Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15


= Selamat Membaca =

***************************





Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh murid bersorak dalam hati sambil merapikan peralatan sekolah mereka.

"gre.. jadi kan?" tanya aya

gracia mengangkat jempolnya "oke!"

"mau bareng kita?" tanya angel

"kayanya kaka kelas favorit kalian yang bakal anter gue" ucapnya santai

"beneran gre? wah asyk dong ketemu kak shani" angel bersorak senang.

"hayuk ah keburu sore" ajak gracia lalu berjalan mendahului aya dan angel.

Ketiganya berjalan di koridor sekolah. mata gracia memicing ketika melihat seseorang yang ia kenali sedang beradu mulut dengan vienny. Dia Shani.

gracia angel dan aya perlahan menghampiri mereka, samar terdengar beberapa percakapan yang di dominasi oleh vienny.

"gue nebeng pokonya"

"gak bisa, gue ada urusan"

"urusan apa sih? loe tega biarin gue balik naik taksi?"

Shani tak menghiraukan ucapan vienny. Vienny memaksa shani untuk mengantarnya pulang dengan alasan dia tidak membawa mobil, karena mobil nya masuk bengkel. Shani tidak bodoh, shani tau dengan jelas ada berapa mobil yang berjejer di garasi rumah vienny. bahkan kalo vienny mau, dia bisa memakai mobil yang berbeda setiap harinya.

shani menyadari kehadiran gracia disamping nya.

"gue duluan vin" ucap shani acuh

vienny menarik tangan shani yang langsung shani tepis "gue ikut!"

shani menatap tajam vienny "Jangan buat gue makin muak vin"

vienny diam, tatapan nya kini jatuh pada 3 gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri. menatap dengan tajam salah satu gadis yang berani mencuri perhatian shani.

"loe mau pergi sama dia?" sinis vienny

"bukan urusan loe" ucap shani lalu melangkah meninggalkan vienny.

seolah teringat sesuatu, shani menghentikan langkah nya. kembali menghampiri 3 gadis yang masih diam mematung entah apa yang ada di otak mereka. shani mengulurkan tangan pada gracia lalu tersenyum tipis membuat gracia langsung meraih uluran tangan nya.

"ayo" ucap shani membuat gracia mengangguk lalu berjalan diikuti angel dan aya di belakangnya. Vienny menatap tak suka pada gracia, tangan nya mengepal erat, emosinya sudah memuncak. vienny harus memberi pelajaran pada gadis itu.

"kalian pake mobil siapa?" tanya gracia yang kini berada di parkiran

"pake mobil gue gre, kebetulan angel gak bawa mobil"

"ya udah kalian hati-hati ya, kita ketemu di rumah anin" ucap gracia.

"loe juga hati-hati"

mereka langsung masuk ke mobil masing-masing, mobil shani memimpin jalan diikuti mobil aya dibelakangnya.

"kak vienny kenapa ?"

tanya gracia yang masih penasaran dengan percakapan mereka tadi

"gak apa" ucap shani santai

"Ck! loe tuh kalo ditanya jawab yang bener kek" ucap gracia kesal

"ya harus jawab apa? emang gak papa kan?"

"kalo gk papa gak mungkin dia natap gue kaya mau bunuh gue shani!" suara gracia meninggi, kesal dengan sikap shani yang seolah menutupi sesuatu

"dia cuma minta di anter pulang "

"selain itu?"

"gak ada"

gracia mendengus, mengusap kasar wajahnya dengan sebelah tangan "dia suka sama loe?"

Shani diam tak menjawab. gracia menatap tajam pada gadis yang masih menatap datar ke jalan raya di depannya.

"dia suka sama loe shani?" ucap gracia yang kini lebih datar

Shani menatap gracia sekilas.

"kamu tau jawaban nya"

"IYA APA ENGGAK SHANI!?"

Teriakan gracia membuat Shani langsung menepikan mobilnya ke sisi jalan, tak peduli dengan suara klakson yang di bunyikan oleh beberapa pengendara yang kaget karena ulah shani. Untung saja jalanan tidak terlalu padat sehingga tidak menimbulkan insiden tabrakan. Shani membuka kaca mobilnya mengisyaratkan agar aya jalan duluan, dan aya hanya menurut.

Shani melepas sabuk pengaman nya, menggeser tubuhnya lalu menarik gracia ke pelukannya.

"belum jadwal kamu Pms. kok udah marah-marah aja hmm?"

gracia hanya diam di pelukan shani, emosinya memuncak karena seolah-olah shani mempermainkan nya dengan jawaban yang ia ucapkan tadi. Gracia hanya butuh kepastian.

"Mau itu Vienny atau siapapun yang suka sama aku, aku gak peduli sama sekali. Prioritas aku cuma kamu, yang aku sayang cuma kamu. jadi stop mempermasalahkan sesuatu yang malah membuat kamu kesel sendiri"

"Makanya kalo di tanya itu jawab yang bener!" Ucap gracia masih dengan kesal

"Aku udah jawab bener sayang"

Gracia diam menikmati usapan di kepala nya, perlahan emosi nya mereda.
"abisnya kamu ngeselin tau gak" ucap gracia yang kini semakin menenggelamkan wajahnya di leher shani.

shani mengusap kepala gracia dengan lembut. menciumnya beberapa kali sebelum ia melonggarkan pelukannnya.

cup

shani mencium kening gracia sebentar "Jangan marah-marah ya, kamu malah cape sendiri nantinya"

gracia mengangguk lalu tersenyum "maafin aku ya"

shani ikut tersenyum lalu kembali pada posisinya, melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda tadi.

Akhirnya mereka sampai di rumah Anin, mobil aya sudah terparkir disana. setelah bertemu dengan mama anin, kini gracia dan shani menyusul aya dan angel ke kamar anin.

"Abin!!" seru gracia "udah sehat?"

gracia berjalan ke arah anin "ini gue bawa Cake" gracia menyodorkan papper bag berisi cake untuk anin. Tadi gracia memang meminta shani untuk mampir ke toko kue sebentar

"thanks ya"

"pantesan loe lama gre" ucap angel yang kini duduk di karpet bersama aya sambil menikmati keripik singkong.

"iya mampir dulu jadi lama"

Shani masih berdiri agak jauh, ponsel nya berdering menandakan ada panggilan masuk. Shani keluar dari kamar anin lalu menerima panggilan tersebut.

"iya"

"..."

"Gak tau"

"...."

"Ya"

"..."

tuttt

shani mematikan sambungan telpon. memasukkan nya ke kantong seragam nya sambil menghembuskan nafas kasar. dengan perlahan shani membuka pintu kamar anin, alisnya naik sebelah ketika melihat gracia yang sedang memeluk anin.

"gree" panggilnya

Gracia langsung melepas pelukan anin, lalu menghampiri shani

"kenapa ?"

"aku ada urusan sebentar, nanti aku jemput kesini. jangan pulang sebelum aku jemput"

"urusan apa?"

"gak penting, cuma sebentar kok"

shani mengusap pipi gracia sebentar sebelum menjatuhkan sebuah ciuman di kening nya.

"kalo ada apa-apa kabarin aku" ucap shani.
Membuat gracia mengangguk

"semuanya, gue duluan" ucap shani lalu keluar dari kamar anin.

"Gre, Kak shani romantis banget sih, jadi pengen punya pacar kaya dia" ucap aya

mereka semua kini duduk di karpet, duduk berjejer dari Angel, Aya, Gracia lalu anin, sambil menonton drama korea dan mengobrol santai.

"kak shani beneran pacar loe gre?" tanya angel memastikan

"duh elah njel, bego banget sih loe. udah keliatan jelas kali gimana sikap kak shani ke gracia"

"ya kali aja mereka masih Friendzone atau kaka ade zone ay"

"ah gak mungkin banget lah, tatapan kak shani beda gitu kok"

gracia meneguk segelas orange jus sebelum membuka suara "kalian kalo gibah jangan depan orang nya, sono jauh-jauh"

"lah bego, gue nanya loe. bukan gibahin loe" ucap aya

"udah ah, kita kesini mau nengok anin. bukan gibahin gue "

"ah iya, loe kok diem aja nin?" tanya angel

anin hanya tersenyum tipis "gapapa, masih lemes aja"

anin menyandarkan kepalanya di bahu gracia, merangkul sebelah tangan gracia lalu berbisik lembut, membuat gracia menegang di tempatnya.

"aku kangen kamu"

__

Mobil mewah shani berhenti di sebuah rumah mewah, segera shani keluar dari mobilnya untuk menghampiri seseorang yang menghubunginya tadi.

"siang om" sapa shani pada seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di sofa

"ah siang shani, lama gak kesini kamu"

shani langsung menghampiri lelaki tersebut. lalu duduk di hadapannya.

"langsung aja, ada apa om?"

lelaki paruh baya itu tersenyum "Vienny pulang sekolah ngamuk di kamarnya, om gak tau apa yang udah dia hancurin dikamar nya, kata mamanya kamar vienny udah kaya kapal pecah. kamu tau dia kenapa?"

shani menutup mata sejenak, feeling nya benar. om nya yang juga papanya vienny pasti menanyakan hal yang bersangkutan dengan vienny.

"om tau kan kalo vienny suka sama Shani?"

lelaki itu mengangguk

"tapi om juga tahu kalo shani sudah memiliki seseorang?"

lagi papanya vienny mengangguk

"dia marah ketika tau shani lebih milih dia dari pada mengantarkan vienny pulang"

papa vienny menghela nafas "maaf ya shan, om harusnya tidak menitipkan vienny sama kamu. tapi cuma kamu yang om percaya untuk mengawasi vienny. om akan memberinya pengertian lagi nanti"

shani mengangguk "gak apa om, sudah seharusnya kita saling menjaga, maaf kalo gara-gara shani, vienny jadi seperti ini"

"om faham shani, perasaan itu gak bisa di paksakan, om juga gak nyalahin kamu. kamu berhak menentukan pilihan kamu. om akan secepatnya ambil tindakan shan"

"terimakasih untuk pengertiannya om"

"sama-sama shani"

"shani mau lihat vienny dulu ya om. permisi"

shani berjalan menaiki tangga menuju lantai 2 dimana kamar vienny berada.

pemandangan pertama saat shani membuka pintu membuat shani menghela nafas, semua barang-barang berserakan di lantai. beberapa vas bunga pecah dan jika shani tidak hati-hati mungkin saja dia bisa menginjak pecahan kaca.

vienny terlihat meringkuk di tempat tidurnya, rambutnya acak-acakan, jejak air mata terlihat jelas di matanya.bahkan seragam sekolahnya masih menempel ditubuhnya.

shani menarik selimut untuk menutupi tubuh vienny. ditatapnya sepupu yang sebenarnya sangat shani sayangi ini. hanya saja sikap keras kepalanya tak jarang membuat shani muak.

shani mengusap pelan kepala vienny "maafin gue vin" gumam shani lalu beranjak membiarkan vienny tidur tanpa berniat membangunkan nya.

setelah keluar dari kamar vienny dan pamitan pada papa vienny, shani kembali melajukan mobil nya menuju rumah anin. perjalanan cukup memakan waktu karena kemacetan yang cukup panjang.

dengan cukup cekatan shani mencari celah agar mobilnya bisa dengan cepat sampai di rumah anin, beberapa kali dia mengambil jalan alternatif tapi tetap saja tidak membantu. akhirnya setelah perjuangan panjang shani tiba di rumah anin, mata shani memicing ketika tidak menemukan mobil aya di sana.

"gree.. sini duduk" anin menepuk sisi kasur nya menyuruh gracia duduk disana.

gracia beranjak dari karpet lalu duduk di tepi kasur depan anin.

posisi mereka kini saling berhadapan, dengan anin yang membelakangi pintu kamar anin.

anin menatap lembut gracia, lalu menangkup pipi gracia dengan kedua tangan nya "makasih udah nemenin gue terus ya"

gracia tersenyum " iyaa, kan kita sahabat nin. jadi aku pasti nemenin kamu kalo aku bisa"

bukan ini jawaban yang anin harapkan, rasanya sakit ketika gracia menyebut kata sahabat di depannya, seolah jantungnya langsung diremas dengan kuat.

anin semakin menatap dalam gracia, mendekatkan wajahnya dengan wajah gracia. gracia hanya diam karena bingung apa yang akan di lakukan anin.

"gue sayang sama loe gre" ucap anin lirih

gracia meggenggam sebelah tangan anin yang menangkup pipi nya saat ini

"aku tau, dan kita sudah bahas ini" suara gracia melembut. anin suka ketika gracia mengganti panggilan gue menjadi aku saat bersamanya seperti saat ini.

Anin tenggelam pada tatapan gracia yang lembut, sementara gracia tenggelam pada tatapan penuh harap yang anin tunjukkan, perlahan tapi pasti anin memajukan wajahnya. sedikit memiringkan wajahnya yang membuat gracia menaikkan sebelah alisnya. hembusan nafas anin bahkan sudah menyapu wajah gracia, gracia tidak bodoh. anin hendak menciumnya. gracia segera menarik wajahnya tapi anin menahannya dengan kuat hingga..

Brakkk!!

belum sempat gracia menarik diri, suara pintu yang tertutup dengan keras menyadarkan gracia.

"Shani !!" seru gracia yang langsung berlari meninggalkan anin yang kini menatap penuh kekecewaan dan kekesalan.

"dikit lagi padahal"

_



Gracia menyusul shani yang sudah masuk ke pintu kemudi, gracia langsung ikut masuk ke kursi penumpang. Gracia merasakan aura di sekitar shani menggelap. tatapan datar shani menyiratkan amarah yang tertahan. ini pertama kalinya gracia melihat shani semenyeramkan ini, lebih seram dari ancaman vienny, lebih seram dari hantu yang pernah ia tonton di bioskop. bahkan saking suram nya aura di sekitar shani membuat gracia seakan tak mampu hanya untuk sekedar bernafas.

gracia membiarkan shani fokus menyetir, sesekali ia menatap cemas pada gadis di sampinya. bahkan tanpa sadar gracia menggigit kuku tangan nya sendiri. apa yang harus ia katakan? andai saja ia tak membiarkan anin memegang wajahnya tadi, mungkin shani tak akan salah faham.

Shani nya marah!

kini mereka berdua sudah berada di apartemen, belum sempat gracia berucap shani sudah mengeluarkan suara "mandi!!" ucapnya lalu berlalu meninggalkan gracia yang kini berdiri mematung. dengan langkah gontai gracia beranjak ke kamar mandi.

20 menit gracia telah selesai dengan kegiatan nya. Langkah nya menyusuri sudut kamar mencari keberadaan shani. Nihil.

Segera ia keluar mencari ke ruang tamu, dan dapur tapi tetap tidak ada. Gracia semakin panik, dia mencoba mencari di balkon kamar, kamar tamu. Bahkan saking panik nya gracia membuka semua lemari siapa tau shani nyempil di sana.

Gracia mengusap kasar wajahnya, nafas nya sudah naik turun. Panik dan takut menjadi satu kesatuan yang kini mendominasi fikiran nya. Hanya satu tempat lagi yang gracia akan tuju dan gracia yakin shani disana.

Ruang kerja shani.

Shani memang sengaja membuat ruang kerja yang tidak terlalu besar, walapun ia lebih senang mengerjakan pekerjaan nya dikamar.

"Shanii"
Panggil gracia ketika mendapati pintu ruangan itu tidak bisa di buka. Berapa kali gracia mendorong nya tetap tidak bisa. Pintunya di kunci dari dalam kayanya.

"Shani"

Gracia beberapa kali mengetuk pintu dan memanggil nama shani.

Gracia meremas pelan dadanya, rasa takut langsung menelusup ke relung hatinya. Gadis nya sedang marah didalam, dan dia tidak bisa melakukan apapun.

Tubuh gracia luruh ke lantai, kini ia menangis sambil menekuk lututnya. menyembunyikan wajahnya nya sambil terus menangis terisak.

"Hikssss shani"

Ucap gracia di sela tangisnya. Gracia takut. Sangat takut jika shani malah berfikir bahwa gracia juga memiliki perasaan pada anin, gracia takut jika shani tak lagi percaya padanya. Gracia takut dengan segala kemungkinan yang terjadi.

"Hikssss.. shani"

"Shanii..hikssss."

Lama gracia menangis, hingga sebuah suara membuatnya seketika menegakkan kepalanya.

"Kamu ngapain jongkok disitu?" Tanya shani dengan heran.

Gracia menatap shani dengan lekat "kamu hiksss dari mana?"

"Aku beli makan di depan" ucap shani santai
Sambil membungkuk meraih kedua tangan gracia "bangun"

Gracia lalu berdiri memeluk erat shani "aku kira kamu marah sama aku hikss, hiksss aku takut"

Shani membalas pelukan gracia "kamu ngapain depan ruang kerja aku sambil nangis?"

Gracia mempererat pelukan nya pada tubuh shani.

"Aku nyari kamu kemana-mana tapi kamu gk ada, aku kira kamu di ruangan kamu tapi dikunci. Jadi aku nangis disitu"

"Pintu nya gak aku kunci sayang"

"Dikunci shani. Aku gak bisa buka"

"Enggak sayang"

"Aku dorong gak bisa shaniiiii, itu dikunci. Coba aja sana ih" kukuh gracia.

"Lah kan pintu nya di geser sayang, ngapain kamu dorong ?"




"Asdfghjkslwyebskashhej"





= Tbc =




-Semanis Gracia, Selembut Shani-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro