Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19




= Selamat Membaca =

***********************








Sudah satu minggu ini mahluk Tuhan yang bernama Ratu vienny tidak masuk sekolah, bahkan beberapa kali shani mencoba menghubungi nya tapi selalu tidak di jawab. Beberapa kali shani menghubungi orang tua nya, tapi mereka bilang bahwa vienny tidak mau bertemu siapapun termasuk shani.

Jujur saja Shani sudah merasa khawatir dengan keadaan vienny, bagaimanapun vienny adalah sepupunya shani.

Shani memutuskan untuk menjenguk vienny, sepulang sekolah. tentunya mengajak Gracia. Shani tidak mau mengambil resiko jika gracia ngamuk-ngamuk kalo tau shani ke rumah vienny tanpa dia.

Shani mematikan mesin mobilnya saat sudah tiba di parkiran sekolah "Mau ikut ke rumah vienny?"
Tanya shani sambil melepas sabuk pengaman nya.

"Kalo kamu izinin, ya aku ikut"

Shani mengangguk kecil sebagai jawaban. Shani keluar dari mobil diikuti oleh gracia yang kini berdiri disamping nya.
Seperti biasa mereka berjalan berdua di koridor sekolah, mengabaikan semua tatapan kagum dan memuja dari sekitarnya.

Kecantikan shani dan gracia tidak berkurang sedikit pun, malah terus bertambah setiap harinya. Membuat setiap mata yang memandang nya seolah tak rela jika berkedip sedetik pun.

Rambut panjang keduanya sengaja di gerai. Menambah kesan anggun dan manis.  Sesekali gracia mengibas rambut nya dengan gerakan slow motion, membuat para netizen ambyar seambyar ambyarnya.
Jika saja lantai koridor sekolah ini dilapisi karpet, entah berapa puluh murid yang akan guling-guling atau bahkan koprol saking gesrek nya.

Shani hanya tersenyum dalam hati ketika melihat gadis nya dengan sengaja menunjukkan eksistensi nya. Tidak ada yang menyangka jika gadis langganan bully yang pelakunya adalah Vienny ini, menyimpan sejuta pesona yang luar biasa.

Tentu ini menjadi PR tersendiri bagi shani, juga tambahan tugas shani yang menjadi semakin berat. Selain Anin, Shani tidak tau ada berapa puluh bahkan ratus Anin diluar sana yang mengincar gadis nya. Shani juga tidak tau taktik apa saja yang akan mereka gunakan untuk menarik perhatian gadis yang kini dengan sengaja menyibak kembali rambut hitam nya ini.

Beda hal nya dengan shani yang harus selalu siaga menjaga Gracia. Gracia sepertinya tidak perlu repot-repot menghalau siapapun yang akan mendekati shani. Karena shani sudah punya cara sendiri untuk menghadapi para Fans nya itu.

"Gracia tunggu!"

Shani dan gracia kompak menghentikan langkah nya. Alis shani terangkat melihat siapa yang memanggil nama gadisnya dengan lantang. Sungguh indra pendengaran shani di buat berdengung karena nya.

"Ini buat kamu"
Seorang siswa dengan begitu percaya diri nya memberikan satu kotak coklat kepada gracia.

Shani hanya menatap datar, ini salah satu taktik yang sangat mainstream. Kalo gak kasih coklat ya bunga. Setidaknya shani tidak perlu siaga 1, karena jika hanya coklat, shani bisa belikan sepabriknya. Atau jika hanya bunga, shani dengan senang hati akan menanam nya sendiri untuk gracia.  atau jika gracia ingin segera, shani dengan senang hati memetik nya di taman rumah sakit seperti kapan hari.

Berbeda dengan shani yang menatap datar,  gracia lebih memilih meneliti penampilan siswa yang masih menyodorkan coklat itu.

Mata gracia memicing, kepalanya bergerak dari atas ke bawah, Dari bawah kembali ke atas, ketika melihat penampilan siswa yang kini tersenyum menampilkan deretan gigi nya yang sedikit tidak rata.

Seragamnya dikeluarkan, kancing atas sengaja dibuka 3, rambut sedikit gondrong, dengan sedikit warna coklat terang yang kontras dengan kulit coklat tua nya. Dan jangan lupakan sebelah telinga yang sengaja ditindik dengan anting-anting hitam kecil gopean yang menempel disana. Fix pakboy !

Gracia mengangkat sudut bibirnya
"Gue lagi diet gak makan coklat" tolak gracia sambil melangkah diikuti shani di belakang nya.

Penolakan pertama tidak membuat siswa itu menyerah, Siswa itu kembali mengejar langkah gracia.
"boleh minta no hp loe?" Ucap nya yang malah mengundang kekehan dari gracia.

"Minta dia" tunjuk gracia pada shani, yang kini menatap tajam dengan aura yang sedikit menyeramkan.

Seolah mendapat angin segar, siswa tersebut tersenyum, dengan tingkat  percaya diri yang tinggi, berucap dengan lantang pada shani.
"Kak shani yang cantik, minta no hp gracia"

seolah tak menghiraukan aura mencekam dari shani, siswa itu dengan santai nya mengeluarkan ponsel dari saku celana nya "ketik aja disini" ucapnya penuh kemenangan sambil menyodorkan hp android yang harga nya shani taksir tak lebih mahal dari harga sepatu gracia.

Shani dengan tenang mengambil ponsel tersebut, membuat siswa itu tersenyum senang. Tapi sayang kesenangan nya tak berlangsung lama, ketika ia melihat ponsel nya melayang di depan matanya sendiri.

Brakk...

Pupil Mata siswa itu membulat, menatap tak percaya ketika Ponsel nya jatuh dengan sempurna ke lantai, akibat di lempar dengan kuat oleh shani. Membuat ponsel keluaran tahun lalu tersebut hancur berceceran.

Siswa itu menggeram, mengangkat jari nya ke depan wajah shani "Loe!" Tunjuk nya pada shani, membuat shani menampilkan senyum meremehkan.

"Itu peringatan terakhir buat loe!"
Ucap Shani dengan penuh penekanan, lalu berjalan meninggalkan siswa tersebut. Yang masih berdiri dengan tatapan emosi sekaligus tak percaya.

Tubuh gracia sedikit menegang, sedetik kemudian kembali rileks ketika shani menarik pinggang gracia dan merangkul nya posesif setelah memberikan ultimatum kepada siswa tadi.

"Jangan pernah ganggu milik gue !!"

_




Gracia mengulum senyum manis nya, hatinya menghangat, karena perlakuan shani pagi ini. Jantung gracia berulah kembali ketika mengingat bagaimana shani merangkul nya sepanjang jalan.

Baru kali ini gracia melihat shani seperti ini.  jarang sekali shani memperlihatkan ketidaksukaannya pada orang lain, setidak suka apapun shani pada orang itu.

Tapi kali ini gracia melihat sesuatu yang berbeda dari shani nya.  "pacar gue kalo cemburu gemesin banget astaga, ada serem-serem nya gitu ih. Gemessss" batin gracia sambil mempertahankan senyum di wajahnya.

Shani yang menyadari gadis nya melamun dan senyum-senyum sendiri, sedikit mengerutkan kening nya "Kenapa senyum-senyum?" Tanyanya "kesambet?"

Senyuman gracia luntur, berganti dengan dengusan kesal "ish! Lisan nya" kesal gracia

"Terus?"

Kembali gracia memasang senyum manis nya "Seneng aja liat kamu kalo cemburu gini, makin sayang kan.. aaahhh shaniii masih pagi udah bikin gesrek tau gak" gracia alay mode on.

Shani hanya menanggapi dengan biasa

"Aku gak mau lengah"

Jleb..

Tiba-tiba saja kalimat shani membuat gracia bungkam, Kalimat yang terlontar dari mulut shani seolah menusuk hati gracia. Gracia semakin merasa bersalah karena beberapa kali shani harus melihat anin yang kadang menunjukkan perhatian nya, bahkan dengan berani di depan shani.

Shani memang tidak langsung menunjukkan ketidaksukaan nya, bahkan tidak pernah menunjukkan nya langsung.  karena masih menghargai anin sebagai sahabat gracia. Tapi gracia juga ingat, bahwa shani juga manusia, sabar nya ada batasnya.

"Udah sampe kelas dan kamu masih bengong?"

"Eh! Hehe.. maaf" ucap gracia sedikit terkesiap.

"Jangan ngelamun mulu, aku ke kelas ya"

Shani merapikan poni gracia, lalu menyelipkan beberapa helai rambut ke belakang telinga gracia. Diakhiri dengan mengelus lembut pipi gembul gracia. Shani  tersenyum hangat sebelum berpamitan.
"Bye"

"Byee sayang, i love u"

Shani hanya menganguk, tanpa berniat membalas kalimat gracia dengan i love u too. hatinya saja yang menjawab dan itu lebih dari cukup.  Shani membalik badan nya, meninggalkan gracia yang masih menatap punggung shani dengan senyuman.

Pandangan mata gracia tak lagi dapat menjangkau shani ketika shani berbelok di koridor menuju kelas nya. Gracia melangkah dengan mood yang luar biasa bagus nya, menggerakan kakinya masuk ke kelas.

"Pagii semua" sapa gracia membuat tiga orang yang di sapa langsung menoleh seketika.

Aya tersenyum mengejek "Pagi nyonya Shani" ledeknya

Gracia mendelik "masih pagi" gracia langsung duduk di kursi nya "udah ngeledek aja kalian. Ada tugas gak?" Ucap nya lalu menyimpan tas di meja.

"Seneng banget yang dianter pacar" timpal angel sementara gracia hanya memutar bola matanya.

"Gak ada tugas kok, aman tentram dan bahagia" ucap aya.

Anin seperti biasa menatap malas pada kedua teman di depan nya, pandangan nya kini beralih pada gracia yang sepertinya sedang bahagia.

Rasa penasaran anin muncul membuat nya tak kuat untuk tidak bertanya "Seneng banget mbak nya?"

Gracia mengangguk "dapet undian kopi" jawabnya asal.

Aya terkekeh "Umroh dong" ucap nya menyaut kalimat gracia.

Gracia menggeleng "Enggak, cuma gosok-gosok dapet goceng"

"Yah Gak asik" ucap aya dan angel barengan. 

Anin memang tidak berniat terlibat dalam obrolan unfaedah mereka, seolah teringat sesuatu. Anin mencoba peruntungan nya "Gree.. mau temenin gue jalan?" Ucap nya hati-hati.

Gracia menoleh "kapan?"

"Pulang sekolah"

Gracia menggeleng "maaf, gue mau ke rumah kak vienny"

Angel dan aya serempak menoleh kembali kebelakang saat mendengar nama Vienny.

"Demi apa gre?" Tanya aya

"Loe gak takut di amuk kak vienny?" Tambah angel

Gracia tertawa "hahaa..apaan sih kalian, selama sama shani gue pasti aman"

"Iyaaa deh yang pacar nya shani"

Anin hanya membuang pandangan nya, sakit sekali rasanya ketika teman-teman nya seolah sengaja memanasi nya. Tidak tau kah mereka hati anin sudah gosong seperti tempe goreng yang lupa diangkat?.

Gracia hanya mengucap kata maaf di dalam hati dengan perubahan sikap anin, sekaligus terimakasih karena angel dan aya selalu menyebut nama shani, sehingga gracia bisa mengendalikan dirinya.

"Gree anter ke toliet yuk" ajak anin.

"Bentar Lagi pelajaran nin"

"Bentar ajaa" bujuk anin

Gracia menghela nafas "yaudah ayo"

"Aya, kalo ada guru bilang gue ke toilet ya" ucap gracia dan di acungi jempol oleh aya.

Gracia dan anin melangkah menuju toilet. Anin memasang earphone di kedua telinga nya, lalu segera masuk ke bilik toilet sementara gracia menunggu nya.

Gracia menyadari kehadiran seseorang yang baru keluar dari bilik kamar mandi dari pantulan cermin, gracia tersenyum melihat gadis yang dikenal nya itu. Tapi senyum nya tak bertahan lama, gracia merasa sedikit aneh ketika gadis itu melangkah sambil tersenyum miring ke arah nya.

Gracia membalik tubuhnya, tak lama ia merasa tubuhnya di dorong ke tembok dengan keras, membuat gracia meringis karena merasa sakit di bagian punggung nya. Gadis itu menyudutkan gracia, mengurung tubuh gracia dengan kedua tangan nya.

"Mau apa ?" Tanya gracia yang sebenarnya takut karena tatapan gadis itu kali ini berbeda.

"Gue cuma mau berduaan sama loe" ucap nya penuh penekanan.
"Udah lama gue nunggu moment ini"

"Jangan macem-macem ya" gracia semakin terpojok ketika gadis itu mendekatkan wajahnya ke wajah gracia. Sementara gracia sebenarnya sudah berontak, tapi entah kenapa gadis itu begitu kuat mencekal tangan nya.

"Gue cuma mau satu macem dan itu loe" ucap nya sambil tersenyum mengerikan.

Keringat dingin gracia mulai menetes, beberapa kali dia memanggil nama shani dalam hati nya.

"Lepasin!"

Gracia mendorong tubuh gadis itu, sayang nya dia tidak bergeser sama sekali.

"Kenapa? Loe kayanya lebih seneng gue kasarin"

Gadis itu tersenyum miring lalu semakin mendekat hingga hembusan nafas nya menerpa wajah gracia, membuat gracia memalingkan wajahnya.

Gracia memejamkan matanya. Bayangan shani melintas difikirannya. Kembali ia menatap wajah gadis itu. Nafas gracia sedikit memburu karena kini dia sudah mulai emosi.

"LEPAS "!

"Enggak!!"

"Lepasin gue!"

"Enggak, gue suka sama loe dan gue gak akan lepasin loe"

"Lepas hikss" gracia mulai terisak

Ceklek..

Seseorang masuk ke kamar mandi. Gracia yang menyadari itu dan langsung berteriak.

"Shani hikssss"

Tangis gracia akhirnya pecah membuat gadis itu melepas cekalan di tangan gracia lalu menatap tajam shani.

"Loe lagi?" ucap nya tersenyum miring "sedetik aja jauh dari dia loe gak bisa?"

Shani berjalan dengan tatapan tajam yang tak pernah lepas menatap gadis itu. Pandangan mereka beradu saat shani berhenti tepat di hadapannya.

Gadis itu menatap tajam shani, melipat tangan nya di dada, serta menunjukkan senyum meremehkan.

"Gue gak pernah mau nyakitin orang, tapi kayanya Loe bakal jadi pengecualian"
Ucap shani tanpa intonasi.

"Gue gak pernah takut sama loe shani" tantang gadis itu

Shani mencengkram kerah seragam gadis itu dengan kedua tangan nya, menggeser tubuh nya hingga membelakangi wastafel.

"Gue lagi gak pengen bunuh orang, tapi sekali lagi loe nyentuh apa yang jadi milik gue. Loe bakal berakhir kaya gini....

Braakkkk

"Shani!!!!"

Gracia menjerit ketika kepalan tangan shani menghantam kaca wastafel hingga pecah, membuat darah segar mengalir di tangan shani.

"Dan kalo loe masih gak ngerti! " tunjuk shani membuat gadis itu bisa dengan jelas melihat darah mengalir di tangan shani. "Gue pastiin Jantung loe bakal pindah dari tempatnya"

Shani melepas cengkraman tangan nya di kerah gadis yang dengan jelas ia kenal itu. Tatapan nya beralih pada gadis nya yang kini tengah menangis sambil menatap nya kawatir.

Shani menggenggam tangan gracia, membawa nya keluar dari kamar mandi.
Tanpa bertanya apapun gracia mengikuti langkah shani. Gracia tau kemana tujuan shani, parkiran mobil.

Segera ia masuk ke pintu penumpang, sementara shani sudah berada di balik kemudi.

Hening..

Gracia tak berani berucap apapun, shani terlihat sangat mengerikan saat ini. Bahkan untuk sekedar mengatakan kamu gapapa? Gracia seolah tak sanggup. Tatapan gracia beralih pada tangan kanan shani yang masih mengeluarkan darah. Gracia meringis  ketika melihat tetesan darah itu mengalir di stir mobil yang di cengkram kuat oleh shani.

Tanpa ekspresi apapun, tanpa menghiraukan rasa sakit yang mulai menjalar di tangan nya, shani tetap menatap datar ke depan. Otak shani sudah terkontaminasi emosi, jika saja posisinya tidak di sekolah, mungkin saja gadis tadi sudah terbaring di rumah sakit dengan perban di sekujur tubuh nya.
Lebih parah nya lagi mungkin gadis itu akan hidup mengandalkan peralatan medis.

Shani berusaha sekuat tenaga menekan semua emosi nya lewat cengkraman di stir mobilnya. Sejenak melupakan gadis disamping nya yang kini tengah menatap kawatir, sesekali menundukkan kepalanya.

Mobil shani berhenti di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari sekolah. Shani mematikan mesin mobil lalu keluar dari mobil, tanpa menghiraukan gracia yang sesekali masih terisak.

Menyadari shani sudah turun, segera gracia menyusul shani yang kini berjalan ke UGD.
Gracia melihat shani berbicara pada seorang suster, lalu masuk ke UGD. Sementara gracia memilih duduk di kursi tunggu depan UGD.

Gracia menunduk menatap kedua sepatu nya, air matanya lagi-lagi menetes. Dada nya sesak ketika kembali membayangkan bagaimana shani meninju cermin kamar mandi tadi. Gracia semakin meringis ketika membayangkan bagaimana jika wajah gadis itu yang kena pukulan shani. 

Gracia menggeleng pelan, shani nya tidak  akan menyakiti orang lain. Tapi gak boleh nyakitin diri sendiri juga. Bodoh!

Lama gracia bergelut dengan fikiran nya, memikirkan semua hal yang terjadi pada shani karena ulah dirinya. Hingga tak sadar bahwa shani kini sudah berada di hadapan nya.

Berapa lama gracia berfikir ?

"Ayo pulang!"

Gracia mendongak, menatap shani yang kini berdiri di hadapan nya, masih dengan ekspresi yang sama. Pandangan gracia beralih pada perban yang membalut tangan kanan shani.

Gracia berdiri dan langsung memeluk shani.
"Hiksss.. kamu kenapa lukain diri kamu sendiri. Bodoh tau gak hiksss"

Gracia meremas punggung shani, tubuh nya bergetar hebat karena kembali menangis di pelukan shani.

"Kamu tau gak sih aku kawatir hiksss"

"Maaf gara-gara aku kamu jadi kaya gini"

"Hiksss shani"

Shani tak bergeming, bahkan pelukan gracia pun tidak berniat ia balas
"Aku gak mau bunuh orang depan mata kamu"

Shani melonggarkan pelukan gracia. Menghapus air mata di pipi gadis kesayangan nya itu.

"Kamu tau kalo aku bisa ngelakuin apapun jika menyangkut kamu, termasuk ngilangin jantung orang"

Gracia bergidig ngeri, kalimat shani seolah ikut menusuk jantung nya. Membayangkan bagaimana jika shani benar-benar melenyapkan seseorang di depan mata gracia. Gracia menggeleng, membuang semua fikiran negatif yang hinggap di fikiran nya. Tidak! Shani nya bukan seorang Psikopat, gracia yakin itu.

Gracia menatap dalam mata shani, diusap nya pelan pipi shani dengan lembut.
"Jangan natap aku kaya gitu sayang, aku takut"

Shani menghela nafas, memejamkan matanya sesaat. Sambil Menyebutkan nama gracia 3 kali dalam hati nya. Hal yang selalu shani lakukan jika ia sedang marah karena sesuatu yang menyangkut gracia. Seolah nama Gracia adalah mantra paling ajaib.

Shani menarik lalu menghembuskan nafas dengan perlahan. Sorot matanya melembut seiring ditarik nya gracia dalam pelukan nya.

"Maaf sayang" suara shani melembut
"Kamu bikin aku gila" gumam shani yang tentunya bisa di dengar jelas oleh gracia.

"Iyaa shani, i love u too"

Shani terkekeh mendengar jawaban random gracia. "Ayo pulang, aku gak mau di usir suster"

Gracia mengangguk "ayo. Aku yang nyetir ya"

Shani langsung menatap tajam "gak! Aku belom mau mati"

"Terus loe nyetir nya gimana pinter?" Sarkas gracia sambil menunjuk ke arah tangan shani.

"Gue masih bisa nyetir sebelah tangan"

"Gue yang belum mau mati shani.. Ayo buruan ah jangan ngeyel"

Shani dan gracia meninggalkan rumah sakit, berjalan ke arah parkiran lalu masuk ke mobil shani, tentu saja tetap shani yang menyetir. Shani tidak akan membiarkan gracia menyetir karena shani tau kemampuan gracia menyetir sangat buruk.

Shani tidak ingin ada adegan bunuh diri bersama.  Berakhir dengan berita yang menjadi tranding topik dengan judul dua gadis cantik meninggal karena rebutan nyetir.

"Kamu kok bisa ada di kamar mandi tadi?"

Pertanyaan gracia membuat shani menoleh.
"Aku balik ke kelas kamu mau pinjem hp, hp aku lupa di charger. Kata aya kamu sama anin ke kamar mandi"

Gracia mengangguk "Ohh, tumben lupa charger"

"Bidadari juga bisa lupa gee"

Gracia memutar bola matanya "Iya siyap bidadari "

"Eh Ini mau kemana?"
Tanya gracia yang heran ketika jalan yang mereka lewati bukan jalan yang biasanya.

"Kantor" ucap shani santai.

"Ngapain?"

"Ada kerjaan"

Gracia kembali mengangguk, otak pas-pasan nya dipaksa berfikir. Shani nya ini otak sama hati nya terbuat dari apa ? Baru saja ditimpah masalah, kini sudah berniat untuk ke kantor.

Bahkan bisa gracia jamin, rasa sakit di tangan shani yang kini berada di atas stir mobil masih terasa.

Seolah tak ingin terlalu fokus pada fikiran nya, gracia kembali angkat suara.
"Lah kita bolos sekolah nih?" Tanya gracia yang kini menatap heran shani.

"Iya nanggung"

"Okee.. tapi mampir beli eskrim ya"

Nah ini, baru saja gracia berfikir bagaimana shani bisa ke kantor saat baru saja kena masalah. Gracia malah minta beli eskrim. Kadang emang suka random banget fikiran nya  itu.

"Gak ada duit"

"Astaga shani!!! Loe emang keterlaluan. Masa beli eskrim aja gak ada duit sih"

Shani menatap ke arah gracia "yaudah bayar sendiri sana"

"Gak ada duit shani"

"Astaga gracia! Loe emang keterlaluan. Masa beli eskrim aja gak ada duit" ucap shani menirukan kalimat gracia tentunya dengan nada shani.

"Pakyu shani!"




= Tbc =



-Semanis Gracia, Selembut Shani-




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro