-malam begini.

Mendapati sang nona muda nya berada di kursi penumpang, sang penjaga segera memberi instruksi untuk membuka pintu gerbang, mempersilahkan mobil shani masuk tanpa hambatan.

"Mana hp loe" tanya gracia saat shani mematikan mesin mobil nya.

Shani menyerahkan hp keluaran terbaru nya pada gracia. "Gak pake password" ucap shani membuat gracia mengangguk.

Gracia mengetik no hp nya, lalu menyerahkan kembali pada pemilik nya.

"Gue bukan definisi tuan rumah yang gak sopan, tapi percaya sama gue belom saatnya gue ajak loe mampir"

Ada sebuah rasa yang menelusup relung hati shani, bahkan kini dengan kurang ajarnya berani menggelitik perut shani, membuat sensasi aneh yang membuat darah nya berdesir. Ulah siapa lagi jika bukan gadis disamping nya yang baru saja mendaratkan sebuah kecupan hangat di pipi nya. Sambil berucap.
" Setau gue, bidadari itu selalu bikin bahagia. Dan sekarang gue percaya itu. Karena gue bahagia banget hari ini. Makasih buat hari ini. Sampe rumah kabarin gue"

Suara lembut gracia menghilang seiring di tutup nya pintu mobil shani dari luar. Pelakunya kini berdiri di depan mobil shani, memberi isyarat agar ia segera pulang.

Shani menyalakan klakson mobil nya sebagai ungkapan pamitnya. Memutar kemudi, meninggalkan pekarangan rumah megah milik seseorang yang kini namanya terpatri dalam ingatan shani.

Shani pulang dengan Perasaan yang semakin tak karuan, ini adalah rasa yang baru pertama kali ia rasakan. Tapi apa namanya? Jika dibilang bahagia, ini lebih dari sekedar bahagia bagi shani.

Shani merutuki kebodohan nya, jantungnya kini berulah. Berdetak sangat cepat, seolah berteriak dengan kencang ketika ia menggumamkan sebuah nama

"Gracia".

---

Shani memarkirkan mobil nya di garasi, langkah kaki nya mengalun santai. Diiringi senyum yang tak pernah luntur semenjak ia turun dari mobil.

Shani menjatuhkan diri di sofa kamar nya, tangan nya merogoh ponsel di saku celana jeans nya.

Kekehan pelan terdengar dari mulut shani tatkala ia melihat kontak baru dengan nama Gracia Cantiq.

Shani menggeleng pelan, kembali mengingat kecupan singkat yang di berikan gadis itu di pipinya, membuat shani reflek menangkup pipi nya itu. Mengelus lembut pipi mulusnya, otak nakal nya memberikan informasi pada seluruh bagian tubuhnya, bahwa hati shani menginginkan ciuman itu lagi.

Tak ingin larut dalam lamunan, shani segera mengetik pesan yang langsung ia kirim pada gracia.

Shani : udh smpe
-send

Shani menyimpan ponsel nya dengan asal di atas sofa, melangkah menuju kamar mandi. Sebelum malam semakin larut dan semakin sunyi.

Setengah jam berlalu, kembali shani mengambil ponsel nya. Untuk orang secuek shani, mengecek ponsel satu jam sekali adalah kejadian langka. Bahkan shani hampir lupa kapan terakhir kali ia mengisi daya ponsel nya akibat jarang di gunakan.

Sudut bibir shani terangkat, melihat notifikasi yang muncul di layar ponsel nya.

Gracia Cantiq : setau gue bidadari punya sayap buat terbang, elu doang yang pake mobil. Alias sukurlah udah sampe dengan selamat.

Shani : brisik!

Gracia cantiq : bentukan loe emang bidadari, tapi kelakuan loe macem triplek. Besok sore jam 5 di taman kota. Jangan telat. G'night :)

Shani : too!

Shani mendekap erat ponsel diatas perutnya, senyum nya mengembang. Hati nya menghangat, bahkan kegemasan nya pada gracia meningkat 100%.

Gadis itu mampu membuat perasaan shani jungkir balik, kelakuan absurd dan random nya seolah menjadi satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan dari diri nya.

Shani memejamkan matanya, berharap pagi datang lebih cepat dari perkiraannya.

--

Mobil mewah shani berhenti di tempat parkir khusus yang tersedia di taman kota. Sesuai janji nya dengan gracia. Shani datang 10 menit sebelum jam temu yang di tentukan gadis itu.

Mata shani mengedar ke segala penjuru, mencari sosok yang ia tuju. Indra penglihatan nya jatuh pada sosok yang memakai jaket denim yang sangat ia kenali.

Disana gracia duduk, di bangku taman yang cukup panjang, tepat di bawah pohon rindang.

Shani melangkah dengan anggun, mencoba mempertahankan sikap cool nya sebelum benar-benar di porak porandakan oleh kegemasan gracia.

"Udah lama?" Tanya shani ketika sampai di depan gracia "kenapa pake jaket gue?" Tanya nya lagi. Bukan tidak boleh, hanya saja jaket itu sudah pasti kotor bekas di pakai di pantai kemarin.

"Gue kabur gak pernah bawa hp, makanya pake jaket loe, biar loe gampang nemuin gue"

Shani duduk disamping gracia setelah mendapat jawaban yang cukup memuaskan. Dan cukup masuk akal.

"Setau gue bidadari itu rajin beramal. Jadi gue berharap loe gak keberatan buat sedekahin duit loe ke gue buat beli eskrim itu"

Pandangan shani mengikuti arah telunjuk gracia. Tepat pada penjual eskrim tak jauh dari tempat duduk mereka.

Shani tersenyum, bangkit dari duduk nya lalu berjalan ke arah penjual eskrim, setelah berhasil mengacak rambut gracia yang mengundang tatapan tajam dari sang empunya.

2 cone eskrim shani bawa di tangan kiri dan kanan nya. Rasa strawberry untuk gracia dan vanilla untuk shani.

Tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih pada shani yang telah membelikan eskrimnya, gracia dengan santai mengambil eskrim shani yang masih sisa setengahnya. Karena punya gracia sudah habis. Entah bagaimana cara dia makan es krim yang sejak tadi membuat gigi shani ngilu itu.

"Setau gue bidadari udah manis, jadi jangan kebanyakan makan manis" ucap nya seraya menjilat eskrim milik shani yang sudah berpindah tangan.

Shani bukannya marah, malah sebalik nya. Karena apa ? Karena Ia berhasil mencubit pipi gembul gracia yang sudah sejak kemarin menggoda nya. Membuat empunya mengaduh tapi tidak protes.

Shani kembali mencoba peruntungan nya, menarik pipi gembul yang kini menggembung karena gracia mengunyah sisa cone terakhirnya.

Shani senang luar biasa. Hanya dengan menarik pipi gadis itu saja. Sudah cukup!

Kembali shani membuka obrolan, agar gadis di samping nya tak menyebut nya kaku kaya triplek lagi. Padahal shani bukan tipe bidadari yang mau repot-repot cari bahan obrolan.

"Gimana cara loe kabur?"

Gracia terkekeh, kepala nya langsung menoleh ke arah shani. Mata gadis itu berbinar seolah hal ini adalah passion nya.
"Gamps abis" jawab nya

"Hah?" Telinga shani bermasalah fix

"Gampang bingits itu" ulang nya.

Shani mengangguk patuh, setelah ini dia harus ke toko buku, menanyakan sebuah karya berjudul 'kamus bahasa alay'. Itu pun jika memang benar ada.

"Caranya" ? Shani mulai tertarik pada pembahasan yang sebenarnya shani yakin, tidak akan berakhir baik.

"Kemaren pulang sekolah, gue main ke mall. Sengaja bawa baju ganti. Pas ke kamar mandi gue buru-buru ganti baju. Tapi Gue lupa ninggalin tas sama seperangkat seragam di toilet mana"

Shani menaikkan sebelah alis nya, gadis ini memiliki totalitas sangat tinggi. Bahkan hanya untuk meninggalkan seperangkat alat sekolah, baginya bukan masalah.

"Terus"? Shani benar-benar bertekad mendengar lanjutan nya.

"Bodyguard papa lagi pada fokus main cacing, mana ngeuh mereka kalo gue kabur hahahaha"

Shani menautkan kedua alis nya, jika bodyguard itu bekerja untuk shani. Sudah pasti mereka yang shani jadikan umpan cacing. Bodoh banget.

Hey, shani mulai tertarik pada obrolan ini. Seru sekali mendengar rentetan kalimat yang menceritakan kelakuan absurd dari gadis yang kini sibuk mengipas wajahnya. Gerah.

Shani tersenyum di sela lamunan nya.

"Cara kabur hari ini?" Tanya shani lagi. Seolah kini dia bermetamorfosis menjadi manusia yang senang basa-basi.

Gadis itu cengengesan, deretan gigi rapih tak lupa gigi gingsul nya ia perlihat kan.

"Kapan hari Gue males belajar ngitung-ngitung. Di dunia ini keknya gue cuma seneng ngitung duit. Males ngitung panjang, lebar atau tinggi dari sebuah triplek"

Dari sekian miliar kata di dunia, dari sekian banyak nya halaman di kamus besar bahasa indonesia yang pernah shani baca, kenapa kata 'TRIPLEK' yang harus selalu menjadi pilihan gadis ini.

"Nah, gue keluar dari kelas. Gue muter ke setiap sudut sekolah buat buang-buang waktu. Gak sengaja gue sampe ke deket gedung kosong. Disana ada beberapa anak yang bolos lewat jalan tikus yang akhirny gue tau jalur nya dimana. Alhasil gue bisa nangkring dengan manis disini"

Shani ingin sekali mengajak seluruh umat manusia di muka bumi untuk melakukan standing applause atas keberhasilan gadis di samping nya ini.

Shani masih memperhatikan gadis yang masih sibuk mengipas wajahnya dengan tangan kiri nya, tanpa berniat memperpanjang masalah kabur dari sekolah.

Shani berdiri dengan sekali gerakan cepat, membuat gracia menoleh secepat shani menarik tangannya.

"Setau gue bidadari itu lemah lembut, loe doang gerasak gerusuk ngagetin gue"

Gerutunya saat shani terus menarik tangan nya ke arah dimana shani memarkir mobil mewah nya.

Shani membuka pintu kursi penumpang, mengisyaratkan agar gracia masuk, tak lupa shani menahan puncak kepala gracia agar tidak berciuman dengan bagian atas mobil.

Shani menutup pintu dengan sempurna, berjalan dengan cepat. Masuk ke kursi pengemudi. Lalu membawa mobil nya melesat menjauh dari taman kota.

Shani mengeratkan cengkraman nya pada stir mobil, mata nya setia menatap jalan raya. Namun sayang telinga nya menghianati shani karena kini harus mendengar sebuah kalimat yang membuat hatinya bergetar tanpa shani duga. Kalimat biasa itu terdengar seperti luar biasa saat keluar dari mulut gracia. Shani kembali mengingat rentetan kalimat yang membuat sudut bibirnya terangkat.

"Ini yang gue baru tau, ternyata bidadari bisa romantis juga. Baper banget jadinya"
Lagi. Sudut bibir shani terangkat.

Mobil mewah milik sang bidadari triplek (?) kini berhenti di sebuah restoran jepang.

Shani mematikan mesin mobil nya tepat di parkiran yang di sediakan.

"Selain romantis, bidadari pengertian juga ternyata" ucapnya santai "tau aja gue laper"

Shani mengulum senyum nya, pasalnya gadis cantik di samping nya ini mengatakan kalimat tersebut sambil mengusap-usap perutnya, dengan ekspresi seolah dia tidak makan satu minggu.

Untuk ke dua kalinya shani, berhadapan dengan gadis absurd ini, di depan meja makan.

Pilihan nya kini jatuh pada semangkuk udon, sushi, onigiri, dan satu porsi sashimi. Tak lupa jus strawberry tanpa gula dan tambahan eskrim rasa matcha.

Shani hanya menggeleng pelan, selain totalitas nya dalam hal melarikan diri. Totalitas nya dalam hal memuaskan perut pun tidak di ragukan.

Shani dengan santai mulai mengunyah udon yang sempat ia tahan di mulutnya, karena terlanjur takjub kala melihat bagaimana gadis di depan nya makan dengan lahap.

Untung saja gadis ini tidak ikut lomba tujuh belas agustusan. Karena jika ia, mungkin saja piala makan mie dan kerupuk nya sudah menumpuk.

Tangan shani, sudah gatal sejak 2 menit yang lalu. Bukan karena di gigit nyamuk atau semut. Tapi karena sisa makanan yang menempel di sudut bibir gracia. Sungguh shani sudah gatal ingin segera membersihkan nya.

Shani mencoba untuk memperingat kan gadis itu lewat kalimat "Loe makan belepotan" ucap shani.

Tak di sangka gadis itu mengangguk "udah biasa" jawab nya asal membuat shani semakin gemas.

Shani mengambil sehelai tissue, mengulurkan tangan nya. Dan dengan sekali gerakan mengelap sudut bibir yang terdapat noda tadi

Tubuh shani dan gracia sama-sama menegang. Kala jari telunjuk shani sempat mendarat sepersekian detik di bibir nya.

"Ada sisa makanan" ucap shani sembari menetralkan detak jantungnya.

Gracia mengangguk
"Gue semakin yakin kalo bidadari ternyata punya keahlian bikin orang baper"

Gumaman itu membuat shani mengulum senyum nya. Bukan hanya shani ternyata yang baper. Tapi juga gadis di depan nya. Syukurlah gak baper sendirian.

Makanan gracia habis tak tersisa, kini gadis itu sedang menikmati eskrim kesukaan nya.

"Orang tua loe gak marah loe kabur terus?"

Tanya shani yang kini bertanya tentang sesuatu yang lebih faedah. Semoga jawaban yang shani terima setimpal.

Gracia mengendikkan bahu nya "gue pernah bilang kan, kalo gue lupa kapan terakhir kali ngomong lebih dr 10 kata kalo di rumah"

Shani mengangguk, mengIyakan

"Pas tau gue kabur, papa mama kalang kabut. Bodyguard yang jaga gue abis papa hajar. Mau lapor polisi juga belum bisa kan. Tapi Jujur gue cuma baru 2 kali kabur, dan itu dua-duanya ketemu loe. Pas gue sampe rumah, Papa mama ceramah udah kaya dosen yang ngasih materi 3 sks. Gue cuma ngangguk-ngangguk. Sampe mereka akhirnya cape. Dari seluruh rentetan kalimat yang mereka ucap kan. Gue gak denger sama sekali, walau cuma satu kata. Loe tau kenapa?" Tanya nya lalu menyuap satu sendok eskrim ke mulutnya.

Shani menggeleng.

"Karena telinga gue, gue sumpel pake permen karet. Hahahhahaahah"

Tawa gracia meledak, membuat beberapa pengunjung seketika menoleh kearah meja shani. Shani sedikit menunduk menahan tawa nya yang hampir saja sekeras tawa gracia, jika ia tak menahan diri.

"Hahahahaahaha.. loe harus coba sensasi nya. Ngeliat mereka ngomong panjang kali lebar, tapi yang gue liat cuma kaya kumur-kumur hahhahahaa... aduh perut gue kram haaahahahahhaha"

Tawa shani tak lagi bisa di tahan, ia terkekeh walau tak sekeras gracia. Satu lagi yang bisa shani simpulkan. Gadis di depan nya adalah definisi malin kundang yang sesungguhnya.

"Aduh.. cape" keluh gracia sambil menyeka cairan di sudut mata nya. Perut nya keram karena terlalu lama tertawa. Sementara shani kini mulai bisa menguasai dirinya.

Shani tak ingin memperpanjang kedurhakaan gracia. Ia memutuskan untuk memanggil waiters. Meminta bill lalu membayar makanan mereka.

3jam berlalu semenjak pertemuan mereka di taman kota, tepat jam 8 malam. Shani mengantar gracia pulang ke rumahnya.

Tapi kali ini shani melihat ada yang berbeda dari gadis di samping nya. Sejak 10 menit lalu gadis itu mendadak diam. Shani yang fokus ke jalan raya, tak menyadari jika gadis disamping nya ini sudah tidur nyenyak.

Mobil shani berhenti di depan gerbang, seperti biasa membuka kaca mobilnya. Sedikit bercakap pada penjaga rumah. Lalu masuk ke pekarangan rumah gracia.

Shani mematikan mesin mobil, melepas kait sabuk pengaman nya. Menggeser tubuh nya ke samping. Mendekat ke arah gadis yang terlelap.

Shani tertegun melihat wajah gadis itu sedekat ini, wajah polos saat tidur nya menambah kadar keUwuan yang dimiliki nya. Shani memberanikan diri mengangkat tangan nya, mengusap pipi gembul nya perlahan.

Lembut. Shani suka.

Lagi, shani mengusap pipi mulus itu, merasakan sensasi kulit kedua nya yang bersentuhan. Shani menggeleng. Bukan ini yang harus ia lakukan, shani harus membangun kan putri tidur ini. Bukan malah membayangkan shani bisa mengecup bibir ranum nya. Upsss

"Gracia"

Suara shani seolah tak berarti apapun. Gadis itu tidak terusik sama sekali.

Shani mencoba mengguncang bahu gadis ini "gre bangun"

10 kali shani mengulang kegiatan yang sama tapi tak ada hasilnya.

Shani menggeram frustasi, ini anak emang kebo apa emang suara shani yang sangat lembut, seolah suara shani adalah lagu pengantar tidur.

15 menit berlalu, gadis itu terusik. Matanya mengerjap lucu. Membuat shani tersenyum simpul di tempatnya.

"Nghhh"
Gracia merentangkan kedua tangan nya. Menegakkan tubuhnya. Lalu menatap ke sekitar "loh, udah sampe?"
Gracia menoleh ke arah shani, "kenapa gak bangunin?" Tanya nya

Shani mendengus "gue bangunin loe, malah tekanan batin. Gue fikir loe mati"

Kalimat yang mengandung sindiran dari shani, berubah makna menjadi jokes yang terdengar lucu di telinga gracia, lihatlah gadis itu malah terkekeh.

"Bidadari kalo ngambek kenapa lucu ya ? Mahluk bumi pas-pasan kaya aku bisa apa"

Shani mendengus, pasal nya gadis disamping nya kembali terkekeh. Tawanya terdengar sangat menyebalkan di pendengaran shani.

"Sana turun" titah shani, tak ingin berlama dalam situasi menyebalkan ini.

Gracia menyentuh tangan shani, membuat shani tersentak lalu menoleh.

"Seinget gue, terakhir kali gue ngerasa sangat bahagia. Saat usia gue 10 tahun. Dan kali ini gue merasakan perasaan itu lagi. Dan itu karena loe. Makasih bidadari. Sampe rumah kabarin"

Cup

Satu kecupan mendarat sempurna di pipi shani, kecupan kedua yang sedikit lebih lama. Membuat seluruh sistem di tubuh shani bekerja ekstra. Jantung nya tidak pernah senakal ini sebelum nya. Kali ini dia menggedor dengan sangat kuat.

Shani menatap sekilas wajah cantik gracia yang berdiri tak jauh dari mobil nya. Melambai dengan gerakan slow motion.

Shani menyalakan klakson seperti biasa, mobil shani mulai meninggalkan pekarangan rumah gracia. Meninggalkan gadis itu di dalam rumah bak istana raja, namun sayang bayangan wajah cantik dan senyum khas nya malah shani bawa di fikirannya. Membuat hati nya menghangat, sehangat mentari yang menyinari bumi di pagi hari.

Waktu terus berlalu, semakin hari shani dan gracia semakin intens bertukar kabar lewat ponsel. Dalam seminggu mereka bisa bertemu 3 sampai 4 kali.

Benih cinta itu tumbuh subur. Di pupuk dengan perhatian-perhatian kecil dari shani, yang selalu mampu membuat gracia tersipu malu.

Disiram dengan kelakuan-kelakuan absurd gracia yang selalu membuat shani menggelengkan kepala sambil mengelus dada. Tapi berakhir dengan tawa bahagia.

Cinta itu tumbuh tanpa di sangka. Tanpa di prediksi. Tanpa mereka atur bagaimana prosesnya. Bahkan tanpa mereka sadari cinta itu semakin kuat setiap hari nya.

Satu bulan semenjak pertemuan pertama mereka, akhirnya shani memantap kan hatinya untuk menyatakan perasaan nya pada gracia. Segala sesuatu nya sudah shani perhitungkan. Dari mulai resiko di tolak, ditampar atau pun dimaki. Shani sudah memprediksi seakurat mungkin. Sampai shani sudah mempersiapkan langkah yang akan dia ambil jika nanti ia mengalami yang namanya patah hati.

Di sebuah taman yang menjadi tempat pertama kali mereka bertemu dengan sengaja. Shani duduk dengan gelisah.

Pasalnya gadis yang menjadi tujuan nya datang ke tempat ini belum juga datang. Setengah jam shani menunggu, entah berapa puluh nyamuk yang sudah shani ajak highfive sejak ia duduk di bangku ini.

Shani melihat pergelangan tangan nya, dimana arloji hitam bermerk buah digigit melingkar sempurna. Jam digital itu menunjukkan pukul 8 malam.

Satu jam sudah shani menunggu sesuatu yang tak pasti. Akhirnya ia berdiri dari duduk nya. Ia yakin gracia tak akan datang malam ini.

Keyakinan nya seketika meluap tatkala sebuah suara yang ia kenali menyapu telinga dingin nya.

"Setau gue bidadari itu sabar, loe doang yang nunggu sejam udah Kek triplek yang udah lapuk. Lemah"

Shani tak kesal dengan kalimat yang gadis itu ucap kan, hatinya malah menghangat ketika menatap gadis itu berdiri di hadapan nya.

Gadis itu terlihat sangat mempesona, dengan balutan gaun warna hitam, kontras dengan warna kulitnya. Bahu nya ia biarkan terekspos, sama halnya dengan rahang mulus milik gadis itu yang juga dibiarkan terekspos. Karena gadis itu menyanggul rambut panjangnya.

"Feeling gue bilang, kalo loe mau nembak gue malam ini. Gue gak mau keliatan jelek di hari jadian kita. Makanya gue nyalon lama"

Shani terkekeh dengan kejujuran gracia, dengan langkah pasti. Shani berjalan mendekat ke arah gracia.

Memberi jarak 3 langkah dengan gadis cantik itu. Tangan shani merogoh saku celanya. Mengeluarkan sesuatu seraya berlutut di hadapan gracia.

"Shania Gracia Harlan, will you-

"YES !!"

Kepala shani mendongak, menatap tak percaya pada gadis yang memotong kalimatnya, bahkan tak membiarkan shani menyelesaikan sisa kalimatnya lagi.

"Aku gak mau di hukum Tuhan, karena biarin bidadari nya nunggu lebih lama lagi. Hanya untuk sebuah jawaban yang sudah pasti. Iya"

Senyum shani mengembang sempurna, sesempurna penampilan gadis cantik di hadapan nya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Shani mengambil sebuah cincin dikotak yang dia buka tadi, menyematkan nya dengan perlahan ke jari manis gracia. Perlahan kepalanya menunduk seiring di tarik nya tangan yang tersemat cincin itu, lalu mengecupnya lama. Menghantarkan ke hangatan yang menjalar pada dua insan yang di mabuk asmara.

Shani bangkit, menarik tubuh gadis yang sudah menjadi milik nya sejak 1 menit yang lalu. Mendekap nya erat, seolah menegaskan bahwa pelukan ini yang akan selalu menyambut gracia, pelukan ini yang akan selalu mendekap erat gracia. Dan tentunya hanya shani yang boleh memeluk erat tubuh gracia.

Senyum gracia kembali mengembang, ketika shani mengucapkan satu kalimat yang sudah ia tunggu sejak lama. Sebuah kalimat yang di nanti-nantikan setiap detiknya. Akhirnya bisa dengan jelas gracia dengar dari bibir kekasih nya ini.

"I Love You Shania Gracia"

"I Love you too, Shani Indira"

flasback Off









= Tbc =




-Semanis Gracia, Selembut Shani-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro