18
= Selamat Membaca =
***************************
Malam semakin larut. Suasana semakin sunyi sepi. Hanya terdengar suara dari pendingin ruangan yang berfungsi untuk menyejukkan. Ditambah deru nafas teratur berasal dari gadis yang terlelap dalam tidur nya, bersautan dengan deru nafas shani yang masih dalam kondisi terjaga.
Sementara gadis itu bergelut dengan mimpinya, shani masih betah duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Sungguh tubuh shani sangat lelah, tapi matanya menolak terpejam. Mungkin jika gracia tau, gracia akan menyebut shani mirip seperti Hansip komplek yang ronda tiap malam. Bedanya shani tidak begadang sambil main catur.
Shani menghembuskan nafas kasar, bosan dengan kegiatan bersandarnya, shani memilih duduk di sofa tak jauh dari tempat tidur nya. sebelum beranjak dia sempat membenarkan letak selimut gracia yang sudah menggulung di dekat kaki nya.
Shani merebahkan punggung nya di sofa, melipat kedua tangan nya di dada. Kebiasaan yang sering ia lakukan jika sedang memikirkan sesuatu. Matanya menatap kosong ke arah gadis di tempat tidur yang tidak terusik sama sekali, fikiran nya bercampur menjadi satu, berkelana entah kemana mencari satu titik yang sama sekali tidak dia dapatkan juga.
Lelah mencari jawaban untuk sesuatu yang tak pasti, bahkan sama sekali tidak ia ketahui. Akhirnya shani terlelap di Sofa menjelang subuh. Terbangun pukul 8 pagi dengan kondisi yang tidak terlalu baik, kepalanya terasa sangat pening saat ini, beberapa kali shani meringis sambil memijat pelan kening dan kepala nya. Tapi Tetap tidak mengurangi pening yang ia rasa.
Tak ingin memperparah kondisi nya, shani memilih beranjak ke kamar mandi.
Satu jam menghabis kan waktu untuk berendam, shani memilih mengakhiri kegiatan mandi nya. Wajah Cantik shani kini terlihat lebih segar, setidaknya kepalanya sudah tidak sepusing tadi, kantung matanya pun tak begitu nampak.
Keluar dari kamar mandi, tatapan shani jatuh pada Jam dinding Bulat berwarna Hitam yang menggantung di dinding nya. Jarum pendek nya menunjukkan angka 10.
Hari ini hari minggu, hari malas-malasan untuk manusia malas seperti gadis nya itu. Seolah memang di hari minggu itu diwajibkan rebahan, dan di sunatkan mandi.
Kalau kata gracia, Hari minggu mandi ? lemah banget sih.
Lihat lah Tubuh gadis itu masih terbungkus selimut ungu yang kini terlihat mirip terong yang belum di potong-potong. Hanya terlihat kepala gracia yang sedikit menyembul dari dalam selimut.
Tubuh gadis itu menggeliat ke kiri kekanan, mencari posisi nyaman. Shani kadang tidak habis fikir dengan tingkah gadis nya ini, posisi tidur nya selalu membuat shani geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, setiap akan tidur pasti dia bergerak ke kiri ke kanan, berguling kesana kemari, kadang juga menyamping. Setiap shani tanya alasan nya cuma satu aku suka bobo berantakan.
Seseorang kasih tau shani bobo berantakan itu istilah dari mana?
Untung saja tempat tidur mereka luas, sehingga shani jarang terkena imbas nya. Walau tak jarang juga shani tidur mepet di pinggir kasur, atau bahkan jatuh dari kasur nya sendiri akibat terkena tendangan gracia.
Jika gracia tidur dengan anteng di pelukan shani, itu karena shani harus mengeluarkan tenaga ekstra agar gadis nya ini tidak berontak di pelukan nya.
Tapi tetap saja saat pagi, gadis itu sudah merubah posisi menjadi semau dia.
Tak ingin membuat waktu semakin terbuang sia-sia, shani menghampiri gracia.
"Ge... bangun" ucapnya sambil menepuk pipi gembul gracia yang kini terlihat, karena selimutnya sudah turun sebatas leher.
"Gege.." kembali shani menepuk pipi gadis itu.
Gracia tidak terusik sama sekali, membuat shani harus mengeluarkan tenaga ekstra.
"Graciaaa"
"Shania gracia bangun"
Shani menggeleng pelan, otak cerdas nya harus bekerja ekstra padahal masih pagi. Seketika senyuman terbit di wajah shani saat sebuah ide terlintas di otaknya.
"kamu gak bangun aku tinggal ke rumah Vienny"
Seketika mata gracia terbuka, tubuhnya otomatis berubah posisi menjadi duduk. Menatap tajam gadis yang kini dengan santai nya duduk disamping kasur, dengan wajah tanpa dosa.
"LOE NYARI MATI!" Teriak gracia dengan kesal. Membuat shani terkekeh.
"Sana mandi, mau Jalan gak?"
Gracia mendengus "bangunin tuh yang romantisan dikit, dicium kek, dipeluk kek di apain kek. Malah diancam-ancam" gerutu gracia sambil menyibak selimut nya.
Gracia turun lalu berjalan dengan semua gumaman yang sebenarnya masih bisa di dengar shani dengan samar.
"Punya pacar cantik kaya gue tuh harusnya bersyukur, di sayang, di cium-cium, dipeluk, di baik-baikin gitu. Dimodusin juga gapapa..Ini malah diancam Kimi gik bingin iki tinggil ki rimih vinyi. Apa-apaan asgjxhdxbxjdjjd.....
Tutorial kumur-kumur ala gracia berhenti dan menghilang seiring ditutup nya pintu kamar mandi dengan kencang. Membuat shani terlonjak lalu terkekeh di tempatnya.
Shani beranjak merapikan tempat tidur nya, melipat selimut ungu yang sebenarnya membuat mata shani sedikit terganggu, tapi apa boleh buat. Gadis nya tidak bisa di bantah.
Setelah memastikan tempat tidur nya rapi, shani meraih handphone gracia di meja, kening shani sedikit berkerut melihat handphone yang kini terlihat mengenaskan. Layar nya retak parah, sudah seperti jaring laba-laba kusut, bagian belakang nya retak. Bahkan sedikit ada goresan di kamera belakangnya.
Shani menghela nafas, gak ngerti lagi gimana cara gracia menggunakan ponsel nya.
30 menit berlalu gracia selesai dengan aktifitas mandi nya.
Gracia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi sebatas dada dan paha.
"HP kenapa?" Tanya shani to the point, sementara gracia kini duduk di kursi meja riasnya. Menatap pantulan dirinya di cermin.
"Kemaren depan kelas ada kecoa, karena kaget ya gue lempar pake hp" ucap nya santai membuat shani hampir kehilangan kata-kata.
"Kenapa gak loe lempar pake pot bunga depan kelas?"
"Udah nyoba, pas ngangkat ternyata berat. Loe gak mau kan pinggang gue sakit"
Bilang sama shani gracia punya masalah hidup apa?
Shani menahan kekesalan nya, "selain makan dan tidur, hobi loe nambah jadi ngerusak ya?" Sarkas shani.
Gracia terkekeh "gak usah bangga gitu ah, gak enak gue jadi nya" ucap nya sambil menunjukkan senyum pura-pura malu, yang bisa shani lihat dari pantulan cermin.
"Nanti sekalian jalan beliin lagi ya" ucap gracia dengan enteng nya seolah meminta di belikan sebungkus permen.
"Iyaa Yang kalo dilempar ke lantai, lantai nya yang pecah" sarkas shani
Gracia tertawa keras "boleh deh, lumayan buat ganjel pintu loe biar gak usah geser"
Shani mendengus, kenapa shani bisa ketemu mahluk se ajaib gracia sih? Dosa apa shani sampe jatuh cinta sama yang bentukan nya kaya gracia?
"Tapi tenang aja" ucap gracia tiba-tiba sambil membuka lemari pakaian nya. Memilih beberapa baju untuk ia pakai.
"Untuk?" Tanya shani. Ayolah, otak shani belum bisa berfikir maksimal untuk menanggapi semua sifat random gracia.
"Hari ini gue pake baju yang biasa aja, kasian kalo loe minder nanti pas jalan sama gue"
Shani berdiri dari duduk nya.
"5 menit gak siap gue tinggal" ucap shani lalu berjalan keluar dari kamar membuat gracia tertawa terbahak.
"Pacar gue sensi hahahha"
--
"Shaniiiii"
"Shaniii.."
"ES.HA.A.EN.I SHANI"
Gracia menggeram kesal, menatap tajam gadis disamping nya yang kini fokus ke jalan raya.
"Cuekin aja terus, gapapa akutuh diginiin"
"Loe gak ngomong gue lompat dari mobil"
"Gue lompat beneran nih"
"Astaga!" Gracia menghentakan kaki nya, mengepal kedua tangan nya. "Shani nyaut ihh"
"Kamu kesel karena hp aku rusak?" Tanya gracia "harus nya aku yang kesel tau gak"
"Kalo Kamu gak mau beliin ya udah"
"Gak bisa telpon aku, sukurin! "
Gracia masih menggeram kesal, emosi nya sudah di ubun-ubun saat ini. Mahluk di samping nya ini tidak mengeluarkan sepatah kata pun semenjak keluar dari apartemen tadi.
"Loe emang kagak bener kalo jadi Human, besok loe jadi triplek aja atau gak jadi terong biar bisa gue balado"
Seolah ucapan gracia adalah angin lalu, Kini dengan santai nya shani mengetuk-ngetuk stir dengan jari telunjuk nya seolah sedang mendendangkan sebuah nada dalam hatinya.
"Kalo gak mau beliin ya udah aku minta papa" ancam gracia yang sedikitpun tidak membuat shani bergeming.
"Shaniiiiiiiiii!!!!" Teriak gracia frustasi. Rasanya gracia ingin membuka pintu samping shani, lalu menendang dengan kuat manusia triplek ini.
"GUE SANTET BENERAN LOE YA"
Kesabaran gracia habis, kini nafas nya sudah memburu. Seolah ingin memangsa shani saat ini juga.
"Aku kesel!" ucap shani akhirnya. bahkan terdengar seperti gumaman.
Gracia menaikkan sebelah alisnya. "Kesel? Karena hp nya aku banting?" Tanya nya.
Bukankah seharusnya gracia yang kesal ? Jika shani kesal karena gracia melempar hp nya, kenapa tidak salah kan kecoa yang dengan kurang ajar nya lewat di depan gracia?
Salah kan juga kenapa kecoa hitam besar kemarin memiliki mode terbang, sehingga gracia dibuat kalang kabut saat kecoa itu hendak hinggap di kepala nya.
Lupakan masalah kecoa, kini yang jadi masalah adalah kalimat yang di keluarkan dari mulut manis shani. Aku kesal?
Lihat lah shani hanya menggeleng menanggapi pertanyaan gracia.
"KESAL KENAPA SHANI?!" Suara 7 oktaf gracia mendominasi seluruh indra pendengaran shani.
"KESEL KARENA GUE MINTA HP BARU?"
Lagi, Shani menggeleng pelan.
"TERUS??"
"Aku kesel karena kamu makin hari makin cantik, bikin aku jatuh cinta terus"
Blussshhh...
Pipi gracia memerah seketika. Reflek gracia menoleh ke arah samping hendak menyembunyikan wajahnya, tapi naas jidat nya terbentur kaca jendela karena reflek yang tiba-tiba, hal itu membuat shani tertawa pelan melihat gracia salah tingkah sambil mengusap-ngusap jidatnya.
"Jidat gue sakit woy elah" batin gracia
= Tbc =
-Semanis Gracia, Selembut Shani-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro